PENGARUH AKUNTABILITAS DANA DESA TERHADAP
KEPERCAYAAN MASYARAKAT DI DESA PAMMUSURENG
KECAMATAN BONTOCANI KABUPATEN BONE
Disusun dan diusulkan oleh
REZKI FATIMAH Nomor Stambuk : 105640214415
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PENGARUH AKUNTABILITAS DANA DESA (DD) TERHADAP KEPERCAYAAN MASYARAKAT DI DESA PAMMUSURENG
KECAMATAN BONTOCANI KABUPATEN BONE
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan
REZKI FATIMAH
Nomor Stambuk : 10564 0214415
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ABSTRAK
REZKI FATIMAH. 2019. Pengaruh Akuntabilitas Dana Desa (DD) Terhadap Kepercayaan Masyarakat Di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone ( dibimbing oleh Amir Muhiddin Dan Hafiz Elfiansyah Pawaru )
Akuntabilitas merupakan sebuah kewajiban dari pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah tersebut. Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntutkan bagi desa yang ditrasfer melalui APBD Kabupaten\Kota, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh akuntabilitas dana desa terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Yang berfokus pada dua variabel yaitu akuntabilitas (X) yang terdiri dari empat indikator yaitu akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas proses, akuntabilitas program dan akuntabilitas kebijakan. Dan variabel kepercayaan (Y) yang terdiri dari tiga indikator yaitu kemampuan, integritas dan kebaikan hati. Dengan alasan bahwa, dana desa yang diterima dengan jumlah yang begitu besar namun masih banyak permasalahan yang terjadi terutama dalam pelaksanaan akuntabilitas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu sebuah metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan pengaruh akuntabilitas dana desa terhadap kepercayaan masyarakat yang menggunakan proses data-data yang berupa angka. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen yang berupa kuesioner. Reponden dalam penelitian ini sebanyak 93 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner (angket) dalam bentuk checklist. Teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data statistik deskriptif dan analisis regresi linear sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas dana desa (DD) termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan dari empat indikator yaitu akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas proses, akuntabilitas program dan akuntabilitas kebijakan. Kepercayaan masyarakat termasuk dalam kategori baik. Berdasarakan dari tiga indikator yaitu kemampuan, integritas dan kebaikan hati. Adapun pengaruh akuntabilitas dana desa (DD) terhadap kepercayaan di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone adalah 83,9% . kemudian 16,1% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian atau yang tidak dijelaskan dalam penelitian.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata terindah yang patut di ucapkan oleh peneliti selain puji syukur yang sebanyak-banyaknya hanya kepada ALLAH subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan nikmat kesehatan, kesabaran, kekuatan serta ilmu pengetahuan kepada hambaNya. Atas perkenannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini, bukti dari perjuangan yang panjang dan jawaban atas
do’a dan senantiasa mengalir dari orang-orang terkasih. Sholawat serta salam “Allahumma sholli Ala Sayyidina” juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Sang pejuang sejati yang telah membawa kita dari tidak tau menjadi tau
Skripsi dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas Dan Desa (DD) Terhadap
Kepercayaan Masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa mulai dari awal hingga akhir proses pembuatan skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan, dan cobaan yang selalu menyertainya. Hanya dengan kekuatan dan kerja keraslah sehingga membuat penulis termotivasi dalam menyelesaikan akripsi ini. Juga dengan adanya berbagai bantuan baik berupa moril dan material dari berbagai pihak sehingga mempermudah
penyelesaikan skripsi ini. Juga dengan adanya berbagai bantuan baik berupa moril dan material dari berbagai pihak sehingga mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.
Secara khusus penulis menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua oaring tua tercinta Ayahanda Amiruddin dan ibunda Nurnawati serta Kakak saya Sulaiman Tenri Sauarna, S.Pd dan Eva Nurfadillah serta adik saya Ainin Natasya dan Alif Akram, yang tidak hentinya mendoakan, membatu dan support penulis secara tulus dan ikhlas sampai akhirnya bisa ketahap ini.
Selain itu penulis juga mengucapkan terimah kasih kepda berbagai pihak, diantaranya :
1. Ibu Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Nuryanti Mustari S.IP.,M.Si dan bapak Ahmad Harakam selaku Ketua dan
sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan perkuliahan dan kegiatan akademik.
4. Bapak Dr. A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si selaku penasehat akademik penulis
perkuliahan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si dan Dr. Hafiz Elfiansyah Pawaru, M.Si
selaku pembimbing I dan II penulis yang selalu memberikan arahan dan dorongan atas peneyelesaian skripsi ini.
6. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unuversitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Pemerintah desa dan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani
Kabupaten Bone atas kesediaanya memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data dalam rangka melengkapi penelitian.
8. Keluarga besar saya Badda Daeng Situru yang selalu memberikan saya support,
mendoakan dan membantu penulis selama kuliah.
9. Sahabat-sahabat SAM N 1 Bontocani S3B Imam, A.Tenri, Amir, Akbar, Tika,
Aldi, Meli, Ani, Lina, Dina, Lina, Irfan, Verdy, Asrul, Nila, Arni, Muse, Risna, Wahda, dan Fidah yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
10.Sahabat-sahabat ankatan 2015 Ilmu Pemerintahan Wulan, Try, Dina, Nopy, Titin,
Fifin, Sinar, Indah, Alfy, Sri, Rahma, ika, Ismy, Risna, Erni, Jaya, Wily, Adi, Fandy, Akbar, Arfan, Sofyan, Ririn, Ihsan, Asran, Egi, Iccang, Syawal dan Ilham, yang telah memberikan support, mendoakan dan membantu penulis selama kuliah.
