• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2014"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI

TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI

DINAS KESEHATAN

(2)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

i Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas Asung Kerta Wara NugrahaNya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2014 ini dapat tersusun

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli merupakan salah satu bagian dari sistem informasi kesehatan yang penting bagi proses perencanaan sampai dengan evaluasi program kesehatan dan merupakan bagian penting strategi pembangunan kesehatan untuk mencapai tujuan keberhasilan pembangunan kesehatan. Namun, hal yang lebih penting adalah bahwa data-data yang disajikan dalam profil ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kinerja khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dan masyarakat secara umum.

Profil Kesehatan ini berupaya menampilkan capaian kinerja maupun data lain yang termuat dalam table Standar Pelayanan Minimal yang merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur kemajuan pembangunan bidang kesehatan. Data-data yang ditampilkan diupayakan dapat menampilkan lokus masalah kesehatan pada puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lain yang ada di Kabupaten Bangli. Hal ini penting mengingat peran dan kontribusi sektor lain termasuk swasta dalam pemberian pelayanan kesehatan di Kabupaten Bangli cukup besar. Pada Profil tahun 2014 ini juga dicoba untuk menampilkan data terpilah berdasarkan Gender, hanya saja belum optimal.

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2014 tersusun atas kerjasama banyak pihak yang telah turut ambil bagian dalam pengumpulan data serta proses konsultasi yang memperkaya isi profil. Dalam penyusunan ini, kami yakin tidak semua pihak sepakat dengan seluruh data ataupun analisa yang disampaikan. Walaupun demikian kami berharap semoga pembaca profil ini menemukan keseluruhan kajian serta kesimpulan dalam profil sebagai sumbangan yang berarti dalam wacana pengambilan kebijakan tentang pembangunan kesehatan Kabupaten Bangli.

Upaya penyempurnaan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2014 akan terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli terutama dalam pendataan, mengingat pentingnya data dalam proses manajemen dan pengambilan keputusan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli

dr. I Nengah Nadi, M.Kes. NIP.19611231 198911 1 015

KATA PENGANTAR

(3)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli ... 2

C. Sistematika ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM A. Geografi ... 3

B. Kependudukan ... 3

C. Tingkat Pendidikan ... 5

D. Keadaan Sosial Ekonomi ... 6

E. Status Gizi ... 7

F. Keadaan Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Penduduk ... 8

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas ... 12

B. Morbiditas Atau Angka Kesakitan ... 15

BAB IV UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar ... 19

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan ... 37

C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ... 39

D. Perbaikan Gizi Masyarakat ... 43

BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan ... 47 B. Tenaga Kesehatan ... 49 C. Pembiayaan Kesehatan ... 50 BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 51 B. Saran ... 53

DAFTAR ISI

(4)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

iii

Tabel II.1 : Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio,Kepadatan Serta

Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir

Tahun 2014

Tabel II.2 : Rekapitulasi Penduduk Kelompok Produktif & Non Produktif Per

Kecamatan Di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Tabel II.3 : Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Tingkat

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Bangli Tahun 2013.

Tabel II.4 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tahun 2012 dan

2013.

Tabel II.5 : Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Per Kecamatan Di

Kabupaten Bangli Tahun 2014

Tabel II.6 : Balita ditimbang, Berat Badan Naik, BGM dan Gizi Buruk Per Kecamatan

Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Tabel III.1 : Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH Per Kecamatan di Kabupaten

Bangli Tahun 2014.

Tabel III.2 : Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH Per Kecamatan di Kabupaten

Bangli Tahun 2014

Tabel III.3 : Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH Per kecamatan di Kabupaten Bangli

Tahun 2014

Tabel V.1 :Ratio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Tenaga

Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Tabel V.2 : Persentase APBD Dinas Kesehatan & RSU Terhadap APBD Kabupaten

Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

(5)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

iv

Gambar II.1 : Jumlah Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Tahun 2014.

