• Tidak ada hasil yang ditemukan

SNFP UM 2016 RIZAL MUSTOFA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SNFP UM 2016 RIZAL MUSTOFA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran

Teams Games Tournament

untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2

Boyolali pada Mata Pelajaran Fisika

RIZALMUSTOFA

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta E-mail: rizalmustofa31@gmail.com

TEL: 081575901010

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa saat pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Boyolali yang berjumlah 34 siswa. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada peningkatan partisipasi siswa setelah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I persentase rata-rata partisipasi siswa meningkat 11 ,16 % dari 49,82 % menjadi 60,98 % dan pada siklus II meningkat 16,95 % menjadi 77,48 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Boyolali pada mata pelajaran fisika.

Kata Kunci: Partisipasi siswa,Teams Games Tournament.

PENDAHULUAN

Fisika merupakan bagian dari scien-ce maka hakikat dari fisika sama dengan hakikat pada science, yaitu fisika seba-gai produk, fisika sebagai proses, dan fi-sika sebagai sikap. Dalam pembelajaran fisika di sekolah proses memiliki peranan yang amat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran fisika. Proses yang di maksud ini adalah ketelibatan aktif antara siswa dengan guru saat pembelajaran fisika berlangsung.

Pembelajaran fisika yang baik ada-lah pembelajaran fisika yang berpusat pada siswa (student centered learning). Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dalam proses pembe-lajaran di kelas. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru tidak mendominasi kegiatan belajar tetapi menciptakan kondisi yang mendukung pembelajaran. Proses pem-belajaran fisika yang baik dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Boyolali kelas XI IPA 3 pada mata pelajaran fisika, metode pembelajaran yang banyak digunakan adalah metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) dengan alasan metode ini praktis dan tidak menyita banyak waktu untuk mengajar. Akibat dari kebiasaan tersebut parti-sipasi siswa rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, siswa menjadi bosan dalam proses pembelajaran, kurang semangat dalam memecahkan masalah, kegiatan mengajara tidak efektif dan efisien sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa rendah.

Sedangkan dari wawancara dengan beberapa siswa kelas XI IPA 3 mengatakan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit karena banyak rumus yang harus di hafalkan dan sulit memahami soal dengan baik. Selain itu penggunaan media jarang digunakan dan tidak ada variasi dalam metode pembelajarannya.

(2)

kurang. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan partisipasi siswa. Partisipasi siswa yang meningkat akan memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran fisika. Dari rasa ingin tahu tersebut akan menuntut siswa itu sendiri untuk memecahkan masalah tersebut secara individu maupun kelompok sehingga proses pembelajaran fisika di kelas akan berlangsung dengan efektif dan efisien.

Usaha untuk meningkatkan partisi-pasi siswa dalam pembelajaran fisika kelas XI IPA 3 SMA N 2 Boyolali salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pem-belajaran ini dapat melibatkan keaktifan siswa secara menyeluruh, terutama dalam hal partisipasi dalam pembe-lajaran. Model pembelajaran ini menun-tut siswa untuk aktif dalam kelompok dan aktif dalam games berupa tourna-ments. Tournaments dalam pembe-a-jaran ini akan memperbutkan hadiah yang telah di sediakan oleh guru.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rischa Nur Fitriyana (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunaan model Teams Games Tournament lebih baik daripada meng-gunakan metode ceramah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Anik Sugiyarti (2010) menyimpulkan bahwa Metode TGT (Teams Games Tourna-ment) dapat meningkatkan partisipasi siswa.

Model Pembelajaran Teams Games Tournament dikembangkan oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini terdapat kegiatan kerja sama antar kelompok dengan mengem-bangkan kerja sama antar siswa. Metode pembelajaran ini terdapat kegiatan permainan dalam proses pembelajaran. Permainan ini mengandung unsur persaingan dan aturan permainan telah ditentukan sebelumnya. Permainan ini menuntut partisipasi aktif dari setiap siswa guna bersaing dalam permainan untuk memperoleh suatu kemenangan.

