• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP

BERAT BADAN PADA BAYI BBLR DI RUANG

PERINATOLOGI RUMAH SAKIT WANGAYA

OLEH :

MADE WIWIN SUMAWIDAYANTI NIM. 1102105012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP

BERAT BADAN PADABAYI BBLR DI RUANG

PERINATOLOGI RUMAH SAKIT WANGAYA

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

MADE WIWIN SUMAWIDAYANTI NIM. 1102105012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Made Wiwin Sumawidayanti

NIM : 1102105012

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terimakasih penulis berikan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagi Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. 2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS. AIF, sebagai ketua PSIK Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam pembuatan proposal penelitian.

3. Ns. NLK Sulisnadewi, M.Kep,Sp.Kep.An sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

4. Ns. NLP Yuni Suntari, S.Kep sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat waktu.

5. Dr. Dewa Putu Alit Parwita, M.Kes sebagai Wakil Direktur Penunjang dan Pengembangan SDM Rumah Sakit Wangaya yang telah bersedia memberi ijin dan menyediakan tempat untuk penelitian ini.

6. Orang tua dan keluarga atas segala bantuan materi dan dukungan baik moral maupun spiritual.

(7)

8. Sahabat-sahabat dan teman-teman KKN PPM Unud Periode X Jatiluwih khusunya Kordes KKN PPM Unud Periode X Jatiluwih atas bantuan dan dukungannya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan dan ujian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Denpasar, Mei 2015

(8)

ABSTRAK

Sumawidayanti, Made Wiwin. 2015. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat Badan Pada Bayi BBLR Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya. Proposal, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. NLP Sulisnadewi, M.Kep.,Sp.Kep.An (2) Ns. Yuni Suntari, S.Kep

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor berasal dari ibu, janin, dan lingkungan. Bayi yang mengalami BBLR akan mengalami beberapa permasalahan yang disebabkan oleh belum matangnya fungsi-fungsi organ, salah satu diantaranya adalah mengalami masalah menyusui yang disebabkan oleh masih lemahnya reflek hisap bayi. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan terhadap bayi BBLR terdiri dari penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis. Tindakan nonfarmakologis salah satunya adalah pemberian terapi musik klasik Mozart. Manfaat musik klasik Mozart terhadap bayi BBLR salah satunya dapat membantu meningkatkan reflek hisap sehingga akan membantu pemenuhan nutrisi pada bayi BBLR. Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya pada tanggal 13 April sampai dengan 13 Mei 2015 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experimental dengan jumlah sampel kelompok perlakuan sebanyak 10 orang dan kelompok kontrol sebanyak 10 orang. Hasil dari penelitian ini setelah dilakuan uji statistik independent t-test menunjukkan ada pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR p < α (0,003 < 0,05).

(9)

ABSTRACT

Sumawidayanti, Made Wiwin. 2015. Mozart Classical Music Therapy Effects on Weights-Gaining of LBW Infants at Perinatology Wangaya Hospital. Proposal, Nursing Departement, Faculty of Medicine, Udayana University. Supervisors (1) Ns. NLP Sulisnadewi, M.Kep.,Sp.Kep.An (2) Ns. Yuni Suntari, S.Kep

Low Birth Weight (LBW) babies have their birth weight less than 2500 grams. It is caused by several factors, including the mother, fetus, and the environment. Baby with low birth weight will experience some of the problems that caused by the immaturity of organ functions. One of the problems experienced by LBW babies are breastfeeding problems which caused by the poor suction of baby's reflexes. Treatment that can be done to LBW babies consists of pharmacological and non-pharmacological treatment. Therapy classical music of Mozart is one of non-pharmacological treatment. Mozart classical is music that provide peace and healing for its listeners. One of the benefits of classical music of Mozart to LBW babies is helping to improve reflexes suction that will help fulfill the nutrition in low birth weight babies. The purpose of this study is to determine the effects of Mozart music therapy on weight-gaining of LBW infants in Wangaya Perinatology Hospital. Benefits for the nursing profession of this study is expected to be material additional information to enrich nursing midwives especially on children who is related to the use non-pharmacological therapy in order to promote weight-gaining of LBW babies. This research was conducted at room Perinatology Wangaya Hospital on April 13 until May 13, 2015. This research method is quasy experimental with sample treated group consist of 10 people and the control group consist of 10 people. Results from this study after a independent statistical t-test was done showed there’s effect of classical music of Mozart on weight gain in LBW infants p <α (0.003 <0.05).

