• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Geuchik Perempuan Ditinjau Dari Perspektif Fiqh Siyasah (Studi Kasus Geuchik Perempuan Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kepemimpinan Geuchik Perempuan Ditinjau Dari Perspektif Fiqh Siyasah (Studi Kasus Geuchik Perempuan Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Geuchik Perempuan Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Mahasiswi Program Studi Hukum Tata Negera Fakultas Syari’ah dan Hukum

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN AR-RANIRY DARUSSALAM-BANDA ACEH

1442 H H/2021 M

Wulan Indah Sari NIM. 140105027

(2)
(3)
(4)
(5)

v

NIM : 140105027

Fakultas/Prodi : Syariah dan Hukum/Hukum Tata Negara

Judul : Kepemimpinan Geuchik Perempuan Ditinjau dari Perspektif Fiqh Siyasah di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh”.

Tanggal Munaqasyah : 28 Juli 2021 Tebal Skripsi : 60 halaman

Pembimbing I : M. Syu’ib, S.H.I., M.H Pembimbung II : Yenny Sri Wahyuni, M.H

Kata Kunci : Kepemimpinan, Geuchik Perempuan,fiqih siyasah, gampong Cot Mesjid.

Penelitian ini berjudul “Kepemimpinan Geuchik Perempuan Ditinjau dari Perspektif Fiqh Siyasah di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh’’. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui penyebab terpilihnya Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh dan pandangan fiqh siyasah terhadap kepemimpinan Geuchik perempuan di gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

Penelitian ini menggunakan metode lapangan dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Informan penelitian terdiri dari geuchik, aparatur gampong, tokoh masyarakat dan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian diketahui bahwa alasan terpelihnya Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid karena adanya kontribusi yang besar terhadap masyarakat, memiliki sikap peramah dan pemurah, memiliki pengalaman bekerja di aparatur pemerintah gampong dan merupakan putri asli kelahiran Gampong Cot Mesjid. Ditinjau dari fiqh siyasah terhadap kepemimpinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh dibenarkan dalam Islam, karena kepemimpinan perempuan tersebut sudah memenuhi ketentuan dalam Islam seperti pendidikan dan mempunya pengetahuan tentang hukum-hukum Islam.

(6)

vi

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Kepemimpinan Geuchik Perempuan Di Tinjaudari Perspektif Fiqh Siyasah (Studi Kasus Geuchik Perempuan Gampong Cot Mesjid Kecamatan Leung Bata Kota Banda Aceh)”. Tidak lupa pula, shalawat beserta salam penulis limpahkan kepada pangkuan alam Baginda Rasulullah Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau-lah kita telah dituntunnya dari alam jahiliyah ke alam islamiyah, dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan, seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Skripsi ini merupakan kewajiban yang harus penulis selesaikan dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar- Raniry Banda Aceh. Dalam rangka pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dimana pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Muhammad Siddiq, M.H., Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Mumtazinur, S.IP., MAselaku ketua Program Studi Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

3. M. Syu’ib, S.H.I.,M.H sebagai pembimbing I yang telah membantu dan memberikan arahan sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik.

(7)

vii

proses pelaksanaan penelitian sehingga terselesainya skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Acehyang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis.

6. Teristimewa penulis persembahkan skripsi ini kepada Ayahanda tercinta H. Burnawan H.M (alm) serta Ibunda tercinta Hj. Rosmawati yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasehat, serta dorongan yang luar biasa selama penulis mengikuti perkuliahan sampai menyelesaikan pendidikan, serta penulis berharap dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan. Karya tulis ini juga saya persembahkan kepada Adik saya Chairul Amni, dan kepada seluruh keluarga besar yang terus memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak yang tak terhingga untuk semua doa dan dukungannya.

7. Terima kasih juga kepada kawan-kawan saya Lidya Monica, S.H dan Cici Zulfiani ZR.

8. Terima kasih kepada seluruh member EXO Kim Minseok (Xiumin), Kim Junmyeon (Suho), Zhang Yixing (Lay), Byun Baekhyun, Kim Jongdae (Chen), Park Chanyeol, Do Kyungsoo, Kim Jongin (Kai) dan Oh Sehun Yang telah memberikan kebahagian dan motivasi dengan karya-karyanya sehingga memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Terima kasih kepada Lee Soo Man Soensaengnim serta seluruh penghuni Kwangya (SM Entertaiment) yang telah memberikan hiburan, semangat, dan motivasi selama penyusunan skripsi

10. Terima kasih kepada Jumpol Adulkittiporn (P’Off), Attapan Phunsawat (P’Gun), Tawan Vihokratana (P’Tay), Wichapas Sumettikul (N’Bibel),

(8)

viii

kebahagian dan motivasi selama penyelesaian skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

11. Terima kasih kepada seluruh penghuni agensi GMM TV, Studio WabiSabi, Domundi, Me Mind Y, Be On Cloud yang telah memberikan hiburan semngat dan motivasi selama penyusunan skripsi

12. Last but not least, saya ingin berterima kasih pada diri sendiri karena sanggup bertahan meneyelesaikan skripsi ini ditengan segala macam tekanan dan ujian yang terjadi pada saya selama pengerjan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna.

Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Penulis berharap semua yang dilakukan menjadi amal ibadah dan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca sebagai motivasi bagi penulis. Semoga kita selalu mendapat ridha dari Allah SWT.

Amin Ya Rabbal’alamin.

Banda Aceh, 26 Juli 2021 Penulis,

Wulan Indah Sari

(9)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam skripsi ini banyak dijumpai istilah yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin, oleh karena itu perlu pedoman untuk membacanya dengan benar. Pedoman Transliterasi yang penulis gunakan untuk penulisan kata Arab adalah sebagai berikut:

1. Konsonan

No. Arab Latin Ket No. Arab Latin Ket

1 ا Tidak

dilambangkan 16 ط t dengan titik di

bawahnya

2 ب b 17 ظ z dengan titik di

bawahnya

3 ت t 18 ع

4 ث ś s dengan titik di

atasnya 19 غ gh

5 ج j 20 ف f

6 ح h dengan titik di

bawahnya 21 ق q

7 خ kh 22 ك k

8 د d 23 ل l

9 ذ ż z dengan titik di

atasnya 24 م m

10 ر r 25 ن n

11 ز z 26 و w

12 س s 27 ه h

13 ش sy 28 ء

14 ص ş s dengan titik di

bawahnya 29 ي y

15 ض d dengan titik di

bawahnya

(10)

x 2. Konsonan

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

َ Fatḥah a

َ Kasrah i

َ Dammah u

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabunganantara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf

Nama Gabungan

Huruf

ي َ Fatḥah dan ya ai

و َ Fatḥah dan wau au

Contoh:

فيك

= kaifa,

لوه

= haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf

Nama Huruf dan tanda

ي/ ا Fatḥah dan alifatau ya Ā

(11)

xi Contoh:

لا ق

= qāla

ي م ر

= ramā

لْي ق

= qīla

ل ْوق ي

= yaqūlu

4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah ( ة) hidup

Ta marbutah ( ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrahdan dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah ( ة) mati

Ta marbutah ( ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,transliterasinya adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir huruf ta marbutah ( ة) diikutioleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan keduakata itu terpisah maka ta marbutah ( ة) itu ditransliterasikandengan h.