11.Keluarga besar KPS (Kmunitas Peduli Sosial) yang telah memberikan dukungan
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ... i
Halaman PengajuanSkripsi ... ii
Halaman Persetujuan... iii
Halaman Penerimaan Tim ... iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... ix Daftar Bagan ... x BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep, Teori dan Definisi ... 9
B. Kerangka Pikir ... 24
C. Definisi Oprasional ... 26
D. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
D. Sumber Data ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
G. Tehnik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 37
B. Pengumpulan Data ... 43 C. Hasil Penelitian ... 46 D. Pembahasan... 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 23
Tabel 3.1 Kreteria Jawaban Responden ... 35
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Pammusureng ... 39
Tabel 4.2 Kondisi Aparat Pemerintah Desa Pammusureng ... 42
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 44
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Alamat Desa ... 45
Tabel 4.5 Indikator Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran ... 47
Tabel 4.6 Indikator Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran ... 48
Tabel 4.7 Indikator Akuntabilitas Proses ... 50
Tabel 4.8 Indikator Akuntabilitas Proses ... 51
Tabel 4.9 Indikator Akuntabilitas Program ... 53
Tabel 4.10 Indikator Akuntabilitas Program ... 55
Tabel 4.11 Indikator Akuntabilitas Kebijakan ... 57
Tabel 4.12 Indikator Akuntabilitas Kebijakan ... 58
Tabel 4.13 Hasil Kumulatif Responden Terhadap Empat Indikator Akuntabilitas ... 60
Tabel 4.14 Variabel Akuntabilitas (X) ... 61
Tabel 4.15 Indikatror Kemampuan ... 63
Tabel 4.16 Indikator Kemampuan... 64
Tabel 4.17 Indikator Integritas ... 66
Tabel 4.18 Indikator Integritas ... 67
Tabel 4.19 Indikator Kebaikan Hati ... 69
Tabel 4.20 Indikator Kebaikan Hati ... 71
Tabel 4.21 Hasil Kumulatif Responden Terhadap Tiga Indikator Kepercayaan ... 72
Tabel 4.22 Variabel Kepercayaan (Y) ... 74
Tabel 4.23 Model Summary ... 75
Tabel 4.24 Coefficients ... 76
DAFTAR BAGAN
Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 25
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi pada masa orde baru menjadi desentralisasi membuat perubahan kebijakan yang baru pada kewenangan pemerintah daerah. Sistem sentralisasi yaitu sistem yang memusatkan pemerintah pusat dalam arah pembangunan negara. Sistem tersebut kurang efektif karena terdapat pembangunan yang kurang merata di Indonesia. Sedangkan sisitem desentralisasi yaitu pemerintah pusat memberikan wewenangnya kepada pemerintah daerah untuk menanggulangi pembangunan yang tidak merata dan untuk meningkatkan fungsi-fungsi pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Dalam sistem pemerintahan negara mempunyai peran strategis sebagai elemen
kesatuan Republik Indonesia, desa dari pemerintah daerah khususnya
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan proses pembangunan. Semua itu dilakuan sebagai langkah nyata pemerintah pusat guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Hal tersebut yang menjadikan desa menjadi objek yang penting terkait dengan pembangunan di Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut, diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. menjelaskan Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan penyelenggaraan pemerintahan, pembengunan, dan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah negara Republik Indonesia.
Pemerintah desa merupakan lingkup terkecil dalam pemerintahan Republik Indonesia. Meskipun demikian, pemerintah desa memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan. Jika, pembangunan di setiap desa dapat berjalan dengan maksimal, maka tujuan dari pemerintah pusat untuk membuat pemerataan kesejahtraan dan pembangunan yang adil dapat terwujud. Pemerintah menyadari bahwa kondisi beberapa daerah di Indonesia belum sesuai dengan harapan pemerintah pusat. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mencarikan solusi agar desa tumbuh dan berkembang .
Dana Desa yang diprogramkan oleh pemerintah adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh desa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa, disebutkan bahwa Dana Desa (DD) adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di peruntutkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah (APBD) Kabupaten/Kota. Pasal 19 (1) menyebutkan bahwa Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan.
Secara spesifik Penggunaan dana desa diatur dalam Peratutan Menteri Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa. menyebutkan bahwa Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan
di bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, untuk membiayai pelaksanaan program yang bersifat lintas bidang, dan prioritas penggunaan dana desa wajib dipublikasikan oleh pemerintah desa kepada masyarakat desa di ruang publik yang dapat diakses masyarakat desa.
Berkaitan dengan pengelolaan dana desa, dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. proses pengelolaan dana desa dimaksud dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan dan pertanggungjawaban. Semua proses pengelolaan keuangan desa didasari atas asas-asas akuntabilitas, trasparansi, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Dalam pengelolaan dana desa, dituntut adanya suatu aspek tata pemerintahan yang baik dimana salah satu aspek yang paling penting adalah akuntabilitas.
Dalam hal ini Akuntabilitas merupakan sebuah kewajiban dari pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah tersebut, (Mardiasmo dalam Umami dan Nurodin, 2017).
Dalam akuntabilitas pengelolaan Dana Desa, masyarakat dan pemerintah adalah dua elemen yang tidak dipisahkan. Masyarakat memerlukan suatu bentuk pemerintahan dan sebaliknya pemerintah memerlukan suatu bentuk pemerintahan yang baik dan untuk membentuk suatu komponen masyarakat yang baik diperlukan peran serta masyarakat. Pemerintah tidak bisa menjalankan tugas yang baik tanpa
kepercayaan masyarakat dan masyarakat tidak mendapatkan hal terbaik tanpa kepercayaan kepada pemerintah, (Halimatussa’diyah, 2012).
Kepercayaan adalah perilaku individu, yang mengharapkan seseorang agar memberi manfaat positif. Adanya kepercayaan karena individu yang di percaya akan memberi manfaat dan melakukan apa yang diinginkan oleh individu yang memberi kepercayaan. Sehinnga, kepercayaan menjadi dasar bagi kedua belah pihak untuk melakukan kerja sama, (Deutsch dalam Tsalits, 2013). Maka, keberhasilan akuntabilitas pengelolaan dana desa dalam hal ini dapat dikatakan berhasil ketika terbangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu dari 33 provinsi penerima dana desa yang bersumber dari Anggran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang diperuntunkan bagi desa. Dari 21 kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan Dana Desa yang diterima sebesar Rp 635.355.795.000 (enam ratus tiga puluh miliar tiga ratus lima puluh lima juta tujuh ratus sembilan puluh lima ribu rupiah) pada tahun 2015. Dengan besaran dana tersebut, provinsi Sulawesi Selatan menempati peringkat ke 10 dalam daftar provinsi dengan jumlah Dana Desa terbesar di Indonesia.
Kabupaten Bone Desa Pammusureng telah 4 kali mendapatkan Dana Desa mulai tahun 2015-2018. Yang diatur dalam Peraturan Bupati Bone Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bone Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Besaran Dana Desa Transfer Pada Setiap Desa Di setiap Desa Di Kabupaten Bone. Dana Desa yang di terima oleh Desa Pammusureng pada tahun 2015 sebesar Rp357.677.300 (tiga ratus lima puluh tujuh juta enam ratus tujuh puluh tujuh tiga
ratus ribu rupiah). Peraturan Bupati Bone Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pembagian Besaran Dana Desa Tahun Anggaran 2016 di Kabupaten Bone, dana desa yang diterima Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone pada tahun 2016 sebesar Rp 630.206.000 (enam ratus tiga puluh juta dua ratus enam ribu rupiah). Peraturan Bupati Bone Nomor 84 Tahun 2017 Tentang Besaran Dana Transfer Pada Setiap Dana di kabupaten Bone, dana desa yang diterima Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone pada tahun 2017 sebesar Rp 1.110.616.350. Dana desa yang diterima oleh Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone Peraturan Bupati Bone Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bone Nomor 84 Tahun 2017 Tentang Besaran Dana Transfer Pada Setiap Dana di kabupaten Bone Tahun 2018 Dana Desa yang di terima oleh Desa Pammusureng pada tahun 2018 sebesar Rp1.036.719.000 (satu milyar tiga puluh juta tujuh ratus Sembilan belas ribu rupiah).
