• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI ACEH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI DI PROVINSI ACEH

Dedi Saputra1, Mohd. Nur Syechalad2, Muhammad Nasir3 1) Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3)

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Email : dedistra_abd@yahoo.com

Abstract: This study aims to analyze how much inequality of education and what are the dominant factors that influence it and how much the influence on economic growth in province of Aceh. The data used in this research is secondary data obtained from the Central Bureau of Statistics, Bappeda Aceh and the Directorate General of Fiscal Balance - The Ministry of Finance of the Republic of Indonesia and the publication of previous research results which relevant to this study. Data analysis method used is the Gini index of Education, panel data regression analysis with pooled EGLS techniques. The results showed that the inequality of education in the province of Aceh is at a low level of inequality that is an average of 0.262. In the first regression model known that the independent variable levels of poverty and population impact positively and significantly to the educational inequality, while the independent variables education sector government expenditure has a negative and significant effect on educational inequality. In the second regression model known that the independent variables educational inequality has a negative and significant effect on economic growth in the province of Aceh. Results are expected to be a reference for the next course of a study and consideration in development planning in the province of Aceh.

Keywords: Educational inequality, poverty, population, education sector government expenditure and gross regional domestic product (GRDP).

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalis seberapa besar ketimpangan pendidikan dan faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhinya serta seberapa besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bappeda Aceh dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan-Kementerian Keuangan Republik Indonesia serta publikasi hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini . Metode analisis data yang digunakan adalah Indeks Gini Pendidikan, analisis regresi data panel dengan teknik

pooled EGLS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ketimpangan pendidikan di Provinsi Aceh berada pada tingkat ketimpangan rendah yaitu rata-rata 0,262. Pada model regresi pertama diketahui bahwa variabel independen tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan, sedangkan variabel independen pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan. Pada model regresi kedua diketahui bahwa variabel independen ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Aceh.

Kata Kunci: Ketimpangan Pendidikan, tingkat kemiskinan, jumlah penduduk, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan langkah awal dari sebuah

perencanaan yang matang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi di bidang

(2)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 2 pendidikan telah terbukti mampu meningkatkan

taraf hidup manusia.

Hakikat pembangunan ekonomi itu sendiri adalah untuk mensejahterakan dan

memakmurkan masyarakat. Masyarakat tidak akan sejahtera dan makmur jika produktifitas masyarakat lemah. Masyarakat tidak akan produktif jika pendidikannya rendah. Untuk itu perlu perencanaan yang terstruktur dan matang dalam rangka menjadikan suatu negara yang masyarakatnya sejahtera, adil dan makmur.

Salah satu peran pemerintah dalam mendorong kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya adalah peran alokatif. Pemerintah dapat mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada agar optimal dan efisien. Dalam ilmu ekonomi, sektor pendidikan telah diyakini memainkan peran yang penting dalam pembangunan. Produktifitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital sebagai input fungsi produksi agregat. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

Pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan suatu negara baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun hukum. Tingkat dan kualitas pendidikan sangat menentukan arah pertumbuhan semua bangsa termasuk bangsa Indonesia. Namun, pada kenyataannya dapat

kita lihat bahwa sampai saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang belum mendapatkan haknya mengenyam bangku pendidikan dasar, apa lagi akses perguruan tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk Indonesia yang tidak/belum sekolah yaitu sebesar 13.952.747 jiwa atau 5,77 persen dari 242.013.800 jiwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 (BPS-RI, Susenas 2003-2013). Belum lagi ketimpangan antar daerah yang terjadi di Indonesia. Daerah-daerah terbelakang dan belum mendapatkan akses infrastruktur dasar masih tersebar di berbagai pelosok daerah. Tentunya hal ini menyulitkan untuk mewujudkan tujuan pemerataan pendidikan yang telah menjadi sebuah komitmen negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal Target Millenium Development Goals (MDGs) adalah menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015, semua anak, di mana pun, laki-laki dan perempuan mampu memperoleh pendidikan dasar yang lengkap. Dalam usaha untuk peningkatan pendidikan di suatu negara maka pemerataan pendidikan harus benar-benar diutamakan sehingga tidak terjadi ketimpangan pendidikan antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Provinsi Aceh setelah dilanda bencana gempa dan tsunami, telah menghancurkan semua sendi kehidupan, Provinsi Aceh kembali melakukan pembangunan dari nol. Pada tahun 2005 Provinsi Aceh dapat dikatakan mulai melakukan pembangunan kembali. Dukungan

