• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Notasi Angka Timbul Untuk Meningkatkan Penguasaan Lagu Pada Siswa Tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Notasi Angka Timbul Untuk Meningkatkan Penguasaan Lagu Pada Siswa Tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI NOTASI ANGKA TIMBUL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN LAGU

PADA SISWA TUNANETRA DI SLBN-A PAJAJARAN BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan S-1

Oleh

SITI NUROKHMAH NIM 1101966

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Oleh Siti Nurokhmah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Siti Nurokhmah2015

Universitas Pendidikan Indonesia November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

APLIKASI NOTASI ANGKA TIMBUL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN LAGU

PADA SISWA TUNANETRA DI SLBN-A PAJAJARAN BANDUNG Oleh

Siti Nurokhmah NIM 1101966

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing Utama

Dr. Hj. Susi Gustina, M.Si. NIP. 196708221992022001

Pembimbing Pendamping

Drs. Tono Rachmad PH, M.Pd NIP. 196205211989031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Musik

(4)

Skripsi ini berjudul “Aplikasi Notasi Angka Timbul Untuk Meningkatkan Penguasaan Lagu Pada Siswa Tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung.” Partisipan yang di teliti adalah tiga siswa tunanetra kelas VIII jurusan musik di SLBN-A Pajajaran Bandung. Tujuan diadakannya penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan rancangan tahapan, proses dan hasil pengaplikasian notasi angka timbul. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: wawancara, observasi, dokumentasi dan analisis data. Temuan hasil penelitian aplikasi notasi angka tidak menggunakan rancangan tahapan pembelajaran secara tertulis, cukup mengetahui konsep dan tema yang akan diajarkan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan lagu serta memberikan pembelajaran musik dengan media dan teknologi di bidang pendidikan seni musik di lingkungan sekolah, khususnya SLB-A. Seperti yang diharapkan sebelumnya bahwa penggunaan notasi angka timbul dapat dijadikan media untuk pembelajaran musik maupun alat bantu dalam pembelajaran bagi siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pelajar musik, pengajar musik SLB, dan pengajar musik umumnya.

Kata kunci : Notasi angka timbul, tunanetra

ABSTRACT

This thesis entitled “The Application of Embossed Numerical Notation to Increase Mastery of Songs at Blind Students in A-Special School of Pajajaran Bandung”. Participants examined were three blind students in grade VIII of music in A-Special School of Pajajaran Bandung. The objective of this study was to determine and describe the design stage, the process and the results of the application of embossed numerical notation. The research method used was descriptive qualitative with the data collection techniques by interviews, observation, documentation and data analysis. The research finding of embossed numerical notation did not use the stages of lesson plan in writing, it only knew the concepts and themes that will be taught. Results from this study are expected to improve the mastery of songs as well as provide music lesson with media and technology in the field of musical arts education in schools, especially in A-Special School. As expected earlier that the use of embossed numerical notation can be used as media for learning music and also as learning tools for students. The result of this study is expected to be a reference for music students, music teachers in special school, and music teacher generally.

(5)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang layak dan semua orang juga berhak mendapatkan pendidikan yang

setara tanpa memandang perbedaan usia, genre, agama, tingkat kesejahteraan, latar

belakang kehidupan maupun keterbatasannya. Hal ini seperti dinyatakan oleh

UNESCO yakni education for all. Hak pendidikan ini juga berlaku kepada orang

berkebutuhan khusus atau penyandang cacat atau yang biasa disebut difabel (different

ability). Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 dan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan

bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh

pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa difabel atau yang lebih dikenal dengan

masyarakat berkebutuhan khusus juga memiliki kewajiban dan hak yang sama dalam

memperoleh pendidikan guna memperoleh ilmu pengetahuan yang

setinggi-tingginya, setara dengan masyarakat pada umumnya.

Sekolah adalah lembaga pendidikan dimana peserta didik dapat menuntut

ilmu dan mendapatkan hak pendidikannya sesuai usia dan kompetensinya. Seperti

umumnya orang awas, masyarakat difabel memiliki hak utuk memperoleh pandidikan

secara formal. Pendidikan formal yang diselenggarakan untuk mereka disebut dengan

pendidikan sekolah luar biasa (SLB), misalnya SLB bagian A untuk siswa tunanetra,

SLB bagian B untuk siswa tunarungu, SLB bagian C untuk siswa tunagrahita, SLB

bagian D untuk siswa tunadaksa, dan SLB bagian E untuk siswa tunalaras. Sama

seperti siswa-siswa non-difabel, siswa difabel memperoleh materi pendidikan yang

sama. Berdasarkan kurikulum yang ada mereka mempelajari bidang study IPA, IPS,

Bahasa bahkan Seni. Salah satu pendidikan yang banyak diambil oleh tunanetra

(6)

praktis, seperti bemain musik dan bernyanyi. Umumnya lebih sering atau banyak

dilakukan oleh siswa tunanetra dibandingkan dengan kategori difabel yang lain. Salah

satunya tempat proses pembelajaran musik bagi siswa tunanetra adalah SLBN-A

Pajajaran Bandung.