Dengan jumlah yang begitu besar yang diterimah namun masih banyak permasalahan yang terjadi. Terutama dalam pelaksanaan akuntabilitas Dana Desa di Desa Pammusureng. Sehigga memicu ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah dalam pengelolaan Dana Desa. Dimana seharusnya di isi dengan kegiatan/program-program yang di butuhkan oleh masyarakat belum dapat terwujud. Misalnya penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaraan pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi awal yang di lakukan oleh peneliti terkait permasalahan di atas. Maka, sejalan dengan yang di kemukakan oleh beberapa warga di desa Pammusureng bahwa dalam penyelenggaraan pemetintahan terkait administrasi dan pelayanan terabaikan sehingga menghambat jalannya pelayanan di kantor desa Pammusureng. Sebagian warga juga belum mengetahui berapa dana desa yang diterimah, program kerja yang telah terlaksana dan untuk apa saja dana tersebut. Beberapa warga juga mengemukakan bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan Seperti, pengadaan sarana dan prasarana desa dan infrastuktur belum memadai. Sehingga masyarakat masih mengeluh dengan sarana dan prasarana yang belum memadai seperti pembangunan dan pemeliharaan pelayanan dasar kesehatan, perbaikan kantor dan kelembagaan desa, pembangunan infrastuktur ekonomi lokal dan akses jalan yang masih rusak. Warga juga mengeluhkan tidak adanya
pemberdayaan masyarakat yang aktif sehingga masyarakat belum bisa
mengembangkan potensi sumber daya yang ada di Desa Pammusureng.
Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013) menjelaskan tentang pengaruh akuntabilitas dan trasparansi pemerintah terhadap kepuasan dan kepercayaan masyarakat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan, akuntabilitas kinerja, dan trasparansi pemerintah daerah mempengaruhi kepuasan masyarakat sehingga mempengaruhi kepercayaan mayarakat terhadap pemerintah daerah. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Karamoy (2017) dengan penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kotamobagu dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntabilitas
pengelolaan di kecamatan kotamobangu selatan telah dilaksanakan berdasarkan prinsip trasparansi, akuntabel, partisipatif. Dalam laporan dan pertanggungjawaban sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme berdasarkan ketentuan walaupun masih terdapat kelalaian dari aparat desa dan tenis kegiatan. Kompetensi sumber daya pengelola masih merupakan kendala utama sehingga masi perluh pendampingan pemerintah daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa di Kecamatan kotamobagu selatan dibutuhkan pembinaan, pelatihan, pengawasan, dan evaluasi secara berkelanjutan kepada aparat desa.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas Dana Desa (DD) Terhadap Kepercayaan
Masyrakat Di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan. Maka, rumusan masalah yang terkait penelitian yaitu:
1. Seberapa baik akuntabilitas pengelolaan Dana Desa (DD) di Desa Pammusureng
Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone?
2. Seberapa baik kepercayaan manyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan
Bontocani Kabupaten Bone terkait akuntabilitas Dana Desa (DD)?
3. Seberapa besar pengaruh akuntabilitas Dana Desa (DD) terhadap kepercayaan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan , maka tujuan penelitian yang terkait yaitu:
1. Untuk mengetahui seberapa baik akuntabilitas pengelolaan Dana Desa (DD) di
Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone!
2. Untuk mengetahui seberapa baik kepercayaan manyarakat di Desa Pammusureng
Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone terkait akuntabilitas Dana Desa (DD)!
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh akuntabilitas Dana Desa (DD)
terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone!
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan bagi pembaca untuk digunakan yaitu:
1. Mafaat teoritis hasil penelitian diharapkan berguna sebagai suatu karya ilmiah
yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi penelitian pihak lain yang terkait dalam bidang penelitian yang sama.
2. Praktis, secara peraktis masalah penbelitian ini diharapkan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi pihak pemerintah daerah tentang “Pengaruh akuntabilitas pemerintah desa dalam pengelolaan Dana Desa (DD) terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupten Bone”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep, dan Definisi
1. Kosep Good Governance
Good Governance merupakan penyelenggaraan manajemen pembangunan
yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efesien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrative menjalankan disiplin anggaran serta menciptakan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo dalam Muis, 2014).
Adapun menurut LAN dan BPKP dalam (Muis, 2014) adalah penyelenggaraan pemerintah yang solid jdan bertanggungjaawab, suatu efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian intraksi yang konstruktif di antara dmain-domain negara, sektor suasta dan masyarakat.
Tata pemerinahan adalah penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok mayarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuh kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara perbedaan-perbedaan diantara mereka Arisaputra, dalam Maryam (2016).
Sedangkan menurut Muis, (2014) Good Governance adalah mekanisme pengelolaan sumberdaya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor Negara dan sektor non Negara dalam suatu usaha kolektif.
Bila dilihat dari beberapa pengertian Good Governance menurut parah ahli, maka dapat disimpukan mengenai Good Governace lebih berfokus pada pertumbuhan sektor politik yang bersinergis untuk mengelola sumber daya yang dimiliki suatu Negara dengan tata kelola pemerintahan yang baik secara efektif dan efesien untuk kepentingan masyarakat secara tanggungjawab sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menghindari kepentingan diri sendiri seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Tujuan Good Governance menurut Kurniawan dalam Muis (2014)
mewujudka penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan
bertanggungjawab, serta efesien dengan menjaga kesinergisan intrasi yang konstruktif di antara domain-domain Negara, sektor swasta dan masyarakat. Maka daripada itu untuk terciptanya Good Governance, pemerintah maupun masyarakatnya sendiri harus bekerja sama untuk sadar dan menanamkan rasa peduli kepada Negara agar terwujudnya kepemerintahan yang baik untuk selalu mematuhi peraturan atau standar yang telah ditetapkan.