Contoh:

ُ ةَضاوَرالاَفاطَالْا

: rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl

ُ ةَنا يِدَمالااةَرَّوَ ن مالا

:al-Madīnah al-Munawwarah/

al-Madīnatul Munawwarah

ُاةَحالَط

: Ṭalḥah

Modifikasi

(12)

xii

kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut dan sebagainya.

(13)

xiii DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SIDANG ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB SATU PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Masalah ... 5

D. Definisi Istilah ... 5

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Pembahasan... 18

BAB DUA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM ... 19

A. Konsep Kepemimpinan ... 19

1. Pengertian Kepemimpinan ... 19

2. Syarat-Syarat Kepemimpinan ... 20

3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan ... 22

4. Tingkat Kepemimpinan ... 23

B. Konsep Kepemimpinan Perempuan dalam Islam ... 30 1. Pengertian kepemimpinan Perempuan dalam Islam

2. Sejarah Kepemimpinan Perempuan dalam

(14)

xiv

Islam ... 35

BAB TIGA KEPEMIMPINAN GEUCHIK PEREMPUAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DI GAMPONG COT MESJID ... 39

A. Gambaran Umum Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lhueng Bata ... 39

B. Penyebab Terpilihnya Geuchik Perempuan Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata ... 40

C. Pandangan Fiqh Siyasah Terhadap Kepemimpinan Geuchik Perempuan Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata ... 44

BAB EMPAT PENUTUP ... A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 56

DAFTAR LAMPIRAN ... 59

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 60

(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia secara biologis tidak dapat dipertukarkan, karena bentuk fisik antara laki-laki dan perempuan merupakan anugerah dari Allah SWT, sehingga tidak dapat untuk diubah dan bersifat umum. Laki-laki tidak bisa memiliki organ biologis sama seperti perempuan, begitu juga sebaliknya. Pembagian peran kerja di antara laki-laki dan perempuan sering kali mengakibatkan terjadinya kesenjangan gender, dikarena laki-laki biasanya bekerja pada sektor publik sedangkan perempuan berada di sektor domestik.1

Data statistik diseluruh dunia selalu menunjukkan bahwa angka partisipasi perempuan dalam pasar kerja dan politik selalu lebih kecil dari laki- laki. Faktor utama yang menghambat kesempatan perempuan untuk terjun ke dalam dunia politik yaitu pandangan bahwa dunia politik adalah dunia yang keras, memerlukan akal, dunia yang penuh debat, dan membutuhkan pikiran- pikiran cerdas, yang kesemuanya itu diasumsikan milik laki-laki bukan milik perempuan. Perempuan tidak pantas berpolitik karena perempuan adalah penghuni dapur atau domestik, tidak bisa berfikir rasional dan kurang berani mengambil resiko, kesemuanya itu sudah menjadi stereotip atau penilaian terhadap perempuan.2

Kondisi yang demikian menyebabkan hanya sedikit perempuan yang terlibat dalam dunia politik, sehingga sebagian besar perempuan berada dalam sektor domestik. Adapun yang menjadi landasan konstitusional dasar atas hak politik perempuan, di antaranya Pasal 28 C ayat (2) UUD 1945 menyatakan

1 Supartiningsih, Peran Ganda Perempuan, Sebuah Analisis Filosofis Kritis, Jurnal Filsafat, Jilid 33. Nomor 1, 2003, hlm. 45.

2 Astuti, Konstruksi Gender dalam Realitas Sosial, (Semarang: Unnes Press, 2011), hlm. 16.

1

(16)

“setiap orang berhak memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya secara kolektif membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”.3

Sedangkan menurut hukum Islam Al-Qur’an telah menghapuskan

berbagai macam diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, Al-Qur’an memberikan hak-hak kepada kaum perempuan sebagaimana hak-hak yang diberikan kepada kaum laki-laki. Di antaranya dalam masalah kepemimpinan, Islam telah memberikan hak kepada perempuan seperti yang dipikulkan Islam kepada laki-laki, kecuali hak atau kewajiban yang dikhususkan Islam untuk laki- laki berdasarkan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:

ُ تُ قَّل َط مْلاَو َُن ْصَّبَ َتََي َُّناه اس فْنَ ابِ َُةَث لَث ُ ء ْْۤو ر ق َُل َو ُ لاَيَ َُّن هَل ُْنَا َُنْم تْكَّي اَم َُقَلَخ ُ ّللا ُيْ اف َُّناهاماَحْرَا ُْناا َُّن ك َُّنامْؤ ي ُا ّلل ابِ ُامْوَيْلاَو

ُ اراخ ْلا َُّن تَُلْو ع بَو ُ قَحَا َُّناهاّدَراب ُْ اف َُ ال ذ ُْناا آْْو داَرَا اًح َلَ ْصاا َُّن هَلَو ۗ ُ لْثام ُْيا َّلَّا َُّنا ْيَْلَع ُ اف ْو رْعَمْل ابِ ُالاَجاّرلالَو َُّنا ْيَْلَع ُ ةَجَرَد ُ ۗ

ُ ّللاَو ُ زْيازَع ُ ْياكَح ࣖ

Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.4

Sekalipun telah dinyatakan dalam Al-Qur’an sebegaimana yang tertera di atas, namun di kalangan para ahli ilmu fiqh masih terdapat perbedaan pendapat, ada yang memperbolehkan dan ada juga yang melarang. Golongan yang berpandangan bahwa wanita tidak boleh menjadi pemimpin (seperti Presiden, menteri, perdana menteri, dan yang sederajatnya) di antaranya al-Bassam, Ibnu Qudamah, Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafi’i, Al-Khattabi, Al-Baglowi, Musthafa al-Siba’y dan Abdul Hakim bin Amir Abdat. Sedangkan pendapat kedua terutama dari kalangan ulama kontemporer berpandangan bahwa boleh wanita menjadi pemimpin di antaranya Muhammad Abdul Wahab, Yusuf Al-