SLBN-A Pajajran Bandung adalah salah satu lembaga pendidikan

berkebutuhan khusus yang diperuntukan bagi penyandang tunanetra total blaind

maupun low vision. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan Wiata Guna yang berada

dalam naungan DEPSOS (Departemen Sosial). Seiring dengan perkembangan waktu,

maka SLBN-A Pajajaran Bandung resmi berada dalam naungan DEPDIKBUD

(Derpatemen Pendidikan dan Kebudayaan ). Sekolah yang berlokasi di jalan

Pajajaran no 50-52 tersebut kini memiliki tiga jenjang pendidikan, yakni sekolah

dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan

sekolah menengah atas luar biasa (SMALB). Jenjang SMALB memiliki dua program

studi yaitu program studi musik dan program studi bahasa. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan Edy Ali selaku guru vokal di SMPLBN-A Pajajaran

Bandung pada 15 November 2014, bahwa kedua program studi tersebut dibuka

dijenjang SMALB kedua tersebut mengingat musik dan bahasa lebih memungkinkan

untuk dipelajari karena tunanetra lebih terbiasa menggunakan indera pendengaran dan

perabaannya untuk belajar dibandingkan indera penglihatan pada siswa normal.

Dalam pendidikan musik di tanah air, saat ini belum menyelenggarakan

pendidikan tinggi bidang musik untuk tunanetra. Umumnya setelah para siswa

tunanetra tersebut lulus dari SMALBN-A Pajajaran Bandung, bila ingin melanjutkan

pendidikan musiknya ke perguruan tinggi, maka mereka melanjutkannya ke

perguruan tinggi umum. Pada data yang peneliti dapatkan dari hasil penelitian

Sugeng Syukur dan kawan-kawan (2010) diperoleh informasi bahwa 11 alumni

SMALBN-A Pajajaran Kota Bandung yang melanjutkan pendidikan musik ke

Universitas Pendidikan Indonesia, tetapi hanya 2 orang yang berhasil menyelesaikan

studi S1 nya. Demikian pula 5 alumni SLBN-A Pajajaran Kota Bandung yang

melanjutkan pendidikan musiknya di Universitas Pasundan Bandung hingga saat

(7)

3

di perguruan tinggi tersebut. Proses pembelajaran di SLBN-A Pajajaran Bandung

dapat dipandang menarik. Siswa tampak antusias melakukan kegiatan-kegiatan

praktik. Tetapi, materi yang dimainkan dan dinyanyikan siswa sering kali diperoleh

dengan cara menghafal, bukan dengan cara “Membaca” seperti halnya siswa awas. Alat “Baca” bagi tunanetra sebenarnya sudah pernah dikembangkan oleh beberapa pendidik. Mahasiswa yang mengikuti pendidikannya di bidang musik, untuk menjadi

lulusan musik atau sarjana musik mereka harus menguasai alat dalam pendidikan

musik yaitu notasi musik.

Sayangnya mahasiswa tunanetra sering sekali mengalami hambatan dalam

mempelajari notasi musik. Sebenarnya notasi musik banyak dikembangkan untuk

mempermudah siswa tunanetra dalam mempelajari notasi, seperti yang diteliti oleh

Harry Martopo dan kawan-kawan di Institut Seni Indonesia (Yogyakarta, 2002) dan

Sugeng Syukur beserta kawan-kawan di Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung,

