• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2.2 Matriks Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Hankook Tire Indonesia & Hasil Monitoring Semester II 2019 (Fase 1 & 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tabel 2.2 Matriks Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Hankook Tire Indonesia & Hasil Monitoring Semester II 2019 (Fase 1 & 2)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TAHAP OPERASIONAL

1 Penurunan Kualitas Udara:

a. Di dalam ruang produksi

Penurunan kualitas udara lingkungan kerja akibat peningkatan kadar partikulat, bau dan panas akan menimbulkan gangguan kesehatan karyawan

Kegiatan yang potensial terhadap sebaran partikulat pada kegiatan operasional produksi ban adalah pekerjaan mixing, curing, buffing, dan blue painting.

Sedangkan proses produksi yang memiliki potensi pajanan panas (heat stress) terhadap pekerja adalah mixing dan curing.

Parameter terhadap aspek kualitas udara yang dipantau adalah CO, NO2, SO2, partikulat dan tingkat kebauan.

Sedangkan untuk pengukuran terhadap pajanan panas dilakukan melalui metode Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).

Untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas udara lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan kenyamanan karyawan khususnya di ruang produksi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling udara dan debu (hi-vol sampler) dan kemudian dianalisa di laboratorium rujukan yang terkreditasi KAN.

Hasil analisa udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja.

Pemantauan terhadap aspek kualitas udara dilakukan di lokasi kegiatan

Pemantauan kualitas udara di ruang produksi dilakukan setiap bulan sekali selama masa operasi, sedangkan ISBB dilakukan setiap 1 tahun sekali.

Nilai Ambang Batas (NAB) Udara Lingkungan Kerja:

- CO : 25 ppm - NO2 : 0,2 ppm - SO2 : 0,25 mg/m3 - Debu : 10 mg/m3 - Cl2 : 1,5 mg/m3

Nilai Ambang Batas (NAB) ISBB:

(2)

Tabel 2.2 Matriks Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Hankook Tire Indonesia & Hasil Monitoring Semester II 2019 (Fase 1 & 2)

No Jenis Kegiatan Dampak Penting yang dipantau

Sumber Dampak Parameter Lingkungan yang

Dipantau

Tujuan Pemantauan

Lingkungan

Metode Pemantauan Lingkungan Lokasi Pemantauan Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Hasil Pemantauan (Rata-rata)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

b. Emisi Cerobong Wet Scrubber

Penurunan kualitas udara akibat emisi cerobong wet scrubber yang menyebar ke lingkungan sekitar (kualitas udara ambien)

Dalam proses mixing melibatkan karet, bahan kimia dan panas untuk kemudian diproses menjadi kompon memiliki potensi timbulnya pencemaran udara dari uap dan gas yang dihasilkan.

Parameter terhadap aspek kualitas udara yang dipantau adalah NH3, NO2, Opasitas, Debu, SO2, H2S dan timbal (Pb).

Untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas udara ambien yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan kenyamanan karyawan dan lingkungan sekitar akibat emisi cerobong

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil sampel emisi udara di setiap cerobong dan kemudian dianalisa di laboratorium rujukan yang terakreditasi KAN.

Hasil analisa kemudian dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep 13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Pemantauan terhadap aspek kualitas udara dilakukan di lokasi cerobong.

Pemantauan kualitas udara di ruang produksi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama masa operasi

Nilai Ambang Batas (NAB):

- NH3 : 0,5 mg/m3 - NO2 : 1.000 mg/m3 - Opasitas : 35 % - Debu : 350 mg/m3 - SO2 : 800 mg/m3 - H2S : 35 mg/m3 - Pb : 12 mg/m3

c. Emisi Cerobong Boiler

Penurunan kualitas udara akibat emisi cerobong boiler akan meningkatkan partikulat debu, NO2, SO2, dan opasitas yang akan menyebar ke lingkungan sekitar (kualitas udara ambien)

Kegiatan proses produksi khususnya curing memerlukan pemanas untuk pemasakan ban.

Panas tersebut berasal dari uap panas yang dihasilkan boiler

Parameter terhadap aspek kualitas udara yang dipantau adalah SO2 dan NO2.

Untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas udara ambien yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan kenyamanan karyawan dan lingkungan sekitar akibat emisi cerobong

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil sampel emisi udara di setiap cerobong dan kemudian dianalisa di laboratorium rujukan yang terakreditasi KAN.

Hasil analisa kemudioan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap.

Pemantauan terhadap aspek kualitas udara dilakukan di lokasi cerobong.

Pemantauan kualitas udara di ruang produksi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama masa operasi.