3 Pasal 28 C ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

4 Departemen Agama, al-qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009).

(17)

Qordhawi, al-Ghazali, Mahmud Syaltut, al-Thabari, Sayyid Thantawi dan Ibnu Jarir at-Tobari.5

Golongan ulama yang menyatakan tidak boleh perempuan menjadi pemimpin berpendapat bahwa kepemimpinan dalam rumah tangga itu dipimpin oleh kaum pria (suami). Artinya di dalam rumah tangga saja kaum wanita (sebagai isteri dan ibu) tidak boleh memimpin kaum pria (suami), apalagi dalam kepemimpinan negara (menjadi Presiden) lebih tidak diperbolehkan. Sedangkan golongan yang memperbolehkan berpengang dari firman Allah SWT dalam surat al-Nisa ayat 34, yaitu:

ُ لاَجاّرل ٱ َُنو م َّٰ َّوَق ُ َلَع ُاءيا َساّنل ٱ اَماب َُل َّضَف ُ َّلل ٱ ُْم ه َضْعَب ُ َلَع ُ ضْعَب ُياَمابَو ُ او قَفنَٱ ُْنام ُْماهالََّٰوْمَٱ ُ ۗ ُ تَّٰ َحالَّٰ َّصل ٱَف ُ تَّٰ َتانَّٰ َق ُ تَّٰ َظافَّٰ َح

ُابْيَغْلاّل اَماب َظافَح ُ َّلل ٱ ُ ۗ ُ اتَّٰ َّل ٱَو َُنو فاََتَ َُّن هَزو ش ن َُّن هو ظاعَف َُّن هو ر ْهْ ٱَو ُ اف ُاعاجاَضَمْل ٱ َُّن هو با ْضْ ٱَو ُ ۗ ُْن اَف ُْ كَنْع َطَٱ َُلََف ِ

ُ او غْبَت َُّنا ْيَْلَع ًُلَياب َس ُ ۗ َُّن ا ََُّلل ٱ َُن َكَ اًّيالَع اًيرابَك ِ

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.6

Ayat di atas menyebutkan kata “Wajah dilalah” yang menurut sebagian ulama yang tidak memperbolehkan perempuan jadi pempimpin tidak bersifat umum, akan tetapi bersifat khusus; Juga tidak dengan lafadz suruhan (amar)

5 Yuminah, Kepemimpinan Perempuan dalam Islam: Melacak Sejarah Fenimisme melalui Pendekatan Hadits dan Hubungannya dengan Hukum Tata Negara, Jurnal Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran Vol 17, Nomor 1 Juni 2017, hlm.

107.

6 Departemen Agama, al-qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009).

(18)

tetapi dengan lafadz informatif (khabari). Hal ini berarti kaum wanita boleh menjadi pemimpin suatu bangsa.7

Kepemimpinan di Indonesia memiliki beberapa tingkatan, dari yang paling tinggi yaitu presiden sampai yang paling rendah seperti (Geuchik) atau pemimpin di gampong.8 Biasanya di Aceh kepemimpinan geuchik selalu dipimpin oleh seorang laki-laki, bahkan sejarah mencatat tidak pernah ada gampong yang dipimpin oleh seorang perempuan. Namun, pada tahun 2015 terjadi hal yang luar biasa, yakni terpilihnya geuchik perempuan pertama di Aceh yakni di Gampong Cot Masjid. Geuchik di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh ini menduduki jabatan menjadi pimpinan gampong. Yusniar dilantik sebagai Geuchik pada hari sabtu tanggal 26 Maret 2015 mengantikan Geuchik sebelumnya yaitu Bachtiar Ali untuk periode 2015 – 2021. Dia terpilih dalam pemilihan geuchik secara langsung, bahkan mayoritas warga masyarakat memberikan dukungan penuh untuk Yusniar dengan memperoleh kemenangan dari lawan saingannya yang semua laki-laki.9

Kenyataan ini menimbulkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian, karena masyarakat Aceh masih menganggap ragu kepemimpinan perempuan, ini yang menjadi suatu keinginan mengapa seorang perempuan yang dianggap ragu menjadi pimpinan dapat terpilih sebagai Geuchik di Gampong Cot Mesjid.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik ingin melakukan satu penelitian dengan mengangkat judul “Kepemimpinan Geuchik

7 Maimun, Kontroversi Wanita Menjadi Pemimpin: Kajian Analisis Metodologis, Jurnal Ilmiah, (Lampung: Fakultas Syari’ah Iain Raden Intan Lampung, 2013), hlm. 4-5.

8 Osawa, Traditional Gender Norms and Woman’s Political Participation:

How Conservative Women Engage in Political Activism in Japan. Social Science Japan Journal. Vol 18, No 1. 2015.

9 Wawancara dengan masyarakat yang bernama Mizwar Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata pada tanggal 12 februari 2021.

(19)

Perempuan Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah:

1. Apa yang menyebabkan terpilihnya Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh ?

2. Bagaimana pandangan fiqh siyasah terhadap kepemimpinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh ?

C. Tujuan Penelitian

Senada dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui penyebab terpilihnya Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

2. Untuk mengetahui pandangan fiqh siyasah terhadap kepemimpinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

D. Definisi Istilah

Agar menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami skripsi ini, maka dijelaskan beberapa istilah dasar.

1. Kepemimpinan

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain

(20)

tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Setelah ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.10

Adapun kepemimpinan perempuan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kepemimpina keuchik perempuan yang melaksanakan tugas pemerintahan di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

2. Geuchik Perempuan

Geuchik adalah pihak yang menjalankan hak, wewenang, dan kewajiban pimpinan pemerintahan gampong yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerin-tahan gampong, urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menum-buhkan serta mengembangkan jiwa gotong-royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan gampong.11 Geuchik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.

3. Perspektif Fiqh Siyasah

10 Djanalis, Kepemimpinan Teori dan Praktek, (Malang: Indonesia Multi Management, 1994), hlm. 13.

11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pasal 10 Ayat 1.

