• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Zakat

a. Pengertian Zakat

Menurut Salim (2016: 128) dijelaskan bahwa menurut bahasa, zakat artinya bertambah dan berkembang. Sedangkan menurut istilah zakat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala dengan cara mengeluarkan kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan menurut syariat islam dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu. Juga menjelaskan kaitan makna zakat secara bahasa dan istilah adalah bahwa ketika harta dikeluarkan zakatnya maka terlihat berkurang jumlahnya, namun pada hakekatnya harta tersebut bertambah berkah.

Artinya bersih dan berkembang karena zakat membersihkan muzzaki dari dosa dan mengembangkan pahalanya di samping zakat juga memperbanyak harta dan membuatnya menjadi diberkahi. Sedangkan dalam Undang Undang Zakat No. 23 Tahun 2011, zakat diartikan sebagai harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, walaupun rumusan dan definisinya berbeda tetapi esensinya sama yaitu mengeluarkan sejumlah harta yang kemudian akan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq).

(2)

b. Perintah Mengeluarkan Zakat

Di dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadist, banyak dijumpai keterangan- keterangan yang mewajibkan mengeluarkan zakat. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ke lima, setingkat kedudukannya dengan sholat, puasa dan haji di dalam al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan perintah menunaikan zakat dan perintah menegakkan sholat bahwa zakat itu adalah sangat penting dan harus dilaksanakan oleh seorang muslim setelah mengerjakan ibadah sholat.

Andriani (2017: 55) mengutip”(HR. Bukhari-Muslim) yang menegaskan bahwa zakat itu menjadi salah satu dari lima sendi Islam yang berbunyi :

“Islam didirikan di atas lima sendi: (1) pengakuan (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah; (2) mendirikan shalat; (3) mengeluarkan zakat; (4) mengerjakan haji;

(5) puasa pada bulan Ramadhan.

c. Dasar Hukum Zakat

Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam,“ Salim (2016:128) rukun islam terbagi menjadi lima perkara syahadat (persaksian) bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhandan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram”.

Berdasarkan sabda Rasulullah zakat merupakan hukum islam yang ketiga, maka zakat hukumnya fardhu ‘ain bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Bahwa zakat dimulai pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya zakat fitrah pada bulan Ramadhan. Jadi terlebih dahulu diwajibkan zakat fitrah baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan. Adapun dalil-dalilnya dapat dilihat (Salim, 2016: 128) dalam Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma :

(3)

1) Dalil Al-Qur’an

Dalil-dalil yang mensyariatkan zakat sangat banyak, perintah mengeluarkan zakat dalam Al-Qur‟an disebutkan di 33 tempat (10 tempat di awal ayat dan 23 tempat disebut dalam rangkaian ayat).

2) Hadits

Selain rujukan dari Al-qur‟an, penjelasan mengenai zakat juga dijelaskan dari sabda-sabda Rasulullah. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan Syaikhaini, Bukhari Muslim, yaitu :“Keluarkanlah zakat dari hartamu karena itu merupakan penyuci yang akan membersihkan kamu menyambung tali silaturahim dengan kaum keluargamu dan mengakui hak pengemis, tetangga dan orang-orang miskin”.

Hadits ini maknanya memberi pengertian bahwa seseorang yang bakhil dengan zakat dan tidak mau membayarnya,serta melakukan konfrontasi terhadapnya, maka ia boleh diperangi.

3) Ijma’Ulama

Sedangkan secara ijma’, para ulama baik salaf (klasik) maupun khalaf (kontemporer) telah sepakat tentang adanya kewajiban zakat dan merupakan salah satu rukun Islam serta menghukumi kafir bagi orang yang mengingkari kewajibannya .

d. Subjek Zakat

Secara umum, masyarakat mengenal ada 2 subjek, yaitu muzakki dan mustahik. (Salim, 2016:128).

Muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) adalah pemilik harta yang telah mencapai batas terendah (nishab) yang telah ditentukan dan telah sampai waktu wajib mengeluarkan zakat (haul) menurut ketentuan agama Islam. Sedangkan mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat.

Berikut penjelasan lebih lanjud tentang penjelasan di atas sebagai berikut:

(4)

1) Fakir ialah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan mereka.

2) Miskin ialah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau lebih dari kebutuhannya (tetap tidak bisa terpenuhi seluruhnya)

3) Amil adalah orang yang diangkat dan diberi otoritas oleh penguasa muslim untuk mengambil zakat dan mendistribusikannya.