Permainan merupakan salah satu cara belajar yang paling efektif, yaitu dengan bermain dalam kegiatan belajar mengajarnya, atau yang biasa disebut sebagai permainan edukatif. Permainan edukatif menurut Andang Ismail (2006: 119) adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik.

Menurut Slavin (2005:163) kompo-nen-komponen model pembelajaran Teams Games Tournament adalah tahap presentasi kelas, belajar dalam team, game, tournament, dan penghargaan tim. Penerapan model Teams Games Tournament dalam penelitian ini menggunakan sistem game cerdas cermat berupa soal-soal konsep dan juga soal hitungan yang harus dijawab secara cepat oleh setiap team supaya mendapat banyak point. Bentuk penilaian skor akhir team tidak hanya menggunakan skor dari game cerdas cermat saja melainkan dengan mentotal jumlah point yang didapat selama pembelajaran. Saat pembelajaran berlangsung terkadang guru memberikan soal dan team yang dapat menjawab dengan benar akan mendapat point.

Aspek partisipasi yang akan ditingkatkan melalui model pembe-lajaran Teams Games Tournament bera-cuan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 28) menyatakan bahwa partisipasi itu mencakup kerelaan, kesediaan mem-perhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan diatas bahwa partisipasi harus dilandasi dengan kerelaan, kesediaan untuk memper-hatikan dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud ini adalah kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Berdasarkan pengertian partisipasi menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa dalam partisipasi terdapat aspek kesediaan memperhatikan dan aspek berpartisipasi atau keterlibatan siswa. Indikator kesediaan memperhatikan menurut Suharsimi Arikunto (1993: 54) adalah:

1. Siswa fokus terhadap materi pelajaran.

2.

Sorot mata siswa tertuju kearah kegiatan belajar mengajar.

(3)

4. Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.

Sedangkan indikator berpartisipasi atau keterlibatan siswa menurut DR.H. Nana Sudjana (1996: 21) adalah:

1. Keberanian mengemukakan permasalahan.

2. Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.

3. Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. 4. Kemandirian belajar siswa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa kelas XI IPA 3 SMA N 2 Boyolali pada mata pelajaran fisika melalui model pembe-lajaran Teams Games Tournament. Materi fisika yang dibelajarakan pada saat penelitian mengikuti jadwal materi di sekolah pada waktu itu yaitu termodinamika.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, obser-vasi, dan refleksi. Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari dua pertemuan. Penerapan pembelajaran pada saat penelitian digunakan tindakan berulang atau siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerapkan model pembe-lajaran Teams Games Tournament pada pembelajaran siklus I sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran siklus II, hanya refleksi pada setiap pembelajaran yang berbeda, tergantung pada data dan fakta yang diperoleh saat pelaksanaan penelitian tiap siklusnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2016.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 34 siswa. Sumber data berasal dari siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan observasi. Instrument pengambilan data menggunakan lembar observasi yang di isi oleh para observer. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi. Menurut Nana Sudjana (201-4: 85) Observasi partisipasi berarti bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelom-pok yang diamati . Dengan observasi partisipasi ini pengamat dapat lebih menghayati, merasakan, dan mengalami sendiri seperti individu yang sedang diamati. Dengan demikian, hasil penga-matan akan lebih berarti, lebih objektif, sebab dilaporkan sebagaimana adanya seperti terjadi pada diri pengamat.

Lembar observasi digunakan sebagai alat pengumpul data dalam memantau perkembangan partisipasi siswa selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan harus mengacu pada indikator yang telah tercantum dalam lembar observasi. Validitas data yang dilakukan dengan menggunakan teknik triang-gulasi data yang dilakukan untuk meme-riksa dan membandingkan kebenaran suatu hipotesis, konstruk atau analisis yang dilakukan diri sendiri dengan hasil orang lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.

