PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP
BERAT BADAN PADA BAYI BBLR DI RUANG
PERINATOLOGI RUMAH SAKIT WANGAYA
OLEH :
MADE WIWIN SUMAWIDAYANTI NIM. 1102105012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP
BERAT BADAN PADABAYI BBLR DI RUANG
PERINATOLOGI RUMAH SAKIT WANGAYA
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH :
MADE WIWIN SUMAWIDAYANTI NIM. 1102105012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Made Wiwin Sumawidayanti
NIM : 1102105012
Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Denpasar, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terimakasih penulis berikan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagi Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. 2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS. AIF, sebagai ketua PSIK Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam pembuatan proposal penelitian.
3. Ns. NLK Sulisnadewi, M.Kep,Sp.Kep.An sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
4. Ns. NLP Yuni Suntari, S.Kep sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat waktu.
5. Dr. Dewa Putu Alit Parwita, M.Kes sebagai Wakil Direktur Penunjang dan Pengembangan SDM Rumah Sakit Wangaya yang telah bersedia memberi ijin dan menyediakan tempat untuk penelitian ini.
6. Orang tua dan keluarga atas segala bantuan materi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
8. Sahabat-sahabat dan teman-teman KKN PPM Unud Periode X Jatiluwih khusunya Kordes KKN PPM Unud Periode X Jatiluwih atas bantuan dan dukungannya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan dan ujian skripsi ini
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.
Denpasar, Mei 2015
ABSTRAK
Sumawidayanti, Made Wiwin. 2015. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya. Proposal, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. NLP Sulisnadewi, M.Kep.,Sp.Kep.An (2) Ns. Yuni Suntari, S.Kep
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor berasal dari ibu, janin, dan lingkungan. Bayi yang mengalami BBLR akan mengalami beberapa permasalahan yang disebabkan oleh belum matangnya fungsi-fungsi organ, salah satu diantaranya adalah mengalami masalah menyusui yang disebabkan oleh masih lemahnya reflek hisap bayi. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan terhadap bayi BBLR terdiri dari penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis. Tindakan nonfarmakologis salah satunya adalah pemberian terapi musik klasik Mozart. Manfaat musik klasik Mozart terhadap bayi BBLR salah satunya dapat membantu meningkatkan reflek hisap sehingga akan membantu pemenuhan nutrisi pada bayi BBLR. Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya pada tanggal 13 April sampai dengan 13 Mei 2015 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experimental dengan jumlah sampel kelompok perlakuan sebanyak 10 orang dan kelompok kontrol sebanyak 10 orang. Hasil dari penelitian ini setelah dilakuan uji statistik independent t-test menunjukkan ada pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR p < α (0,003 < 0,05).
ABSTRACT
Sumawidayanti, Made Wiwin. 2015. Mozart Classical Music Therapy Effects on Weights-Gaining of LBW Infants at Perinatology Wangaya Hospital. Proposal, Nursing Departement, Faculty of Medicine, Udayana University. Supervisors (1) Ns. NLP Sulisnadewi, M.Kep.,Sp.Kep.An (2) Ns. Yuni Suntari, S.Kep
Low Birth Weight (LBW) babies have their birth weight less than 2500 grams. It is caused by several factors, including the mother, fetus, and the environment. Baby with low birth weight will experience some of the problems that caused by the immaturity of organ functions. One of the problems experienced by LBW babies are breastfeeding problems which caused by the poor suction of baby's reflexes. Treatment that can be done to LBW babies consists of pharmacological and non-pharmacological treatment. Therapy classical music of Mozart is one of non-pharmacological treatment. Mozart classical is music that provide peace and healing for its listeners. One of the benefits of classical music of Mozart to LBW babies is helping to improve reflexes suction that will help fulfill the nutrition in low birth weight babies. The purpose of this study is to determine the effects of Mozart music therapy on weight-gaining of LBW infants in Wangaya Perinatology Hospital. Benefits for the nursing profession of this study is expected to be material additional information to enrich nursing midwives especially on children who is related to the use non-pharmacological therapy in order to promote weight-gaining of LBW babies. This research was conducted at room Perinatology Wangaya Hospital on April 13 until May 13, 2015. This research method is quasy experimental with sample treated group consist of 10 people and the control group consist of 10 people. Results from this study after a independent statistical t-test was done showed there’s effect of classical music of Mozart on weight gain in LBW infants p <α (0.003 <0.05).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
RINGKASAN PENELITIAN ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ... 7
2.1.1 Definisi BBLR ... 7
2.1.10 Penatalaksanaan... 18
2.2 Konsep Berat Badan Bayi ... 22
2.2.1 Definisi Berat Badan Bayi ... 22
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi ... 22