4) Mu’alafatu qulubuhum (orang yang ingin diambil simpatinya) ialah orang yang diharapkan ketika diberikan zakat, imannya akan semakin kuat. Seperti orang yang meremehkan sholat, lalai akan zakat, puasa, haji dan semacamnya.

5) Riqab ialah budak yang mendapatkan janji dari tuannya untuk dimerdekakan dengan syarat membayar sejumlah nominal tertentu, pembebasan budak muslim, pembebasan tawanan muslim yang ada di tangan orang kafir.

6) Gharim ialah orang yang memiliki kesulitan dalam hidupnya sehingga harus berhutang dan tidak dapat membayar hutangnya.

7) Fi sabilillah ialah orang yang sukarela menjadi pejuang Allah untuk berperang dan berjuang untuk kemaslahatan seluruh muslimin.

8) Ibnu sabil ialah musafir yang kehabisan bekal di perjalanan dan tidak dapat kembali ke negerinya dan perjalanan yang dilakukan bukan untuk maksiat.

e. Jenis-Jenis Zakat

Andriani (2017: 55) menyatakan bahwa jenis zakat dibagi menjadi dua yaitu Zakat Nafs (jiwa) dan Zakat Mal (harta) adapun pengertiannya sebagai berikut:

1) Zakat Nafs (jiwa) atau zakat fitrah adalah zakat untuk mensucikan diri zakat ini dikeluarkan dan disalurkan pada saat bulan Ramadhan sebelum tanggal 1 Syawal zakat ini berbentuk bahan pangan atau makanan pokok.

(5)

2) Zakat Mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk mensucikan harta apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Zakat mal mempunyai sifat Ma’lumiyah (ditentukan) artinya syariat Islam telah menjelaskan volume, batasan, syarat, dan ketentuan lainnya sehingga dapat memudahkan bagi orang muslim untuk mengetahui kewajibannya. Hal ini ditunjukkan oleh para muzakki yang ingin mengeluarkan sebagian dari harta mereka sehingga mereka tidak melahirkan diri dari kewajiban untuk membayar zakat untuk itu konsep akuntansi yang menyusun ketentuan umum cara menghitung, mendefinisikan dan mengklasifikasikan aset-aset wajib zakat.

f. Hikmah dan Manfaat Zakat

Ada banyak hikmah dan manfaat dibalik perintah berzakat, diantaranya ialah: (Andriani, 2017: 55).

1) Zakat dapat membiasakan orang yang menunaikannya memiliki sifat dermawan, sekaligus menghilangkan sifat pelit dan kikir.

2) Zakat dapat menguatkan benih persaudaraan, serta menambah rasa cinta dan kasih sayang sesama muslim.

3) Zakat merupakan salah satu upaya dalam mengatasi kemiskinan.

4) Zakat dapat mengurangi angka pengangguran dan penyebab nya, sebab hasil zakat dapat digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.

5) Zakat dapat mensucikan jiwa dan hati dari rasa dendam, serta menghilangkan iri hati dan rasa dendam, serta menghilangkan iri hati dan kebencian dari orang-orang miskin terhadap orang-orang kaya.

6) Zakat dapat membantu menumbuhkan perekonomian umat.

(6)

g. Syarat-Syarat Zakat

Menurut Ilham dan Nurhadi (2008: 225) adapun syarat-syarat zakat adalah sebagai berikut:

1) Beragama islam hendaknya harta yang ingin dikeluarkan zakatnya berasal dari harta orang muslim, dan diberikan kepada orang muslim yang fakir atau miskin.47 Para ulama mengatakan bahwa zakat tidak wajib bagi orang non muslim, karena zakat adalah merupakan salah satu rukun Islam.

2) Berakal sehat dan dewasa zakat diwajibakan kepada orang yang berakal sehat dan orang yang dewasa, sebab anak yang belum dewasa dan orang yang tidak berakal tidak mempunyai tanggung jawab hukum.

3) Merdeka para ulama sepakat bahwa zakat hanya diwajibkan kepada seorang muslim yang merdeka dan memilik harta yang jumlahnya melebihi nishab. Seorang hamba sahaya tidak mempunyai kepemilikan terhadap harta, karena yang memiliki hartanya adalah tuanya.

4) Milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta untuk mengontrol dan menguasai barang miliknya tanpa tercampur hak orang lain pada waktu datangnya kewajiban membayar zakat

5) Berkembang secara riil atau estimasi berkembang secara riil adalah harta yang dimiliki oleh seseorang dapat berpotensi untuk tumbuh dan dikembangkan melalui kegiatan usaha maupun perdagangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan estimasi adalah harta yang nilainya mempunyai kemungkinan bertambah, seperti emas, perak dan mata uang yang semuanya mempunyai kemungkinan pertambahan nilai dengan memperjual belikannya.

