• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Internasional memiliki komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Internasional memiliki komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya kesejahteraan hidup tidak dapat diperoleh tanpa adanya pembangunan manusia itu sendiri. Pada bulan September tahun 2000, masyarakat Internasional memiliki komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia yang dikenal dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki tujuan:

1. Penghapusan kemiskinan dan kelaparan (eradicating extreme poverty and hunger).

2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieving iniversal basic education).

3. Mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan (promoting gender equality and empowering women)

4. Mengurangi jumlah kematian anak (reducing child mortality). 5. Meningkatkan kesehatan ibu (improving maternal mortality ).

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (Combating HIV/AIDS, malaria and other deseases).

7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup (ensuring environmental sustainability).

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (developing a global partnership for development ).

(2)

Adapun salah satu upaya yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pertama MDGs yakni penghapusan kemiskinan dan kelaparan adalah mengurangi jumlah penduduk. Jumlah penduduk merupakan masalah yang serius tidak hanya bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi negara-negara maju. Masalah kependudukan dewasa ini sudah menjadi masalah yang besar bagi dunia secara keseluruhan karena menyangkut banyak segi terutama pada aspek jumlah dan kualitas. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan yang besar tetapi juga harus disadari bahwa hanya dengan jumlah yang besar saja, bukanlah jaminan bagi berhasilnya pembangunan.

Firman (2001:32) menyebutkan beberapa masalah kependudukan di Indonesia antara lain: 1) Pertambahan penduduk yang cepat, 2) Penyebaran penduduk yang tidak merata dan 3) Kualitas penduduk yang masih rendah. Pertambahan jumlah penduduk tanpa control dapat menimbulkan problema sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Problema tersebut antara lain adalah semakin besarnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan masalah yang rumit bagi pemerintah Indonesia dalam pembangunan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat guna mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.

Tingkat pertambahan penduduk yang terus meningkat tanpa diimbangi dengan aspek-aspek kehidupan lainnya merupakan penghalang dalam usaha mencapai kesejahteraan hidup dan juga akan menimbulkan dampak negatif terhadap pembangunan.

(3)

Dalam mengatasi masalah ini pemerintah Indonesia telah berupaya dalam memasyarakatkan program keluarga berencana kepada seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan diantaranya melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan antara lain langsung kepada masyarakat, melalui media massa, penataran-penataran dan lain-lain. Sedangkan pelaksanaan program harus dilalui secara konseptual, sehingga lebih mampu menganjurkan atau memotivasi masyarakat untuk melaksanakan Keluarga Berencana secara mandiri.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 52 Tahun 2009

Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam paragraf 2 mengenai Keluarga Berencana dinyatakan bahwa :

Untuk mewujudkan pembangunan keluarga sejahtera, pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijaksanaan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Kebijaksaan tersebut dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga dan pengaturan kelahiran dengan memperhatikan nilai-nilai agama, keselarasan, dan keseimbangan, antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat.

Dalam pasal tersebut jelas terlihat bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijaksaan dalam upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana dan upaya yang dimaksud dengan penyelenggaraan Keluarga Berencana adalah upaya untuk membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

(4)

Walaupun Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mensukseskan program Keluarga Berencana, namun masih banyak dijumpai Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak memperdulikan pelaksaan program Keluarga Berencana yang sesuai dengan harapan Pemerintah Indonesia.

Salah satu cara yang dianggap efektif untuk mensukseskan program KB adalah dengan melakukan komunikasi penyuluhan. Proses penyuluhan dapat berhasil jika pesan disampaikan dengan proses komunikasi yang jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang sama. Cara-cara yang ditempuh dalam melakukan komunikasi penyuluhan umumnya memerlukan persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik berkomunikasi.

