• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUBERNUR JAWA BARAT. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR: 443/Kep.348-Hukham/202143/Kep.376Hukham/2020 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GUBERNUR JAWA BARAT. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR: 443/Kep.348-Hukham/202143/Kep.376Hukham/2020 TENTANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GUBERNUR JAWA BARAT

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT

NOMOR: 443/Kep.348-Hukham/202143/Kep.376- Hukham/2020

TENTANG

PROTOKOL PEMERIKSAAN, PENJUALAN, DAN PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN, SERTA DISTRIBUSI DAGING KURBAN PADA MASA PANDEMI

CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) TAHUN 2021 M/1442 H GUBERNUR JAWA BARAT,

Menimbang : a. bahwa peningkatan kasus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di wilayah Jawa Barat belum dapat dikendalikan secara optimal sehingga perlu memberikan keamanan dalam pelaksanaan kurban tahun 2021 M/1442 H bagi seluruh pihak agar dapat terlindungi dari dampak infeksi Covid-19;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Gubernur tentang Protokol Pemeriksaan, Penjualan, dan Penyembelihan Hewan Kurban, serta Distribusi Daging Kurban pada Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Tahun 2021 M/1442 H;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Djuli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5619);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanganan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356);

8. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional;

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 114/Permentan/PD.410 tentang Pemotongan Hewan Qurban (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1453);

10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 133);

11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2015 tentang Pembinaan dan Pengawasan Produk Barang Higienis dan Halal (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 13 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 189);

(3)

12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 242);

13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat 230) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2021 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 249);

14. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 49 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk Rumah Potong Hewan Ruminansia (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 49 Seri E);

15. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pengenaan Sanksi terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 60);

16. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 475.5/Kep.581- Hukham/2020 tentang Komite Kebijakan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 475.5/Kep.788- Hukham/2020 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 475.5/Kep.581-Hukham/2020 tentang Komite Kebijakan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid- 19) dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat;

17. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.337- Hukham/2021 tentang tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Provinsi Jawa Barat;

Memperhatikan : 1. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 sebagaimana telah diubah dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2021, Tentang Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Coronavirus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali

2. Surat Edaran Menteri Agama Nomor SE. 16 Tahun 2021 sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor SE. 17 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Malam Takbiran, Shalat Idul Adha, dan Pelaksanaan Qurban Tahun 1442 H/2021 M Di Luar Wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat;

(4)

3. Surat Edaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nomor 8017/SE/PK.320/F/06/2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Kurban Dalam Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19);

4. Surat Edaran Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Barat Nomor 062/DP-P.XIII/VII/2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Shalat I’edul Adha dan Pelaksanaan Penyembelihan Hewan Qurban Tahun 2021 M/1442 H;

5. Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 114/KS.01.01/HUKHAM tanggal 3 Juli 2021 tentang Pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Provinsi Jawa Barat.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : Protokol Pemeriksaan, Penjualan, dan Penyembelihan Hewan Kurban, serta Distribusi Daging Kurban selama Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Tahun 2021 M/1442 H, sebagaimana tercantum dalam Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Gubernur ini.

KEDUA : Keputusan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung pada tanggal 5 Juli 2021

GUBERNUR JAWA BARAT, TTD

MOCHAMAD RIDWAN KAMIL

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN HAM,

(5)

LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 443/Kep.348-Hukham/2021 TANGGAL : 5 JULI 2020

TENTANG : PROTOKOL PEMERIKSAAN, PENJUALAN, DAN PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN, SERTA DISTRIBUSI DAGING KURBAN SELAMA PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) TAHUN 2021 M/1442 H.

PROTOKOL PEMERIKSAAN, PENJUALAN, DAN PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN, SERTA DISTRIBUSI DAGING KURBAN SELAMA PANDEMI

CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) TAHUN 2021 M/1442 H A. UMUM

1. Penyembelihan hewan kurban berlangsung dalam waktu 3 (tiga) hari, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah 1442 H, untuk menghindari kerumunan warga di lokasi penyembelihan hewan kurban.