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

RINGKASAN PENELITIAN ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ... 7

2.1.1 Definisi BBLR ... 7

2.1.10 Penatalaksanaan... 18

2.2 Konsep Berat Badan Bayi ... 22

2.2.1 Definisi Berat Badan Bayi ... 22

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi ... 22

2.2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan Bayi ... 24

2.2.4 Cara Mengukur Berat Badan Bayi Yang Benar... 24

2.3 Konsep Terapi Musik ... 25

2.3.1 Definisi Terapi Musik ... 25

2.3.2 Jenis-Jenis Terapi Musik………... 25

2.3.3 Musik Klasik Mozart………... 26

2.2.4 Manfaat Terapi Musik Klasik Mozart ... 27

2.2.5 Teknik Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart …... 27

(11)

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ... 30

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 31

3.2.2 Definisi Operasional ... 32

3.3 Hipotesis ... 32

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 33

4.2 Kerangka Kerja ... 34

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 4.3.1 Tempat Penelitian ... 35

4.3.2 Waktu Penelitian ... 35

4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian danSampel 4.4.1 Populasi Penelitian ... 35

4.4.2 Teknik Sampling Penelitian ... 35

4.4.3 Sampel Penelitian ... 36

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4.5.1 Jenis Data ... 37

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 38

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 40

4.5.4 Etika Penelitian………... 43

4.6 Pengolahan Data dan Analisa Data 4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 45

4.6.2 Teknik Analisa Data... 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 48

5.1.2 Hasil Analisa Data ... 49

5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Obyek Penelitian Sesuai Variabel Penelitian ... 51

5.2Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Karakteristik Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya... 54

5.2.2 Berat Badan Rata-Rata Pre-test Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 57

5.2.3 Berat Badan Rata-Rata Post-test Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 58

5.2.4 Perbedaan Berat Badan Rata-Rata Sebelum dan Setelah Diberikan Terapi Musik Klasik Mozart Pada Kelompok Perlakuan ………... 60

(12)

Terapi Musik Klasik Mozart Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 63 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 64 BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ………... 66 6.2 Saran ………...…... 67 Daftar Pustaka

Lampiran

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian ... 30

Gambar 2 Kerangka Kerja Penelitian... 34

Gambar 3 Timbangan Bayi ... 42

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32 Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Usia

di Ruang Perinatologi RS Wangaya ... 50 Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

di ruang Perinatologi RS Wangaya ... 50 Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Berat Badan Lahir

di ruang Perinatologi RS Wangaya ... 51 Tabel 5 Berat badan rata-rata pre-test pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol di

Ruang Perinatologi Rumah sakit Wangaya ... 51 Tabel 6 Berat badan rata-rata pre-test pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol di

Ruang Perinatologi Rumah sakit Wangaya ... 52

Tabel 7 Perbedaan berat badan rata-rata kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan terapi musik klasik

Mozart pada kelompok perlakuan ... 52 Tabel 8 Perbedaan berat badan rata-rata pre-test dan

berat badan rata-rata post-test pada kelompok kontrol .... 53 Tabel 9 Perbedaan berat badan rata-rata pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberika

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Observasi

Lampiran 3 : SOP

Lampiran 4 : Surat Penjelasan Penelitian

Lampiran 5 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Anggaran Biaya Penelitian

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Lembar Observasi Responden

Lampiran 9 : Hasil Uji Analisis

Lampiran 10 : Surat Ijin Melakukan studi Pendahuluan di Rumah Sakit Wangaya

Lampiran 11 : Surat Rekomendasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali

Lampiran 12 : Surat Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar

Lampiran 13 : Surat Ijin Mengadakan Penelitian Rumah Sakit Wangaya

(16)
(17)

DAFTAR SINGKATAN

BBL : Berat Badan Lahir

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah WHO : World Health Organization

UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund LBW : Low Birth Weight

MDGs : Millenium Development Goal

DM : Diabetes Melitus

BBLER : Berat Badan Lahir Eksterm Rendah BBLRR : Berat Badan Lahir Sangat Rendah BBLM : Berat Badan Lahir Moderet

IUGR : Retardasi Pertumbuhan Intrauterin

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi merupakan seseorang yang berumur 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam

kebutuhan zat gizi, dengan demikian pada masa ini bayi sepenuhnya tergantung

pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya (Notoatmodjo, 2007). Selain

adanya pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat pada masa bayi, ini juga

merupakan bulan pertama kehidupan kritis. Bayi akan mengalami adaptasi

terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, dan mulai berfungsinya

organ-organ tubuh (Perry & Potter, 2005).

Pertumbuhan yang sangat cepat yang dialami oleh bayi harus diimbangi dengan

status kesehatan yang baik. Menentukan status kesehatan bayi dapat dilihat dari

riwayat kelahiran bayi. Riwayat kelahiran bayi dengan BBLR mengindikasikan

bayi memiliki suatu masalah kesehatan. Menurut Manuaba, dkk (2007) bayi berat

lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram.

Kejadian BBLR menurut data WHO (2013), terdapat 15,5% kelahiran dengan

BBLR di dunia. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara

berkembang dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di

Asia. Sementara di Asia Selatan diperkirakan setiap tahunnya terjadi BBLR pada

(19)

2

yaitu sebesar 10,2% (Rikesdas, 2013). Angka kejadian BBLR di Bali yang terdiri

dari 9 Kabupaten/Kota yaitu dari kelahiran bayi sebanyak 67.992, sejumlah 1.644

(24%) yang mengalami berat bayi lahir rendah (Dinkes Prov. Bali, 2013) dan di

RS Wangaya sendiri pada tahun 2011 terdapat 97 bayi BBLR, tahun 2012

terdapat 104 bayi BBLR, tahun 2013 terdapat 128 bayi BBLR dan tahun 2014

sampai dengan bulan November terdapat 102 bayi BBLR.