Nilai Ambang Batas (NAB):

- SO2 : 150 mg/m3 - NO2 : 650 mg/m3

(3)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 d. Emisi Cerobong

Genset

Penurunan kualitas udara akibat emisi cerobong boiler akan meningkatkan partikulat debu, NO2, SO2, dan CO yang akan menyebar ke lingkungan sekitar

Parameter terhadap aspek kualitas udara yang dipantau adalah SO2, NO2, CO dan partikulat (debu).

Untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas udara ambien yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan kenyamanan karyawan dan lingkungan sekitar akibat emisi cerobong

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil sampel emisi udara di setiap cerobong dan kemudian dianalisa di laboratorium rujukan yang terakreditasi KAN.

Hasil analisa kemudioan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Thermal.

Pemantauan terhadap aspek kualitas udara dilakukan di lokasi cerobong.

Pemantauan kualitas udara di ruang produksi dilakukan setiap tahun sekali selama masa operasi.

Nilai Ambang Batas (NAB):

- SO2 : 600 mg/Nm3 - NO2 : 1.000 mg/Nm3 - CO : 540 mg/Nm3 - Debu : 120 mg/Nm3

e. Di luar ruang produksi (lingkungan sekitar)

Penurunan kualitas udara ambien akibat peningkatan kadar partikulat akan menimbulkan gangguan kesehatan di lingkungan sekitar

Kegiatan transportasi kendaraan angkut yang bersumber dari emisi gas buang kendaraan angkut yang menyebabkan emisi dan sebaran debu menyebar ke lingkungan sekitar

Parameter terhadap aspek kualitas udara yang dipantau adalah SO2, NO2, CO, Pb dan partikulat (debu)

Untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas udara yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan dan kenyamanan penduduk di sekitar lokasi proyek.

Sehingga apabila ada indikasi keresahan maka segera dilakukan tindakan agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan pabrik

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling udara dan debu (hi-vol sampler) dan kemudian dianalisa di laboratorium rujukan yang terkreditasi KAN.

Hasil analisa udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Pemantauan terhadap aspek kualitas udara dilakukan di lingkungan sekitar pabrik

Waktu pemantauan terhadap aspek kualitas udara dilakukan setiap enam bulan selama kegiatan operasional pabrik berlangsung

Nilai Ambang Batas (NAB):

- SO2 : 900 ug/Nm3 - NO2 : 400 ug/Nm3 - CO : 30.000 ug/Nm3 - Pb : 2 ug/Nm3 *) - Debu : 230 ug/Nm3 *)

*) pengukuran 24 jam

(4)

Tabel 2.2 Matriks Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Hankook Tire Indonesia & Hasil Monitoring Semester II 2019 (Fase 1 & 2)

No Jenis Kegiatan Dampak Penting yang dipantau

Sumber Dampak Parameter Lingkungan yang

Dipantau

Tujuan Pemantauan

Lingkungan

Metode Pemantauan Lingkungan Lokasi Pemantauan Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Hasil Pemantauan (Rata-rata)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 Kebisingan a. Di dalam ruang

produksi

Peningkatan kebisingan akan menyebabkan gangguan kenyamanan karyawan sehingga dikhawatirkan akan menurunkan produktifitas

Kegiatan operasional produksi ban yang menggunakan mesin-mesin untuk pembuatan ban biasa, ban radial dan ban tubles akan yang mengeluarkan kebisingan

Parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan di ruang produksi

Pemantauan bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan karyawan

Pemantauan tingkat kebisingan dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan mengenai tingkat kebisingan dengan alat sound level meter, kemudian dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan di lingkungan kerja sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatran Kerja di Lingkungan Kerja

Ruang produksi Pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali (bersamaan dengan pemantauan kualitas udara) selama masa operasi

Nilai Ambang Batas (NAB):

- 85 dBA

b. Di luar ruang produksi (lingkungan sekitar)

Peningkatan kebisingan akan menyebabkan gangguan kenyamanan di lingkungan sekitar, sehingga

menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat sekitar

Sumber dampak peningkatan intensitas kejbisingan bersumber dari kegiatan lingkungan di sekitar lokasi pabrik

Parameter yang dipantau adalah tingkat kebisingan di luar ruang produksi

Pemantauan bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di sekitar permukiman penduduk

Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran kebisingan di lapangan sesuai metode KEPMENLH No. Kep-

48/MENLH/II/1996

Halaman pabrik dan Pemukiman Penduduk Sebelah Selatan

Pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali (bersamaan dengan pemantauan kualitas udara) selama masa operasi Nilai Ambang Batas (NAB):