(3)

3 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

melalui program pemulihan bencana gempa dan tsunami sangat besar sehingga memungkinkan terjadinya revitalisasi pada semua sektor pembangunan. Perjanjian perdamaian yang dikenal dengan MoU Helsinky pada bulan Agustus 2005 menambah kondusif program pemulihan Aceh. Ditambah lagi Provinsi Aceh mendapat tambahan dana Otonomi Khusus (Otsus) yang sangat besar.

Peningkatan anggaran pendapatan belanja daerah yang begitu besar seharusnya diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula. Namun dari data terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Aceh sebesar 73,05 pada tahun 2013, masih berada pada urutan ke-20 (dua puluh) dari 34 (tiga puluh empat) Provinsi di Indonesia serta masih di bawah rata-rata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) nasional sebesar 73,81.

Dalam menjalankan program peningkatan mutu pendidikan, diharapkan pendidikan mampu terdistribusi secara merata pada setiap daerah sehingga tidak terjadi ketimpangan pendidikan antara satu daerah dengan daerah lain. Tingkat pendidikan yang ditamatkan juga berpengaruh terhadap produktifitas suatu daerah. Semakin besar jumlah penduduk yang menamatkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi maka semakin produktif daerah tersebut yang pada akhirnya berdampak kepada pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pendidikan di Provinsi Aceh yang berdampak kepada produktifitas dan

pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan sebuah penelitian terkait hal ini, sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Ketimpangan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh”.

Metode Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar ketimpangan pendidikan dan faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhinya serta seberapa besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh. Obyek dari penelitian ini meliputi kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Sedangkan periode waktu yang digunakan adalah tahun 2009-2013. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) model persamaan regresi. Model persamaan regresi pertama menjelaskan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketimpangan pendidikan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari tingkat kemiskinan, jumlah penduduk dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan. Sedangkan model persamaan regresi kedua menjelaskan hubungan ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bappeda Aceh, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI dan instansi lainnya serta publikasi hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan

(4)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 4 data panel (panel pooled data) yaitu dengan

menggabungkan data times series tahun 2009-2013 (T=5) dengan data cross section (kabupaten/kota) di wilayah Provinsi Aceh.

Model analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung ketimpangan pendidikan. Metode yang digunakan untuk menghitung ketimpangan pendidikan adalah dengan menggunakan persamaan Indeks Gini Pendidikan yang dikembangkan oleh Thomas, et.al (2001), yaitu: ( ) ∑ ∑ | | ( )

Persamaan (1) diatas dapat diperluas menjadi: EL 𝜇[ ( ) + 3( 3 ) + 3( 3 ) + ⋯ + 7( 7 ) + 7( 7 ) + 7( 7 3) 3+ 7( 7 4) 4+ 7( 7 5) 5+ 7( 7 6) 6] ...( 2) Di mana:

EL = Gini pendidikan yang didasarkan pada distribusi pencapaian sekolah

µ = Rata-rata masa sekolah dari populasi yang bersangkutan

P1 = Proporsi populasi belum/tidak tamat SD

P2 = Proporsi populasi tamat SD

P3 = Proporsi populasi tamat SMP

P4 = Proporsi populasi tamat SMA

P5 = Proporsi populasi tamat D1/D2/D3

P6 = Proporsi populasi tamat D4/S1

P7 = Proporsi populasi tamat S2/S3

Sedangkan formula untuk menghitung tahun bersekolah pada 7 (tujuh) tingkatan tersebut adalah:

Belum/tidak tamat SD : y1 = 0,5 SD = 3

tahun;

Tamat SD : y2 = 6 tahun;