Kejadian BBLR ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Suriani

(2010), faktor penyebab terjadinya BBLR dapat dibedakan menjadi tiga faktor,

yaitu faktor yang berasal dari bayi, ibu, dan lingkungan. Menurut faktor yang

berasal dari bayi yaitu jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta. Faktor

yang berasal dari ibu yaitu umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat

badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan selama hamil. Sedangkan

faktor lingkungan yaitu status sosial, ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu,

pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat pengetahuan ibu.

Tingkat pengetahuan ibu mengenai penyebab terjadinya berat bayi lahir rendah ini

merupakan salah satu faktor terpenting dalam pencegahan terjadinya berat bayi

lahir rendah. Ibu yang sudah mengetahui penyebab-penyebab terjadinya BBLR

dapat mencegah terjadinya BBLR sedini mungkin. Bayi yang mengalami BBLR

ketika lahir akan mengalami beberapa permasalahan yang disebabkan oleh belum

matangnya fungsi-fungsi organ. Permasalahan tersebut dapat terjadi langsung

setelah lahir (jangka pendek) ataupun gangguan yang terjadi secara tidak langsung

(jangka panjang). Masalah jangka pendek yang terjadi menurut Kosim (2006)

(20)

3

nutrisi, gastrointestinal, ginjal, pengaturan suhu, imunologik, dan oftamologik.

Masalah jangka panjang yang terjadi menurut Kosim (2006) adalah gangguan

perkembangan, Retinopathy of prematury, penyakit paru kronik, gangguan

pertumbuhan, frekuensi hospitalisasi dan kesakitan pascanatal meningkat,

frekuensi anomaly kongenital meningkat, dan resiko anak terlantar dan ruda paksa

pada anak meningkat.

Selain dari permasalahan-permasalahan diatas pada bayi BBLR mempunyai

masalah menyusui, dimana reflek menghisapnya masih lemah. Membantu bayi

agar tetap mendapatkan ASI bisa dilakukan dengan pemerasan ASI lalu diberikan

kepada bayi dengan menggunakan pipa lambung atau pipet (Suradi, 2006).

Membantu bayi untuk meningkatkan reflek menghisapnya dapat dilakukan

dengan pemberian terapi musik. Menurut Wahyuningsri dan Eka (2014) reflek

bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat meningkatkan

intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak

manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang.

Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik (hipotalamus)

yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka pemberian

terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan fisiologis otak

pada reflek termasuk reflek hisap bayi.

Terapi musik adalah rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,

bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang

bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Sari, 2013). Salah satu jenis musik

(21)

4

Menurut Sari (2013) musik klasik Mozart memiliki keunggulan akan kemurnian

dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi, dan

frekuensi–frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan memberi daya

pada daerah–daerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya Mozart

memberi rasa nyaman tidak saja di telinga tetapi juga bagi jiwa yang

mendengarnya, karena musik klasik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia.

Menurut Wahyuningsri dan Eka (2014) pada bayi BBLR musik klasik Mozart ini

dapat meningkatkan reflek menghisap sehingga nutrisi bayi dapat terpenuhi serta

dapat meningkatkan berat badan bayi.

Adapun beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat penelitian ini,

yaitu : faktor pendukung terdiri dari masih tingginya angka kejadian BBLR,

belum pernah dilakukannya penatalaksanaan nonfarmakologis terhadap bayi

BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya, dan membantu program

pemerintah MDGs dalam pengurangan angka kematian ibu dan anak, sedangkan

faktor penghambat terdiri dari lingkungan dan waktu penelitian.

Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan data bahwa jumlah bayi BBLR di

Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya setiap tahunnya berfluktuasi dan

cenderung meningkat. Penelitian mengenai terapi musik klasik Mozart ini juga

belum pernah dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Berat

(22)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah

sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap

Berat Badan Pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Wangaya?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik

klasik mozart terhadap berat badan pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi

Rumah Sakit Wangaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Mengidentifikasi karakteristik responden.

b. Mengidetinfikasi berat badan rata-rata pre-test pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

c. Mengidetinfikasi berat badan rata-ratapost-test pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

d. Menganalisis perbedaan rata-rata berat badan kelompok perlakuan sebelum

dan setelah diberikan terapi musik klasik Mozart.

e. Menganalisis perbedaan berat badan rata-rata pre-test dan pos-test pada

(23)

6

f. Menganalisis perbedaan rata-rata berat badan antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol setelah diberikan terapi musik klasik Mozart.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga kesehatan

Memberikan pengetahuan tambahan tentang manfaat terapi musik klasik

Mozart dalam meningkatkan berat badan bayi, sehingga mendukung upaya

peningkatan program kesehatan ibu dan anak di Ruang Perinatologi Rumah

Sakit Wangaya.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman oleh pengelola pendidikan

dalam memberikan solusi penanganan status gizi pada bayi BBLR.