Untuk mewujudkan tata pemerintaha yang baik maka diperlukan prinsip-prinsip Good Governance sebagai tolak ukur kinerja suatu pemerintahan dalam peraturan pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 dalam Maryam (2016) yaitu:
a) Profesionalitas yaitu meningkatkan kemampuan dan moral dalam penyelenggara pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dan biaya yang terjangkau.
b) Akuntabilitas yaitu meningkatkan pertanggungjawaban pera pengambil
keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyrakat.
c) Trasparansi yaitu menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah
dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjadi kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
d) Demokrasi dan partisipasi yaitu mendorong setiap warga Negara untuk
mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
e) Efesiensi dan dan efektivitas yaitu menjamin terselenggaranya pelayanan
terhadap masyrakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.
f) Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat, mewujudkan
adanya penegakkan hokum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjujung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
2. Konsep Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merupakan salah satu syarat terlaksananya tata pemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas yang merupakan prinsip utama terselenggaranya pemerintahan yang baik menjadi salah satu acuan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Akuntabilitas pada umumnya dikaitkan pada proses pertanggungjawaban serangkaian bentuk peleyanan yang diberikan atau yang telah dilakukan. Akuntabilitas merujuk kepada pertanggungjawaban seseorang kepada pihak yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban.
Akuntabilitas merupakan sebuah kewajiban dari pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah tersebut, Mardiasmo (2002) dalam Umami dan Nurodin (2017). Senada dengan yang dikemukakan menurut Abdul dan Muhammad (2012) dalam Umami dan Nurodin (2017) Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberi pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum atau pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Sementara itu, Mardiasmo (2006) dalam azhar (2017) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara priodik. Sedangkan menurut haris (2007) dalam Irma (2015) akuntabilitas adalah sebuah kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut kebijakan fiskal, managerial dan program.
Akuntabilitas terdiri dari dua macam menurut Mardiasmo (2009) dalam Dwiyanti (2017) yaitu akuntabilitas vertical dan akuntabilitas horizontal. Dimana akuntabilitas vertical adalah akuntabilitas yang dilakukan lembaga Negara kepada warga Negara baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah akuntabilitas yang dilakukan oleh lembaga Negara kepada lembaga akuntabilitas yang dibentuk dilingkungan internal Negara sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian akuntabilitas dilihat dari berbagai sudut pandang tersebut, maka akuntabilitas wujud pelaksanaan kewajiban pemerintah untuk memberi pertanggungjawaban atau menjawab kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Akuntabilitas mencakup kewajiban melaporkan keberhasilan maupun kegagalan pencapaian misi organisasi serta pengelolaan sumber daya yang ada. Ini berarti bahwa segala tindakan pemerintah harus memperoleh pengawasan dari masyarakat.
Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut antara laian menurut Hoopwood dan Tamkins dalam martha (2014) yaitu:
a) Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probility and legality). Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk berprilaku. Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar dan telah mendapatkan otoritas. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasoi, sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menurut penegakan hokum. Sedangkan akuntabilitas kejujuran menuntuk adanya praktik organisai yang sehat tidak malapraktek dan administrasi.
b) Akuntabilitas proses (proses accountability). Akuntabiloitas proses terkait
dengan prosedur yang sudah melaksanakan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan proses administrasi.
Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat responsive, dan murah biayanya.
c) Akuntabilitas program (program accoutability). Akuntabilitas program
berkaitan dengan perimbangan apakah tujuan yang diterapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan program. Dengan kata lain akuntabilitas
program berarti bahwa program-program organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu yang mendukung strategi dan pencapaian misi, visi, dan tujuan organisasi.
d) Akuntabilitas kebijakan (polici accountability. Akuntabilitas kebijakan terkait
dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang
diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat
mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah diterapkan dengan
mempertimbangkan dampak dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus mempertimbangkan 1). Apa tujuan kebijakan tersebut, 2). Mengapa kebijakan itu diambil, 3). Siapa sasarannya, 4). Pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan 5). Dampak (negative) akan kebijakan tersebut.
3. Konsep Dana Desa
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa, disebutkan bahwa Dana Desa (DD) adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di peruntutkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah (APBD) Kabupaten/Kota. Pasal 19 (1) menyebutkan bahwa Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Pasal 100 disebutkan bahwa
belanja Desa yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa digunakan dengan ketentuan: a. paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan b. 30% dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk: 1. Penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa; 2. Oprasional pemerintah Desa; 3. Tunjangan dan oprasional Badan Permusyawaratan Desa; 4. Insentif rukun tetangga dan rukun warga.
Secara spesifik Penggunaan dana desa diatur dalam Peratutan Mentri Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa. menyebutkan bahwa Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, untuk membiayai pelaksanaan program yang bersifat lintas bidang, dan prioritas penggunaan dana desa wajib dipublikasikan oleh pemerintah desa kepada masyarakat desa di ruang publik yang dapat diakses masyarakat desa.
Berkaitan dengan pengelolaan dana desa, dijelaskan dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. proses pengelolaan dana desa dimaksud dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan dan pertanggungjawaban. Semua proses pengelolaan keuangan desa didasari atas asas-asas akuntabilitas, trasparansi, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Dana Desa adalah program untuk memenuhi rasa keadilan dan kepatutan masyarakat, bahwa dana itu harus mengalir ke Desa karena selama ini hanya masyarakat kota yang menikmati, sementara masyarakat desa dan kekayaan alamnya di kuras sampai jauh kedalam dan kurang dinikmati olehnya. Kebijakan pemerintah pusat melalui adanya dana desa ini adalah pantas karena sebuah tuntutan dan harapan akan adanya keadilan dalam masyarakat, (Muhiddin, 2017).
Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.
4. Kepercayaan Masyarakat
a) Kepercayaan (trust) adalah perilaku individu, yang mengharapkan seseorang
agar memberi manfaat positif. Adanya kepercayaan karena individu yang di percaya akan memberi manfaat dan melakukan apa yang diinginkan oleh individu yang memberi kepercayaan. Sehinnga, kepercayaan menjadi dasar bagi kedua belah pihak untuk melakukan kerja sama, deutsch dalam Tsalits (2013). Adapun menurut Yamagsih, dalam rahmawati (2013) kepercayaan adalah sebagai anggapan bahwa setiap orang tidak bermaksud negative kepada dirinya. Sejalan dengan kepercayaan menurut Dasgupta (1988) dalam rahmawati (2013) menyatakan kepercayaan adalah suatu sikap untuk mempercayai individu dan kelompok dengan tingkatan tertentu yang saling berhubungan. Pada tingkat individu, anda mempercayai seseorang individu untuk melakukan sesuatu berdasarkan apa yang anda ketahui tentangnya,
diposisi kemampuannya, reputasi dan tidak hanya karena dia hanya bilang dia ingin melakukannya. Pada tingkat kolektif, jika anda tidak percaya dalam suatu badan atau organisasi dengan mana individu berafiliansi, dan tidak akan percaya padanya untuk membuat kesepakatan atau kerja sama.