Adapun komunikasi penyuluhan dan pelayanan KB pada setiap desa di Kabupaten Humbang Hasundutan diterapkan secara rutin sekali dalam setahun oleh Petugas Kantor KB Kab Humbahas untuk setiap desa. Namun, pada saat penyuluhan yang berperan sebagai komunikator adalah Petugas Lapangan KB kecamatan yang berjumlah dua orang untuk setiap desa. Selain pada saat penyuluhan, PLKB juga memberikan pengetahuan tentang KB pada saat kegiatan Posyandu dilakukan.

Berdasarkan informasi terakhir dari Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2010 yang diperoleh dari PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) / Pengelola KB di Kecamatan Lintong Nihuta menunjukkan bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada didesa Nagasaribu 1 terdapat 162 pasangan dengan perincian kelompok umur 30-49 tahun sebanyak 120 pasangan dan kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 42

(5)

pasangan dan tidak ada pasangan usia subur dibawah umur 20 tahun. Namun, pada jumlah pasangan usia subur tersebut terdapat sebanyak 57 pasangan yang menjadi peserta KB sehingga terdapat sebanyak 105 pasangan yang bukan peserta KB. Dan pasangan ini akan menjadi sasaran komunikasi penyuluhan program KB pada bulan Maret 2011.

Sebagai tambahan informasi, pada tanggal 7 September 2010 telah dilaksanakan komunikasi penyuluhan program KB di Desa Nagasaribu 1 dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 32 orang dan sebanyak 21 orang diantaranya telah menjadi akseptor KB. Sebelas orang yang tidak menjadi akseptor memberikan alasan bahwa mereka tidak menjadi akseptor KB karena dalam keadaan hamil, ada juga yang ingin segera memiliki anak, dan latar belakang kurangnya pendidikan. Sebelas orang ini juga termasuk kedalam 105 pasangan yang menjadi sasaran peserta komunikasi penyuluhan tahun ini.

Alasan peneliti memilih Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai lokasi penelitian karena kabupaten tersebut merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tapanuli Utara, sehingga setiap desa masih memerlukan pembenahan terutama pada bidang kesehatan keluarga.

Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana komunikasi penyuluhan program keluarga berencana oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kec. Lintong Nihuta berpengaruh terhadap tingkat adopsi Keluarga Berencana di Desa Nagasaribu 1.

(6)

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) terhadap tingkat adopsi KB masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta Kab. Humbang Hasundutan”

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas yang dapat mengaburkan penelitian, maka ditetapkan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian terbatas pada kegiatan yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta.

2. Kegiatan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah “penyuluhan tentang program keluarga berencana di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Obyek Penelitian adalah Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Nagasaribu 1 yang tidak terdaftar sebagai akseptor KB termasuk PUS yang ikut dalam acara penyuluhan tentang Program Keluarga Berencana pada tanggal 7 September 2010.

(7)

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi penyuluhan Program Keluarga Berencana yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Lintong Nihuta.

b. Untuk mengetahui tingkat adopsi KB masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. c. Untuk mengetahui hubungan antara kegiatan penyuluhan tentang

program keluarga berencana terhadap tingkat adopsi KB pada masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU khususnya mengenai komunikasi penyuluhan.

b. Secara praktis, hasil Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan kontribusi kepada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) atau pihak-pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan Komunikasi Penyuluhan.

(8)

c. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.

1.5. KERANGKA TEORI

Teori menurut Kerlinger merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi dimana variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disususn kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi), 1995:40). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah : Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan, Penyuluh sebagai Agen Perubahan, Teori Difusi Inovasi, Program Keluarga Berencana.

1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan a. Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41).

(9)

Everett M. Rogers mendefenisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2006:19).

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication

diringkas sebagai berikut:

a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b) Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d) Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

b. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikator yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu desain komunikasi penyuluhan.

Penyuluhan merupakan proses komunikasi sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seseorang individu (komunikator) menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Dengan demikian, dalam proses

(10)

penyuluhan, banyak faktor yang mesti diperhatiakn oleh penyuluh. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah: media massa, baik cetak maupun elektronik, pendekatan dalam bentuk komunikasi kelompok, dan komunikasi antar pribadi (Nasution, 1990:10).

Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi serbaguna. Suatu bidang yang berkembang pesat sejak penghujung dekade 60-an. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas penukaran pesan secara timbal balik antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangakan dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut (Nasution, 1990:10).

Dalam melekukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

1) Masalah yang dihadapi 2) Siapa yang akan disuluh

3) Apa tujuan (objectivities) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

4) Pengembangan pesan

5) Metode atau saluran yang digunakan

6) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990:10).

(11)

Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi secara paradimatis, karena proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju kearah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan, atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005:18)

Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005:48-56):

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:

1) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2) Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3) Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan

(12)

(slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangakat symbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), symbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakn penyuluhan harus terkesan tidak menggangu dan merugikan sasaran.

1.5.2. Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang-orang itu, dalam pustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang memengaruhi suatu putusaan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial (Dilla, 2007:144).

(13)

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power) (Cangara, 2000: 95-100).

a) Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi

(competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian

(personality), dan dinamika (dynamism).

Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

b) Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah saalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik

(attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan

(14)

(similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya

(physic).

c) Kekuatan (Power)

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin memengaruhi orang lain.

I.5.3. Teori Difusi Inovasi

Difusi adalah sebuah proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu kepada seluruh anggota sistem sosial. Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba, 2006: 57). Teori difusi inovasi dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi (Dilla, 2007: 53).

(15)

Proses penyebarserapan inovasi terdiri dari 4 unsur utama, yaitu: (1) suatu inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, (4) diantara para anggota suatu sistem sosial. Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan suatu inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap inovasi, yaitu:

1. Keuntungan-keuntungan relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya? 2. Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan

nila-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan? Begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?

3. Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit? Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

4. Dapat dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.

5. Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak. (Nasution 1990: 15-17)

Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi 4 tahap, yakni:

(16)

1. Pengetahuan: mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi: menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

3. Keputusan: terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak.

4. Konfirmasi: mencari penguat bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut (Purba, 2006: 57-58).

1.5.4. Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera dengan tata pengaturan kelahiran dan juga pengendalian laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak melampaui kemampuan produksi hasil pembangunan.

Program Keluarga Berencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia untuk mensukseskan Program Keluarga Berencana demi tercapai tujuan dari Keluarga Berencana itu sendiri.

Untuk itu perlu kita ketahui bahwa Keluarga Berencana tidak hanya untuk membatasi jumlah anak melainkan membantu kesejahteraan anak karena dengan keluarga kecil akan terbuka kesempatan yang lebih besar bagi orang tua untuk mensejahterakan anaknya baik dalam hal makanan, pakaian, dan jaminan

(17)

pendidikan yang diperoleh anak. Jadi jelas bahwa Keluarga Berencana mengandung suatu gagasan yang lebih luas sehingga membina keluarga yang sejahtera khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan anak.

Menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, pengertian anak adalah: “ Seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah”. Batasan usia ini ditinjau dari segi psikologis dan sosialis. Selanjutnya oleh Fanggidae (2000:98), bahwa “Kesejahteraan anak adalah sebagai tata hidup dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial”.

1.6 Kerangka Konsep

Teori-teori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran harus dapat mengasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab pendahulu dari variabel lainnya (Kriyantono, 2008:21). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana.

(18)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono, 2008:21). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat adopsi masyarakat.

3. Karakterisitik Responden

Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden.

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait satu dengan lainnnya. Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian. Adapun operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel X

Komunikasi Penyuluhan

Variabel Y

Tingkat Adopsi Masyarakat

(19)

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Penyuluhan a. Penyuluh : 1. Kredibilitas • Kompetensi • Sikap • Tujuan • Kepribadian • Dinamika. 2. Daya Tarik • Kesamaan • Dikenal • Disukai • Fisiknya 3. Kekuatan 4. Katalisator

5. Pemberi pemecahan persoalan 6. Pembantu proses perubahan 7. Penghubung

b. Metode Penyuluhan

1. Pendekatan Perorangan : - Dialog langsung, - Kemampuan empati,

-Menciptakan suasana homophily. 2. Pendekatan Kelompok :