(21)

Perspektif berasal dari bahasa Inggris yaitu perception, yang diambil dari bahasa latin percipare yang berarti menerima atau mengambil.12 Secara istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek.13 Kata “Fiqh siyâsah” yang berasal dari dua kata yaitu kata fiqh) dan yang kedua adalah al-siyasi. Kata fiqh secara bahasa adalah faham. Secara istilah, menurut ulama usul, kata fiqh yaitu “mengerti hukum-hukum syariat yang sebangsa amaliah yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci.14 Syar’iyyah merupakan otoritas pemerintah untuk membuat kebijakan yang dikehendaki kemaslahatan, melalui aturan yang tidak bertentangan dengan agama, meskipun tidak ada dalil tertentu (yang mengaturnya).15

Adapun yang dimaksud dengan persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan fiqh siyasah terhadap kepemimpinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

E. Kajian Pustaka

Kajian terkait kepemimpinan perempuan dalam pandangan siyasah penting dilakukan kajian, karena mengingat di Provinsi Aceh , khususnya di Kota Banda Aceh kepemimpinan geuchik perempuan belum pernah ditulis dalam kajian siyasah. Hal ini penting dilakukan karena selama ini masyarakat banyak berpandangan bahwa perempuan dalam Islam tidak dibenarkan menjadi seorang pemimpin. Sekalipun sudah terdapat beberapa kajian di daerah lain,

12 Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 201.

13 Walgito, Pengantar Psikolog Umum, (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 2.

14 Wahbah al-Zuhaylî, Ushûl al-Fiqh al-`Islâmî (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2001) Vol. 1, hlm. 19.

15 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 20.

(22)

namun kajian hanya melihat fenomena kepemimpinan perempuan saja, tidak dalam konteks fiqh siyasah.

Agar menghindari kesamaan dengan kajian-kajian yang telah pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan kepemimpinan perempuan dalam tinjauan Islam, maka pada bagian ini dipaparkan beberapa kajian penelitian terdahulu yang relevan.

Kajian terkait kepemimpinan perempuan sebagai Geuchik pernah ditulis oleh Yuni Rikad Artika dengan mengangkat judul “Analisis Hukum Islam Tentang Kepemimpinan Geuchik Perempuan dalam Meningkatkan Pembangunan (Studi di Gampong Binjai Ngagung Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah)”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kepemimpinan Geuchik perempuan dalam meningkatkat pembangunan di Gampong Binjai Ngagung dan pandangan hukum islam terhadap kepemimpinan kepala dea perempuan. Kepemimpinan ibu Suparti selaku Geuchik Binjai dalam meningkatkan pembanguan di gampong telah berhasil memberi-kan dampak positif bagi masyarakat. Kempemimpinan perempuan dan laki-laki dalam pandangan hukum Islam adalah sama, yang membedakannya hanyalah ketak- waannya. Islam memandang manusia, baik laki-laki maupun perempuan sebagai mahkluk mulia dan bermartabat.16

Kajian berikutnya ditulis oleh Muji Burrahman dengan mengangkat tema

“Analisis Hukum Islam Terhadap Peran Kepemimpinan Geuchik dalam Pembangunan Gampong Periode 2010-2016 (Studi di Gampong Negeri Ratu Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peranan Geuchik Negeri Ratu periode 2010-2016 dalam pelaksanaan pembangunan secara umum sudah baik, walaupun masih ada yang harus berkelanjutan dan direalisasikan oleh kepemimpinan berikutnya.

16 Yuni Rikad Artika, Analisis Hukum Islam Tentang Kepemimpinan Geuchik Perempuan Dalam Meningkatkan Pembangunan (Studi di Desa Binjai Ngagung Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah), Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan, 2017), hlm. 3.

(23)

Kepemimpinan dalam Islam merupakan usaha menyeru manusia kepada amar ma’ruf nahi mungkar. Kepemimpinan Islam adalah perwujudan dari keimanan dan amal saleh, Geuchik Negeri Ratu periode 2010-2016 sudah tercermin dari sikap jujur, amanah, tanggungjawab dan memiliki sifat tekun beserta ulet yang selaras dengan ajaran Islam.17

Kajian tentang penerimaan serta pandangan masyarakat terhadap kepemimpinan Geuchik perempuan ditulis oleh Hadiatus Sarifah dengan judul

“Persepsi Masyarakat Terhadap Kepemimpinan Geuchik Perempuan (Studi Kasus Gampong Grogol Beningsari dan Gampong Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

(1) Terdapat persepsi negatif maupun positif dalam kepemimpinan Geuchik perempuan. Persepsi negatif ini muncul karena stereotip masyarakat terhadap perempuan, sedangkan dalam persepsi positif ini muncul karena sifat keperempuanannya dalam memimpin. (2) Menurut masyarakat, kemampuan Geuchik perempuan dalam dalam mencapai tujuan masih tergolong lemah. Hal ini terlihat dengan visi dan misi yang belum terlaksana sepenuhnya, kurangnya pelayanan administrasi pemerintahan gampong, dan lemahnya pengembangan fisik gampong, namun kemampuan Geuchik perempuan ix dalam menjalin relasi dengan pihak luar tergolong baik dan juga terciptanya kerjasama yang baik dengan masyarakat merupakan beberapa pencapaian Geuchik perempuan.18

Kajian releven lainnya ditulis Karwanto dengan judul “Kepemimpinan Geuchik Perempuan di Gampong Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya

17 Muji Burrahman, Analisis Hukum Islam Terhadap Peran Kepemimpinan Geuchik dalam Pembangunan Desa Periode 2010-2016 (Studi di Desa Negeri Ratu Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat), Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan, 2017), hlm. 3.

18 Hadiatus Sarifah, Persepsi Masyarakat Terhadap Kepemimpinan Geuchik Perempuan (Studi Kasus Desa Grogol Beningsari dan Desa Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen)”. Skripsi, (Semarang: UNS, 2015), hlm. 2.