Menurut Mayer (1995) dalam Tsaltis (2017) menjelaskan kepercayan adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya. Lebih lanjut menurut Moordiningsih (2010) dalam Tsalist (2017) mengemukakan bahwa membangun kepercayaan kepada orang lain merupakan hal yang tidak mudah. Kepercayaan terbentuk melalui rangkaian perilaku antara orang yang memberikan kepercayaan dan orang yang dipercayaan tersebut. Kepercayaan muncul dari pengalaman dua pihak yang sebelumnya bekerja sama atau berkaloborasi dalam sebuah kegiatan atau kalaborasi. Pengalaman ini memberikan kesan kepada kedua belah pihak sehingga mereka saling mempercayaai dan tidak berkhianat, yang dengan itu dapat merusak komitmen.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan merupakan keyakinan individu akan kebaikan individu atau kelompok lain dalam melaksanakan tugas dan kewajian untuk kepentingan bersama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan menurut Job dan Putnam (2005) dalam rahmawati (2013) ada tiga yaitu:
Faktor rasional bersifat strategis dan kalkulatif dengan kata lain orang lain dapat dipercayai karena memiliki keahlian khusus atau memiliki jabatan professional. Orang yang memberikan kepercayaan (trustor) dapat memperkirakan apakah orang yang dapat kepercayaan (trustee) dapat melaksanakan tuntutan trustor tersebut. Pandangan bahwa munculnya pada umumnya dari faktor rasional dan asumsi bahwa untuk memberi
keperyaan (trus) kepada orang lain harus terlebih dahulu mendapat
informasi atau pengetahuan tentangnya.
2) Faktor relasional
Faktor relasional diisebut juga faktor efektif atau moralitas. Kepercayaan relasional berakar melalui etika yang baik. Dan berbasis kepada kebaikan seseorang. Kepercayaan rasional memiliki dasar nilai yang disepakati suatu komunitas, gerak hati dan kepentingan bersama. Komunitas memili pertimbangan sebelum memberikan kepercayaan dan sebuah perubahan tidak dibebankan pada satu orang saja. Teori relasional mengatakan kepercayaan merupakan hal terkondisi melalui budaya dan pengalaman, keyakinan mengenai orang yang dapat bekerja di institusi politik.
Faktor-faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap yang lain menurut Mayer dalam Rahmawati (2013) yaitu:
1) Kemampuan
Kepercayaan adalah rana khusus, sehingga individu membutuhkan keyakinan akan seberapa baik seseorang memperlihatkan peformanya.
Faktor pengalaman dan pembuktian performanya akan mendasari munculnya kepercayaan orang lain terhadap individu. Kemampuan dapat meliputi kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan kemammpuan dalam ilmu pengetahuan.
2) Integritas
Integritas terlihat dari konsistensi antara ucapan dan perbuatan dengan nilai-nilai dari seseorang. Kejujuran saja tidak cukup untuk menjelaskan tentang integritas, namun integritas memerlukan keteguhan hati dalam menerima tekanan. Integritas dapat dilihat dari sudut kewajaran, pemenuhan, kesetiaan, keterus-terangan, keterkaitan dan kehandalan.
3) Kebaikan hati
Kebaikan hati berkaitan dengan intensi (niat). Ada ketertarikan dalam diri seseorang ketika berintraksi dengan orang lain. Hal tersebut akan mengarahkannya untuk memikirkan orang tersebut dan memberikan intense untuk percaya atau tidak dengan orang tersebut. Kebaikan hati meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
b) Masyarakat
Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup yang bekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas, Soekanto (2006). Adapun menurut Soemarjan dalam Soekanto (2006)
masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, perasaan persatuan yang diikat oleh kebersamaan.
Masyarakat adalah suatu sisitem kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia, Iver dan Page dalam Soekanto (2006). Sedangkan menurut Linton dalam Soekanto (2006) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangga waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup yang bekerja sama cukup lama, yang membentuk kehidupan bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, perasaan persatuan yang diikat oleh kebersamaan.
5. Tinjauan Pengaruh Akuntabilitas Dana Desa Terhadap Kepercayaan Masyarakat
Dalam pengelolaan dan desa dituntut adanya suatu aspek tata pemerintahan yang baik daimana salah satu aspek yang penting adalah akuntabilitas. Dana desa yang cukup besar diharapkan dapat dilaporkan serta dipertanggungjawabkan. Sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Karamoy dan dkk (2017) dengan penelitian mengenai akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kotamobagu diman hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntabilitas pengelolaan di kecamatan kotamobangu selatan
telah dilaksanakan berdasarkan prinsip trasparansi, akuntabel, partisipatif. Dalam laporan dan pertanggungjawaban sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme berdasarkan ketentuan walaupun masih terdapat kelalaian dari aparat desa dan tenis kegiatan. Kompetensi sumber daya pengelola masih merupakan kendala utama sehingga masi perluh pendampingan pemerintah daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa di Kecamatan kotamobangu selatan dibutuhkan pembinaan, pelatihan, pengawasan, dan evaluasi secara berkelanjutan kepada aparat desa.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013) menjelaskan tentang pengaruh akuntabilitas dan trasparansi pemerintah terhadap kepuasan dan kepercayaan masyarakat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan, akuntabilitas kinerja, dan trasparansi pemerintah daerah mempengaruhi kepuasan masyarakat sehingga mempengaruhi kepercayaan mayarakat terhadap pemerintah daerah.
Maka dari itu peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai referensi untuk menyusun penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang mendukung pengaruh akuntabilitas dana desa terhadap kepercayaan masyarakat dengan penelitian yang sudah ada sebagai berikut pada tabel 2.1:
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Nama/Tahun Judul Kesimpulan
1. Novi Eka
Rahmawati, 2013
Pengaruh Akuntabilitas
dan Trasparansi
Pemerintah Daerah
Terhadap Kepuasan dan Kepercayaan Masyarakat
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh akuntabilitas dan trasparansi pemerintah daerah terhadap kepuasan dan kepercayaan masyarakat. Survei dilakukan pada 272 masyrakat Daerah Istimewah Yogyakarta Yang Terbagi Dalam Lima Kabupaten/Kota. Masyarakat diminta
untuk memberikan tanggapan mereka
terhadap pemerintah daerah dengan
trasparansi pemerintah daerah serta kepuasan dan kepercayaan mereka terhadap pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif menggunakan analisis
koefisien jalur menunjukkan bahwa
akuntabilitas keuangna, akuntabilitas kinerja, trasparansi pemerintah daerah mempengaruhi
kepuasan masyarakat sehingga
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.