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan informasi tambahan dalam memperkaya ilmu keperawatan

khususnya di bidang keperawatan anak terkait penggunaan terapi

nonfarmakologi untuk meningkatkan berat badan bayi BBLR.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai dasar dalam melakukan penelitian pengaruh terapi musik klasik

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1 Definisi

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan

lahir kurang dari 2500 gram (David & Derek, 2008). Dahulu neonatus dengan

berat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut

BBLR. Menurut Pantiawati (2010) semua bayi baru lahir dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram disebutLow Birth Weight Infant.Hal ini dilakukan karena

tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi

BBLR.

2.1.2 Epidemiologi

Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang

dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Bayi

lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai

kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi

BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang

selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.

Menurut data WHO (2013), kejadian BBLR di dunia sebesar 15,5%. Kejadian

BBLR di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 10,2% (Rikesdas, 2013).

(25)

sejumlah 1.644 (24%) yang mengalami berat bayi lahir rendah (Dinkes Prov. Bali,

2013) dan kejadian BBLR di RS Wangaya dari setiap tahunnya berfluktuasi pada

tahun 2013 terdapat 164 bayi lahir dengan BBLR.

Menurut UNICEF & WHO (2004), penurunan kejadian BBLR merupakan salah

satu kontribusi penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk

menurunkan kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan

memastikan kesehatan anak pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah

satu indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs ini.

2.1.3 Etiologi

Menurut Sitohang (2010) terjadinya BBLR pada bayi disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Faktor Ibu.

1) Penyakit

Penyakit pada ibu yang menyababkan terjadinya BBLR yaitu penyakit yang

berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya perdarahan antepartum,

trauma fisik, dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

2) Usia ibu

Usia ibu yang <20 tahun merupakan angka kejadian prematuritas tertinggi.

Multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat juga akan menyebabkan

terjadinya BBLR. Kelahiran dengan BBLR terendah terjadi pada ibu yang

(26)

3) Keadaan sosial ekonomi

Kejadian BBLR yang disebabkan oleh faktor sosial ekonomi sebagian besar

terjadi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh

keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Selain

keadaan sosial ekonomi yang rendah, bayi yang lahir dari perkawinan yang

tidak sah juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR bila

dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari perkawinan yang sah.

4) Sebab lain

Kebiasaan ibu sebelum ataupun selama kehamilan seperti ibu perokok, ibu

peminum alkohol dan pecandu obat narkotik juga dapat menyebabkan

terjadinya bayi lahir dengan BBLR.

b. Faktor janin.

Kondisi janin yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu hidramion,

kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

c. Faktor lingkungan

Lingkungan tempat tinggal yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu

(27)

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi bayi BBLR menurut Wong (2008) adalah sebagai berikut:

a. Menurut Ukuran :

1) BBLR adalah bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram tanpa

memperhatikan usia gestasi.

2) Bayi berat badan lahir eksterm rendah (BBLER) adalah bayi yang berat

badannya kurang dari 1000 gram.

3) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRR) adalah bayi dengan berat badan

kurang dari 1500 gram.

4) Bayi berat badan lahir moderet (BBLM) adalah bayi yang berat badannya

1501 gram sampai 2500 gram.

5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya adalah bayi yang berat badannya

antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterine.

6) Bayi berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya adalah

bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan

lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterine.

7) Retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR) adalah bayi yang pertumbuhan

intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti

yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).

8) Bayi besar untuk usia gestasinya adalah bayi yang berat badan lahirnya di atas

(28)

b. Klasifikasi menurut usia gestasi:

1) Bayi prematur (preterm) adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37

minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir.

2) Bayi cukup bulan (full-term) adalah bayi yang lahir antara permulaan usia

gestasi 38 minggu dan sampai akhir 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat

badan lahir.

3) Bayi postmatur (post-term) adalah bayi yang lahir setelah usia gestasi 42

minggu, tanpa memerhatikan berat badan lahir.

b. Klasifikasi menurut mortalitas

1) Lahir hidup adalah kelahiran ketika neonates memperlihatkan tanda denyut

jantung, bernapas, atau memperlihatkan gerakan volunter, tanpa

memperhitungkan usia gestasi.

2) Kematian fetal adalah kematian fetus setelah usia gestasi 20 minggu dan

sebelum persalinan, tanpa adanya tanda kehidupan setelah lahir.

3) Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi dalam 27 hari pertama

kehidupan. Kehidupan neonatal awal terjadi dalam minggu pertama kehidupan,

kematian neonatal lambat terjadi antara tujuh sampai 27 hari.