Tamat SMP : y3 = y2 + SMP = 9 tahun;

Tamat SMA : y4 = y3 + SMA = 12 tahun;

Tamat D1/D2/D3 : y5 = y4 + D3 = 15

tahun

Tamat D4/S1 : y6 = y5 + 1 tahun = 16 tahun

Tamat S2/S3 : y7 = y6 + S3 = 20 tahun

2. Melihat faktor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap ketimpangan pendidikan.

Model fungsi regresi yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketimpangan pendidikan adalah: EL = f (KM, JP, GP) ... (3) EL = α0+α1KM+α2JP+α3GP+e ….… (4) Di mana: EL = Ketimpangan pendidikan KM = Tingkat kemiskinan JP = Jumlah penduduk

GP = Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan

e = Error term α0 = Konstanta

α1, α2 = Koefesien regresi

3. Melihat hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dengan

ketimpangan

pendidikan

Model fungsi regresi yang digunakan untuk melihat hubungan pertumbuhan

(5)

5 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

ekonomi dengan ketimpangan pendidikan adalah: EG = f (EL) ... (5) EG = β0 + β1EL + e ... (6) Di mana: EG = Pertumbuhan ekonomi EL = Ketimpangan pendidikan e = Error term β0 = Konstanta β1 = Koefesien regresi

Dalam memilih model yang sesuai dan paling tepat diantara tiga jenis model yaitu pooled least square, fixed effect model atau random effect model yang akan digunakan maka perlu dilakukan serangkaian uji yaitu: 1. Uji Chow (Chow test), yaitu pengujian untuk

memilih apakah model pooled least square atau model fixed effect yang akan dipilih. 2. Uji Hausman (Hausman test) dilakukan

untuk menentukan apakah model fixed effect atau random effect yang dipilih.

Setelah melewati pemgujian pemilihan model, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis berupa uji statistik. Pengujian dilakukan untuk menentukan baik atau tidaknya model melalui uji kesesuaian (fit of goodness test) dari model (R2), uji serempak (F test) maupun uji secara parsial (t test). Uji-uji tersebut menentukan diterima atau tidaknya hipotesis nol.

Kajian Pustaka

Ekonomi dan Pendidikan

Susiyawati (2013) menjelaskan suatu negara dapat berkembang pesat tidak cukup didukung

dengan memiliki kekayaan alam yang melimpah, akan tetapi kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola kekayaan alam disuatu negara sangat berpengaruh. Dengan begitu perlu adanya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan baik itu informal, formal maupun non formal, yang mana secara tidak lagsung dapat mengisi pembangunan negara.

Keterkaitan Pendidikan dan Pembangunan Rokhmani (2009) menjelaskan bahwa dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai objek dan sekaligus juga sebagai subjek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi usaha kedalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekat hidup yang positif serta keterampilan kerja. Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segala kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam, maupun lingkungan sosial/spiritual.

Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia

Menurut Syechalad dalam Susiyawati (2013), menjelaskan banwa pendidikan memberi sumbangan dalam menyediakan tenaga kerja berpengetahuan, berketrampilan

(6)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 6 dan menguasai teknologi sehingga dapat

meningkatkan produktivitas.

Mudyoharjo (2012), menjelaskan banwa peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: mengembangkan teknologi baru, menjadi tenaga produktif dalam bidang konstruksi, menjadi tenaga produktif yang menghasilkan barang dan jasa, pelaku generasi dan pencipta budaya, dan konsumen barang dan jasa.

Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Ekonomi

Susiyawati (2013) menjelaskan bahwa ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge based economy lebih dominan yaitu: kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan kausialitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid, dan pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi.

Teori Human Capital

Atmanti (2005), menjelaskan bahwa asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi di pihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut.

Ketimpangan Pendidikan

Yagami (2013), menyatakan banwa ketimpangan pendidikan merupakan adanya ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Artinya pembangunan pendidikan harus merata tanpa perbedaan apapun, agar rakyat atau masyarakat dapat menikmati pendidikan yang layak dan bermutu.