2.2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan Bayi ... 24
2.2.4 Cara Mengukur Berat Badan Bayi Yang Benar... 24
2.3 Konsep Terapi Musik ... 25
2.3.1 Definisi Terapi Musik ... 25
2.3.2 Jenis-Jenis Terapi Musik………... 25
2.3.3 Musik Klasik Mozart………... 26
2.2.4 Manfaat Terapi Musik Klasik Mozart ... 27
2.2.5 Teknik Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart …... 27
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ... 30
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 31
3.2.2 Definisi Operasional ... 32
3.3 Hipotesis ... 32
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 33
4.2 Kerangka Kerja ... 34
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 4.3.1 Tempat Penelitian ... 35
4.3.2 Waktu Penelitian ... 35
4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian danSampel 4.4.1 Populasi Penelitian ... 35
4.4.2 Teknik Sampling Penelitian ... 35
4.4.3 Sampel Penelitian ... 36
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4.5.1 Jenis Data ... 37
4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 38
4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 40
4.5.4 Etika Penelitian………... 43
4.6 Pengolahan Data dan Analisa Data 4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 45
4.6.2 Teknik Analisa Data... 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 48
5.1.2 Hasil Analisa Data ... 49
5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Obyek Penelitian Sesuai Variabel Penelitian ... 51
5.2Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Karakteristik Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya... 54
5.2.2 Berat Badan Rata-Rata Pre-test Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 57
5.2.3 Berat Badan Rata-Rata Post-test Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 58
5.2.4 Perbedaan Berat Badan Rata-Rata Sebelum dan Setelah Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart Pada Kelompok Perlakuan ………... 60
Terapi Musik Klasik Mozart Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 63 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 64 BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ………... 66 6.2 Saran ………...…... 67 Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian ... 30
Gambar 2 Kerangka Kerja Penelitian... 34
Gambar 3 Timbangan Bayi ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32 Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Usia
di Ruang Perinatologi RS Wangaya ... 50 Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
di ruang Perinatologi RS Wangaya ... 50 Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Berat Badan Lahir
di ruang Perinatologi RS Wangaya ... 51 Tabel 5 Berat badan rata-rata pre-test pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di
Ruang Perinatologi Rumah sakit Wangaya ... 51 Tabel 6 Berat badan rata-rata pre-test pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di
Ruang Perinatologi Rumah sakit Wangaya ... 52
Tabel 7 Perbedaan berat badan rata-rata kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik
Mozart pada kelompok perlakuan ... 52 Tabel 8 Perbedaan berat badan rata-rata pre-test dan
berat badan rata-rata post-test pada kelompok kontrol .... 53 Tabel 9 Perbedaan berat badan rata-rata pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberika
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Observasi
Lampiran 3 : SOP
Lampiran 4 : Surat Penjelasan Penelitian
Lampiran 5 : Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : Anggaran Biaya Penelitian
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : Lembar Observasi Responden
Lampiran 9 : Hasil Uji Analisis
Lampiran 10 : Surat Ijin Melakukan studi Pendahuluan di Rumah Sakit Wangaya
Lampiran 11 : Surat Rekomendasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali
Lampiran 12 : Surat Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar
Lampiran 13 : Surat Ijin Mengadakan Penelitian Rumah Sakit Wangaya
DAFTAR SINGKATAN
BBL : Berat Badan Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah WHO : World Health Organization
UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund LBW : Low Birth Weight
MDGs : Millenium Development Goal
DM : Diabetes Melitus
BBLER : Berat Badan Lahir Eksterm Rendah BBLRR : Berat Badan Lahir Sangat Rendah BBLM : Berat Badan Lahir Moderet
IUGR : Retardasi Pertumbuhan Intrauterin
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi merupakan seseorang yang berumur 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi, dengan demikian pada masa ini bayi sepenuhnya tergantung
pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya (Notoatmodjo, 2007). Selain
adanya pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat pada masa bayi, ini juga
merupakan bulan pertama kehidupan kritis. Bayi akan mengalami adaptasi
terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, dan mulai berfungsinya
organ-organ tubuh (Perry & Potter, 2005).
Pertumbuhan yang sangat cepat yang dialami oleh bayi harus diimbangi dengan
status kesehatan yang baik. Menentukan status kesehatan bayi dapat dilihat dari
riwayat kelahiran bayi. Riwayat kelahiran bayi dengan BBLR mengindikasikan
bayi memiliki suatu masalah kesehatan. Menurut Manuaba, dkk (2007) bayi berat
lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram.