2010). Penelitian-penelitian mereka telah mengupayakan pengembangan notasi balok

cetak timbul melalui teknologi cetak emboss. Penulisan notasi dengan menggunakan

cetak timbul itu merupakan upaya para peneliti tersebut untuk membantu tunanetra

dalam memahami notasi balok walapun demikan, upaya para peneliti tersebut belum

menghasilkan hasil penelitian yang maksimal salah satu kendala tunanetra dalam

memahami notasi balok melalui tulisan cetak timbul adalah kompleksitas relief notasi

balok dan sensitifitas (perabaan pada ujung jari) yang sulit di baca oleh tunanetra

melalui indra perabaannya. Melihat dari kesulitan itu maka peneliti berinisiatif

menggunakan notasi angka cetak timbul. Penggunaan notasi angka cetak timbul

dalam pembelajaran vokal didukung oleh pernyataan salah satu seorang mahasiswa

tunanetra jurusan Pendidikan Seni Musik di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

yaitu Firsha Hanifah bahwa tunanetra lebih mudah memahami notasi angka

dibandingkan dengan notasi balok.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, peneliti mencoba menerapkan

penggunaan notasi angka cetak timbul untuk diajarkan kepada siswa tunanetra, agar

mereka memperoleh hak kesetaraan yang sama seperti orang-orang awas pada

(8)

dan salah-satunya dapat digunakan sebagai notasi dalam pembelajaran vokal.

Pembelajaran menggunakan media notasi angka cetak timbul dapat memudahkan

siswa tunanetra khususnya ketika kelak mereka belajar bersama dengan siswa awas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dapat menjadi solusi

alternatif dalam pembelajaran vokal yang aksesebel bagi mereka agar tidak hanya

membiasakan belajar vokal dengan cara meniru dan menghafal. Peneliti mengajukan

penelitian ini dalam judul “Aplikasi Notasi Angka Timbul Untuk Meningkatkan

Penguasaan Lagu Pada Siswa Tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimana Aplikasi Notasi

Angka Timbul Untuk Meningkatkan Penguasaan Lagu Pada Siswa Tunanetra di

SLBN-A Pajajaran Bandung?”

Upaya peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas, di perlukan

beberapa bantuan pertanyaan. Peertanyaan-pertanyaan tersebut yakni:

1. Bagaimana rancangan tahapan pembelajaran notasi angka timbul bagi tiga siswa

tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung?

2. Bagaimana proses pembelajaran notasi angka timbul bagi tiga siswa tunanetra di

SLBN-A Pajajaran Bandung?

3. Bagaimana hasil pemebelajaran notasi angka timbul bagi tiga siswa tunanetra di

SLBN-A Pajajaran Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi siswa

tunanetra tentang notasi angka yang dipakai oleh orang awas pada umumnya.

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjawab:

a. Rancangan tahapan aplikasi notasi angka timbul bagi tiga siswa tunanetra

(9)

5

b. Proses pembelajaran notasi angka timbul bagi tiga siswa tunanetra di

SLBN-A Pajajaran Bandung.

c. Hasil pembelajaran aplikasi notasi angka timbu bagi tiga siswa tunanetra

di SLBN-A Pajajaran Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memperoleh beberapa manfaat bagi :

1. Siswa yakni dapat meningkatkan pemahaman terhadap notasi angka awas

bagi siswa tunanetra.

2. Sekolah SMPLBN-A Pajajaran Bandung : Sebagai pengayaan selain itudapat

ditindak lanjuti sebagai kebijakan untuk materi pembelajaran pada mata

pembelajaran teori musik di sekolah tersebut. kebihmateri pembelajaran yang

berkaitan dengan notasi musik.

3. Departemen Pendidikan Seni Musik UPI : Guna menambah pustaka ilmiah

agar dapat dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti lain dalam mengembangkan

penelitian sejenis.

4. Masyarakat : Guna menambah dan membuka wawasan bahwa tunanetra dapat

mempelajari notasi angka seperti yang dipelajari orang awas.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan

bagian bab dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V.

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi

yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dan struktur

organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II berisi uraian tentang pendidikan bagi siswa tunanetra, istilah tunanetra,

simbol braille sebagai sarana aksara bagi penyandang tunanetra, pendidikan musik

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi tentang metode apa yang digunakan dalam proses penelitian.