6) Sampai nisab nisab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang ditentukan secara hukum, yang mana harta tidak wajib

(7)

dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Nishab yang dimaksud melebihi kebutuhan primer yang diperlukan (pakaian, rumah, alat rumah tangga, mobil, dan lain-lain yang digunakan sendiri.

7) Cukup haul harta kekayaan harus sudah ada atau dimiliki selama satu tahun dalam penanggalan Islam

8) Bebas dari hutang pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus lebih dari kebutuhan primer haruslah pula cukup satu nishab yang sudah bebas dari hutang.

2. Infak

a. Pengertian Infak

Menurut Andriani (2017: 55) Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang di kehendakinya sendiri.

Allah berfirman dalam surat At-Taubah 35 :

“Dan segala mereka yang menyimpan emas dan perak tidak menginfakkan di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka ini dengan azab yang sangat perih.” (QS. AtTaubah)

b. Jenis-Jenis Infak

4 jenis infak yaitu sebagai berikut : 1) Infak Mubah

Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok tanam.

2) Infak Wajib

Aplikasi dari Infak Wajib yaitu Mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti

a) Membayar mahar (maskawin) b) Menafkahi istri

c) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah

(8)

3) Infak Haram

Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu:

a. Infaknya orang kafir untuk menghalangi syari’at Islam.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang- orang yang kafir itu dikumpulkan.

b. Infak-nya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah.

4) Infak Sunnah

Yaitu mengeluarkan harta dengan niat sedekah. Infak tipe ini yaitu ada 2 (dua) macam Sebagai berikut.

a Infak untuk jihad.

b Infak kepada yang membutuhkan.

c. Rukun dan Syarat Infak

sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan hukum terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa dikatakan sah. Begitu pula dengan infak unsur-unsur tersebut harus dipenuhi.

Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, yang mana infak dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-masing rukun tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi juga. Dalam infak yaitu memiliki 4 (empat) rukun : (Rahman dan Jazairi, 2003: 140).

1. Penginfak

Maksudnya yaitu orang yang berinfak, penginfak tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Penginfak memiliki apa yang diinfakkan.

2) Penginfak bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.

3) Penginfak itu oarang dewasa, bukan anak yang kurang kemampuannya.

(9)

4) Penginfak itu tidak dipaksa, sebab infak itu akad yang mensyaratkan keridhaan dalam keabsahannya.

2. Orang yang diberi infak

Maksudnya oarang yang diberi infak oleh penginfak, harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Benar-benar ada waktu diberi infak. Bila benar-benar tidak ada, atau diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infak tidak ada.

2) Dewasa atau baligh maksudnya apabila orang yang diberi infak itu ada di waktu pemberian infak, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infak itu diambil oleh walinya, pemeliharaannya, atau orang yang mendidiknya, sekalipun dia orang asing.

3. Sesuatu yang diinfakkan.

Maksudnya orang yang diberi infak oleh penginfak, harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Benar-benar ada.

2) Harta yang bernilai.

3) Dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa yang diinfakkan adalah apa yang biasanya dimiliki, diterima peredarannya, dan pemilikannya dapat berpindah tangan. Maka tidak sah menginfakkan air di sungai, ikan di laut, burung di udara.

4) Tidak berhubungan dengan tempat milik penginfak, seperti menginfakkan tanaman, pohon atau bangunan tanpa tanahnya. Akan tetapi yang diinfakkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi infak sehingga menjadi milik baginya.

(10)

4. Ijab dan Qabul

Infak itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimana pun bentuk ijab qabul yang ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya penginfak berkata: Aku infakkan kepadamu, aku berikan kepadamu, atau yang serupa itu, sedang yang lain berkata ya aku terima. Imam Malik dan Asy-Syafi’i berpendapat dipegangnya qabul di dalam infak. Orang-orang Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup, dan itulah yang paling shahih.

3. Sedekah

a. Sedekah Secara Umum

Ridha (2017: 64) sedekah adalah pemberian yang diberikan oleh seorang kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.

Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah secara bahasa berasal dari huruf ص, د, ق serta dari unsur al-Sidq yang berarti benar atau jujur, artinya sedekah.

Dari pengertian diatas, dapat diartikan bahwa sedekah merupakan ibadah yang sifatnya lentur, artinya tidak dibatasi oleh waktu ataupun batasan tertentu dan tidak terbatas baik berupa materi ataupun non materi.