- 70 dBA

3 Penurunan Kualitas Air dan Tanah:

a. Penurunan Kualitas Air Permukaan

Apabila air limbah dari kegiatan MCK karyawan dan proses produksi pada operasional langsung dibuang ke perairan umum akan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air akibat meningkatnya parameter BOD, NH3, H2S dan Nitrit, serta bakteri E-Coli dan Coliform

Air limbah yang dihasilkan adalah berasal dari proses produksi khususnya proses curing dan aktifitas MCK karyawan

Parameter: BOD, NH3, H2S dan Nitrit, serta bakteri E-Coli dan Coliform

Tujuan pemantauan terhadap kualitas air adalah untuk mengetahui penurunan daya dukung badan air penerima serta agar tidak meresap ke dalam air tanah

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan sampel air dan kemudian dianalisis di laboratorium yang terakreditasi KAN kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku mutu Lippo Cikarang, sedangkan air limbah domestik mengacu kepada Kep Men LH No. 112/MENLH/2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan Kegiatan Domestik

IPAL, Toilet (WC) dan saluran drainase sebagai badan air penerima

Pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali selama masa operasi pabrik berlangsung

Nilai Ambang Batas (NAB):

- BOD : 600 mg/L - COD : 1.000 mg/L

(5)

Dipantau Lingkungan Pemantauan (Rata-rata)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

- TDS : 2.000 mg/L - TSS : 200 mg/L - pH : 6 – 9 - NH3 : 5 mg/L - H2S : 0,05 mg/L - NO2 : 1 mg/L

b. Penurunan Kualitas Air dan Tanah

Adanya limbah dari kegiatan proses produksi yang menghasilkan limbah B3 akan menimbulkan penurunan kualitas air dan tanah akibat kemungkinan rembesan air limbah dan limbah B3 tersebut.

Limbah B3 yang dihasilkan dari seluruh kegiatan produksi, selama proses pemindahan dan penyimpaan di TPS Limbah B3.

Jumlah Limbah B3 yang dihasilkan

Tujuan pemantauan adalah untuk memastikan tidak ada pencemaran terhadap air dan tanah tekait penanganan limbah B3 yang tidak sesuai peraturan yang berlaku

- Dilakukan pencatatan keluar masuk limbah B3 ke dalam TPS Limbah B3.

- Dikumpulkan dan disimpan di TPS Limbah B3 dan secara periodik dikirim ke perusahaan pengelola limbah B3 yang memiliki izin.

- Penanganan limbah B3 dilakukan sesuai Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

TPS Limbah B3 Pemantauan dilakukan selama kegiatan operasi pabrik berlangsung

4 Penurunan estetika lingkungan dari limbah padat non B3

Terjadi penurunan estetika lingkungan, menimbulkan sumber penyakit dan penurunan kualitas lingkungan baik tanah maupun air

Limbah non B3 yang dihasilkan dari seluruh kegiatan proses produksi maupun kegiatan penunjang

Jumlah Limbah padat Non B3 yang dihasilkan

Untuk mencegah terjadinya penurunan estetika dan dampak lanjutnya kepada kesehatan karyawan dan lingkungan akibat limbah pada non B3 yang tidak dikelola dengan baik

- Dilakukan pencatatan terhadap jumlah limbah padat Non B3 yang dihasilkan.

- Dikumpulkan dan disimpan di TPS Limbah Non B3 dan secara periodik dikirim ke perusahaan rekanan.

TPS Limbah Non B3 Pemantauan dilakukan selama kegiatan operasi pabrik berlangsung

(6)

Tabel 2.2 Matriks Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Hankook Tire Indonesia & Hasil Monitoring Semester II 2019 (Fase 1 & 2)

No Jenis Kegiatan Dampak Penting yang dipantau

Sumber Dampak Parameter Lingkungan yang

Dipantau

Tujuan Pemantauan

Lingkungan

Metode Pemantauan Lingkungan Lokasi Pemantauan Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Hasil Pemantauan (Rata-rata)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5 Mata Pencaharian (Terbukanya Kesempatan Kerja)

Timbulnya dampak positif diakibatkan adanya peluang kerja sebanyak 1.300 orang dan usaha baru bagi pekerja dan penduduk lokal untuk bekerja di proyek baik terlibat langsung maupun tidak langsung operasional industri ban. Tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga kerja berkeahlian khusus yang berjumlah sekitar 25 orang, tenaga kerja yang dapat ditraining sekitar 75 orang dan tenaga kerja kasar sekitar 50 orang

Penerimaan tenaga kerja yang dibutuhkan cukup banyak yaitu sebesar 1.300 orang yang terdiri dari 1.170 orang laki-laki dan 130 orang perempuan Tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga kerja berkeahlian khusus yang berjumlah sekitar 25 orang, tenaga kerja yang dapat ditraining sekitar 75 orang dan tenaga kerja kasar sekitar 50 orang