4) Kematian perinatal adalah menggambarkan jumlah total kematian fetus dan

neonates awal per 1000 kelahiran hidup.

5) Kematian pascanatal adalah kematian yang terjadi antara 28 hari sampai satu

(29)

2.1.5 Permasalahan

Bayi yang lahir dengan BBLR dapat mengalami berbagai macam masalah,

menurut Kusumaningrum (2012) masalah-masalah tersebut adalah sebagi berikut:

a. Afiksia

Afiksia lahir terjadi pada bayi BBLR yang dipengaruhi oleh proses adaptasi

pernafasan waktu lahir. Pada bayi BBLR tidak semua mengalami kurang

bulan, tetapi ada juga yang sudah cukup bulan ataupun lebih bulan namun

semua dapat mempengaruhi proses adaptasi pernafasan.

b. Gangguan nafas

Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit

membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium.

BBLR yang mengalami gangguan nafas harus segera dirujuk ke fasilitas

rujukan yang lebih tinggi.

c. Hipotermi

Terjadinya hipotermi pada bayi BBLR disebabkan oleh sedikitnya lemak

tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.

Metode kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap

hangat.

d. Hipoglikemi

Hipoglikemi terjadinya karena sedikitnya simpanan energi pada bayi baru

lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir

(30)

e. Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI pada bayi BBLR disebabkan oleh ukuran tubuh bayi

kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil, dan refleks hisap bayi yang

masih lemah.

f. Infeksi

Sistem kekebalan tubuh bayi yang belum matang dapat menyebabkan

terjadinya infeksi pada bayi BBLR. Keluarga dan tenaga kesehatan yang

merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain

dengan cara mencuci tangan dengan baik.

g. Ikterus

Terjadinya ikterus pada bayi BBLR disebabkan oleh fungsi hati bayi yang

belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama

dari pada bayi yang cukup beratnya.

h. Perdarahan

Pada bayi BBLR dapat terjadi perdarahan yang berhubungan dengan belum

matangnya sistem pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1

dengan dosis 1mg intramuskuler segera sesudah lahir (dalam enam jam

pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian perdarahan ini.

(31)

2.1.6 Karakteristik

Karakteristik bayi yang ditemui pada bayi BBLR menurut Rahayu (2010) adalah

sebagai berikut :

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.

e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

h. Rambut lanugo masih banyak.

i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

l. Alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.

Testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.

m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek hisap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.

n. Jaringan kelenjar mamae kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

(32)

o. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu

komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi jangka

pendek yang dapat terjadi yaitu yang berhubungan dengan prematuritas yang

diberikan intervensi klinik adalahAnemia of prematurity,kernicterus, Respiratory

Distress Syndrome (RDS), Intraventricular Hemoraghe (IVH), Retinopaty Of

Prematurity (ROP), Patent Ductus Arteiosus (PDA), Necrotizing Enterocilitis

(NEC),dan apnea. Masalah jangka panjang meliputiBronchopulmonary

Dysplasia (BPD), Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE),danposthemorrhagic

hidrocephalus,defek bicara, defek neurologi, dan defek auditori (Sari, 2013).

2.1.8 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR menurut Pantiawati (2010) adalah dengan

mengukur bayi dalam jangka waktu satu jam setelah lahir, dapat diketahui dengan

dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:

1) Umur Ibu

2) Riwayat hari pertama haid terakhir

(33)

4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5) Kenaikan berat badan selama hamil

6) Aktivitas

7) Penyakit yang diderita selama hamil

8) Obat-obatan yang diminum selama hamil.

b. Pemeriksaan fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

1) Berat badan

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1) Pemeriksaanskor ballard

2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi yang kurang bulan

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah

4) Foto dada ataupunbabygramdiperlukan pada bayi kurang bulan dimulai pada

umur delapan jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas

(34)

2.1.9 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan menurut Pantiawati (2010) sebagai

berikut :

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali

selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil

yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi

BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan

kesehatan yang lebih mampu.

b. Hendaknya Ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun).

c. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat

meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi

selama hamil.

d. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang

(35)

2.1.10 Penatalaksanaan

Penanganan bayi berat lahir rendah menurut Destiana (2013) meliputi hal-hal

berikut.

a. Farmakologis

1) Pengaturan suhu

Pengaturan suhu pada bayi BBLR dilakukan agar bayi tetap dapat

mempertahankan suhunya dalam batas normal. Penggunaan inkubator

merupakan salah satu cara untuk mempertahankan suhu tubuh bayi, karena

pada bayi BBLR pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik.

Suhu inkubator untuk bayi kurang dari 2000 gram adalah 35˚C dan untuk

berat 2000-2500 gram maka suhunya 34˚C agar bayi dapat mempertahankan

suhunya sampai 37˚C.