Kejadian BBLR menurut data WHO (2013), terdapat 15,5% kelahiran dengan
BBLR di dunia. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di
Asia. Sementara di Asia Selatan diperkirakan setiap tahunnya terjadi BBLR pada
2
yaitu sebesar 10,2% (Rikesdas, 2013). Angka kejadian BBLR di Bali yang terdiri
dari 9 Kabupaten/Kota yaitu dari kelahiran bayi sebanyak 67.992, sejumlah 1.644
(24%) yang mengalami berat bayi lahir rendah (Dinkes Prov. Bali, 2013) dan di
RS Wangaya sendiri pada tahun 2011 terdapat 97 bayi BBLR, tahun 2012
terdapat 104 bayi BBLR, tahun 2013 terdapat 128 bayi BBLR dan tahun 2014
sampai dengan bulan November terdapat 102 bayi BBLR.
Kejadian BBLR ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Suriani
(2010), faktor penyebab terjadinya BBLR dapat dibedakan menjadi tiga faktor,
yaitu faktor yang berasal dari bayi, ibu, dan lingkungan. Menurut faktor yang
berasal dari bayi yaitu jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta. Faktor
yang berasal dari ibu yaitu umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat
badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan selama hamil. Sedangkan
faktor lingkungan yaitu status sosial, ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu,
pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat pengetahuan ibu.
Tingkat pengetahuan ibu mengenai penyebab terjadinya berat bayi lahir rendah ini
merupakan salah satu faktor terpenting dalam pencegahan terjadinya berat bayi
lahir rendah. Ibu yang sudah mengetahui penyebab-penyebab terjadinya BBLR
dapat mencegah terjadinya BBLR sedini mungkin. Bayi yang mengalami BBLR
ketika lahir akan mengalami beberapa permasalahan yang disebabkan oleh belum
matangnya fungsi-fungsi organ. Permasalahan tersebut dapat terjadi langsung
setelah lahir (jangka pendek) ataupun gangguan yang terjadi secara tidak langsung
(jangka panjang). Masalah jangka pendek yang terjadi menurut Kosim (2006)
3
nutrisi, gastrointestinal, ginjal, pengaturan suhu, imunologik, dan oftamologik.
Masalah jangka panjang yang terjadi menurut Kosim (2006) adalah gangguan
perkembangan, Retinopathy of prematury, penyakit paru kronik, gangguan
pertumbuhan, frekuensi hospitalisasi dan kesakitan pascanatal meningkat,
frekuensi anomaly kongenital meningkat, dan resiko anak terlantar dan ruda paksa
pada anak meningkat.
Selain dari permasalahan-permasalahan diatas pada bayi BBLR mempunyai
masalah menyusui, dimana reflek menghisapnya masih lemah. Membantu bayi
agar tetap mendapatkan ASI bisa dilakukan dengan pemerasan ASI lalu diberikan
kepada bayi dengan menggunakan pipa lambung atau pipet (Suradi, 2006).
Membantu bayi untuk meningkatkan reflek menghisapnya dapat dilakukan
dengan pemberian terapi musik. Menurut Wahyuningsri dan Eka (2014) reflek
bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat meningkatkan
intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak
manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang.
Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik (hipotalamus)
yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka pemberian
terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan fisiologis otak
pada reflek termasuk reflek hisap bayi.
Terapi musik adalah rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Sari, 2013). Salah satu jenis musik
4
Menurut Sari (2013) musik klasik Mozart memiliki keunggulan akan kemurnian
dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi, dan
frekuensi–frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan memberi daya
pada daerah–daerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya Mozart
memberi rasa nyaman tidak saja di telinga tetapi juga bagi jiwa yang
mendengarnya, karena musik klasik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia.
Menurut Wahyuningsri dan Eka (2014) pada bayi BBLR musik klasik Mozart ini
dapat meningkatkan reflek menghisap sehingga nutrisi bayi dapat terpenuhi serta
dapat meningkatkan berat badan bayi.
Adapun beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat penelitian ini,
yaitu : faktor pendukung terdiri dari masih tingginya angka kejadian BBLR,
belum pernah dilakukannya penatalaksanaan nonfarmakologis terhadap bayi
BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya, dan membantu program
pemerintah MDGs dalam pengurangan angka kematian ibu dan anak, sedangkan
faktor penghambat terdiri dari lingkungan dan waktu penelitian.
Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan data bahwa jumlah bayi BBLR di
Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya setiap tahunnya berfluktuasi dan
cenderung meningkat. Penelitian mengenai terapi musik klasik Mozart ini juga
belum pernah dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah
sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Berat Badan Pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik
klasik mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi
Rumah Sakit Wangaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
a. Mengidentifikasi karakteristik responden.
b. Mengidetinfikasi berat badan rata-rata pre-test pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
c. Mengidetinfikasi berat badan rata-ratapost-test pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
d. Menganalisis perbedaan rata-rata berat badan kelompok perlakuan sebelum
dan setelah diberikan terapi musik klasik Mozart.
e. Menganalisis perbedaan berat badan rata-rata pre-test dan pos-test pada
6
f. Menganalisis perbedaan rata-rata berat badan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol setelah diberikan terapi musik klasik Mozart.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Memberikan pengetahuan tambahan tentang manfaat terapi musik klasik
Mozart dalam meningkatkan berat badan bayi, sehingga mendukung upaya
peningkatan program kesehatan ibu dan anak di Ruang Perinatologi Rumah
Sakit Wangaya.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman oleh pengelola pendidikan
dalam memberikan solusi penanganan status gizi pada bayi BBLR.
1.4.2 Manfaat Teoritis
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan informasi tambahan dalam memperkaya ilmu keperawatan
khususnya di bidang keperawatan anak terkait penggunaan terapi
nonfarmakologi untuk meningkatkan berat badan bayi BBLR.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai dasar dalam melakukan penelitian pengaruh terapi musik klasik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1 Definisi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan
lahir kurang dari 2500 gram (David & Derek, 2008). Dahulu neonatus dengan
berat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
BBLR. Menurut Pantiawati (2010) semua bayi baru lahir dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram disebutLow Birth Weight Infant.Hal ini dilakukan karena
tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi
BBLR.
2.1.2 Epidemiologi
Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Bayi
lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi
BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
Menurut data WHO (2013), kejadian BBLR di dunia sebesar 15,5%. Kejadian
BBLR di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 10,2% (Rikesdas, 2013).
sejumlah 1.644 (24%) yang mengalami berat bayi lahir rendah (Dinkes Prov. Bali,
2013) dan kejadian BBLR di RS Wangaya dari setiap tahunnya berfluktuasi pada
tahun 2013 terdapat 164 bayi lahir dengan BBLR.
Menurut UNICEF & WHO (2004), penurunan kejadian BBLR merupakan salah
satu kontribusi penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk
menurunkan kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan
memastikan kesehatan anak pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah
satu indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs ini.
2.1.3 Etiologi
Menurut Sitohang (2010) terjadinya BBLR pada bayi disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Faktor Ibu.
1) Penyakit
Penyakit pada ibu yang menyababkan terjadinya BBLR yaitu penyakit yang
berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya perdarahan antepartum,
trauma fisik, dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
2) Usia ibu
Usia ibu yang <20 tahun merupakan angka kejadian prematuritas tertinggi.
Multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat juga akan menyebabkan
terjadinya BBLR. Kelahiran dengan BBLR terendah terjadi pada ibu yang
3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian BBLR yang disebabkan oleh faktor sosial ekonomi sebagian besar
terjadi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Selain
keadaan sosial ekonomi yang rendah, bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR bila
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari perkawinan yang sah.
4) Sebab lain
Kebiasaan ibu sebelum ataupun selama kehamilan seperti ibu perokok, ibu
peminum alkohol dan pecandu obat narkotik juga dapat menyebabkan
terjadinya bayi lahir dengan BBLR.
b. Faktor janin.
Kondisi janin yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu hidramion,
kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi bayi BBLR menurut Wong (2008) adalah sebagai berikut:
a. Menurut Ukuran :
1) BBLR adalah bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir eksterm rendah (BBLER) adalah bayi yang berat
badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRR) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderet (BBLM) adalah bayi yang berat badannya
1501 gram sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya adalah bayi yang berat badannya
antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterine.
6) Bayi berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya adalah
bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan
lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterine.
7) Retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR) adalah bayi yang pertumbuhan
intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti
yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya adalah bayi yang berat badan lahirnya di atas
b. Klasifikasi menurut usia gestasi:
1) Bayi prematur (preterm) adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37
minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir.
2) Bayi cukup bulan (full-term) adalah bayi yang lahir antara permulaan usia
gestasi 38 minggu dan sampai akhir 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat
badan lahir.
3) Bayi postmatur (post-term) adalah bayi yang lahir setelah usia gestasi 42
minggu, tanpa memerhatikan berat badan lahir.
b. Klasifikasi menurut mortalitas
1) Lahir hidup adalah kelahiran ketika neonates memperlihatkan tanda denyut
jantung, bernapas, atau memperlihatkan gerakan volunter, tanpa
memperhitungkan usia gestasi.