2. Herman Karamoy
dan dkk (2017)
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan
Kotamubangu Selatan
Kota Kotamubangu
Penelitian ini dilaksanakan di 6 (enam) desa dalam wilayah Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamubagu. Dengan jumlah informan 21 orang yaitu pengelola dan desa tim fasilitasi dana desa. penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif. Metode yang digunakan adalah kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kecamtan Kotamobagu Selatan Kotamobagu diman hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntabilitas pengelolaan di kecamatan kotamobangu selatan telah dilaksanakan berdasarkan prinsip trasparansi, akuntabel, partisipatif. Dalam laporan dan pertanggungjawaban sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme berdasarkan ketentuan walaupun masih terdapat kelalaian dari aparat desa dan tenis kegiatan.
Kompetensi sumber daya pengelola masih merupakan kendala utama sehingga masi perluh pendampingan pemerintah daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa di Kecamatan kotamobangu selatan dibutuhkan pembinaan, pelatihan, pengawasan, dan evaluasi secara berkelanjutan kepada aparat desa.
B. Kerangka Pikir
Pemerintah desa memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan. Jika, pembangunan di setiap desa dapat berjalan dengan maksimal, maka tujuan dari pemerintah pusat untuk membuat pemerataan kesejahtraan dan pembangunan yang adil dapat terwujud. Pemerintah menyadari bahwa kondisi beberapa daerah di Indonesia belum sesuai dengan harapan pemerintah pusat. Dana Desa yang diprogramkan oleh pemerintah adalah salah satu bentuk kebijakan pemerintah untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh desa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa, disebutkan bahwa Dana Desa (DD) adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di peruntutkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah (APBD) Kabupaten/Kota. Dalam pengelolaan dana desa didasari oleh asas akuntabilitas.
Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi Menurut Hoopwood dan tamkins dalam Martha (2014) yaitu akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Dimana akuntabilitas merupakan salah satu syarat terlaksananya tata pemerintah yang baik. Jika telah terwujud tata
pemerintahan yang baik maka masyarakat telah percaya akan pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan dana desa. Menurut mayer dalam rahmawati (2013) faktor-faktor yang membentuk kepercayaan yaitu kemampuan, integritas, dan kebaikan hati.
Dapat digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagaimana pada gambar 2.1 berikut: Bagan 2.1 Kerang Fikir
Dana Desa di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone
Kepercayaan Variabel Y
1. Kemampuan
2. Integritas
3. Kebaikan hati
(Mayer dalam rahmawati ,2013)
Akuntabilitas Variabel X
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran.
2. Akuntabilitas proses. 3. Akuntabilitas program 4. Akuntabilitas kebijakan (Hoopwood dan Tamkins dalam Matha, 2014)
Mewujudkan Kepercayaan Masyarakat Dalam Akuntabilitas Dana Desa di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani
C. Defenisi Oprasional
1. Akuntabilitas (Variabel X)
Tujuan Good Governance untuk mewujudka penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efesien dengan menjaga kesinergisan intrasi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Maka dari pada itu untuk terciptanya good governance, pemerintah maupun masyarakatnya sendiri harus bekerja sama untuk sadar dan menanamkan rasa peduli kepada negara agar terwujudnya kepemerintahan yang baik untuk selalu mematuhi peraturan atau standar yang telah ditetapkan.
Akuntabilitas merupakan salah satu syarat terlaksananya proses tata pemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas yang merupakan prinsip utama terselenggaranya pemerintahan yang baik menjadi salah satu acuan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Akuntabilitas pada umumnya dikaitkan pada proses pertanggungjawaban serangkaian bentuk peleyanan yang diberikan atau yang telah dilakukan. Akuntabilitas merujuk kepada pertanggungjawaban seseorang kepada pihak yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas
merupakan sebuah kewajiban dari pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah tersebut. Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi yaiti:
a. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probility and legality)
adalah tanggungjawab pemerintah atau lembaga-lembaga publik kepada masyarakat dalam hal penggunaan dana desa publik yang harus di laporkan secara benar yang berkaitan dengan kepatuhan kepada hukum dan peraturan. Sedangkan akuntabilitas kejujuran adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga pemerintahan kepada masyarakat yang berkaitan dengan penyalah gunaan jabatan, korupsi, dan kolusi yang sehat tidak malah praktek dan administrasi.
b. Akuntabilitas proses (proses accountability) adalah pertanggungjawaban
lembaga-lembaga pemerintah kepada masyarakat terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan proses administrasi. proses pelayanan yang cepat dan murah biayanya.
c. Akuntabilitas program (program accoutability) adalah pertanggung jawaban
yang berkaitan dengan perimbangan apakah tujuan yang diterapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat
sampai pada pelaksanaan program. Dengan kata lain akuntabilitas program berarti bahwa program-program hendaknya merupakan program yang bermutu yang mendukung strategi dan pencapaian misi, visi, dan tujuan.
d. Akuntabilitas kebijakan (polici accoutability) adalah pertanggungjawaban atas
kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh lembaga-lembaga publik yang telah diterapkan dengan mempertimbangkan dampak dan tujuan kebijakan itu di ambil, siapa sasarannya, stakeholder yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak akan kebijakan tersebut.
2. Kepercayaan (Variabel Y)
Kepercayaan adalah perilaku individu, yang mengharapkan seseorang agar memberi manfaat positif. Adanya kepercayaan karena individu yang di percaya akan memberi manfaat dan melakukan apa yang diinginkan oleh individu yang memberi kepercayaan. Sehingga, kepercayaan menjadi dasar bagi kedua belah pihak untuk melakukan kerja sama. Faktor-faktor yang membentuk kepercayaan yaitu:
a. Kemampuan adalah skil yang dimiliki pemerintah desa dalam hal pengelolaan
dana desa dimana faktor pengalaman dan pembuktian performa akan mendasari munculnya kepercayaan masyarakat. Kemampuan dapat meliputi kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan kemammpuan dalam ilmu pengetahuan.
b. Integritas adalah suatu konsep perilaku yang menunjuk konsintensi antara
tindakan, nilai dan prinsip. Dimana konsistensi antara ucapan dan perbuatan dengan nilai-nilai dari seseorang. Kejujuran saja tidak cukup untuk
menjelaskan tentang integritas, namun integritas memerlukan keteguhan hati dalam menerima tekanan. Integritas dapat dilihat dari sudut kewajaran, pemenuhan, kesetiaan, keterus-terangan, keterkaitan dan kehandalan.
c. Kebaikan hati berkaitan dengan intensi (niat). Ada ketertarikan dalam diri
seseorang ketika berintraksi dengan orang lain. Hal tersebut akan mengarahkannya untuk memikirkan orang tersebut dan memberikan intens untuk percaya atau tidak dengan orang tersebut. Kebaikan hati meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
D. Hipotesis
Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja sebagai kesimpulan sementara, yaitu dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ho : hipotesis nol atau hipotesa nihil
Ho dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh akuntabilitas Dana Desa (DD) terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.