2) Pencegahan infeksi

Perawatan umum yang biasa dilakukan untuk pencegehan infeksi pada bayi

BBLR adalah tindakan aseptik, mempertahankan suhu tubuh, membersihkan

jalan nafas perawatan tali pusat dan memberikan cairan melalui infus. Bayi

prematur sangat rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin yang

masih rendah, aktifitas bakterisidial neutrofil, efek sitotoksik limfosit juga

masih rendah, fungsi imun belum dapat mengidentifikasi infeksi secara aktual.

Bayi akan mudah menghadapi infeksi terutama infeksi nosokomial.

3) Pengaturan dan PengawasanIntakeNutrisi Bayi BBLR

Pengaturan dan pengawasanintakenutrisi harus dilakukan dengan baik pada

(36)

lambung masih sedikit, daya enzim masih kurang terutama enzim lipase,

namun kebutuhan protein (3-5 gram/hari) dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari)

pada bayi BBLR sangatlah tinggi bahkan lebih tinggi dari bayi normal yang

bertujuan untuk meningkatkan berat badan bayi. Pengaturan dan pengawasan

intakenutrisi bayi BBLR diantaranya menentukan pemilihan susu, cara

pemberian dan jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan pada bayi prematur.

Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu dilakukan dengan

menggunakan pipet atau melalui enteral.

Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak

menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum

pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Untuk mengetahui ada

tidaknyaatresia esofagusdan mencegah muntah. Permulaan cairan diberikan

sekitar 50–60 ml/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200

ml/kg BB/hari.

4) Berat badan

Pemantauan dan monitoring berat badan pada bayi harus dilakukan secara

ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi yang

berhubungan dengan daya tahan tubuh. Setiap bayi yang lahir akan ditimbang

berat badannya, karena berat badan merupakan salah satu ukuran yang

menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan mulai dari kepala,

leher, dada, perut, tangan, dan kaki. Berat badan yang rendah saat lahir

(37)

5) Membantu beradaptasi

Beberapa rumah sakit yang menggunakan patokan berat badan untuk

pemulangan bayi. Selain itu, setelah suhunya stabil dan memenuhi kriteria

pemulangan biasanya bayi baru akan diperbolehkan dibawa pulang. Perawatan

selama di rumah sakit pada bayi yang tidak mengalami komplikasi bertujuan

membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya.

6) Pemberian Oksigen

Pemberian oksigen pada bayi harus memperhatikan ketepatannya, karena jika

pemberiannya kurang akan memperburuk ekspansi paru yang merupakan

masalah serius bagi bayi prematur yang dikarenakan tidak adanya surfaktan,

dan jika pemberian oksigen berlebih akan menyebabkan kerusakan jaringan

retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

7) Bantuan pernapasan

Segera setelah lahir jalan napasorofaringdannasofaringdibersihkan dengan

hisapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti

dengan pemantauan terus-menerustekanan oksigen darah arteri antara 80-100

mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat

digunakan elektroda oksigen melalui kulit.

b. Non Farmakologis

1) Terapi musik

Terapi musik adalah suatu tindakan pemberian terapi non farmakologis yang

(38)

musik ini pada bayi BBLR adalah dapat membantu meningkatkan reflek hisap

pada bayi BBLR sehingga nutrisi pada bayi BBLR akan terpenuhi dan berat

badan bayi BBLR juga akan mengalami peningkatan.

Salah satu jenis terapi musik yang sering diberikan untuk bayi BBLR adalah

terapi musik Klasik Mozart. Terapi musik Klasik Mozart ini dapat membuat

keadaan bayi menjadi lebih rileks. Menurut Wahyuningsri & Eka (2014)

rangsangan ritmis terapi musik mampu meningkatkan fungsi kerja otak

manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang.

Musik yang diterima melalui pendengaran mempengaruhi sistem limbik

(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku,

maka pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan

kemampuan fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi.

2) Terapi sentuhan

Terapi sentuhan atau stimulasi taktil pada bayi merupakan suatu sentuhan

yang lembut dan lambat (Hikmah, Rustina, & Pujasari, 2011). Menurut

Hikmah, (2010) manfaat terapi sentuhan ini yaitu dapat menguatkan dan

manfaat sentuhan pada fungsi fisiologis. Manfaat terapi sentuhan menguatkan

yaitu dapat meningkatkan berat badan, menstabilkan suhu tubuh, memperbaiki

pola tidur, dan penggunaan energi. Manfaat terapi sentuhan pada fungsi

fisiologis adalah sebagai berikut :

a) Dampak biokimia positif, yaitu adanya penurunan terhadap kadar hormon

(39)

b) Dampak klinis yang positif, yaitu adanya peningkatan daya sel dan daya

toksin dari sistem imunitas, mengubah gelombang otak, memperbaiki sirkulasi

pernafasan dan sirkulasi darah, merangsang fungsi pencernaan, meningkatkan

berat badan, dan dapat meningkatkan hubungan orang tua dengan bayi.