2. Hewan yang memenuhi syariat Islam untuk keperluan ibadah kurban, meliputi hewan sapi, kerbau, domba, atau kambing harus memenuhi ketentuan:

a. Sehat, yaitu tidak menunjukkan gejala sakit, yang dapat membahayakan manusia atau yang mengonsumsi;

b. Tidak cacat, yaitu mempunyai anggota tubuh yang lengkap, sehingga menjamin ke-afdhal-an ibadah pekurban;

c. Tidak kurus dan berpenampilan serasi;

d. Jantan, tidak dikebiri, memiliki buah zakar lengkap 2 (dua) buah dengan bentuk dan letak yang simetris; dan

e. Cukup umur, dengan ketentuan:

1) domba atau kambing lebih dari 1 (satu) tahun (1 pasang gigi tetap);

2) sapi atau kerbau lebih dari 2 (dua) tahun (1 pasang gigi tetap).

3. Daging kurban harus memenuhi kriteria ASUH, yaitu:

a. Aman, yaitu tidak mengandung bahaya biologis, kimiawi, dan fisik atau bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan manusia;

b. Sehat, yaitu mengandung bahan-bahan (nutrisi) yang dapat menyehatkan manusia (baik untuk kesehatan);

c. Utuh, yaitu tidak dikurangi atau dicampur dengan bahan lain; dan d. Halal, yaitu disembelih dan ditangani sesuai syariat agama Islam,

dan tidak bercampur dengan barang yang haram.

4. Tempat Penjualan Hewan Kurban a. Teknis Pelaksanaan

1) penjual hewan kurban hanya menjual hewan kurban yang memenuhi syarat syariah;

2) penjualan hewan kurban secara daring atau dikoordinasikan oleh panitia kurban atau dewan kemakmuran mesjid;

(6)

3) dalam hal penjualan dilakukan di tempat, maka:

a) tempat penjualan hewan kurban harus memenuhi syarat administrasi teknis;

b) penjual dalam keadaan sehat;

c) penyediaan sarana cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir;

d) menerapkan kebersihan personal, yaitu sering mencuci tangan terutama setelah menyentuh hewan atau permukaan benda serta ketentuan jaga jarak fisik (physical distancing), yaitu mengatur jarak antara penjual dan pembeli, serta antar pembeli;

e) penjual dan pembeli hewan kurban menggunakan masker;

dan

f) diupayakan melakukan transaksi dengan uang elektronik.

4) Pengawasan hewan kurban dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan.

5. Pemeriksaan hewan kurban ante-mortem dilakukan oleh petugas di kandang penampung Rumah Potong Hewan (RPH), farm, kandang peternak, atau distributor ternak, dengan memerhatikan ketentuan mengenai jaga jarak fisik (physical distancing) serta menggunakan APD dengan masker 2 (dua) lapis, salah satunya masker medis atau masker kategori KN95 atau N95, sarung tangan (disposable glove), dan hand sanitizer.

Sedangkan pemeriksaan hewan kurban post-mortem dilakukan di RPH atau lokasi lain yang ditetapkan oleh Bupati/Wali Kota, oleh petugas dengan memerhatikan ketentuan mengenai jaga jarak fisik (physical distancing) serta menggunakan APD dengan masker 2 (dua) lapis, salah satunya masker medis atau masker kategori KN95 atau N95, sarung tangan (disposable glove), dan hand sanitizer.

6. Penyembelihan hewan kurban wajib memenuhi ketentuan:

a. Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan sesuai syariat Islam;

b. Pemotongan hewan kurban dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Ruminasia (RPH-R);

c. Dalam hal keterbatasan jumlah dan kapasitas RPH-R, pemotongan hewan kurban dapat dilakukan di luar RPH-R dengan ketentuan:

1)Penerapan jaga jarak fisik (physical distancing), meliputi:

a) Melaksanakan pemotongan hewan kurban di area yang luas sehingga memungkinkan diterapkannya jaga jarak fisik;

b) Penyembelihan dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan, aspek kebersihan, dan sanitasi serta kebersihan lingkungan;

c) Penyelenggara melarang kehadiran pihak-pihak selain petugas pemotongan hewan kurban;

d) Menerapkan jaga jarak fisik antarpetugas pada saat melakukan pemotongan, pengulitan, pencacahan, dan pengemasan daging;

e) Pendistribusian daging hewan kurban dilakukan oleh petugas kepada ke tempat tinggal warga yang berhak; dan

(7)

f) Petugas yang mendistribusikan daging kurban wajib mengenakan masker rangkap dan sarung tangan untuk meminimalkan kontak fisik dengan penerima daging hewan kurban.