(24)

Kabupaten Mesuji”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Adanya pengaruh karakteristik pekerjaan dengan kepemimpinan perempuan. Secara umum kepemimpinan yang digunakan oleh Geuchik perempuan gampong Mukti Karya adalah kepemimpinan demokratis dengan karakter kepribadian yang yang layak menjadi panutan, kreatif dalam menciptakan kegiatan baru seperti pelatihan membatik,cerdas dalam memecahkan suatu masalah, ulet dalam urusan anggaran gampong dan meneliti ulang yang akan di lakukan digampong Mukti Karya, tegas dalam memberikan arahan kepada bawahannya sehingga bawahan tidak menganggap Geuchik perempuan mempunyai jiwa yang lemah, memiliki pengetahuan luas, mandiri dan amanah sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kinerja bawahannya. Hambatan yang dihadapi oleh Geuchik perempuan dalam program pembangunan dan pelayanan masyarakat antara lain hambatan yang bersifat sosial budaya, budaya patriarkhi, peran domestik perempuan dan stereotip gender. Geuchik harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa budaya patriarkhi yang masih melekat, dengan menunjukan kinerja yang baik dan membuktikan bahwa perempuan juga dapat bekerja di ranah birokrasi pemerintahan.19

Kajian yang ditulis oleh Istri Nursholikah berjudul “Analisis Kepemimpinan Geuchik Perempuan Dalam Meningkatkan Pelayanan Masyarakat”. Pandangan masyarakat tetang kepemimpinan Geuchik perempuan di gampong Purworejo kecamatan Wates Blitar. Masyarakat gampong Porworejo kecamatan Wates Blitar, pada awalnya terdapat golongan masyarakat yang kontra terhadap hadirnya kepemimpinan Geuchik perempuan. Mau tidak mau, masyarakat harus bisa menerima hadirnya kepemimpinan Geuchik perempuan, berdasarkan hasil pemilihan Geuchik (Pilkades) yang telah

19 Karwanto, Kepemimpinan Geuchik Perempuan di Desa Mukti Karya Kecamatan Panca Jaya Kabupaten Mesuji, Skripsi, (Lampung: Universitas Raden Intan, 2018), hlm. 12.

(25)

dilakukan. Seiring dengan kepemimpinan Geuchik, masyarakat bisa menerima hadirnya kepemimpinan Geuchik perempuan.20

Kajian lainnya ditulis oleh Samsul Zakaria dengan judul “Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif Hukum Islam (Studi Komparatif antara Pemikiran KH. Husein Muhammad dan Prof. Siti Musdah Mulia)”. Hasil penelitian ini menjelaskan bajwa Kepemimpinan perempuan dalam perspektif hukum Islam adalah konsep yang terbuka tetapi senantiasa berhubungan secara dialogis dengan perkembangan zaman. Syariat Islam juga tidak memberikan ketentuan praktis yang tegas dan “clear” terkait kepemimpinan perempuan karena masalah ini adalah salah satu kajian mu’āmalah yang harus dijelaskan lebih lanjut dengan ijtihad dan berdasarkan pertimbangan kemanusiaan.

Berdasarkan pemikiran tersebut sebenarnya tidak ada larangan tekstual dan kontekstual terhadap perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Siapapun personnya, termasuk perempuan, berhak untuk menjadi pemimpin apabila memiliki kompetensi dan keahlian serta kesediaan dalam hal tersebut.21

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Rizki Fauzi, “Kemenangan Yusniar Sebagai 2016 Keuchik Gampong Cot Mesjid Banda Aceh Pada Pemilihan Secara Langsung Tahun 2015”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor penyebab kemenangan Yusniar dalam pemilihan Keuchik Gampong Cot Mesjid yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal meliputi latar belakang pendidikan, faktor kedekatan dengan masyarakat dan optimisme/keyakinan. Kemudian faktor eksternal yang mempengaruhi kemenangan Yusniar di antara lain kekuatan tim sukses dan dukungan masyarakat. Untuk strategi politik yang digunakan oleh Yusniar berupa lobi politik, komunikasi dan penyebaran informasi. Yusniar telah melakukan semua

20 Istri Nursholikah, Analisis Kepemimpinan Geuchik Perempuan Dalam Meningkatkan Pelayanan Masyarakat, Jurnal Civic Hukum Volume 1, Nomor 2, November 2016.

21 Samsul Zakaria, Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif Hukum Islam (Studi Komparatif antara Pemikiran KH. Husein Muhammad dan Prof. Siti Musdah Mulia), Khazanah, Vol. 6 No.1 Juni 2013.

(26)

strategi tersebut, akan tetapi tidak ada proses yang terlalu ekstrim dalam strategi yang dilakukanya karena dua calon Keuchik lainnya yang juga merupakan keluarganya sendiri tidak dianggap lawan dan Yusniar mengatakan mereka bukan untuk dilawan tetapi mereka bersanding dan siapapun yang menang nanti tidak akan menjadi masalah, akan tetapi Yusniar tetap fokus terhadap semua strategi, seperti lobi tehadap perangkat gampong, komunikasi dengan masyarakat dan penyebaran informasi melalui media tradisional yaitu dari mulut kemulut.22

Penelitian M. Asroel Ramadhana “Dinasti Politik Pemerintah Gampong Terhadap Kemenangan Yusniar Pada Pemilihan Keuchik Cot Mesjid”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinasti politik pada Gampong Cot Mesjid terhadap kemenangan Yusniar sebagai Keuchik tidak bisa dikatakan sebagai praktik dinasti politik. Hal tersebut tidak adanya campur tangan dari pihak Keuchik periode sebelumnya yang tak lain adalah suami dari Keuchik yang terpilih, adanya pemilihan Keuchik langsung, faktor gender. Adapun pola dinasti politik yang terjadi di Gampong Cot Mesjid tidak ada, hal ini dikarenakan pada Gampong Cot Mesjid terpilihnya Yusniar sebagai Keuchik merupakan riil dari hasil pilihan masyarakat melalui proses pemilihan Keuchik.

Kepada pemilihan umum yang dilakukan pada pemilihan Gampong contoh sebagai sebuah demokrasi yang penuh kekeluargaan dan keakraban diantara kontestan calon Kepala Gampong dalam Pilkades, serta Keuchik yang terpilih yaitu Yusniar lebih aktif dan dapat melaksanakan tugas yang telah diberikan.23

22 Wahyu Rizki Fauzi, Kemenangan Yusniar Sebagai 2016 Keuchik Gampong Cot Mesjid Banda Aceh Pada Pemilihan Secara Langsung Tahun 2015, (Skrispi), (Banda Aceh: Unsyiah, 2016), hlm. 34.

23 M. Asroel Ramadhana, Dinasti Politik Pemerintah Gampong Terhadap Kemenangan Yusniar Pada Pemilihan Keuchik Cot Mesjid, (Skripsi), (Banda Aceh:

Unsyiah, 2017), hlm.45.