Artinya segala bentuk perbuatan baik itu adalah sedekah. Adapun istilah sedekah memiliki beberapa pengertian diantaranya sebagai berikut:

1) Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima sedekah tanpa disertai imbalan. Sedekah ini adalah bersifat sunnah bukan wajib.

karena itu untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib para fuqaha‟ menggunakan istilah sedekah tatawwu’ atau al-Sedekah al-Nafilah sedangkan untuk zakat dipakai istilah al-Sedekah al-Mafrudhah.

(11)

2) Sedekah adalah mengeluarkan harta yang bersifat wajib. Disini sedekah identik dengan zakat. Ini merupakan makna kedua dari sedekah, sebab dalam ayat-ayat al-qur’an terdapat lafad sedekah yang berarti zakat. Seperti firman Allah:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka.

Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dari kedua pengertian di atas, maka sedekah memiliki dimensi yang sangat luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta juga dapat berupa berbuat kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun tetapi untuk orang lain, sesuai hadist Nabi Muhammad SAW.Manfaat infak dan sedekah adalah:

a) Mencegah datangnya bala (kesulitan).

b) Memelihara harta dari hal-hal yang tidak diinginkan;

c) Mengharap keberkahan harta yang dimiliki.

b. Sifat-Sifat Positif dan Negatif dalam Bersedekah

Menurut Hasyim (2004: 611) Ada beberapa sifat yang melatar belakangi ketika seseorang melakukan sedekah yaitu:

a. Sifat maḥmudah.

Sifat maḥmudah adalah sifat yang menunjukkan atau mencerminkan perilaku atau akhlak yang baik pada manusia sesuai dengan ketentuan syari’at islam.

1) Ikhlas

Yakni bersedekah hanya mengharap ridha Allah semata. Seorang muslim sadar bahwa syari’at sedekah membawa banyak manfaat bagi orang lain.

Demikian dalam ibadah, jika tidak ikhlas maka ibadahnya tidak bernilai.

Demikian pula dengan sedekah atau zakat, jika pengeluarannya dilandasi

(12)

oleh riya serta selalu disebut-sebut, maka sedekah atau zakat yang diberikan menjadi tak berarti sama sekali

2) Tidak mengungkit dan menyakiti orang yang menerima sedekah Sudah menjadi tabiat di sisi buruk, yaitu selalu ingin dianggap telah berjasa oleh orang lain.

b. Sifat maźmumah

Sifat maźmumah adalah sifat yang menunjukkan atau mencerminkan perilaku atau akhlak yang buruk pada manusia, yang tidak sesuai dengan ketentuan syari’at islam

1) Pamer

Pamer dalam khasanah arab itu terbagi dua yakni, riya dan sum’ah. Riya adalah pamer dalam sikap dan perbuatan, sedangkan, sum’ah adalah pamer dalam wujud perkataan, orang pamer tidak perlu berkata, aku ingin dan sedang pamer, tetapi cukup melihat cara berbicara, gaya berbicara, sikap dan perbuatannya.

2) Gerutu

Untuk banyak kasus, banyak pertimbangan itu sangat bagus, akan tetapi untuk masalah ṣedekah, suatu pertimbangan saja menjadikan pahala ṣedekah tidak didapat sama sekali, demikian halnya dengan pekerjaan, dengan ucapan dengan sikap, dengan perbuatan semua harus kita pertimbangkan dulu.

4. Pengelolaan Dana Zakat

Andriani (2017: 55 ) menyatakan pengelolaan dana zakat adalah sesorang yang berzakat langsung memberikan sendiri zakatnya kepada para mustahiq dengan syarat kriteria mustahiq sejalan dengan firman Allah SWT.

Dalam surat al-Taubah :60 dalam firman Allah berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad SAW tentu akan lebih di utama jika zakat itu disalurkan lewat Lembaga Amil Zakat, yang amanah bertanggung jawab dan terpercaya, ini dimaksudkan agar distribusi zakat itu tepat sasaran sekaligus menghindari

(13)

penumpukan zakat pada mustahiq tertentu. Para ulama’ berbeda pendapat dimana ada pula yang mengharuskan kedua-duanya. Beberapa pendapat para ulama’yang berbeda sebagai berikut:

a. Ulama’ madzhab Hanafi berpendapat bahwa niat dilakukan bersamaan dengan dikeluarkannya zakat kepada fakir miskin atau penguasa karena penguasa tersebut merupakan wakil dari fakir miskin tersebut.