2)Penerapan protokol kesehatan dan kebersihan petugas:

a) Pemeriksaan kesehatan awal yaitu melakukan pengukuran suhu tubuh petugas di setiap pintu/jalur masuk tempat penyembelihan dengan alat pengukur suhu tubuh (thermogun);

b) Petugas yang menangani penyembelihan, pengulitan, pencacahan daging, tulang, serta jeroan harus dibedakan;

c) Setiap petugas yang melakukan penyembelihan, pengulitan, pencacahan, pengemasan, dan pendistribusian daging hewan harus menggunakan masker, pakaian lengan panjang, dan sarung tangan selama di area penyembelihan;

d) Penyelenggara hendaklah selalu mengedukasi para petugas agar tidak menyentuh mata, hidung, mulut, dan telinga, serta sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer;

e) Petugas menghindari berjabat tangan atau kontak langsung, serta memperhatikan etika batuk/bersin/meludah;

f) Petugas yang berada di area penyembelihan harus segera membersihkan diri (mandi) sebelum bertemu anggota keluarga.

3)Penerapan kebersihan alat:

a) Melakukan pembersihan dan disinfeksi seluruh peralatan sebelum dan sesudah digunakan, serta membersihkan area dan peralatan setelah seluruh prosesi penyembelihan selesai dilaksanakan; dan

b) Menerapkan sistem satu orang satu alat. Jika pada kondisi tertentu seorang petugas harus menggunakan alat lain, maka harus dilakukan disinfeksi sebelum digunakan.

4)Pihak yang berkurban tidak menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban secara langsung. Penyelenggara dapat membantu memfasilitasi visualisasi penyembelihan hewan kurban melalui sarana telekomunikasi.

7. Distribusi Daging Kurban

a. Daging kurban diantar ke rumah masyarakat untuk menghindari kerumunan.

b. Potongan daging dikemas dalam kantong/wadah yang bersih dan transparan serta terpisah dari jeroan.

c. Penanganan daging dan jeroan sampai pendistribusian, paling lama 4 (empat) jam setelah proses penyembelihan. Jika tidak dapat dilakukan dalam waktu 4 (empat) jam, daging dan jeroan harus disimpan dalam kondisi dingin (00– 40C) atau dibekukan (00).

d. Setiap panitia yang melakukan pendistribusian daging hewan kurban harus menggunakan masker dan sarung tangan.

(8)

8. Pelaporan

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan melaporkan hasil pemeriksaan ante-mortem, penyembelihan, dan pemeriksaan post-mortem hewan kurban kepada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang membidangi ketahanan pangan dan peternakan.

GUBERNUR JAWA BARAT, TTD

MOCHAMAD RIDWAN KAMIL

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN HAM,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena daan research gap yang dipaparkan di atas penulis berniat menganalisis lebih jauh tentang pengaruh dari perspektif rumah makan dengan

Hasil analisis yang dijalankan menunjukkan terdapatnya hubungan positif yang signifikan diantara dimensi-dimensi kualiti jalinan hubungan ketua-subordinat dengan

Audit atas Sistem pengendalian intern (SPI) ini berisi tentang tingkat kelemahan pengendalian internal yang terjadi pada suatu pemerintah daerah. Menurut PP No.8

Merujuk kepada taggapan masyarakat yang berada diluar desa Ulu Benteng, mereka mengatakan apui mantarawang dengan sebutan Hantu Api, istilah kata yang digunakan

Beberapa efek samping menjadi resiko potensial bagi pasien yang diterapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap potensi interaksi dari obat

Tabel diatas menyajikan hasil analisis uji Mann-Whitney terdiri dari 30 responden tiap kelompok, median intervensi dan kontrol 30 dan 20, dengan range 23-4 dan

Selain peralatan yang diuraikan diatas terdapat beberapa peralatan lainnya yang sering digunakan pada pengukuran tanah di lapangan yaitu rambu, landasan rambu