2) Kematian fetal adalah kematian fetus setelah usia gestasi 20 minggu dan
sebelum persalinan, tanpa adanya tanda kehidupan setelah lahir.
3) Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi dalam 27 hari pertama
kehidupan. Kehidupan neonatal awal terjadi dalam minggu pertama kehidupan,
kematian neonatal lambat terjadi antara tujuh sampai 27 hari.
4) Kematian perinatal adalah menggambarkan jumlah total kematian fetus dan
neonates awal per 1000 kelahiran hidup.
5) Kematian pascanatal adalah kematian yang terjadi antara 28 hari sampai satu
2.1.5 Permasalahan
Bayi yang lahir dengan BBLR dapat mengalami berbagai macam masalah,
menurut Kusumaningrum (2012) masalah-masalah tersebut adalah sebagi berikut:
a. Afiksia
Afiksia lahir terjadi pada bayi BBLR yang dipengaruhi oleh proses adaptasi
pernafasan waktu lahir. Pada bayi BBLR tidak semua mengalami kurang
bulan, tetapi ada juga yang sudah cukup bulan ataupun lebih bulan namun
semua dapat mempengaruhi proses adaptasi pernafasan.
b. Gangguan nafas
Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit
membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium.
BBLR yang mengalami gangguan nafas harus segera dirujuk ke fasilitas
rujukan yang lebih tinggi.
c. Hipotermi
Terjadinya hipotermi pada bayi BBLR disebabkan oleh sedikitnya lemak
tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
Metode kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap
hangat.
d. Hipoglikemi
Hipoglikemi terjadinya karena sedikitnya simpanan energi pada bayi baru
lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir
e. Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada bayi BBLR disebabkan oleh ukuran tubuh bayi
kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil, dan refleks hisap bayi yang
masih lemah.
f. Infeksi
Sistem kekebalan tubuh bayi yang belum matang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi pada bayi BBLR. Keluarga dan tenaga kesehatan yang
merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain
dengan cara mencuci tangan dengan baik.
g. Ikterus
Terjadinya ikterus pada bayi BBLR disebabkan oleh fungsi hati bayi yang
belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama
dari pada bayi yang cukup beratnya.
h. Perdarahan
Pada bayi BBLR dapat terjadi perdarahan yang berhubungan dengan belum
matangnya sistem pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1
dengan dosis 1mg intramuskuler segera sesudah lahir (dalam enam jam
pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian perdarahan ini.
2.1.6 Karakteristik
Karakteristik bayi yang ditemui pada bayi BBLR menurut Rahayu (2010) adalah
sebagai berikut :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
h. Rambut lanugo masih banyak.
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
l. Alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
n. Jaringan kelenjar mamae kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
o. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi jangka
pendek yang dapat terjadi yaitu yang berhubungan dengan prematuritas yang
diberikan intervensi klinik adalahAnemia of prematurity,kernicterus, Respiratory
Distress Syndrome (RDS), Intraventricular Hemoraghe (IVH), Retinopaty Of
Prematurity (ROP), Patent Ductus Arteiosus (PDA), Necrotizing Enterocilitis
(NEC),dan apnea. Masalah jangka panjang meliputiBronchopulmonary
Dysplasia (BPD), Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE),danposthemorrhagic
hidrocephalus,defek bicara, defek neurologi, dan defek auditori (Sari, 2013).
2.1.8 Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR menurut Pantiawati (2010) adalah dengan
mengukur bayi dalam jangka waktu satu jam setelah lahir, dapat diketahui dengan
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
1) Umur Ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil.
b. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1) Pemeriksaanskor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi yang kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupunbabygramdiperlukan pada bayi kurang bulan dimulai pada
umur delapan jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas
2.1.9 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan menurut Pantiawati (2010) sebagai
berikut :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil
yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
b. Hendaknya Ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun).
c. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi
selama hamil.
d. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang
2.1.10 Penatalaksanaan
Penanganan bayi berat lahir rendah menurut Destiana (2013) meliputi hal-hal
berikut.
a. Farmakologis
1) Pengaturan suhu
Pengaturan suhu pada bayi BBLR dilakukan agar bayi tetap dapat
mempertahankan suhunya dalam batas normal. Penggunaan inkubator
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan suhu tubuh bayi, karena
pada bayi BBLR pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik.
Suhu inkubator untuk bayi kurang dari 2000 gram adalah 35˚C dan untuk
berat 2000-2500 gram maka suhunya 34˚C agar bayi dapat mempertahankan
suhunya sampai 37˚C.