b. Madzhab Maliki berpendapat bahwa niat wajib pada waktu memisahkan harta zakat atau di waktu menyerahkannya kepada mustahiq, cukuplah salah satu dari keduanya. Apabila ia tidak berniat di waktu memisahkan dan tidak pula di waktu menyerahkan, akan tetapi sesudahnya atau sebelumnya, maka niat itu tidak memenuhi syarat.

c. Madzhab Syafi’I terdapat dua pendapat dalam memperoleh mendahulukan niat sebelum membagikan zakat.

d. Menurut Madzhab Hambali, sebagaimana terdapat dalam al-mughni bahwa diperbolehkan mendahulukan niat sebelum memberikan dengan tenggang waktu yang tidak lama, seperti halnya ibadah-ibadah yang lain.

Sebagaimana dijelaskan dalam maksud definisi pengelolaan zakat diatas, dengan kegiatan perencanaan, dimana dapat meliputi perencanaan program beserta budgetingnya serta pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan Pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana), penempatan orang-orang (Amil) yang tepat dan pemillihan sistem pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan perangkat lunak (software) yang memadai,kemudian dengan tindakan nyata (pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syariah, manajemen dan keuangan operasional pengelola zakat. Keempat hal diatas menjadi persyaratan mutlak yang harus dilakukan terutama oleh Lembaga Pengelola Zakat baik oleh BAZ (Badan Amil Zakat) maupun LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang profesional.

(14)

5. Penerimaan/ Pengumpulan Dana

a. Pengertian Penerimaan/Pengumpulan Dana Zakat

Salim (2016: 128) menyatakan bahwa pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, sedangkan zakat menurut istilah adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, jadi yang dimaksud pengumpulan zakat adalah bagaimana proses, cara untuk mengumpulkan sejumlah harta tertentu yang diwajib kan oleh Allah untuk di keluarkan dan diserahkan kepada yang berhak menerimanya.

b. Cara Pengumpulan Zakat

Menurut Salim (2016: 128) pengumpulan zakat, infak dan sedekah sebagai berikut:

1) Menerima ZIS yakni muzakki datang sendiri langsung ke kantor lembaga zakat, infak dan sedekah untuk itu dibutuhkan tenaga staf yang dapat standby di kantor lembaga dengan kemampuan mengadminitrasikan transaksi penyaluran ZIS dengan baik dan benar.

2) Mengumpulkan ZIS yakni mendatangi langsung para muzakki ke rumah masing-masing.

3) Menerima transfer uang dari muzakki melalui rekening bank lembaga ZIS.

c. Yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat dapat di kategorikan sebagai berikut:

1) Fakir yaitu orang yang tidak memiliki harta namun belum sampai batas nishabnya atau nishabnya sudah sampai dan lebih tetapi harta tersebut sangat dibutuhkan dalam keperluannya.

(15)

2) Miskin yaitu orang yang tidak memiliki barang sesuatu apapun oleh karena itu, maka orang miskin aswa’halan (lebih buruk keadaannya) dari pada orang fakir.

3) Amil yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan membagi- bagikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya ”Amil dapat disebut juga panitia”.

4) Mu’allaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan Imannya masih lemah.

5) Hamba sahaya (budak) yaitu orang yang belum merdeka.

6) Gharim yaitu orang yang mempunyai banyak hutang sedangkan ia tidak mampu untuk membayarnya.

7) Shabilillah yaitu orang-orang yang berjuang dijalan Allah.

8) Ibnu sabil yaitu orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) seperti dalam berdakwah dan menuntut ilmu.

d. Yang tidak berhak menerima zakat

Menurut Hasyim (2004: 611) yang tidak boleh menerima zakat adalah kelompok orang-orang berikut ini:

1) Orang Kaya

2) Orang Yang mampu bekerja 3) Orang kafir yang memerangi 4) Orang Murtad

5) Pembangunan tempat umum yang sudah megah.

6. Penyaluran Dana

a. Pengertian Penyaluran Dana

Penyaluran dana adalah proses, cara perbuatan, menyalurkan.

Penyaluran dana adalah kegiatan memberikan dana zakat dari petugas pengelola kepada masyarakat yang tidak memiliki untuk menerima sesuai aturan yang berlaku. Penyaluran dana pada penelitian ini adalah penyaluran dana zakat untuk para mustahiq LAZISMU kota Banjarmasin

(16)

b. Pola Penyaluran Dana

Menurut Andriani (2017: 55) ada beberapa pola penyaluran dana zakat:

1) Zakat diberikan secara langsung kepada fakir miskin untuk keperluan konsumtif. Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat ini diarahkan terutama kepada golongan “fakir miskin” yang sifatnya

“bantuan” dan dampak bersifatnya jangka pendek.

2) Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan dan dakwah yang dalam taraf hidup kekurangan.

3) Sebagian dana zakat dan dana lainnya (sedekah, infak dan wakaf) diperuntukan guna membangun prasarana Ibadah dan pendidikan atau dakwah Islam.

4) Sebagian kecil zakat kini sudah diarahkan ke tujuan produktif, baik berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin tetapi mesti tergolong “fakir miskin” dengan harapan mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Bahkan dalam jangka waktu tertentu diharapkan bisa menjadi muzakki, setidaktidaknya dalam zakat fitrah.

5) Bagian yang lain, yang jumlahnya sedikit diperuntukan untuk “Amil”

bisa berkembang yaitu tidak semata-mata untuk orangnya, melainkan bisa pula lembaganya yang mengelola dan bisa memajukan dari segi pengorganisasiannya.

c. Macam-macam Penyaluran

Macam-macam kegiatan penyaluran zakat sebabgai berikut :

1) Santunan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam bentuk uang tunai.

2) Santunan bagi anak yatim, yatim piatu, anak terlantar, korban bencana alam, pengungsi yang terlantar, orang jompo, penyandang cacat dari keluarga miskin.

3) Bantuan pembiayaan pendidikan bagi anak tidak mampu misalnya beasiswa, pembayaran SPP, iuran komite, pembayaran uang ujian.

(17)

4) Bantuan peralatan sekolah untuk anak tidak mampu misalnya, seragam sekolah, buku pelajaran dan lain-lain.

5) Bantuan biaya pengobatan, persalinan maupun kecelakaan untuk fakir miskin, pengobatan gratis.

6) Pengadaan ambulance gratis.

7) Khitanan massal bagi anak-anak fakir miskin.

8) Bantuan tunjungan untuk pengelola masjid dan musholla (penjaga, petugas kebersihan, muadzin dan guru ngaji.

9) Bantuan modal bagi usaha kecil mikro.

7. Lembaga Amil Zakat

Menurut Kurniawati (2016: 67) Amil Zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan, sampai ke proses pendistribusiannya serta tugas pencatatan masuk dan keluarnya dana zakat tersebut.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat. LAZISMU (2015)

Kegiatan utama Amil Zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan dana zakat dan infak/sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya.

Bagian Amil atas kerja mereka diberikan oleh pihak yang mengangkat mereka dengan catatan bagian tersebut tidak melebihi dari upah standar. Bagian amil dari dana zakat sebesar 1/8 atau 12,5%.

(18)

8. Manajemen Zakat

Nisa (2016 : 99) manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan .

Berdasarkan penjelasan diatas, manajemen adalah proses yang sistematis, terkoordinasi dan kooperatif dalam usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam Pengelolaan Zakat . a. Manajemen Perencanaan dalam Pengelolaan Zakat

Manajemen Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Oleh karena itu, maka dalam melakukan perencanaan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

1) Hasil yang ingin dicapai 2) Yang akan melakukan 3) Waktu dan skala prioritas 4) Dana (kapital)

b. Fungsi-Fungsi Manajemen Zakat

Manajemen yang berarti adalah segenap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai kegiatan yang telah ditetapkan dengan cara yang diatur sedemikian rupa dan sistematis sehingga tujuan dapat tercapai secara tertib, efektif dan efisien.

(19)

Nisa (2016: 99) ada 4 fungsi fungsi manajemen yang disingkat dengan akronim (POAC) yaitu :

1) Planning Perencanaan

penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

2) Organizing Pengorganisasian

yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer. untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan baik .

3) Actuating Pelaksanaan

merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama. Penekanan yang terpenting dalam pelaksanaan adalah tindakan membimbing, mengarahkan, menggerakkan, agar bekerja dengan baik, tenang, dan diferensiasi tugas masing masing.

4) Controlling Pengawasan

penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

c. Pengelolaan Zakat Berbasis Manajemen .