Serta penjabaran yang rinci tentang metode penelitian, partisipan dan tempat

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi tentang temuan penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian

secara detail dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang berhubungan dengan

dengan masalah penelitian.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab V berisi tentang simpulan yang merupakan hal yang merupakan

poin-poin inti dari jawaban pertanyaan penelitian, implikasi adalah dampak yang dapat

ditimbulkan dari penelitian ini dan rekomendasi yang merupakan saran dan masukan

(11)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian dibuat agar proses penelitian lebih terstruktur dan memiliki

tahapan-tahapan serta prosedur yang jelas, memberikan prosedur untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam

penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan penelitian. Oleh

sebab itu, desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian yang efektif dan

efisien. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian

yaitu sebagai berikut:

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Tahapan penelitian (Doc. Siti Nurokhmah 2015)

Tahap awal

Tahap proses pelaksnaan

(12)

1. Tahap awal

Pada tahap awal dilakukan penentuan judul penelitian yaitu “Aplikasi notasi angka timbul untuk meningkatakan penguasaan lagu pada siswa tunanetra di

SLBN-A Pajajaran Bandung”. Pada tahap studi pendahuluan dilakukan pengkajian judul

lebih dalam serta pembuatan latar belakang masalah mencakup

permasalahan-permasalahan yang faktual dan baru sehingga hasil penelitian bisa lebih bermanfaat

untuk masa yang akan datang. Tahap awal penelitian ini mempunyai beberapa

langkah-langkah yang di lakukan, langkah tersebut yakni sebagai berikut:

Pertama, ditentukan dosen pembimbing satu dan dua sebagai dosen

pembimbing peneliti berdasarkan rekomendasi dewan Skripsi Jurusan Pendidikan

Seni Musik. Penentuan dosen pembimbing ini sesuai dengan keterkaitan rencana

penelitian. Setelah penentuan dosen pembimbing, peneliti menentukan latar belakang

masalah dan rumusan masalah. Setelah itu menentukan tujuan, manfaat dan syarat

untuk penelitian sesuai dengan keterkaitan judul dan latar belakang yang dikaji.

Penyusunan proposal ini tentu dilakukan konsultasi dan bimbingan kepada dosen

pembimbing. Hasil konsultasi dan bimbingan ini, selanjutnya peneliti mengajukan

proposal skripsi untuk disahkan oleh pembimbing satu, pembimbing dua, dan Ketua

jurusan. Langkah pertama ini menghasilkan proposal penelitian dan surat keputusan

pelaksanaan penelitian.

Kedua, peneliti kemudian menghadap Bapak Drs. H. Heryanto Amuda,

M.Phil, SNE selaku kepala sekolah di SLBN-A Pajajaran Bandung. Peneliti

mendatangi ke tempat penelitian bertujuan agar mendapatkan izin secara lisan dan

kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan keperluan yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian tersebut.

Ketiga, pengurusan perizinan yang bersifat administrasi. Setelah mengurus

surat perizinan, pada tanggal 30 Mei 2015 peneliti mendapatkan surat rekomendasi

dari dinas pendidikan provinsi Jawa Barat untuk disampaikan kepada kepala SLBN-A

(13)

28

Keempat, langkah ini tentunya harus dipersiapkan perlengkapan segala

sesuatu hal yang dibutuhkan, berkaitan dengan keadaan saat dilapangan. Persiapan ini

untuk mempermudah mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan. Selain itu,

pada langkah ini mempersiapkan instrumen penelitian berupa draft wawancara serta

melakukan dokumentasi di tempat penelitian SLBN-A Pajajaran Bandung.

2. Tahap proses atau pelaksanaan

Proses penelitian telah dilaksanakan pada Mei hingga Agustus. Pada tahap ini,

proses pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan cara mengaplikasikan

notasi angka timbul untuk meningkatkan penguasaan lagu pada siswa tunanetra di

SLBN-A Pajajran Bandung. Pengumpulan data penelitian dari langkah tersebut

adalah sebagai berikut:

Pertama, peneliti melaksanakan pengajaran dibagi menjadi enam pertemuan.

Pertemuan pertama dan kedua yaitu observasi dan wawancara, pertemuan ketiga

sampai keenam adalah aplikasi notasi angka timbul untuk meningkatkan penguasaan

lagu. Setelah proses aplikasi notasi angka cetak timbul untuk meningkatkan lagu pada

siswa tunanetra selesai dilaksanakan, dilakukan proses wawancara dengan ketiga

siswa, hal ini bertujuan agar mengetahui manfaat dari pengaplikasian notasi angka

cetak timbul pada pembelajaran vokal. Selain itu peneliti melakukan wawancara

kepada siswa dan guru mata pelajaran vokal agar mengetahui kelemahan dan

kelebihan dari penggunaan notasi angka cetak timbul untuk meningkatkan

penguasaan lagu pada pembelajaran vokal, adapun wawancara yang dilakukan

peneliti yaitu:

No Subjek Penelitian Status Topik wawancara

1 Elda, Dian, dan

Roby

Siswa  Seputar pembelajaran vokal yang

dilaksanakan di SLBN-A Pajajaran

Bandung. (sebelum penelitian)

 Pembelajaran notasi musik brille yang

dilaksanakan di SLBN-A Pajajaran

(14)

 Aplikasi notasi angka cetak timbul dalam

 Pembelajaran vokal yang dilaksanakan

SLBN-A Pajajaran Bandung.(sebelum

penelitian)

 Pembelajaran notasi musik brille yang dilaksanakan di SLBN-A Pajajaran

Bandung. (sebelum penelitian)

Peneliti ingin mengetahui penggunaan notasi angka timbul yang dapat

menumbuhkan kemandirian dan kreativitas untuk pembelajaran vokal.

3. Tahap Pelaporan

Pada tahap pelaporan ini, tahap terakhir yang ditempuh setelah proses

penelitian selesai dilaksanakan yakni penyusunan laporan. Setiap data yang didapat

dari hasil penelitian di lapangan, seperti catatan-catatan, hasil wawancara dengan

guru maupun siswa, dokumentasi proses pelatihan maupun dokumentasi materi ajar,

kemudian di analisis dengan berbagai teknik analisis data. Setelah menganalisis data,

hasil penelitian tersebut kemudian disusun dengan menggambarkan dan memaparkan

atau mendeskripsikannya ke dalam bentuk tulisan yang dibuat secara sistematis dan

akurat, sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. Setelah semua hasil penelitian

dilapangan selesai, dilakukan hasil pelaporan untuk menyempurnakan hasil penelitian

yang sudah dibuat sehingga hasil tersebut siap ketika proses skripsi.

Dalam suatu penelitian diperlukan metode dan pendekatan yang berguna

untuk dapat memecahkan suatu masalah yang diteliti. Pemilihan metode yang tepat

ikut menentukan keberhasilan dalam suatu penelitian, karena dalam metode

(15)

30

tujuan penelitian. Penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Syaodih (2009, hlm. 72) penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang dasar, ditunjukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.

Data-data yang akan penulis gali berupa kegiatan pengaplikasian notasi angka

timbul pada siswa tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung. Kegiatan pengaplikasian

tersebut merupakan sebuah proses pembelajaran aktif dengan melatih aspek

pisikomotorik dalam menggunakan notasi angka timbul untuk meningkatkan

penguasaan lagu pada siswa tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung. Sampel dalam

penelitian ini adalah 3 orang siswa SMPLBN-A Pajajaran Bandung.

Ciri dari penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen

dalam Sugiono (2011, hlm. 21) adalah sebagai berikut:

Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researches is the key instrument. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures rather than number. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products. Qualitative research tend to analyze their data inductively. “Meaning” is of assential to the qualitative approach.

Berdasarkan karakteristik di atas maka dapat dikemukakan bahwa penelitian

kualitatif dapat dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan

peneliti adalah instrument kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, karena

data-data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehinggta tidak

menekankan pada angka. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari

pada produk atau outcome. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara

induktif. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.

Adapun tahapan dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti

menurut Sugiono (2011, hlm. 29) sebagai berikut:

1. Tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini

(16)

2. Tahap reduksi/fokus, pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang

telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi

data yang ditemukan pada tahap 1 untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

3. Tahap seleksi, pada tahap ini peneliti menguraikan focus yang telah ditetapkan

menjadi lebih rinci. Setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap

data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan

cara mengkostruksikan data yang diperoleh menjadi sesuatu bangun pengetahuan,

hipotesis atau ilmu yang baru.

Proses memperoleh data dan informasi pada setiap tahapan (deskripsi,

reduksi, dan seleksi) tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai cara

dan berbagai sumber. Maka metode ini dianggap sebagai metode yang tepat untuk

diterapkan pada penelitian dalam memahami secara mendalam mengenai

pengaplikasian notasi angka cetak timbul pada siswa tunanetra.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Partisipan

Partisipan merupakan sumber informasi dari data-data yang penulis akan gali

dalam penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi subjek dalam penelitian adalah

seluruh rangkaian proses pembelajaran notasi angka cetak timbul untuk

meningkatkan penguasaan lagu pada siswa tunanetra. Yang meliputi, komponen

pembelajaran yaitu materi lagu melalui notasi angka cetak timbul, beserta siswa yang

berjumlah tiga orang bernama: Dian, Robby, dan Elda, sedangkan guru mata

pelajaran vokal bernama Edy Ali.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLBN-A Pajajaran tingkat SMPLB, yaitu

lembaga pendidikan formal yang berada di jln. Pajajaran no.50-52 Kota Bandung

telp. +62224224726 kode pos 40171 Kota Bandung. Lokasi ini diplih karena SLB N

– A Pajajaran Bandung memiliki dua program study yaitu musik dan bahasa. Dalam program study musik terbagi lagi menjadi dua yaitu musik moderen dan musik

(17)

32

vocal yang di dalamnya terdapat materi pelajaran tentang membaca melodi

menggunakan notasi musik.