- Diskusi kelompok c. Media Penyuluhan

1. Gambar atau slide

2. Alat dan obat kontrasepsi 3. Brosur

4. Buku-buku tentang Program KB Nasional

d. Materi Penyuluhan

1. Pesan (verbal dan nonverbal) 2. Makna (gagasan atau ide) 3. Simbol yang digunakan (bahasa

atau kata-kata)

e. Waktu dan Tempat Penyuluhan 1. Waktu

2. Tempat 2. Variabel Terikat (Y)

Tingkat Adopsi Masyarakat a. Pengetahuan b. Persuasi 1. Keuntungan-keuntungan relative 2. Keserasian

(20)

1.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Komunikasi Penyuluhan), meliputi:

a) Penyuluh,

Penyuluh adalah agen perubahan atau orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat. Seorang penyuluh memiliki kriteria yang terdiri dari:

1. Kredibilitas

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Lintong Nihuta sebagai komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak. Kredibilitas seorang komunikator berasal dari yaitu :

3. Kerumitan 4. Dapat dicoba 5. Dapat dilihat c. Keputusan

d. Konfirmasi Karakteristik Responden a. Usia

b. Pendidikan Terakhir c. Pekerjaan

(21)

• Kompetensi adalah Suatu penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta ialah karakteristik yang mendasar yang dapat menggambarkan kemampuan mereka untuk melaksanakan suatu peran seperti latar belakang pendidikan, pengalaman dan keahlian.

• Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan dari seorang komunikator. Dimana dalam hal ini PLKB Kec. Lintong Nihuta menunjukkan pribadi mereka kepada masyarakat, apakah seorang PLKB bersikap tegar atau toleran dalam prinsip.

• Tujuan adalah menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Dalam hal ini PLKB Kec. Lintong Nihuta memiliki sesuatu tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penyuluhan KB yaitu agar sasaran ikut serta menjadi akseptor KB.

• Kepribadian adalah menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Dimana PLKB sebagai komunikator dalam penyuluhan Program KB tampil dan menimbulkan kesan bagi masyarakat .

• Dinamika adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang komunikator dalam menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan. PLKB Kec.

(22)

Lintong Nihuta memiliki kekuatan untuk menyampaikan penyuluhan sehingga menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan.

2. Daya Tarik

Daya Tarik adalah sesuatu hal yang memberi nilai lebih dan ketertarikan kepada komunikator yaitu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Lintong Nihuta. Daya tarik dapat berupa kesamaan, keakraban/ dikenal baik, disukai, dan fisiknya.

• Kesamaan adalah ketertarikan pada komunikator karena adanya kesamaan/keserupaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai penyuluh memiliki penyatuan perasaan yang serupa dan sependapat dengan masyarakat atas informasi yang diberikan.

• Keakraban/ dikenal baik adalah hubungan yang terjalin secara emosional dan fisik antara komunikator dengan komunikan. Dimana PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai penyuluh sudah lama dikenal masyarakat yang diberikan penyuluhan.

• Disukai adalah suatu perasaan ketertarikan terhadap informasi, fisik dan gaya yang ditimbulkan oleh komunikan. PLKB Kec. Lintong Nihuta sebagai seorang penyuluh disenangi dan disukai oleh masyarakat.

• Fisik adalah tampilan secara visual yang ditampikan oleh seorang komunikan sebagai penyuluh. Seorang PLKB akan

(23)

dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik dihadapan khalayak masyarakat.