2) Pencegahan infeksi
Perawatan umum yang biasa dilakukan untuk pencegehan infeksi pada bayi
BBLR adalah tindakan aseptik, mempertahankan suhu tubuh, membersihkan
jalan nafas perawatan tali pusat dan memberikan cairan melalui infus. Bayi
prematur sangat rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin yang
masih rendah, aktifitas bakterisidial neutrofil, efek sitotoksik limfosit juga
masih rendah, fungsi imun belum dapat mengidentifikasi infeksi secara aktual.
Bayi akan mudah menghadapi infeksi terutama infeksi nosokomial.
3) Pengaturan dan PengawasanIntakeNutrisi Bayi BBLR
Pengaturan dan pengawasanintakenutrisi harus dilakukan dengan baik pada
lambung masih sedikit, daya enzim masih kurang terutama enzim lipase,
namun kebutuhan protein (3-5 gram/hari) dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari)
pada bayi BBLR sangatlah tinggi bahkan lebih tinggi dari bayi normal yang
bertujuan untuk meningkatkan berat badan bayi. Pengaturan dan pengawasan
intakenutrisi bayi BBLR diantaranya menentukan pemilihan susu, cara
pemberian dan jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan pada bayi prematur.
Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu dilakukan dengan
menggunakan pipet atau melalui enteral.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum
pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Untuk mengetahui ada
tidaknyaatresia esofagusdan mencegah muntah. Permulaan cairan diberikan
sekitar 50–60 ml/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
ml/kg BB/hari.
4) Berat badan
Pemantauan dan monitoring berat badan pada bayi harus dilakukan secara
ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi yang
berhubungan dengan daya tahan tubuh. Setiap bayi yang lahir akan ditimbang
berat badannya, karena berat badan merupakan salah satu ukuran yang
menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan mulai dari kepala,
leher, dada, perut, tangan, dan kaki. Berat badan yang rendah saat lahir
5) Membantu beradaptasi
Beberapa rumah sakit yang menggunakan patokan berat badan untuk
pemulangan bayi. Selain itu, setelah suhunya stabil dan memenuhi kriteria
pemulangan biasanya bayi baru akan diperbolehkan dibawa pulang. Perawatan
selama di rumah sakit pada bayi yang tidak mengalami komplikasi bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya.
6) Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen pada bayi harus memperhatikan ketepatannya, karena jika
pemberiannya kurang akan memperburuk ekspansi paru yang merupakan
masalah serius bagi bayi prematur yang dikarenakan tidak adanya surfaktan,
dan jika pemberian oksigen berlebih akan menyebabkan kerusakan jaringan
retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
7) Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napasorofaringdannasofaringdibersihkan dengan
hisapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti
dengan pemantauan terus-menerustekanan oksigen darah arteri antara 80-100
mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat
digunakan elektroda oksigen melalui kulit.
b. Non Farmakologis
1) Terapi musik
Terapi musik adalah suatu tindakan pemberian terapi non farmakologis yang
musik ini pada bayi BBLR adalah dapat membantu meningkatkan reflek hisap
pada bayi BBLR sehingga nutrisi pada bayi BBLR akan terpenuhi dan berat
badan bayi BBLR juga akan mengalami peningkatan.
Salah satu jenis terapi musik yang sering diberikan untuk bayi BBLR adalah
terapi musik Klasik Mozart. Terapi musik Klasik Mozart ini dapat membuat
keadaan bayi menjadi lebih rileks. Menurut Wahyuningsri & Eka (2014)
rangsangan ritmis terapi musik mampu meningkatkan fungsi kerja otak
manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang.
Musik yang diterima melalui pendengaran mempengaruhi sistem limbik
(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku,
maka pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan
kemampuan fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi.
2) Terapi sentuhan
Terapi sentuhan atau stimulasi taktil pada bayi merupakan suatu sentuhan
yang lembut dan lambat (Hikmah, Rustina, & Pujasari, 2011). Menurut
Hikmah, (2010) manfaat terapi sentuhan ini yaitu dapat menguatkan dan
manfaat sentuhan pada fungsi fisiologis. Manfaat terapi sentuhan menguatkan
yaitu dapat meningkatkan berat badan, menstabilkan suhu tubuh, memperbaiki
pola tidur, dan penggunaan energi. Manfaat terapi sentuhan pada fungsi
fisiologis adalah sebagai berikut :
a) Dampak biokimia positif, yaitu adanya penurunan terhadap kadar hormon
b) Dampak klinis yang positif, yaitu adanya peningkatan daya sel dan daya
toksin dari sistem imunitas, mengubah gelombang otak, memperbaiki sirkulasi
pernafasan dan sirkulasi darah, merangsang fungsi pencernaan, meningkatkan
berat badan, dan dapat meningkatkan hubungan orang tua dengan bayi.