Di bawah ini merupakan denah dan lokasi dari SLB N-A Pajajaran Bandung.

Gambar 3.1

Denah SLB N –A Pajajaran Bandung dari arah Setiabudi (Doc. Siti Nurokhmah 2015)

Gambar 3.2

(18)

C. Pengumpulan Data

Di samping perlu menggunakan metode yang tepat dalam penelitian, peneliti

juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan untuk

memperoleh data yang objektif. Dalam penelitian kualitatif Sugiono (2011, hlm. 309)

mengemukakan bahwa: “Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam dan

dokumentasi.”

Teknik serta langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiono (2011, hlm. 310) menyatakan bahwa:

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang dapat diperoleh melalui

observasi.” Observasi yang akan dilakukan peneliti, yakni dengan cara menerapkan disain yang dirancang ini diharapkan siswa dapat menggunakan notasi musik dalam

pembelajaran vokal. Dalam hal ini peneliti melakukan obeservasi partisipatif, itu

artinya peneliti sebagai observer ikut terlibat dalam proses penelitian sebagai

pengajar. Hal ini dilakukan karena pada pembelajaran vokal sebelumnya guru hanya

memberikan contoh atau audio yang akan disampaikan, lalu didengarkan dan diikuti

oleh para siswanya tanpa menggunakan notasi musik yang ada yaitu notasi braille.

2. Wawancara

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiano (2011, hlm. 317) mendefinisikan

bahwa: “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topic tertentu.” Dalam melakukan wawancara pada penelitian ini, peneliti melakukam proses wawancara disetiap akhir pertemuan. Wawancara ditunjukkan

(19)

34

menanyakan mengenai proses penelitian berupa wawancara. Wawancara dilakukan di

kelas IX SMPLBN-A Pajajaran Bandung, hal ini bertujuan untuk memperkuat data

dari hasil observasi. Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal,

artinya hasil wawancara ditulis dan direkam agar data diperoleh lebih lengkap dan

lebih terperinci.

Gambar 3.3

Wawancara dengan guru SLBN-A Pajajaran Bandung (Doc. Siti Nurokhmah 2015)

Gambar 3.4

Wawancara dengan Dian Siswa SLB kategori low vision

(20)

Gambar 3.5

Wawancara dengan Robby siswa SLB kategori totally blaind

(Doc Siti Nurokhmah 2015)

Gambar 3.5

Wawancara dengan Elda siswa SLB kategori blaind

(Doc Siti Nurokhmah 2015)

3. Dokumentasi

Menurut Sugiono (2011, hlm. 329) dikemukakan bahwa: “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Dokumen dimanfaatkan sebagai sumber data adanya penelitian ini. Dokumen yang peneliti di anggap penting

(21)

36

a. Dokumen tentang peraturan dan kebijakan yang ada, khususnya tentang

penyelenggaraan pendidikan di SLBN-A Pajajaran Bandung dan tentang

kurikulum yang diterapkan.

Studi kepustakaan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka yang dilakukan

dengan mengkaji berbagai teori, pendapat, serta temuan-temuan dari berbagai media

seperti buku, jurnal, internet, laporan penelitian, artikel, karya ilmiah dan sebagainya.

Hal ini sengaja dilakukan untuk memperoleh konsep-konsep dan teori-teori yang

berkaitan erat dengan masalah penelitian dan dapat dijadikan sebagai landasan

pemikiran dalam penelitian skripsi ini sehingga akan diperoleh relevansi (keterkaitan)

antara teori dengan tujuan penelitian.

Atas dasar tersebut peneliti berusaha mencari data berupa teori-teori,

pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai

landasan teori, khususnya mengenai masalah-masalah yang sejalan dengan penellitian

ini. Seperti data dari buku-buku atau arsip-arsip yang membahas tentang

pembelajaran vokal menggunakan notasi angka cetak timbul, serta data-data yang

relevan dangan penelitian ini.