Jumlah penduduk setempat yang terserap pada kegiatan operasional pabrik PT. Hankook Tire Indonesia

Untuk memastikan jumlah penduduk setempat yang bekerja pada kegiatan operasional pabrik

Pemantauan dilakukan dengan teknik sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Sampel adalah kepala rumah tangga di wilayah studi. Disamping itu wawancara juga dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yaitu pemuka dan tokoh masyarakat. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik tabulasi frekuensi dan tabulasi silang, dan data kualitatif akan dianalisis dengan Content Analysis

Lokasi pemantauan lingkungan dilaksanakan di wilayah Desa Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kab. Bekasi

Pemantauan dilakukan sekali setahun selama operasional berlangsung

6 Gangguan Kesehatan Masyarakat

Dampak terhadap kesehatan akibat terciumnya bau dan masuknya partikel debu ke saluran pernafasan sehingga berpotensi menimbulkan gangguan terhadap infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Waktu pemaparan penyakit tersebut antara 2 – 4 tahun tergantung kepada kondisi kesehatan reseptor dan kuantitas debu yang terhisap

Dampak terhadap kesehatan berasal dari kegiatan produksi khususnya curing yang mengeluarkan bau dan dari operasional boiler

Tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pabrik

Mengetahui tingkat gangguan kesehatan masyarakat yang ditimbulkan dari kegiatan operasional pabrik

Metoda yang digunakan dalam kegiatan pemantauan ialah dengan cara survei dan observasi lapangan. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara terhadap beberapa responden di Desa Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat.

Data dianalisis dengan metoda kuantitatif dan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel

Lokasi pemantauan lingkungan dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cikarang Pusat

Pemantauan dilakukan sekali setahun selama tahap operasional pabrik berlangsung

(7)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 Sikap dan Persepsi

Masyarakat

Kegiatan penerimaan tenaga kerja yang berasal dari pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja masyarakat akan membentuk persepsi positif masyarakat disekitar lokasi kegiatan. Persepsi positif masyarakat akan meningkat apabila proyek dalam perekrutan tenaga kerja mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat tempatan sesuai jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan

Timbulnya keresahan di masyarakat yang bersumber dari tidak

terakomodasinya tenaga kerja lokal akan menimbulkan gangguan kamtibmas sehingga persepsi masyarakat menjadi negatif yang dapat menghambat kelangsungan operasional pabrik

Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar tapak proyek dan tanggapan (respon) penduduk terhadap kegiatan

Untuk mencegah timbulnya kerawanan sosial dan untuk menekan timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan pabrik

Pemantauan dilakukan dengan teknik sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Sampel adalah kepala rumah tangga di wilayah studi. Disamping itu wawancara juga dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yaitu pemuka dan tokoh masyarakat. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik tabulasi frekuensi dan tabulasi silang, dan data kualitatif akan dianalisis dengan Content Analysis

Lokasi pemantauan lingkungan dilaksanakan di wilayah Desa Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kab. Bekasi

Pemantauan dilakukan sekali setahun selama operasional pabrik berlangsung

8 Kamtibmas Kegiatan penerimaan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat tempatan akan membentuk persepsi positif masyarakat disekitar lokasi kegiatan. Persepsi positif masyarakat akan meningkat apabila proyek dalam perekrutan tenaga kerja mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat tempatan sesuai jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan.

Dampak tersebut dapat menyebabkan sikap masyarakat menjadi negatif apabila tenaga kerja yang dapat disediakan dari tempatan diisi dari luar.

Timbulnya gangguan kamtibmas akibat kesempatan kerja didominasi tenaga kerja luar, serta dampak penurunan kualitas udara (bau) dan air tidak dikelola secara baik

Tingkat keresahan masyarakat akibat operasional pabrik

Untuk mencegah timbulnya kerawanan sosial dan untuk menekan timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan pabrik

Pemantauan dilakukan dengan teknik sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Sampel adalah kepala rumah tangga di wilayah studi. Disamping itu wawancara juga dilakukan terhadap informan kunci (key informan) yaitu pemuka dan tokoh masyarakat. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik tabulasi frekuensi dan tabulasi silang, dan data kualitatif akan dianalisis dengan Content Analysis

Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di wilayah Desa Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kab. Bekasi

Pemantauan dilakukan sekali setahun selama operasional pabrik berlangsung

Perubahan sikap masyarakat akan terakumulasi dengan gangguan lainnya akibat beroperasinya industri ban sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kamtibmas

Referensi

Dokumen terkait