Atabik (2015: 21 ) menyatakan bahwa konsep dasar pengelolaan zakat sebuah kewajiban bukanlah mudah dilaksanakan, begitu juga dalam melaksanakan kewajiban mengumpulkan zakat. Apalagi dihadapkan pada masyarakat yang mempunyai kultur dan karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mengumpulkan zakat membutuhkan persiapan dan perencanaan

(20)

yang matang. Semua aktivitas dan faktor-faktor terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana, terorganisir, bahkan terkontrol dan dievaluasi tingkat capaiannya. Dalam konteks inilah manajemen untuk mengelola zakat sangat diperlukan agar pengelolaan itu berjalan dengan baik dan sistematis serta tepat sasaran. dengan baik dan sistematis serta tepat sasaran. Para ulama mencoba untuk merumuskan tata cara mengelola zakat dengan baik. Maka mereka mempunyai pandangan-pandangan tentang pengelolaan zakat sebagai berikut:

1) para ulama’ sepakat bahwa yang berhak mengumpulkan zakat pada harta tetap dan mendistribusikannya adalah pemimpin yang ada pada suatu daerah kaum muslimin. Hal ini tidak boleh ditangani secara perorangan, termasuk pendistribusiannya. Hal ini dilandaskan pada dalil dari sabda Rasulullah, bahwa Rasulullah memerintahkan utusan dan para pekerjanya untuk mengumpulkan zakat dari kaum Muslimin, dan Rasulullah sendiri pulalah yang memaksa kaum muslimin agar mereka menunaikan zakatnya untuk kepentingan negara, dan memerangi orang yang menolak untuk menunaikannya.

2) para ulama’ telah sepakat bahwa pengumpulan dan pendistribusian zakat pada harta bergerak, baik berupa uang maupun barang dagangan, dilakukan oleh pemimpin. Dalam surat al-Taubah ayat 60, dijelaskan bahwa zakat berada di bawah pengelolaan pemimpin atau pemerintah. Dalil ini juga menunjukkan, bahwasanya Allah menjadikan setiap panitia zakat bagian dari zakat itu sendiri, yang kesemuanya ini menunjukkan atas kewajiban dalam menunaikan tugas yang dibebankan .

(21)

d. Manajemen Pengorganisasian dalam Pengelolaan Zakat

Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Amil Zakat (LAZ) juga harus dikelola secara profesional dan didasarkan atas aturan-aturan keorganisasian untuk terwujudnya suatu organisasi/lembaga yang baik, maka perlu dirumuskan beberapa hal sebagai berikut:

1) Adanya tujuan yang akan dicapai,

2) Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan, 3) Adanya wewenang dan tanggung jawab,

4) Adanya hubungan (relationship) satu sama lain,

5) Adanya penetapan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan atau tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahiq dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Oleh karena itu, maka salah satu tugas Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam mendistribusikan zakat adalah menyusun skala prioritas berdasarkan program-program yang disusun berdasarkan data yang akurat

e. Manajemen Pendayagunaan Zakat.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi.

Pendayagunaan secara produktif pada zaman sekarang sangatlah diperlukan,teori maupun praktiknya terdiri atas lima aspek (Permana dan Baehaqi, 2018: 13) yaitu :

(22)

1) Keterbukaan Transparancy.

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan/organisasi harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

2) Akuntabilitas Accountability

Organisasi harus mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu organisasi harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan stakeholder.

3) Pertanggungjawaban Responsibility

Pertanggungjawaban merupakan kesesuaian kepatuhan didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

4) Independensi Independency

Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Governance, perusahaan/organisasi harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5) Kewajaran dan Keadilan Fairness

Dalam melaksanakan kegiatannya, organisasi harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

(23)

f. Pelaksanaan dalam Pengelolaan Zakat

Semangat yang dibawa bersama perintah zakat adalah adanya perubahan kondisi seseorang dari mustahiq (penerima) menjadi muzakki (pemberi). Bertambahnya jumlah muzakki akan mengurangi beban kemiskinan yang ada dimasyarakat. Namun keterbatasan dana zakat yang berhasil dihimpun sangat terbatas. Hal ini menuntut adanya pengaturan yang baik sehingga potensi umat bisa dimanfaatkan secara optimal mungkin dan mengelola dana-dana zakat ini secara profesional.Lembaga-lembaga pengelola zakat dituntut merancang program secara terencana dan terukur. Parameter keberhasilan yang digunakan lebih menitikberatkan pada efek pemberdayaan masyarakat bukan pada populis atau tidaknya suatu program.

g. Pengawasan dalam Pengelolaan Zakat

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

Andriani (2017: 55) mengatakan bahwa pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengann standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

(24)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan informasi / keterangan terdapat penelitian terdahulu:

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Identitas

Anita Tri Kurniawati, Politeknik Negeri

Banjarmasin 2016

Indria Andriani Politeknik Negeri

Banjarmasin 2017

Judul Rancangan Sistem Akuntansi Pokok Pada Lazismu Kalimantan Selatan Berdasarkan PSAK No. 109

Manajemen Pengelolaan Dana Zakat dan Infak / Sedekah Pada LAZISMU Kota Banjarbaru.