2. Ha : hipotesis kerja atau hipotesa alternative
Ha dalam penelitian ini adalah ada pengaruh akuntabilitas Dana Desa (DD) terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu dan tempat penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2 (dua) bulan. Lokasi penelitian berada di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Karena adanya observasi awal pada Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone tersebut dengan adanya masalah bahwa kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap akuntabilitas dana desa di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan alasan karena untuk menganalisis “Pengaruh Akuntabilitas Dana Desa Terhadap Kepercayaan Masyarakat Di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone”. Dimana kuantitatif merupakan metode penelitian yang menggunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan melakukan kajian penelitian, terutama apa yang sudah di teliti.
Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Alasan peneliti menggunakan tipe penelitian ini karena merupakan sebuah metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan pengaruh akuntabilitas dana desa terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.
C. Populasi dan Sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa Pammusureng yang berjumlah sebanyak 1.242 (seribuh dua ratus empat puluh) orang. Dikarenakan jumlah populasi yang begitu besar, maka peneliti memutuskan untuk mengambil sampel menggunakan rumus Taro Yamane:
n=
)n=
) )
n=
)
n=
n= 93
Berdasarkan rumus yang telah digunakan, maka sampel penelitian ini berjumlah 93 orang. Teknik penentuan pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik simple random sampling. Dimana teknik simple random
sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder antara lain sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan oleh penelitian dari hasil kuesioner (angket) dan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu: pengaruh akuntabilitas dana desa (DD) terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sebagai data yang mendukung data primer dari literature dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi (pengamatanlangsung), yaitu pengumpulan data yang di dapatkan
dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap masalah yang berkaitan dengan pengaruh akuntabilitas dana desa (DD) terhadap kepercayaan masyarakat di Desa Pammusureng Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.
2. Dokumentasi, adalah suatu pengumpulan data melalui dokumentasi dalam betuk gambar.
3. Kuesioner (angket) menggunakan bentuk checklist. Guna membantu responden
di desa Pammusureng untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan cepat dengan memberi tandah check (√ ) pada tempat yang telah disediakan.
Peneliti membuat 2 (dua) buah kuesioner untuk penelitian ini, satu kuesioner untuk memperoleh data terkit akuntabilitas (Variabel X) dan Satu Kuesioner untuk memperoleh data terkait kepercayaan (Variabel Y). Kedua kuesioner tersebut peneliti berikan kepada responden yang berada di desa Pammusureng guna mempermudah proses pembuatan kuesioner maka terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen penelitian (lampiran).
Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data kuantitatif. Skala liker digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi pegawai dan responden di desa Pammusureng tentang variabel akuntabilitas dan variabel kepercayaan.
Ada 5 (lima) pilihan jawaban pada setiap item pertanyaan, yaitu :
1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : Diberi Skor 5
2. Jawaban Setuju (S) : Diberi Skor 4
3. Jawaban Kurang Setuju (KS) : Diberi Skor 3
4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : Diberi Skor 2
Kuesioner penelitian yang dibuat peneliti ini akan di uji validitas dan reabilitasnya sebelum dan sesudah penelitian. Uji validitas di lakukan untuk menguji keakuratan/kevalidan kuesioner penelitian. Peneliti akan melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 24.0. pengujian validitas cukup
dengan membandingkan nilai
r
hitung dengan nilair
tabel Produk Momen (lihatlampiran). Jika nilai
r
hitung ≥r
tabel maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakana valid, begitu pula sebaliknya. Data juga dikatakan valid jika nilai sig. (2-tailed) data < 0.05.
Peneliti akan melakukan uji reabilitas dengan menggunakan bantuan software
SPSS version 24.0. pengujian reabilitas cukup dengan membandingkan ralpha angka
cronbach alpha ≥ 0,7 maka indicator atau pertanyaan kuesioner dikatakan reliable,
begitupula sebaliknya.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian menggunakan beberapa teknik analisis data, yaitu:
1. Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif
Teknik analisis dekskriptif di gunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data kuesioner yang telah terkumpul dari jawaban responden pada masyarakat di desa pammusureng sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi).
Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tabel, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), serta perhitungan presentase (%). Penentuan persentase dari perolehan data hasil kuesioner dari masing-masing variabel menggunakan rumus perhitungan persentase, yaitu:
%=
× 100%
Keterangan rumus : N: Skor ideal
n : Skor yang diperoleh %: Persentase
Data yang sudah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat di golongkan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1
Kreteria Jawaban Responden
Presentase Jawaban Tafsiran Kualitatif
80% - 100% 60% -80% 40% -60% 20% -40% 0% -20% Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
(Arikunto, 2010)
2. Teknik Analisi Regresi Linear Sederhana
Teknik analisis regresi sederhana di gunakan untuk melihat besaran pengaruh variabel X (akuntabilitas) terhadap Variabel Y (kepercayaan) responden pada masyarakat di desa pammusureng. Digunakan pula untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).
Adapun rumus permasalahan regresi sederhana yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
Ŷ = a + bX
Keteranagan Rumus :
Ŷ = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X = Variabel Prediktor atau Variabel Faktor Penyebab
(Independent)
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang
Analisis regresi dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan software
SPSS Version 24.0. hasil analisis regresi dapat digunakan pula untuk melakukan uji
hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Dasar pengambilan keputusannya, yaitu:
a. Jika nilai P value (sig) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Letak Geografis Desa Pammusureng
Kabupaten bone merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, ibukotanya Watangpone yang berjarak sekitar 174 Km dari Kota Makassar.
Secara astronomis terletang dalam posisi 4o13” – 5o06 Lintang Selatan dan antara
119o42: - 1220o40” Bujur Timur.