Analisis data dari hasil penelitian akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16) yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Prosedur dan langkah yang digu-nakan dalam melaksanakan penelitian ini mengikuti model yang dikemabngkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1997) dalam Rochiati Wiriaatmadja (2008: 66) yang berupa model spiral. Langkah-langkah operasional penelitian model Kemmis dan Mc Taggart dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

(4)

dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data proses belajar, yang dimaksud proses disini adalah partisipasi siswa ketika pembelajaran fisika.

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Pada saat observasi terlihat siswa banyak yang kurang aktif dalam pembelajaran, siswa kurang berpar-tisipasi, kerjasama antar siswa juga kurang. Hal ini ditunjukkan dengan ketercapaian partisipasi siswa dalam pembelajaran hanya mencapai 49,82 %.

Pembelajaran dengan menerapkan model Teams Games Tournament dengan tujuan memperbaiki kualitas pembe-lajaran sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran fisika. Materi yang dibelajarakan pada penelitian ini adalah pada pokok bahasan termodinamika. Pelaksanaan model Teams Games Tournament dilakukan sebagai berikut: Pertama tahap presentasi kelas, guru menyajian menyampaikan materi kepada siswa. Siswa harus benar-benar memperha-tikan dan memahami materi yang disam-paikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok. Sebelum guru menyampaikan materi tentunya guru harus memberikan motivasi berupa permasalahan di kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Serta menanyakan materi prasyarat agar dalam pembelajaran berjalan dengan lancar. Kedua, tahap team yaitu tahap dimana siswa dikelompokkan. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas. Siswa dikelompokkan secara heterogen dengan membagi rata kemampuan akademik tiap kelompok. Sehingga diharapkan semua kemampuan kelom-pok berimbang, tidak ada kelomkelom-pok yang paling unggul di kelas karena semua sama. Fungsi utama team adalah memastikan bahwa semua anggota team benar-benar belajar, dan lebih khu-susnya lagi, adalah untuk memper-siapkan anggotanya supaya bisa menger-jakan kuis dengan baik. Selama belajar dalam tim masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari dan mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang diberikan oleh guru dan saling mem-bantu apabila ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Setelah selasai belajar team selanjutkan perwakilan salah satu kelompok untuk presentasi. Guru pada tahap ini mem-bantu kelompok yang merasa kesulitan dan mengawasi keberjalan belajar dalam team. Ketiga, tahap game yaitu guru secara langsung memimpin jalannya permainan. Permainan dilakukan de-ngan guru membacakan soal kemudian tiap kelompok secara berebutan secara cepat menjawab pertanyaan tersebut. Keempat, tahap tournament yaitu sebuah struktur di mana game berlangsung. Pada tahap ini skore team keseluruhan dihitung. Skor tidak hanya berasal dari saat game tetapi point saat pembelajaran juga dihitung. Point ini didapat kelompok yang dapat menjawab dengan benar ketika guru bertanya di tahap presentasi kelas tadi. Kelima tahap penghargaan team, team yang mendapat nilai tertinggi pada permainan adalah sebagai pemenang. Tim yang menang mendapatkan reinforcement atau penghargaan dari guru.

Di akhir pembelajaran guru bersama murid-murid menyimpulkan materi yang telah dipelajarai pada pertemuan hari itu, kemudian guru memberikan soal essay yang harus dikerjakan setiap siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai pembe-lajaran pada hari itu.

(5)

model pembelajaran yang digunakan, tetapi masih ada beberapa siswa yang canggung dalam berdiskusi dengan kelompoknya.

Kelemahan pada siklus I, yaitu pada pemanfaatan waktu yang belum maksimal untuk melaksanakan model Team Games Tournament. Hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru, siswa juga kurang disiplin dalam pembelajaran seperti terlambat masuk kelas dan membuat gaduh. Partisipasi siswa juga kurang kuat, terlihat ada beberapa siswa yang dalam kegiatan kelompok hanya diam saja dan kurang berinteraksi mengemukakan permasalahan dalam pembelajaran baik kepada guru maupun dengan teman sekelompoknya. Kelebihan pada siklus I, yaitu pada tahap game suasanya kelas begitu focus pada permainan. Semua team terlihat antusias dan perhatian terpusat pada guru.