Institusi yang

Diteliti

LAZISMU (Lembaga Amil Zakat) Kalimantan Selatan

LAZISMU Kota Bajarbaru (Lembaga Amil Zakat) Kalimantan Selatan Permasalahan Bagaimanakah penerapan

sistem Akuntansi pokok yang sesuai untuk LAZISMU Kalimantan Selatan .

Bagaimana Implementasi Manajemen, meliputi :

perencanaan,pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan Zakat di Badan Amil Zakat Nasional LAZISMU Kota Banjarbaru

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui prosedur pengelolaan dana zakat dan

infak/sedekah (ZIS) dan merancangkan sistem akuntansi pokok yang

Untuk mengetahui dan menjelaskan Implementasi manajemen, meliputi:

perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan Peneliti

Aspek

(25)

sesuai untuk diterapkan pada LAZISMU

Kalimantan Selatan agar terwujud tata kelola organisasi pengelolaan zakat yang baik.

Zakat di Badan Amil Zakat LAZISMU Kota Banjarbaru.

Metode Penelitian

Metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Metode pendekatan deskriptif- Kualitatif

Hasil Penelitian

Rancangan sistem akuntansi pokok sesuai PSAK No. 109 dengan LAZISMU Kalimantan Selatan berupa

penambahan formulir Bukti Kas Masuk (BKM), Bukti Kas Keluar (BKK), Penyesuaian pada

formulir tanda

terima/ucapan terima kasih menjadi formulir bukti setor zakat dan infaq/shadaqah.

Pembuatan kode rekening, jurnal umum, jurnal penyesuaian dan buku besar.Pengungkapan laporan keuangan yang mengacu pada PSAK No.

101 meliputi laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Manajemen

Implementasi manajemen di LAZISMU Kota Banjarbaru Terkait dengan pendekatan terhadap muzakki, munfiq, dan mushaddiq diterapkan dalam empat (4) proses implementasi manajemen, meliputi :

1. Perencanaan (dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas,bimbingan terhadap muzakki, munfiq dan

mushaddiq, pemungutan atau fundraising, pendistribusian atau pengelolaan dan pendayagunaan atau penthasarufan “Banjarbaru taqwa, Banjarbaru cerdas, Banjarbaru sejahtera dan Banjarbaru peduli”

2. Pengorganisasian,penetapan tugas pokok pengurus LAZISMU kota Banjarbaru, meliputi : dewan

mempertimbangan, komisi pengawasan, dan Badan Pelaksana.

3. Pengarahan, dilakukan didalam rapat evaluasi dan program kegiatan yang dilakukan secara aktif dalam bentuk rapat evaluasi

mingguan, bulanan, dan tahunan, sedangkan arahan terhadap muzakki, munfiq

(26)

dan mushaddiq dilakukan di setiap program kegiatan pengajian bulanan Terlaksana 4. Pengawasan, oleh pihak

komisi pengawas yang terdiri dari ketua (wakil walikota Banjarbaru), wakil ketua (asisten pemerintahan

kota Banjarbaru), sekretaris ka.Inspektorat kota Kota

Banjarbaru dan anggota (staf ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Ka. Bag. Dalbang Setda Kota Banjarbaru dan Urusan Agama Islam kantor Kota Banjarbaru)

(27)

Gambar

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Awal tahun 2000 sejumlah penelitian dilakukan oleh Balai Arkeologi Makassar dan penelitian lainnya, yang dimuat dalam jurnal Walannae seperti yang dilakukan oleh Bernadeta

Dasar yang digunakan untuk menggolongkan adalah titik ilokusi (illocutionary point) atau tujuan ilokusi, yaitu, 1) asertif; titik ilokusi asertif adalah untuk mengikat penutur

Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan tentang Pengaruh susunan lamina komposit berpenguat serat E-glass dan serat Carbon terhadap kekuatan tarik

Dari hasil pengujian sistem penggunaan teknologi computer vision yang digunakan untuk mengenali sampah dibawah laut bisa dimplementasikan dengan menguji jenis

Laporan Keuangan BPTP LAMPUNG Semester II Tahun 2018 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

Perbandingan ini tidak bermaksud menyatakan bahwa yang ilmiah lebih tinggi daripada yang naluriah, atau bahwa yang naluriah lebih benar daripada yang ilmiah, karena

Dari sisi teknis produksi, pembuatan garam rakyat di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana dan 3