Pada zaman dahulu dipammusureng yang menjadi pengendali pemerintah dalah raja. Kerajaan yang memerintah adalah kerajaan Kahu dengan rajnya Arung Kahu Petta Malampe Habbana. Pada masa pemerintahan arung Kahu terdapat benteng tempat latihan berperang (mammusu) bagi para pasukan perang kerajaan Kahu ysng disebut Pammusu. Dimana tempat itu digunakan berlatih sebelum pergi berperang setelah dilatih dan dianggap mahir dalam berperang maka arung kahu memotong sapi untuk selamatan atau mabbili sumange dengan niat semoga bisa menang pada saat berperang sekaligus pengibaran bendera kerajaan Arung Kahu akan pergi berperang. Adapun daerah-daerah yang pernah di datangi pasukan Arung Kahu
adalah: Maluku, Bau-Bau, Tanah Toraja, Selayar, dan Manipi. Sehingga pada saat kemerdekaan Indonesia nama kerajaan Kahu menjadi Desa Pammusureng yang diilhami dari kata Pammusu (pasukan perang). Hingga pada tahun 1991 mereka menjadi kelurahan yaitu kelurahan Kahu hingga Desa Pammusureng terbentuk tahun 1991.
Desa Pammusureng merupakan salah satu desa dari 11 (sebelas) desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Bontocani yang terletak ±7 (tujuh) km dari ibu kota Kecamatan dan ± 120 (seratus dua puluh ) km dari ibu kota Kabupaten Bone. Wilayah Desa Pammusureng dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat.
Luas wilayah Desa Pammusureng sekitar 23 km2. Adapun batas-batas wilayah
Desa Pammusureng sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cammilo Kecamatan Kahu
b. Sebelah selatan berbatasab dengan Desa Bana
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lalepo Kecamatan Kahu
Desa Pammusureng memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Hal ini menjadi faktor utama yang menjadikan Desa Pammusureng sebagai daerah yang sangat potensial pada bidang pertanian. Secara administrasi wilayah Desa Pammusureng terdiri atas 5 dusun dan 11 RT yaitu Dusun pattiro terdiri dari 3 RT, Dusun Suka terdiri dari 2 RT, Dusun mararaterdiri dari 2 RT, Dusun padang terdiri dari 2 RT dan Dusun lappa lompo terdiri dari 2 RT.
2. Visi dan Misi Desa Pammusureng
a. Visi
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang digunakan pada akhir priode perencanaan, artinya bahwa adapun visi dan misi Desa Pammusureng untuk priode 2016-2021 adalah “Masyarakat Desa yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera”
b. Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Untuk dapat melaksanakan Visi Desa Pammusureng dirumuskan 4 Misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintah desa
2) Meningkatkan pemerintahan dan kualitas pelaksanaan pembangunan desa
3) Meningkatkan pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan
4) Meningkatkan kualitas pemberdayan masyarakat
3. Kondisi Demografis Desa Pammusureng
Penduduk desa pammusureng pada tahun 2018 ± 1.242 jiwa. Terdiri dari laki-laki 697 jiwa sedangkan perempuan 724 jiwa. Seluruh penduduk Desa Pammusureng terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak 352 KK.
Rata-rata keluarga 4 jiwa. Untuk lebih jelasnya penduduk Desa Pammusureng dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Jumlah penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
Sumber Data : Desa Pammusureng dalam Tahun 2018
Keadaan penduduk Desa Pammusureng berdasarkan ijaza terakhir dimiliki yaitu, mulai dari tingkat SD berjumlah 862 orang, SMP berjumlah 175 orang, SMA berjumlah 57 dan sarjana berjumlah 18 orang. Sedangkan yang putus sekolah di usia 7 sampai dengan 24 tahun sebanyak 135 0rang.
Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian atau pekerjaan yaitu, yang berprofesi sebagai petani berjumlah 714 orang, berprofesi sebagai pedagang/ wiraswasta 18 orang, berprofesi sebagai PNS/POLRI/TNI berjumlah 7 orang, yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 1 orang, yang berprofesi sebagai buruh/ tenaga lepas berjumlah 6 orang, dan yang belum bekerja berjumlah 388 orang. Maka dapat kita ketahui bahwa Desa Pammusureng KeCamatan Bontocani Kabupaten Bone menggantungkan hidupnya sebagi petani.
Dusun Jenis Kelamin Jumlah
laki-laki Perempuan Padang 111 114 225 Suka 108 126 234 Pttiro 236 232 468 Lappa Lompo 113 102 215 Marara 129 150 279 Jumlah 697 724 1421
4. Struktur Organisasi Desa Pammusureng
Struktur organisasi Desa Pammusureng adalah sebagai berikut:
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Desa Pammusureng
Tabel 4.2 BPD Kepala Desa PABARUI Kaur Pemerintahan SALMA, S.Sos Sekertaris Desa A MUHAMMAD YUNUS Kaur Pembangunan SUARDI Kaur Umum Nawar Kadus Padang TAUFIQ Kadus Pattiro TULLE Kadus Suka MUH. YUNUS Kadus Lompo RIDWAN Kadus Marar SAKKA
Tabel 4.2
Kondisi aparat pemerintah Desa Pammusureng
NO NAMA JABATAN UMUR TINGKAT
PENDIDIKAN
1. PABARUI Kepala Desa 49 SMA
2. A.M. YUNUS Sekretaris Desa 49 SMA
3. SALMA, S.Sos Kaur Pemerintahan 43 S1
4. SUARDI Kaur Pemerintahan 49 SMA
5. NAWIR Kaur Umum 53 SPM
6. TAUFIQ Kadus Padang 42 SMA
7. MUH. YUNUS Kadus Suka 59 SD
8. TULLE Kadus Pttiro 71 SD
9. RIDWAN Kadus Lappa
Lompo
37 SMP
10. SAKKA Kadus Marar 58 SD
Sumber : Profil Desa, 2018
Kelembagaan yang ada di Desa Pammusureng adalah sebagai berikut:
a. Badan Permusyarawatan Desa (BPD)
Ketua : Sakka, S.Pd
Wakil Ketua : Jamal
Anggota : Supriadi : Amir
b. Pemberdayan Kesejahtran Keluarga (PKK)
Ketua : Hasna
Sekretaris : Hj. Hasmidar
Wasek : Asnani
Bendahara : Rosmi
Waben : Ermawati
c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakatan Desa (LPMD)
Ketua : Basir
Anggota : Umar Saleh, S.Pd
d. Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT)
e. Karang Taruna
f. RT/RW : 15 orang
g. Kader Dasawisma : 10 orang
h. Kader Posyandu : 25 orang
i. Kelompok tani : 1 kelompok
j. Tokoh Agama : 15 0rang
k. Anggota Limnas : 10 orang
l. Kader Pembangunan Desa : 2 orang
m. Panitia Hari-Hari Besar Agam Islam : 5 orang