Indeks gini pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ketimpangan (ketidakmerataan) agregat pendidikan. Menurut Todaro (2000), indeks gini berkisar antara 0 (kemerataan sempurna), dan 1 (ketidakmerataan sempurna atau ketimpangan).

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi pada suatu saat. Mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Mankiw (2007), menyatakan bahwa salah satu teori pertumbuhan ekonomi yang menjadi rujukan adalah teori pertumbuhan Solow-Swan. Model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan.

(7)

7 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

Hubungan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan suatu keharusan bahwa kebijakan publik memperhatikan pengembangan pendidikan, promosi keahlian, dan pelayanan kesehatan.

Hubungan investasi sumber daya manusia (pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.

Hasil dan Pembahasan Ketimpangan Pendidikan

Ketimpangan pendidikan yang diukur dengan menggunakan indeks gini pendidikan, memperlihatkan bagaimana ketimpangan pendidikan yang terjadi di Provinsi Aceh. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan ketimpangan pendidikan dengan menggunakan indeks gini pendidikan di Provinsi Aceh berada pada ketimpangan rendah yaitu 0,26.

Hasil Estimasi Model Penelitian

Salah satu bentuk struktur data yang sering digunakan dalam studi ekonometrika adalah data panel. Data panel adalah data yang berstruktur urut waktu sekaligus cross section (Ariefianto, 2012).

Hasil estimasi dengan model random effect

dengan menggunakan softwere Eviews 7.0 memperlihatkan nilai koefisien determinasi (R²) pada model regresi pertama dengan variabel

dependen ketimpangan pendidikan (EL)

menunjukkan nilai 0,389782, yang berarti 38,98 persen variabel dependen ketimpangan pendidikan (EL) dapat dijelaskan oleh tiga variabel independen, yaitu: tingkat kemiskinan (KM), jumlah penduduk (JP) dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan (GP), Sedangkan sisanya 61,02 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model.

Hasil estimasi dengan model random effect untuk model kedua diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,190472. Hal ini menjelaskan bahwa 19,05 persen variabel pertumbuhan ekonomi (EG) dapat dijelaskan oleh variabel ketimpangan pendidikan (EL). Sedangkan sisanya 80,05 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Setelah melewati uji Chow dan uji Hausman, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Model Pertama EL = 0,242171 + 0.001404 KM + 0,000000093 JP - 0,000000177 GP ………….. (7) Model Kedua EG = 2.453,121 - 3.867,830 EL …… (8) Berdasarkan persamaan (1) dan (2) serta

hasil regresi data panel pada Tabel 1, maka hasil penelitian ini menjelaskan bahwa:

(8)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 8 1. Pada model regresi pertama menjelaskan

bahwa faktor tingkat kemiskinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan pada derajat kepercayaan α=10%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mesa (2007) yang meneliti tentang ketimpangan pendidikan di Filipina. Pada model regresi pertama juga menjelaskan bahwa faktor jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan pada derajat kepercayaan α=5%. Sedangkan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan pada derajat kepercayaan α=5%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustomi (2012) yang meneliti tentang ketimpangan pendidikan antar kabupaten/kota dan implikasinya di Provinsi Jawa Tengah. 2. Pada model regresi kedua menjelaskan

ketimpangan pendidikan berhubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada derajat kepercayaan α=5%. Hasil estimasi dalam penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustomi (2012) dan Thomas, et.al (2001). Salah satu hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara ketimpangan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketimpangan pendidikan di Provinsi Aceh berada pada tingkatan rendah, yaitu rata-rata 0,262.

2. Variabel tingkat kemiskinan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan pada derajat kepercayaan α=10%. Variabel jumlah penduduk mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan pada derajat kepercayaan α=5%, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pendidikan.

3. Variabel ketimpangan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh pada derajat kepercayaan α=5%.

Saran

Berdasarkan beberapa uraian kesimpulan dari hasil analisis penelitian ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pemerintah Aceh harus mampu memperkecil tingkat ketimpangan

pendidikan atau minimal

mempertahankannya.