Adapun buku yang telah banyak digunakan untuk membantu menelaah hasil

penelitian sebagai sumber dari landasan teori pada penelitian ini adalah Pembelajaran

Anak Berkebutuhan Khusus karya Bandie Delphi dan Psikopedagogik Anak

Berkelainan karya Mohammad Efendi. Buku-buku ini banyak menjelaskan tentang

teori-teori pembelajaran pada siswa berkebutuhan khusus yang berhubungan dengan

penelitian ini salah satunya adalah penyandang tunanetra. Pemaparan secara ilmiah

dan mendalam dalam kedua buku ini dirasa sangat membantu peneliti dalam

melakukan riset pengaplikasian notasi angka timbul untuk meningkatkan penguasaan

(22)

yang dijadikan sebagai bahan referensi untuk landasan teori dalam penelitian ini,

berbagai artikel dari peneliltian yang telah dilakukan oleh para ahli yang berhubungan

dengan penelitian ini juga menjadi daftar pustaka dalam penelitian dengan fokus

aplikasi notasi angka timbul untuk meningkatkan penguasaan lagu pada siswa

tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung.

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, disesuaikan dengan

metode dan teknik pengumpulan data. Analisis data tersebut yaitu melalui penerapan

model, desain pembelajaran, dan wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan

metode pendekatan kualitatif.

Teknik analisis data ini menggunakan pola seperti yang dikemukakan oleh

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011, hlm. 337) bahwa ”Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.” Langkah-langkah analisis tersebut adalah: 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data atau informasi yang diperoleh dari lapangan sebagai bahan mentah

diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok penting yang

sesuai dengan tujuan penelitian sehingga lebih mudah untuk mendeskripsikan

mengenai pelaksanaan pengaplikasian notasi angka cetak timbul untuk meningkatkan

penguasaan lagu pada siswa tunanetra di SLBN-A Pajajaran Bandung.

2. Penyajian Data (Data Display)

Pengumpulan data dari hasil penelitian yang dilakukan secara bertahap atau

keseluruhan dengan cara mengklasifikasikan dan menyajikian data sesuai dengan

pokok permasalahan agar lebih mudah dipahami. Teknik pengumpulan data

wawancara, observasi, dan pelaksanaan pengaplikasian notasi angka cetak timbul

dalam pembelajaran vokal diperlukan beberapa waktu untuk memperoleh sesuai data

(23)

38

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verivication)

Setelah data tersaji langkah berikutnya pada teknik analisis data dalam

penelitian kualitatif adalah langkah verivikasi data. Menurut Miles dan Huberman

dalam Sugiono (2011, hlm. 337) adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi data.

Verivikasi adalah sebuah upaya untuk mempelajari kembali data-data mengenai

pengaplikasiaan notasi angka cetak timbul yang telah dikumpulkan dan kemudian

meminta pertimbangan berbagai pihak yang relevan dalam penelitian ini. Seluruh

kegiatan penelitian yang telah dilakukan dibuat kesimpulan dari semua data yang

telah terkumpul dan yang telah diolah, untuk kemudian dicari apakah semua data

(24)

120

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tengan rancangan tahapan,

proses, dan hasil aplikasi notasi angka timbul di SLBN-A Pajajaran Bandung.

Penelitian yang dilakukan dalam penggunaan notasi angka timbul untuk

meningkatkan penguasaan lagu ini, secara khusus peneliti melakukan tindakan

secara langsung kepada subjek penelitian. Materi yang peneliti sajikan dalam

penelitian ini adalah mempelajari notasi angka serta simbol-simbol musik yang

berlaku pada orang awas berupa notasi angka timbul. Setelah seluruh siswa

mempelajari notasi angka timbul, peneliti meminta untuk menampilkan hasil

pembelajaran notasi angka timbul dengan membaca dan menyanyikan melodi lagu

pada notasi angka timbul berupa lagu Bolelebo. Peneliti dapat berkesimpulan

bahwa pada masing-masing tunanetra memiliki kemampuan yang berbeda dalam

menganalogikan bentuk notasi angka dengan pengetahuan yang mereka miliki,

semakin tinggi mereka menganalogikan notasi angka dengan pengetahuan yang

mereka miliki maka semakin tinggi juga kemampuan mereka untuk membaca

notasi angka. Serta kemampuan musikal juga sangat bergantung pada pengalaman

yang dimiliki oleh peserta didik atau oleh manusia, semakin banyak orang

memiliki pengalaman musikal, maka mereka akan memiliki wawasan musikal

yang lebih baik pula yang mendukung kemampuan mereka untuk menyanyikan

melodi lagu berupa notasi angka timbul.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, diketahui bahwa implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran

musik adalah sebagai bahan ajar mata pelajaran musik dengan menggunakan

notasi musik pada sekolah berbasis inklusi dan semoga penelitian ini bermanfaat

(25)