(27)

F. Metode Penelitian

Pada dasarnya dalam melakukan setiap penulisan karya ilmiah selalu memerlukan data-data yang lengkap dan objektif serta mempunyai metode penelitian dan cara-cara tertentu yang disesuaikan dengan permasalahan yang hendak dibahas guna menyelesaikan penulisan karya ilmiah tersebut. Adapun metode yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran secara utuh, konkret, terhadap suatu individu, keadaan, gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam suatu masyarakat.24

Penelitian ini ialaj Penelitian Hukum Normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin- doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.25 Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.26

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai gelaja dan tindakan sosial yang bertentang dengan hukum.27 Pendekatan yuridis sosiologis adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta yang

24 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada), 2008, hlm. 25.

25 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada, 2010), hlm. 35.

26Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 118.

27 Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 102.

(28)

kemudian menuju pada identifikasi dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah.28

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (Field Research).

Penelitian lapangan ialah penelitian dengan mengamati kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra sebagai alat bantu utamanya, seperti telinga.29 Jadi metode ini merupakan metode pengumpulan data atau fakta-fakta yang terjadi dilokasi penelitian melalui wawancara secara sistematis dan berlandaskan dengan objek penelitian. Jenis penelitian ini juga bersifat penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah sumber-sumber tertulis, seperti buku-buku, qanun- qanun, undang-undang, jurnal, artikel dan yang lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ini, sehingga ditemukan data-data yang akurat dan jelas.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2020.

3. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ialah sasaran dari penelitian, sasaran penelitian tersebut tidak tergantung pada judul dan topik penelitian tetapi secara konkret tergambar-kan dalam rumusan masalah penelitian.30 Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah (1) kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Geuchik perempuan dalam menjalani sistem pemerintah gampong

28 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2011), hlm. 10.

29 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ....hlm. 143.

30 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm. 78.

(29)

di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh, dan (2) pandangan hukum Islam terhadap kepemim-pinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh.

Subjek penelitian adalah pihak yang menjadi sampel atau subjek yang dituju oleh peneliti untuk diteliti. Subjek penelitian dipilih secara sengaja dan menjadi informan yang akan memberi informasi yang diperlukan selama penelitian.31 Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian dikenal dengan informan. Informan adalah tempat memperolehnya informasi yang dikumpulkan sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan.32 Informan dalam penelitan ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti.33 Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini terdiri dari kepala Geuchik Cot Mesjid, aparatur gampong serta bebera orang masyarakat Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Informan Penelitian

No. Informan Jumlah

1 Geuchik 1 orang

2 Tuha Peut 2 orang

3 Kepala Dusun 3 orang

5 Tokoh Agama 3 orang

6 Masyarakat 5 orang

Jumlah 14 orang

Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2018.

4. Sumber Data

31Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 171.

32Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Yogyakarta: Erlangngga, 2009), hlm. 92.

33 Faisal Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 67.

(30)

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.34 Adapun data primer yang yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil dari wawancara dengan informan kunci, observasi dan dokumentasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari sumber kadua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.35 Adapun sumber sekunder terdiri dari berbagai literatur. Adapun sumber sekunder terdiri dari berbagai literatur bacaan yang memiliki relevansi dengan kajian ini seperti skripsi, jurnal ilmiah, majalah, artiker dan situs internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian, maka digunakan teknik yaitu:

a. Wawancara

Wawancara ialah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana wawancara diartikan sebagai alat pengumpul data dengan memper-gunakan tanya jawab antar pencari informasi tanya jawab antar pencari informasi dan sumber informasi.36 Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih untuk memperkuat data yang diperoleh untuk dokumentasi. Adapun responden yang akan diwawancarai terdiri dari kepala Geuchik Cot Mesjid, aparatur

34 Burhan, Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komuningkasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,..., hlm. 132.

35 Ibid, hlm. 132.

36 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ...,hlm. 118.

(31)

gampong serta bebera orang masyarakat Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh. Agar wawancara berjalan dengan baik, maka penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertan-yaan wawancara dan agar hasilnya terekam dengan baik maka perlu pula disiap-kan alat perekam suara beropa recorder.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi ialah suatu cara pengumpulan data yang menghasil-kan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang teliti, sehingga diproleh data yang lengkap, sah dan bukan bedasarkan perkiraan.37 Adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa profil Gampong Cot Mesjid, laporan kebijakan tahunan, foto-foto penelitian dan sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, atau bahan-bahan yang ditemukan di lapangan. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, dengan model analisis interaktif. Sugiyono mengemukakan ada tiga komponen pokok dalam analisis data yakni:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan dan pemusatan perhatian pada penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data juga merupakan suatu bentuk analisis yang memper- tegas, memper-pendek, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

b. Penyajian Data

37 Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 158.

(32)

Penyajian data diartikan sebagai pemaparan informasi yang tersusun untuk memberi peluang terjadinya suatu kesimpulan. Selain itu, dalam penyajian data diperlukan adanya perencanaan kolom dan tabel bagi data kualitatif dalam bentuk khususnya. Penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya diperlukan untuk melangkah kepada tahapan penelitian kualitatif selanjutnya.38

G. Sistematikan Pembahasan

Agar lebih memudahkan penulis dalam menguraikan objek penelitian serta para pembaca dalam memahami pembahasan karya ilmiah ini, maka perlu suatu sistematika pembahasan agar lebih terstruktur dan jelas dimulai dari teori dasar, objek, hingga hasil penelitian. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi dalam 4 (empat) bab, yaitu:

Bab Satu pendahuluan, pada bagian ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, kajian pustaka, metode penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab Dua landasan teori, yang menyangkut dengan gambaran umum tentang teori kepemimpinan perempuan dalam perspektif hukum Islam.

Bab Tiga hasil penelitian dan pembahasan yang menjelaskan temuan penelitian terkait kebijakan kepemimpinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh dan pandangan fiqh siyasah terhadap kebijakan kepemimpinan Geuchik perempuan di Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh

Bab Empat penutup, pada bagian itu menjelaskan kesimpulan serta saran yang menyangkut dengan penelitian ini.

38Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,...,hlm. 62.

(33)

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

A. Konsep Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kata “ kepemimpinan” terjemahan dari bahasa Inggris leadership. Kata ini sering terdengar dalam percakapan orang, dalam pertemuan-pertemuan, dari radio, televisi dan lain sebagainya.39 Dalam bahasa Arab disebut dengan istilah khilafah, imarah, ziamah, atau imamah. Secara etimologi, kepemimpinan berarti daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan dalam memimpin itu sendiri.40

Kepemimpinan diartikan sebagai suatu cara dan metode seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga orang tersebut dengan sadar mengikuti dan mematuhi segala kehendaknya.41 Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia kemampuan untuk membimbing orang.42 Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.43

Kepemimpinan menurut teori Heraty Noerhadi, berarti memperoleh atau mencapai keunggulan sebagai individu dalam masyarakat atau wilayah yang disebut publik. Kepemimpinan juga bisa berarti kompetisi dan hirarki, dan juga

39 Karjadi. Kepemimpinan (Leadership), (Bogor: Politeia, 1981), hlm. 1.

40 Zainuddin dan Mustaqim, Studi Kepemimpinan Islam: Telaah. Normatif dan Historis, (Semarang: Putra Mediatama Press, 2005), hlm. 1.