2.2 Konsep Berat Badan Bayi

2.2.1 Definisi Berat Badan Bayi

Berat badan bayi merupakan sebagai salah satu indikator terpenting. Berat badan

dapat digunakan untuk menilai keadaan gizi dan tumbuh kembang bayi. Maka

dari itu semua bayi yang baru lahir harus segera ditimbang. Bayi yang memiliki

berat badan kurang saat lahir karena mengalami gangguan pertumbuhan intauterin

atau pemendekan usia gestasi (Hariati, 2010).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi terdiri dari dua faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Destiana, 2013).

a. Faktor Internal

1) Faktor genetik/keturunan

Berat badan bayi dipengaruhi oleh faktor genetik, yaitu dilihat dari kakek

neneknya atau orang tuangnya. Bayi yang mempunyai keturuan pertumbuhan

berat badan yang pesat bayi mempunyai potensi untuk lahir gemuk.

Sebaliknya, bayi yang memiliki pertumbuhan berat badan yang kurang bayi

(40)

2) Asupan gizi

Bayi prematur yang mendapat asupan gizi yang cukup berpotensi mengalami

kecepatan pertumbuhan berat badan yang cukup dari pada bayi yang kurang

mendapatkan asupan gizi dalam kualitas dan kuantitas yang memadai.

3) Jenis kelamin

Kecepatan pertumbuhan pada bayi laki-laki lebih cepat dibandingkan

pertumbuhan pada bayi perempuan.

4) Berat badan ketika lahir

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah akan mengalami

keterlambatan pertumbuhan berat badan dari pada bayi yang dilahirkan secara

normal.

5) Usia

Usia bayi ikut menentukan berat badan bayi, karena lamanya bayi lahir akan

segera beradaptasi dengan lingkungan selain dalam kandungan ibunya. Awal

dilahirkan bayi akan mengalami penurunan berat badan dan seiring

bertambahnya usia bayi maka pertumbuhan akan terjadi.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan prenatal

Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam

kandungan. Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh pada tumbuh

(41)

waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres,

imunitas dan anoksia embrio.

2) Faktor lingkungan postnatal

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang

teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu

sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik

bayi itu sendiri.

2.2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan

Kenaikan berat badan hingga tiga bulan pertama pada bayi BBLR Menurut

Destiana (2013) dapat di perkirakan sebagai berikut:

a. 150-200 gram seminggu untuk bayi berat lahir <1500 gram (20-30 gram per

hari).

b. 200-250 gram seminggu untuk bayi berat lahir 1.500-2.500 (30-35 gram per

hari).

2.2.4 Cara Mengukur Berat Badan Bayi Yang Benar(Hanifah, 2009)

a. Letakkan timbangan bayi pada permukaan yang datar.

b. Sebelum penimbangan, pastikan timbangan berfungsi dengan baik, yaitu

jarum pada timbangan bayi menunjukkan angka nol.

c. Bayi ditimbang tanpa menggunakan pakaian apapun.

d. Pembacaan skala hanya dilakukan jika bayi diam.

(42)

2.3 Konsep Terapi Musik

2.3.1 Definisi Terapi Musik

Terapi musik adalah proses interpersonal yang menggunakan musik untuk terapi

aspek-fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual untuk membantu

pasien dalam meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka (Suryana,

2012).

Djohan (2009) mendefinisikan terapi musik merupakan kekuatan musik yang

bersifat humanistik untuk membantu klien menata dirinya sehingga mereka

mampu mencari jalan keluar, mengalami perubahan, dan akhirnya sembuh dari

gangguan yang diderita.

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang mampu mempengaruhi kondisi

seseorang baik fisik maupun mental yang menggunakan musik sebagai media

terapinya. Terapi musik ini dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik,

emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Musik

memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan,

belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran

(Mahanani, 2013).

2.3.2 Jenis-jenis Terapi Musik

Jenis-jenis musik yang dapat digunakan dalam pemberian terapi musik

diantaranya musik klasik, instrumental,slow music,orchestra, serta dapat juga

(43)

memberikan terapi musik yang berjenis seperti pop,disco, rock and roll, dan

musik berirama keras karena jenis-jenis musik ini berlawanan dengan irama

jantung terutama musik berirama keras. Musik yang sering digunakan pada bayi

adalahBethoven, Vivaldi, Scuhbert, Lullabies, danMozart effect(Hariati, 2010).

2.3.3 Musik Klasik Mozart

Musik klasik Mozart adalah musik klasik yang memberikan ketenangan,

memperbaiki persepsi spasial dan memungkinkan pasien untuk berkomunikasi

baik dengan hati maupun pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama,

melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan wilayah

kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak

dimiliki komposer lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan yang

membebaskan, mengobati dan menyembuhkan (Mahanani, 2013).

Nama musik klasik merupakan jenis musik yang namanya diambil dari salah satu

periode musik di Eropa Barat yaitu Zaman Klasik pada Abad 18. Pada zaman ini,

musik klasik lebih ringan, mudah dan tidak membingungkan. Ciri-ciri musik

klasik adalah mudah dimengerti, ringan, tidak membingungkan, homofonik

(harmoni tiga nada atau lebih) dengan bentuk komposisi sonata dan simfoni.