2.2 Konsep Berat Badan Bayi
2.2.1 Definisi Berat Badan Bayi
Berat badan bayi merupakan sebagai salah satu indikator terpenting. Berat badan
dapat digunakan untuk menilai keadaan gizi dan tumbuh kembang bayi. Maka
dari itu semua bayi yang baru lahir harus segera ditimbang. Bayi yang memiliki
berat badan kurang saat lahir karena mengalami gangguan pertumbuhan intauterin
atau pemendekan usia gestasi (Hariati, 2010).
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi terdiri dari dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Destiana, 2013).
a. Faktor Internal
1) Faktor genetik/keturunan
Berat badan bayi dipengaruhi oleh faktor genetik, yaitu dilihat dari kakek
neneknya atau orang tuangnya. Bayi yang mempunyai keturuan pertumbuhan
berat badan yang pesat bayi mempunyai potensi untuk lahir gemuk.
Sebaliknya, bayi yang memiliki pertumbuhan berat badan yang kurang bayi
2) Asupan gizi
Bayi prematur yang mendapat asupan gizi yang cukup berpotensi mengalami
kecepatan pertumbuhan berat badan yang cukup dari pada bayi yang kurang
mendapatkan asupan gizi dalam kualitas dan kuantitas yang memadai.
3) Jenis kelamin
Kecepatan pertumbuhan pada bayi laki-laki lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan pada bayi perempuan.
4) Berat badan ketika lahir
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah akan mengalami
keterlambatan pertumbuhan berat badan dari pada bayi yang dilahirkan secara
normal.
5) Usia
Usia bayi ikut menentukan berat badan bayi, karena lamanya bayi lahir akan
segera beradaptasi dengan lingkungan selain dalam kandungan ibunya. Awal
dilahirkan bayi akan mengalami penurunan berat badan dan seiring
bertambahnya usia bayi maka pertumbuhan akan terjadi.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan prenatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan. Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh pada tumbuh
waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres,
imunitas dan anoksia embrio.
2) Faktor lingkungan postnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik
bayi itu sendiri.
2.2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan
Kenaikan berat badan hingga tiga bulan pertama pada bayi BBLR Menurut
Destiana (2013) dapat di perkirakan sebagai berikut:
a. 150-200 gram seminggu untuk bayi berat lahir <1500 gram (20-30 gram per
hari).
b. 200-250 gram seminggu untuk bayi berat lahir 1.500-2.500 (30-35 gram per
hari).
2.2.4 Cara Mengukur Berat Badan Bayi Yang Benar(Hanifah, 2009)
a. Letakkan timbangan bayi pada permukaan yang datar.
b. Sebelum penimbangan, pastikan timbangan berfungsi dengan baik, yaitu
jarum pada timbangan bayi menunjukkan angka nol.
c. Bayi ditimbang tanpa menggunakan pakaian apapun.
d. Pembacaan skala hanya dilakukan jika bayi diam.
2.3 Konsep Terapi Musik
2.3.1 Definisi Terapi Musik
Terapi musik adalah proses interpersonal yang menggunakan musik untuk terapi
aspek-fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual untuk membantu
pasien dalam meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka (Suryana,
2012).
Djohan (2009) mendefinisikan terapi musik merupakan kekuatan musik yang
bersifat humanistik untuk membantu klien menata dirinya sehingga mereka
mampu mencari jalan keluar, mengalami perubahan, dan akhirnya sembuh dari
gangguan yang diderita.
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang mampu mempengaruhi kondisi
seseorang baik fisik maupun mental yang menggunakan musik sebagai media
terapinya. Terapi musik ini dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik,
emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Musik
memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan,
belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran
(Mahanani, 2013).
2.3.2 Jenis-jenis Terapi Musik
Jenis-jenis musik yang dapat digunakan dalam pemberian terapi musik
diantaranya musik klasik, instrumental,slow music,orchestra, serta dapat juga
memberikan terapi musik yang berjenis seperti pop,disco, rock and roll, dan
musik berirama keras karena jenis-jenis musik ini berlawanan dengan irama
jantung terutama musik berirama keras. Musik yang sering digunakan pada bayi
adalahBethoven, Vivaldi, Scuhbert, Lullabies, danMozart effect(Hariati, 2010).
2.3.3 Musik Klasik Mozart
Musik klasik Mozart adalah musik klasik yang memberikan ketenangan,
memperbaiki persepsi spasial dan memungkinkan pasien untuk berkomunikasi
baik dengan hati maupun pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama,
melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan wilayah
kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak
dimiliki komposer lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan yang
membebaskan, mengobati dan menyembuhkan (Mahanani, 2013).