121

Hasil penelitian ini akan efektif untuk disampaikan di dalam proses

pembelajaran notasi musik awas terhadap siswa tunanetra, karena tunanetra

memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, sehingga guru harus memiliki

metode pembelajaran dan model pengajaran yang baik agar siswa tunanetra dapat

menjalani proses pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan

beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Rekomendasi tersebut yakni sebagai berikut:

1. Kepada Guru Tunanetra, yaitu:

Dalam pembelajaran musik, guru seharusnya menggunakan notasi musik

dalam setiap pembelajaran musiknya. Dengan demikian, siswa dapat

melakukan pembelajaran secara mandiri dan bisa melakukan evaluasi diri

setelah mengikuti pembelajaran musik.

2. Kepada Siswa Tunanetra, yaitu:

Siswa tunanetra harus terbiasa mempelajari notasi musik yang sudah ada

maupun notasi musik yang berlaku bagi orang awas. Diharapkan siswa juga

selalu menerapkan ilmu yang diajarkan oleh guru, sehingga sensitivitas

terhadap musik makin berkembang.

3. Kepada Sekolah SLBN-A Pajajaran Bandung, yaitu:

Setiap tenaga pendidik yang tergabung dalam SLBN-A Pajajaran Bandung

harus selalu mempunyai rasa kekeluargaan dan harmonis. Dengan demikian

tingkat kepedulian terhadap sesama guru maupun siswa akan semakin tinggi.

4. Kepada Peneliti selanjutnya, yaitu:

Sebuah hasil penelitian yang sudah ada selayaknya dapat dikembangkan oleh

para peneliti selanjutnya agar diperoleh ruang lingkup yang lebih luas dan

(26)

122

Amin M, Dwidjosumarto. (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT

New Aqua Press.

Banoe, P. (2003) Kamus Musik. Jakarta: Kanisius.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika

Aditama.

Efendi, M. (2006). Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ervan, dkk (2013). Pembelajaran Musik bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SMP

Negeri 4 Payakumbuh. [Online]. Tersedia di:

http://dwonload.portalgaruda.org/article.php?article=101241&val=1538

Diakses: 16 September 2015

Firmansyah, A. (2009). Teori Dasar Musik 1. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Lowenfeld, B. (1979). Anak Tunanetra di Sekolah terjemahan Frans Harsana

Sasraningrat. Bandung: BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mudjito, dkk (2012). Pendidikan Inklusif. Jakarta: Baduose Media.

Rizki, Dias. (2010) Proses Pembelajaran Seni Musik Bagi Siswa Tunanetra.

[Online]. Tersedia di:

http://dwonload.portalgaruda.org/article.php?article=135949&val=5651

Diakses: 11 Agustus 2015

Smaligo, A. (1998). Resources for Helping Blind Music Students. [Online]. Tersedia

di: https://nfb.org/images/nfb/publications/fr/fr18/issue1/f180105.htm

Diakses: 24 Agustus 2015

Smith, D. (2006). Konsep dan Penerapan Pembelajaran Sekolah Inklusif. Bandung:

PT Nuansa.

Sobry, Sutikno (2013).Belajar dan Pembelajaran:Holistica.

Souder, P. (2009). Pemuda Penyadang Hendaya Visual dan Tunanetra. PT Iintan

(27)

123

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia (2014). Pedoman Penelitian Karya Ilmiah.

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.

Wardani, dkk. (2002). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas

terbuka.

Wikipedia (2015). Braille. [Online]. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Braille Diakses:

Gambar

Tabel 3.1 Wawancara
Denah SLB N Gambar 3.1 –A Pajajaran Bandung dari arah Setiabudi
Gambar 3.3
Gambar 3.5  Wawancara dengan Robby siswa SLB kategori totally blaind

Referensi

Dokumen terkait

Soeharto ( 1999 : 11 ) menyatakan bahwa mempelajari lagu bisa menggunakan notasi angka 1 2 3 4 5 6 7 dan dibaca : do re mi fa sol la si Hal yang dapat diajarkan oleh guru