2. Disarankan kepada Pemerintah Aceh, kabupaten/kota agar program keluarga kecil sejahtera terus dilanjutkan, karena sesuai dengan hasil penelitian ini ditemukan bahwa variabel jumlah

(9)

9 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

penduduk berhubungan positif terhadap ketimpangan pendidikan.

3. Disarankan pula kepada Pemerintah Aceh, kabupaten/kota supaya lebih meningkatkan alokasi anggaran di sektor pendidikan. Hal ini dikarenakan dari analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa alokasi anggaran sektor pendidikan mempunyai hubungan negatif terhadap ketimpangan pendidikan. 4. Kepada lembaga-lembaga terkait dan

masyarakat atau penduduk di Provinsi Aceh disarankan agar memberikan kontribusi yang positif terhadap kemajuan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh, karena kontribusi baik berupa masukan dan pengawasan dari lembaga-lembaga masyarakat atau individu-individu masyarakat, maka akan membantu pemerintah dalam rangka pendistribusian dan peningkatan kualitas pendikan yang berimbas kepada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ariefianto, M., Doddy. 2012. Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan

Menggunakan EVIEWS. Jakarta: Erlangga.

Mankiw, G.N. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Alih Bahasa Fitria Lia Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga.

Mudyoharjo, R. 2001. Pengantar Pendidikan; Sebuah Study Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Radja Grafindo Persada.

Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Trans. Haris

Munandar. Jakarta: Erlangga. Jurnal

Atmanti, H.D. 2005. “Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan”.

Dinamika Pembangunan. Vol 2, No. 1.

Bustomi, M.J. 2012. “Ketimpangan Pendidikan Antar Kabupaten/Kota dan Implikasinya di Provinsi Jawa Tengah”. Economics Development Analisys Journal. EDAJ 1 (2) (2012).

Mesa, E.P. 2007. Measuring Education Inequality in the Philippines. School of Economics: University of the

Philippines.

Rokhmani, L. 2009. “Analisis Human

Development Index Indonesia (Investasi Pendidikan Sebagai Daya Saing

Bangsa)”. JPE. Volume 2, Nomor 1. Thomas V., Wang, Y., and Fan, X. 2001

“Measuring Education Inequality.” World Bank Working Paper. Washington, D.C: World Bank.

Web

Susiyawati. E. 2013. Hubungan Ekonomi dan Pendidikan.

https://ernisusiawati.wordpress.com/201 3/06/03/ekonomi-dan-pendidikan. (6 Maret 2013)

Yagami, F. 2013. Kesenjangan antara Harapan dengan Kenyataan. http://www.slideshare.

net/fitrayagami/kesenjangan-antara-harapan-dengan-kenyataan. (15 Agustus 2014

Referensi

Dokumen terkait

riset kualitatif (observasi, wawancara men- dalam, analisis dokumen, dan focus group discus- sion ) yang dilaksanakan di desa Gadungan, Bli- tar pada minggu kedua-ketiga Desember

Tim Persiapan Revitalisasi Pergulaan Indonesia (1999) memberikan rekomendasi kebijakan dalam masa transisi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri gula

variasi pemanasan pada suhu tinggi dan juga telah dilakukan modifikasi permukaannya dengan variasi CTAB untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi lempung terhadap

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa kenyataannya kematangan emosi turut mempengaruhi kebahagiaan pada pria / wanita yang belum menikah pada usia 30 tahun,

Bagaimana merencanakan dan merancang bangunan yang berfungsi sebagai kantor DPRD Sukoharjo sebagai wadah yang memiliki kesan terbuka lingkungan sekitar dalam hal

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pelaku bisnis atau pihak lainnya untuk menambah pengetahuan baru bagaimana pengaruh kepercayaan, kemudahan, dan

Pada koefisiensi tidak langsung, pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan melalui keputusan pembelian sebagai variabel mediasi, menunjukan

4 Jalil, et al , menyatakan bahwa metode pengukuran suhu merupakan metode yang paling akurat untuk mengetahui demam pada anak, tetapi pada penelitian ini hanya sepertiga