3. Kekuatan

Kekuatan adalah kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator dalam mempengaruhi orang lain. Dimana Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta memiliki kepercayaan diri dengan kemampuannya dalam mempengaruhi masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta.

b) Metode Penyuluhan, adalah cara yang digunakan oleh seorang penyuluh dalam memberikan informasi yang terdiri dari:

1. Pendekatan Perorangan adalah pendekatan oleh seorang penyuluh melalui hubungan secara mendalam atau pribadi dengan jumlah yang terbatas (KAP). Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluhan, tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif.

a) Dialog Langsung, adalah merupakan suatu cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh komunikator/penyuluh secara langsung dengan tatap muka kepada komunikan/peserta penyuluhan. Metode yang dilakukan oleh PLKB Kec. Lintong Nihuta dengan berdialog atau berkomunikasi secara tatap muka dengan peserta penyuluhan.

b) Surat – menyurat adalah salah satu metode yang digunakan Kantor Keluarga Berencana Kab. Humbang Hasundutan dengan mengirim

(24)

surat yang berhubungan dengan penyuluhan Program Keluarga Berencana kepada PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) Kecamatan Lintong Nihuta.

c) Kemampuan Empati, adalah kemampuan komunikan untuk memahami pikiran, perasaan, pengalaman orang lain dengan menempatkan diri pada posisi, perasaan, tanpa kehilangan identitas diri, sikap, pribadi, dan kendali reaksi emosi terhadap pengalaman orang lain. PLKB Kec. Lintong Nihuta mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi para peserta penyuluhan.

d) Menciptakan Suasana Homophily, adalah kemampuan komunikan untuk membangun suasana yang akrab dan hangat. Dimana Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta dapat membaur dengan peserta penyuluhan.

2. Pendekatan Kelompok adalah suatu pendekatan dengan daya jangkau yang lebih besar sehingga dapat memperkuat dalam pembentukan sikap secara kelompok. Banyak manfaat yang dapat diambil pada pedekatan kelompok, karena terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

a) Diskusi Kelompok adalah merupakan suatu proses penyuluhan dimana komunikan/peserta penyuluhan akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan persoalan bersama. Diskusi yang terdiri atas masyarakat Desa Nagasaribu 1 dan diketuai oleh Petugas Lapangan

(25)

Keluarga Berencana Kec. Lintong Nihuta. Dalam hal ini diskusi kelompok yang dilakukan PLKB dalam penyuluhan terjadi melalui pertukaran informasi atau pendapat dengan masyarakat/peserta penyuluhan.

c) Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Media penyuluhan terdiri dari:

1. Gambar atau slide, yaitu media penyuluhan yang mengandung tampilan pesan-pesan gambar dan tulisan pada penyuluhan.

2. Alat dan obat kontrasepsi, yaitu contoh dari jenis-jenis kontrasepsi yang asli.

3. Brosur, yaitu selembaran yang informasi yang berisikan informasi tentang berbagai jenis alat, obat dan metode kontrasepsi.

4. Buku-buku tentang Program KB Nasional yaitu sekumpulan informasi yang komplit dari berbagai jenis-jenis kontrasepsi.

d) Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Materi penyuluhan terdiri dari:

1. Pesan verbal yaitu bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui bahasa dan tulisan. Pesan verbal yang disampaikan oleh PLKB Kec. Lintong Nihuta kepada peserta penyuluhan melalui bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dan tulisan.

(26)

2. Pesan non verbal yaitu informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh oleh PLKB Kec. Lintong Nihuta.

3. Makna (gagasan atau ide), yaitu gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta kepada peserta penyuluhan.

4. Simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata), yaitu gaya bahasa, cara berbicara, pilihan kata yang disampaikan oleh petugas penyuluhan kepada peserta penyuluhan.

e) Waktu dan Tempat Penyuluhan, terdiri dari:

1. Waktu, adalah saat yang tepat yang dipilih dan ditentukan oleh petugas penyuluhan untuk melakukan penyuluhan yakni pada bulan Maret 2011.

2. Tempat, yaitu lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan untuk melakukan penyuluhan. Tempat penyuluhan ini berlangsung di Pusat Kesehatan Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta.

2. Variabel Terikat (Tingkat Adopsi), meliputi: 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu kondisi dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan masyarakat Desa Nagasaribu 1 terhadap KB dan fungsinya sebagai sebuah inovasi.