41 Joewono, Pokok - Pokok Kepemimpinan Abad 21, (Jakarta : Balai Pustaka, 2010), hlm. 2.

42 Moekijat, Perencanaan Sumber Daya Mamasia, (Bandung : Alumni, 1989), hlm. 7.

43 Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku.

(Jakarta: CV Rajawali, 1995), hlm. 117.

19

(34)

berkaitan dengan masalah kekuasaan dan tanggung jawab.44 Kepemimpinan adalah suatu pergerakan yang dilakukan dengan kemampuan menetapkan keputusan dan mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga terdorong untuk melakukan kegiatan bersama untuk mencapai satu tujuan.45

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerjasama mencapai tujuan yang mereka inginkan. Caranya dengan membuat planning, organizing, actuating, dan controlling yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai konsep manajemen.

Dari beberapa konsep di atas, konsep yang penulis gunakan adalah konsep Joewono yaitu kepemimpinan diartikan sebagai suatu cara dan metode seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga orang tersebut dengan sadar mengikuti dan mematuhi segala kehendaknya. Isi konsep ini relevan dengan pertanyaan penelitian ini.

2. Syarat-Syarat Kepemimpinan

Pada dasarnya seorang pemimpin harus memiliki bobot kepemimpinan dengan perilaku positif dan kelebihan-kelebihan tertentu antara lain :

a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah, b) Kelebihan jasmani dan rohani, c) Berani, terampil, dan berpengetahuan, d) Adil, jujur, bijaksana, dan demokratis, e) Penyantun, paham keadaan ummat, f) Ikhlas berkurban, qanaah dan istiqomah.46

44 Melly, G. Tan, Wanita Indonesia Pemimpin Masa Depan, (Jakarta: Pustaka sinar harapan, 2011), hlm. 9.

45 Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada.

University Press, 1993), hlm. 37.

46 Cahyani, Dasar– dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 69.

(35)

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam menciptakan tatanan sosial yang lebih baik. Untuk itu, semua manusia mempunyai tugas kepemimpinan secara bersama–sama. Sebab, ruang lingkup kepemimpinan terletak pada tanggungjawab bagi setiap manusia atau tugas–tugasnya di bumi Allah SWT dalam lapangan dan sektor yang beragam.

Kartini Kartono mengungkapkan bahwa konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu sebagai berikut:47

1. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

2. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “Mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

3. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Dari uraian di atas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi.

2. Dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin.

3. Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

Soerjono Soekanto menyatakan kepemimpinan yang akan berhasil, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:48

47 Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 36.

(36)

1. Indra-brata, yang memberikan kesenangan jasmani.

2. Yama-brata, yang menunjukkan pada keahlian dalam kepastian hukum.

3. Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion.

4. Caci-brata, yang memberikan kesenangan rohaniah.

5. Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut- pengikutnya.

6. Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati.

7. Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan, kepandaian dan keterampilan.

8. Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah.

3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Menurut Baidan dan Aziz, kepemimpinan hendaknya memenuhi beberapa prinsip kepempinan, yaitu:

a. Mengadakan peningkatan secara terus menerus, sudah menjadi sifat alamiah suatu tugas dapat dilaksanakan secara sukses, maka kita pengalihan perhatian pada suatu yang baru. Keberhasilan bukanlah suatu hasil akhir dari suatu tugas, keberhasilan adalah suatu langkah maju berikutnya.

b. Mengakui masalah secara terbuka, keterbukaan sebagai kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat dan juga sama secepatnya dapat mewujudkan kemampuan.

c. Mempromosikan keterbukaan, bagi organisasi tradisional, ilmu pengetahuan adalah kekuasaan pribadi. Tetapi bagi organisasi kaizen,

48 Soerjono Soekanto, Sosiologi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), hlm.

322.

(37)

ilmu adalah untuk saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya adalah sumber efisiensi yang besar.

d. Menciptakan tim kerja. Dalam organisasi tim adalah bahan bangunan dasar yang membentuk struktur organisasi. Masing-masing karyawan secara individual memberikan sumbangan berupa reputasi akan efisiensi, prestasi kerja dan peningkatannya.

e. Memberikan proses hubungan kerja yang benar. Dalam organisasi tidak menyukai hubungan yang saling bermusuhan dan penuh kontroversi yang terjadi dalam perusahaan secara murni berpusat pada hal-hal yang memiliki kultur yang saling menyalahkan.

f. Mengembangkan disiplin pribadi. Disiplin di tempat kerja merupakan sifat alamiah dan menuntut pengorbanan pribadi untuk menciptakan suasana harmonis dengan rekan sekerja di dalam tim dan prinsip-prinsip utama perusahaan, sehingga sifat-sifat individual yang terpenting bisa tetap terjaga.

g. Memberikan informasi pada karyawan. Informasi merupakan hal yang penting dalam perusahaan kaizen. Para pemimpin dan para manajer mengakui bahwa karyawan tidak dapat diharapkan untuk berpartisipasi melebihi tugas sehari-hari mereka.

h. Memberikan wewenang pada setiap karyawan. Melalui pelatihan berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab, pengambilan keputusan, akses sumber-sumber data dan anggaran, timbal balik reputasi perusahaan, dan penghargaan, maka para karyawan kaizen memilih kekuatan untuk cara memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan perusahaan.49

4. Tingkatan Kepemimpinan

49 Nasharuddin Baidan & Erwati Aziz, Etika Islam dalam Berbisnis, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 127.

(38)

Pemimpin bukan dilahirkan, melainkan dibentuk. Proses kepemimpinan berjalan begitu panjang, rumit dan melibatkan banyak elemen. Menjadi pemimpin yang efektif bukanlah seperti mendapatkan keuntungan dalam hari ini, sebagaimana jika kita berinvestasi di pasar modal. Proses ini bukan terjadi dalam waktu sekejap, melainkan merupakan hasil pertumbuhan sehari-hari. Kemampuan untuk tumbuh sepanjang waktu dapat ditingkatkan apabila kita memahami lima tingkatan kepemimpinan.