Nama musik klasik merupakan jenis musik yang namanya diambil dari salah satu
periode musik di Eropa Barat yaitu Zaman Klasik pada Abad 18. Pada zaman ini,
musik klasik lebih ringan, mudah dan tidak membingungkan. Ciri-ciri musik
klasik adalah mudah dimengerti, ringan, tidak membingungkan, homofonik
(harmoni tiga nada atau lebih) dengan bentuk komposisi sonata dan simfoni.
Wolfgang Amadeus Mozartbernama asliJohanes Chrysostomus Wolfganggus
Gottlieb Mozartadalah seorang komponis musik di Eropa ketika zaman klasik.
Musik klasik gubahannya yang dikenal sebagai musik Mozart dalam sejarah.
Musik klasik Mozart merupakan musik klasik karya Mozart, seorang komponis
ketukan tiap menit, dapat memberi pengaruh pada amplitudo dan frekuensi pada
gelombang otak.
2.3.4 Manfaat Terapi Musik Klasik Mozart
Manfaat terapi musik Klasik Mozart untuk bayi BBLR menurut Sari (2013)
adalah sebagai berikut :
a. Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir
b. Mengurangi aktivitas akibat stress dan tekanan
c. Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa
d. Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh
e. Efektif meningkatkan berat badan bayi premature
f. Mengurangi lama rawat inap hingga 11 hari
g. Meningkatkan kadar saturasi oksigen untuk jangka waktu yang singkat.
2.3.5 Teknik Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart
Pemberian terapi musik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari hanya
mendengarkan dengan memilih lagu sampai memainkan sebuah alat musik.
Beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan teknik spesifik yaitu; tipe musik
dan pilihan individu, terlibat aktif ataupun pasif, lama waktu pemberian musik,
dan hasil yang diinginkan.
Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum
memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian terapi musik
memberikan efek yang membahayakan walaupun diberikan dalan jangka waktu
yang lama. Terapi musik yang diberikan secara singkat juga akan memberikan
efek yang positif pada beberapa pasien.
Musik yang sering digunakan pada bayi salah satunya adalahMozart effect.
Penelitian tentangeffect of music by Mozart on energy expenditure in growing
preterm infants. Pada penelitian ini menggunakan musik Mozart bayi dengan alat
mini-CD dengan volume antara 65-70 db. Sebelum penelitian CD dikalibrasi
sesuai dengan rekomendasiAmerican Academy of Pediatricyaitu tidak lebih dari
75 db dan mengurangi kebisingingan didekat bayi sekitar <45 db. Speaker CD
diletakkan dalam inkubator dengan jarak 30 cm jauhnya dari bayi. Kebisingan
lingkungan dikendalikan dengan meminimalkan kebisingan yang tidak diinginkan,
alarm diatur diam, dan pintu ditutup. Musik ini diberikan selama 30 menit perhari
(Hariati, 2010).
2.4 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Bayi BBLR
Terapi musik klasik Mozart memiliki beberapa manfaat salah satunya dapat
meningkatkan berat badan pada bayi BBLR. Peningkatan berat badan dapat terjadi
melalui mekanisme keseimbangan energi positif yaitu pemasukan energi lebih
besar dari pada pengeluaran energi. Pemasukan energi yang besar melalui
pengaruh terapi musik klasik Mozart terjadi karena terapi musik dapat
meningkatkan reflek hisap bayi sehingga pemasukan kalori akan meningkat.
Pengeluaran energi yang kecil terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan
menstabilkan respon fisiologis bayi prematur sehingga akan menghemat energi
bayi BBLR. Berdasarkan proses pemasukan dan pengeluaran energi tersebut maka
berat badan bayi prematur dapat meningkat akibat terapi musik (Nani, Utami &
Purwanti, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyuningsri & Eka (2014)
pemberian terapi musik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan berat badan bayi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan reflek
hisap bayi. Reflek bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat
meningkatkan intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi
kerja otak manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan
tenang. Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik
(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka
pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan
fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi. Dengan demikian hasil
penelitian yang dilakukan di RS Ngudi Waluyo Wlingi mendukung hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Pemberian
terapi musik klasik terbukti dapat meningkatkan berat badan pada bayi prematur.
Bila hal ini diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka dapat
mencegah terjadi penurunan berat badan pada bayi terutama pada minggu pertama
kelahiran, dan mencegah permasalahan yang dapat timbul akibat penurunan berat
badan. Adanya berat badan yang sesuai dengan usia bayi akan dapat mendukung