(27)

2. Persuasi

Persuasi adalah dimana seseorang dapat menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut dan bila dikaitkan dalam

penelitian ini adalah bagaimana respon atau ketertarikan masyarakat Desa Nagasaribu 1 terhadap Program KB. Persuasi dalam hal ini dipengaruhi oleh:

• Keuntungan-keuntungan relative adalah Keuntungan yang memberikan kemudahan setelah kita menerima penyuluhan dari komunikan. Dalam hal ini bagaimana Program KB memberikan keuntungan bagi masyarakat yang kelak menerimanya.

• Keserasian adalah suatu kecocokan terhadap hal yang didifusikan dengan sejalannya nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan dan sesuai dengan nilai yang sudah melekat pada khalayak/peserta penyuluhan. Dalam hal ini bagaimana kesesuaian Program KB yang hendak diterapkan kepada peserta penyuluhan dengan nilai-nilai dan sistem kepercayaan masyarakat di Desa Nagasaribu 1. Begitu pula, apakah program KB serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat Desa Nagasaribu 1 Kec. Lintong Nihuta.

• Kerumitan adalah ketidak pahaman seseorang mengenai suatu hal yang dapat menimbulkan pertanyaan baru didalam dirinya. Karena pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada

(28)

hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

• Dapat dicoba adalah dimana Program KB dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum masyarakat terlanjur menerima secara keseluruhan.

• Dapat dilihat adalah bagaimana Program KB dapat dilihat langsung buktinya, sebab masyarakat akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak. 3. Keputusan adalah tidakan yang diambil oleh seseorang atas

keterlibatan dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak. Bila dikaitkan dalam penelitian ini yaitu bagaimana sikap berupa keputusan masyarakat Desa Nagasaribu 1 terhadap KB, apakah mereka menolak atau menerima.

4. Konfirmasi adalah mencari tambahan informasi dari narasumber lain sebagai penguat dalam mengambil keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut. Dalam penelitian ini, konfirmasi yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan masyarakat Desa Nagasaribu 1 dalam mencari informasi tambahan mengenai KB yang dapat mempengaruhi keputusan yang telah diambil.

(29)

3. Karakteristik Responden meliputi:

a) Usia adalah usia responden saat mengisi kuesioner

b) Pendidikan Terakhir adalah pendidikan terakhir responden yang pernah ditempuh oleh responden.

c) Pekerjaan adalah mata pencaharian responden pada saat penelitian d) Suku adalah identitas budaya responden.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan istrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi 1991:44)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak Terdapat Hubungan Antara Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan adopsi KB pada Masyarakat di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Ha: Terdapat Hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Program Keluarga Berencana dengan tingkat adopsi pada Masyarakat Di Desa Nagasaribu 1 Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, rincian tugas dan tata kerja Sekretariat Pengendali Bimas diatur oleh Menteri Pertanian selaku Ketua

2003, National Kidney Foundation’s Kidney Disease Outcomes Quality Initiative Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease in Children and Adolescents:

termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari TI sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat, (2) Memotivasi anak untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan TI,

VG untuk tingkat viskositas kinematik mesin hidrolik yang dapat dilihat pada Tabel 3, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pelumas mineral VIM 6 sebelum diberikan aditif

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dalam hal ini instansi Satuan Polisi Pamong Praja sebagai SKPD pengampu Pelaksanaan SPM bidang

Saat ini sejumlah 70 isolat jamur pembentuk gaharu dari 27 provinsi di Indonesia telah berhasil diisolasi dan telah diujicoba pada jenis tanaman penghasil gaharu lebih dari 20

Hasil uji Duncan pada parameter jumlah daun menunjukkan bahwa hasil terbaik ditunjukkan oleh kelompok media TSkn (tanah, sekam dan pupuk kandang) dan TKSKn (tanah,

Ti rezultati govore da bi poduzeće Naprijed trebala otvoriti profil na Instagramu radi velikog broja osoba koje posjeduju Instagram, te zbog toga što bi sa tim potezom dobili