Kepempimpinan sendiri menurut Rinaldo memiliki lima tingkatan kepemimpinan sebagaimana terlihat dalam bagan di bawah:50

1. Entry

Entry level kepemimpinan adalah yang disebut dengan position level atau Urgyen Rinchen Sim menyebutnya positional level.Pollice menyebutnya dengan Leadership from position. Tingkatan ini merupakan tingkatan terendah atau dasar dari kepemimpinan. Pemimpinan pada tingkatan ini menduduki posisinya karena jabatan. Keahlian maupun besarnya usaha tidak dipersyaratkan untuk menduduki level kepemimpinan ini. Semua orang dapat menjadi pemimpin pada tingkatan ini tanpa usaha sekalipin dan tanpa kemampuan yang memadai.

Walaupun pemimpin ada karena jabatannya, para pengikut seringkali kondisi taat. Mereka harus taat karena adanya ketentuan yang berlaku.

Kemampuan memimpin para pemimpin tingkatan ini benar-benar didasarkan pada jabatan saja, tidak ada hubungannya dengan bakat.

50 Rinaldo, Lima Level Kepemimpinan, (Jakarta: BPS RI, 2015), hlm. 2.

(39)

Gamber 2.1 Tingkatan Kepemimpinan

Permasalahan dalam tingkat position ini adalah adanya pengaruh.

Hal ini akan menjadikannya sebagai seorang diktator. Pemimpin pada tingkatan ini dapat sukses apabila ia dapat mengetahui dengan tepat pekerjaanya, mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab, menguji kewenangannya serta melakukan lebih dari yang diharapkan. Tanpa hal tersebut ia tidak akan menjadi pemimpin tetapi hanya sebagai bos atau atasan saja.

2. Permission

Tingkatan kedua adalah permission level (Maxwell) permission leader (Sim) atau leadership from respect (Poolice). Pada tingkatan position leader, pemimpin melakukan tugasnya berdasarkan kewenangan (right).

Dalam permission leader, pemimpin tidak hanya menggunakan right saja, tetapi juga berdasarkan hubungan yang baik (relationship). Dapat terjadi pemimpin pada entry level memimpin karena kedudukan dan jabatanya, tetapi semua orang dapat menerima dan bahkan memang mengharapkan sebagai pimpinan. Akibat keinginan dari orang yang dipimpinnya ini maka terjalinlah hubungan kerja yang sinergis. Para pengikut tersebut sangat

(40)

bahagia dalam melakukan pekerjaannya. Mereka mengikuti pimpinan bukan lagi karena keharusan, melainkan sudah berdasarkan keinginan (want to).

Mereka mengizinkan pemimpin untuk memimpin mereka. Oleh karena itu, seluruh waktu, energi dan semua sumber daya dikerahkan untuk mengimbangi keinginan dan semangat para pengikut.51

Kepemimpinan level kedua ini dimulai dengan hati bukan dengan pemikiran. Para pengikut tidak peduli seberapa banyak yang pemimpin ketahui sampai mereka tahu seberapa besar kepedulian pemimpin. Dengan kata lain para pengikut hanya ingin tahu bahwa pemimpin peduli, sebelum mereka peduli apa yang pemimpin ketahui. Pemimpin dengan tingkatan kedua ini akan memimpin pengikutnya dengan saling berhubungan antara pemimpin dan pengikut. Boleh jadi awalnya pemimpin menjadi pemimpin karena jabatan atau kedudukannya. Seiring berjalannya waktu ia mulai mempelajari para pengikutnya dan menjalin hubungan dengan baik.

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan profesional. Agar seorang pemimpin level kedua ini berhasil, pemimpin harus memfokuskan perhatiannya pada para pengikut. Sangat efektif mempelajari dan melihat kehidupan pengikut melalui mata mereka. Pemimpin juga harus mampu menangani orang yang susah diatur serta menetapkan rencana karier para pengikutnya agar hidupnya lebih baik lagi. Kemampuan hubungan profesional inilah kunci kesuksesan pemimpin pada tingkat kedua ini.

3. Production

Tingkat selanjutnya (level ketiga) yang disebut dengan istilah production level (Maxwell), production leader (Sim), dan leadership from result (Pollice). Dalam level ini people follow you because of what you have done for the organization. Mereka melihat kualitas dan kuantitas hasil kerja pemimpin. Mereka kagum atas prestasi pemimpinnya sehingga mereka

51 Rinaldo, Lima Level Kepemimpinan…, hlm. 2.

(41)

mengikuti perintah dan kebijakan pemimpin. Mereka ingin bergabung dengan keberhasilan dan prestasi pemimpinnya.

Level ini menyenangkan bagi pemimpin karena segalanya dapat menghasilkan yang baik. Keuntungan atau kinerja yang meningkat, pembangkangan pengikut sangat rendah, bahkan para pengikut bermoral bagus serta semua masalah dengan mudah diselesaikan. Agar lebih efektif di level ini, seorang pemimpin dapat berinisiatif dan menerima tanggung jawab yang tumbuh dengan dibangunnya tujuan organisasi. Mulailah dengan diri sendiri dan akhirilah dengan para pengikut.52

4. Leadership from people development

Level berikutnya, (level keempat), adalah leadership from people development (Pollice), people development leader (Sim) dan people development (Maxwell). Pemimpin semakin menunjukkan peningkatan kemampuan dirinya. Dalam level yang ketiga, hasil kerja yang bagus dari pemimpin menarik minat para pengikutnya untuk melakukan hal yang sama dan berhasil bersama-sama. Setelah kondisi ini terwujud, pemimpin yang telah naik level mampu menularkan kehebatan, kelebihan, kemampuan dan seluruh energi positifnya kepada orang yang dipimpinnya.

5. Leadership from mentorship

Tingkatan kelima disebut dengan leadership from mentorship (Pollice), personhood leader (Sim) atau pinnacle level (Maxwell). Menurut penelitian terpisah dari John Mayberry, Darek Nowakowski, dan Clare Proctor, tidak lebih dari 5 persen pemimpin mampu mencapai tingkatan kelima ini. Bahkan menurut Maxwell, biasanya orang yang berada pada tingkatan ini adalah para negarawan atau para konsultan. Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pemimpin.

Pada level ini, pengikut bersedia taat karena mereka memiliki respect

52 Rinaldo, Lima Level Kepemimpinan…, hlm. 2.

Referensi

Dokumen terkait