Wolfgang Amadeus Mozartbernama asliJohanes Chrysostomus Wolfganggus

Gottlieb Mozartadalah seorang komponis musik di Eropa ketika zaman klasik.

Musik klasik gubahannya yang dikenal sebagai musik Mozart dalam sejarah.

Musik klasik Mozart merupakan musik klasik karya Mozart, seorang komponis

(44)

ketukan tiap menit, dapat memberi pengaruh pada amplitudo dan frekuensi pada

gelombang otak.

2.3.4 Manfaat Terapi Musik Klasik Mozart

Manfaat terapi musik Klasik Mozart untuk bayi BBLR menurut Sari (2013)

adalah sebagai berikut :

a. Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir

b. Mengurangi aktivitas akibat stress dan tekanan

c. Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa

d. Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh

e. Efektif meningkatkan berat badan bayi premature

f. Mengurangi lama rawat inap hingga 11 hari

g. Meningkatkan kadar saturasi oksigen untuk jangka waktu yang singkat.

2.3.5 Teknik Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart

Pemberian terapi musik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari hanya

mendengarkan dengan memilih lagu sampai memainkan sebuah alat musik.

Beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan teknik spesifik yaitu; tipe musik

dan pilihan individu, terlibat aktif ataupun pasif, lama waktu pemberian musik,

dan hasil yang diinginkan.

Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum

memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian terapi musik

(45)

memberikan efek yang membahayakan walaupun diberikan dalan jangka waktu

yang lama. Terapi musik yang diberikan secara singkat juga akan memberikan

efek yang positif pada beberapa pasien.

Musik yang sering digunakan pada bayi salah satunya adalahMozart effect.

Penelitian tentangeffect of music by Mozart on energy expenditure in growing

preterm infants. Pada penelitian ini menggunakan musik Mozart bayi dengan alat

mini-CD dengan volume antara 65-70 db. Sebelum penelitian CD dikalibrasi

sesuai dengan rekomendasiAmerican Academy of Pediatricyaitu tidak lebih dari

75 db dan mengurangi kebisingingan didekat bayi sekitar <45 db. Speaker CD

diletakkan dalam inkubator dengan jarak 30 cm jauhnya dari bayi. Kebisingan

lingkungan dikendalikan dengan meminimalkan kebisingan yang tidak diinginkan,

alarm diatur diam, dan pintu ditutup. Musik ini diberikan selama 30 menit perhari

(Hariati, 2010).

2.4 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Bayi BBLR

Terapi musik klasik Mozart memiliki beberapa manfaat salah satunya dapat

meningkatkan berat badan pada bayi BBLR. Peningkatan berat badan dapat terjadi

melalui mekanisme keseimbangan energi positif yaitu pemasukan energi lebih

besar dari pada pengeluaran energi. Pemasukan energi yang besar melalui

pengaruh terapi musik klasik Mozart terjadi karena terapi musik dapat

meningkatkan reflek hisap bayi sehingga pemasukan kalori akan meningkat.

Pengeluaran energi yang kecil terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan

(46)

menstabilkan respon fisiologis bayi prematur sehingga akan menghemat energi

bayi BBLR. Berdasarkan proses pemasukan dan pengeluaran energi tersebut maka

berat badan bayi prematur dapat meningkat akibat terapi musik (Nani, Utami &

Purwanti, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyuningsri & Eka (2014)

pemberian terapi musik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan berat badan bayi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan reflek

hisap bayi. Reflek bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat

meningkatkan intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi

kerja otak manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan

tenang. Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik

(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka

pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan

fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi. Dengan demikian hasil

penelitian yang dilakukan di RS Ngudi Waluyo Wlingi mendukung hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Pemberian

terapi musik klasik terbukti dapat meningkatkan berat badan pada bayi prematur.

Bila hal ini diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka dapat

mencegah terjadi penurunan berat badan pada bayi terutama pada minggu pertama

kelahiran, dan mencegah permasalahan yang dapat timbul akibat penurunan berat

badan. Adanya berat badan yang sesuai dengan usia bayi akan dapat mendukung

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Kode Etik Humas Pemerintahan yang tercantum

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan media pembelajaran media flipbook dengan materi Personal Higiene, (2) mengetahui kelayakan dari media flipbook

Berdasarkan perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa estimasi nilai CVaR portofolio yang terdiri dari saham

Adapun kebahagiaan merupakan imbalan dari keberhasilan seseorang menemukan makna hidup, dengan kata lain disaat manusia berada pada kondisi paling bawah

Buyers yang pernah menghadiri event sebelumnya yang diadakan oleh PT Hebronstar Indonesia dan merasa puas dengan event tersebut, maka mereka akan menceritakan kepada sesama

Sesuai dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Maka setiap kegiatan anak didik, observasi dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas

[r]

[r]