Dari hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan beberapa perbaikan supaya partisipasi dalam pembelajaran meningkat. Hal-hal yang dilakukan adalah memberi arahan kepada siswa agar memperlajari materi yang akan dibelajarkan, disiplin masuk kelas, memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa juga didorong agar tidak malu dalam mengungkapkan setiap permasalahan yang ia temui baik kepada teman sekelompok, seluruh siswa dikelas atau kepada guru sendiri. Model permainan juga ditambah dengan adanya pertanyaan untuk tiap kelompok, sehingga tidak semua soal dijawab dengan berebut. Guru juga harus lebih responsif terhadap berbagai partisipasi siswa dikelas entah itu berupa perhatian atau partisipasi dalam tindakan. Serta lebih memperhatikan alokasi waktu yang digunakan, agar pembelajaran lebih terorganisir.

Pelaksanaan model Teams Games Tournament pada siklus II telah sesuai dengan rencana. Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran Teams Games Tournament. Siswa lebih parti-sipatif dalam pembelajaran, focus dalam pembelajaran, selalu siap apabila di-tunjuk oleh guru, berani mengemu-kakan permasalahan ke teman kelompok serta dihadapan kelas. Sehingga pembelajaran belangsung secara efektif dan efisien.

Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament pada penelitian ini menunjukkan peningkatan partisipasi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya capaian rata-rata persentase indikator partisipasi dari pra siklus ke siklus I ke siklus II pada table 1.

Sebelum menggunakan model pembelajran Teams Games Tournament partisipasi siswa rendah, kemudian setelah diterapkan model pembelajaran Teams Games Tournament pada siklus I partisipasi siswa naik menjadi sebesar 11,16% menjadi 60,98%. Pada siklus II partisipasi siswa naik lagi sebesar 16,95% menjadi 77,48 %. Pada siklus I siswa baru mulai merubah pola pembelajaran dari yang semua hanya berpusat pada guru menjadi berpusat kepada siswa dan membuat suasana pembelajaran terasa lebih nyaman dan menyenangkan. Peningkatan persentase rata-rata partisipasi siswa pada siklus I masih rendah karena siswa masih menyesuaikan cara belajar yang baru. Sedangkan peningkatan persentase rata-rata partisipasi siswa pada siklus II meningkat lebih besar karena siswa sudah nyaman dan terbiasa dengan pembelajaran Teams Games Tournament yang diterapkan.

Tabel 1. Persentase setiap indikator pada observasi partisipasi siswa

No Indikator

Rata-rata capaian (%) Pra

Siklus Siklus I Siklus II

1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 57,35 65,44 79,78 2 Sorot mata siswa tertuju kearah kegiatan belajar mengajar 57,35 63,97 80,51 3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 55,88 63,97 80,15 4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk

menjawab atau melakukan perintah 49,26 58,82 75

5 Keberanian mengemukakan permasalahannya 50 61,4 75,37 6 Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan,proses

(6)

8 Kemandirian belajar siswa 38,97 57,35 75,37

Jumlah 398,53 487,87 619,85

Rata-rata 49,82 60,98 77,48

Dari delapan indikator yang diteliti seperti yang tertulis pada table 1 pembelajaran pra siklus nilai terendah terdapat pada indikator nomer delapan yaitu kemandirian belajar siswa dengan capaian sebesar 38,97 %. Kemudian indikator yang hampir menyamai indikator nomer delapan adalah indikator nomer tujuh yaitu usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan capaian 41,18%. Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada indikator nomer satu dan dua yaitu, siswa focus terhadap materi pelajaran, sorot mata siswa tertuju kearah kegiatan belajar mengajar dengan capaian sebesar 57,35 %.

Pada table 1 pembelajaran siklus I persentase rata-rata capaian tiap indikator mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator nomer delapan yaitu kemandirian belajar siswa, dengan peningkat sebesar 18,38 % menjadi 57,35%. Peningkatan terendah pada indikator nomer dua yaitu sorot mata siswa tertuju kearah kegiatan belajar mengajar, dengan peningkat sebesar 6,62% menjadi 63,97%. Secara keselu-ruhan persentase rata-rata capaian tiap indikator pada siklus I belum mencai angka 75% sehingga dilaksanakan siklus yang ke II. Pada siklus II peningkatan tertinggi terdapat pada indikator nomer tujuh yaitu usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran, dengan pening-katan sebesar 19,11% menjadi 76,1%. Peningkatan terendah pada indikator nomer lima yaitu keberanian menge-mukakan permasalahan, dengan pening-katan sebesar 13,97% menjadi 75,37%. Secara keseluruhan persentase rata-rata capaian tiap indikator pada siklus II telah mencai batas ketuntasan 75%, sehingga tidak perlu dilanjutkan untuk siklus selanjutnya.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian lain (Anik Sugiyarti et al 2010) menunjukkan penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament dapat meningkatkan partisipasi siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran fisika.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa terse-lesainkannya penelitian dan penulisan makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Hartini, S.Pd. selaku guru fisika SMA Negeri 2 Boyolali yang telah mengijinkan dan membimbing penelitian ini. Serta pada ibu Dyah Fitriana M, M.Sc. dan bapak Sukarmin, Ph.D. selaku dosen yang telah mebimbing dalam penelitian. Tak lupa ucapan terimakasih kepada pihak penyelenggara Seminar Nasional Fisika Universitas Negeri Malang yang telah memberikan kesempatan untuk menyajikan makalah pada acara Seminar Nasional Fisika dan Pembelajarannya.

DAFTAR RUJUKAN

Andang I., 2006. Education Games; Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.

(7)

Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gondangrejo. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Dimyati dan Mudjiono, 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Miles, B. Matthew dan A. Michael Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-metode Baru, terjemah oleh Tjetjep Rohidi. Jakarta: UI-Press.

Mulyasa, E., 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana, 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nana Sudjana, 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rischa, N.F., 2010.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Menggu-nakan Puzzle Untuk Meningkatkan Respon Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VII C Smp Negeri 1 Mojogedang Tahun Ajaran 2009 /2010.Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Robert E. Slavin, 2005. Cooperatif Learning Teori Riset Dan Praktik Terjemahan Lita. Bandung: Nusa Media.

Rochiati Wiriaatmadja, 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas Cetakan kelima. Bandung: Program Pasca-sarjana Universitas Pendidikan Indo-nesia dan Remaja Rosdakarya.

(8)

Gambar

Tabel 1. Persentase setiap indikator pada observasi partisipasi siswaRata-rata capaian (%)

Referensi

Dokumen terkait

This short article discusses several issues concerning this act: why it is matter, what count as plagiarism acts, what causes plagiarism, possible ways of tackling with plagiarism,

Berat beban pada pekerjaan pengangkatan dan penurunan kemasan 240 ml sebesar 12,2 Kg, dan kemasan 600 ml sebesar 15,3 yang secara terus-menerus akan

SISTEM PERAMALAN INVENTORY DENGAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

In the aspect of the material showed that the material used is very supportive of study materials and achievement of learning on the subject of numerical

Hal lain yang memeberikan motivasi bagi penulis untuk melakukan kegiatan penelitian ini adalah sejauh mana zat- zat alternatif dapat dioperasikan dengan baik di

Jenis Sirih merah atau dalam bahasa ilmiahnya Piper crocatum merupakan salah satu jenis dari tanaman sirih piper betle yang merupakan tanaman merambat dengan bentuk daun

Secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan

Akan tetapi, substansi pada Spinoza tidak hanya Tuhan, tetapi juga Alam.. Yang dimaksud Alam di sini bukan alam yang terbatas, melainkan Alam