Gambar II.2 : Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten

Bangli Tahun 2014

Gambar III.1 : Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH di Kabupaten Bangli

Tahun 2010 – 2014

Gambar III.2 : Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun 2010

– 2014

Gambar III.3 : Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per 100.000 KH di Kabupaten Bangli

Tahun 2010 s/d 2014

Gambar IV.1 : Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Tahun 2010-2014. Gambar IV.2 : Persentase Cakupan Pelayanan K1 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di

Kabupaten Bangli Tahun 2014

Gambar IV.3 : Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Gambar IV.4 : Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Gambar IV.5 : Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Gambar IV.6 : Persentase Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014 Gambar IV.7 : Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli

Tahun 2014

Gambar IV.8 : Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN3) di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Gamabar IV.9 : Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Gambar IV.10 : Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Gambar IV.11 : Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Gambar IV.12 : Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

(6)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

v Gambar IV.13 : Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas di

Kabupaten Bangli Tahun 2014

Gambar IV.14 : Persentase Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014 Gambar IV.15 : Persentase Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten

Bangli Tahun 2014.

Gambar IV.16 : Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2014

Gambar IV.17 : Persentase Cakupan Anak Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8 Kali) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014. Gambar IV.18 : Persentase Cakupan KB Aktif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli

Tahun 2014.

Gambar IV.19 : Persentase Cakupan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Gambar IV.20 : Persentase Cakupan Imunisasi Campak Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Gambar IV.21 : Persentase Cakupan Desa/ Kelurahan UCI Per Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Gambar IV.22 : Persentase Cakupan TT 2+ Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Gambar IV.23 : Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan Tahun 2014.

Gambar IV.24 : Persentase Cakupan BTA (+) Terhadap Suspek Menurut Puskesmas Tahun 2014

Gambar IV.25 : Persentase Cakupan Pneumonia Pada Balita yang Ditemukan dan Ditangani Menurut Puskesmas Tahun 2014.

Gambar IV.26 : Proporsi HIV AIDS Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014. Gambar IV.27 : Jumlah Kasus DBD Menurut Puskesmas Tahun 2014.

Gambar IV.28 : Persentase Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe3 (90 Tablet) Menurut Puskesmas di KabupatenTahun 2014.

Gambar IV.29 : Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita Menurut Puskesmas Tahun 2014.

Gambar IV.30 : Persentase Cakupan ASI Eksklusif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Gambar IV.31 : Persentase Cakupan Kunjungan Balita yang Ditimbang Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014.

(7)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

vi

Gambar V.2 : Ratio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Tenaga

(8)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

1

A. LATAR BELAKANG

Seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan kesehatan.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai suatu faktor utama dan investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang biasa dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Seiring dengan bergulirnya reformasi di bidang kesehatan, maka Program Kabupaten Bangli Sehat telah melibatkan peran aktif masyarakat, sehingga seluruh potensi masyarakat dapat mendukung pengembangan yang ada di daerahnya. Dengan berbagai pendekatan yang ada, maka tujuan Kabupaten Bangli Sehat diharapkan dapat meningkatkan prilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat di dalam upaya mendorong paradigma sehat melalui peningkatan kualitas lingkungan fisik dan sosial budaya sehingga pada akhirnya akan dapat mendukung peningkatan produktifitas dan perekonomian Bangli.

BAB I

(9)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

2

B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI

Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2014 ini berupaya untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan faktor-faktor terkait lainnya. Merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan perencanaan target indikator Millenium Development Goals bidang kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik.

C. SISTEMATIKA

Bab I – Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan

Kabupaten Bangli ini serta sistimatika penyajiannya.

Bab II – Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang letak geografis, administratif dan

informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya missal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

Bab III – Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai

angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan.Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan

dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pembrantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota.

Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI – Kesimpulan. Bab ini berisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu

disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2014 selain keberhasilan juga diungkap hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan

Lampiran. Berisi resume/angka pencapaian Kabupaten dan 81 tabel data yang

merupakan gabungan tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

(10)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

3

A. GEOGRAFI

Kabupaten Bangli secara administrasi terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Tembuku, Kecamatan Susut dan Kecamatan Kintamani sebagai kecamatan terluas. Batas-batas Kabupaten Bangli di sebelah Utara adalah Kabupaten Buleleng,di sebelah selatan adalah Kabupaten Klungkung, di sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem dan di sebelah Barat adalah Kabupaten Gianyar.

1. Letak Wilayah

Secara geografis Kabupaten Bangli terletak pada posisi antara 115°1348” sampai

115°2724” Bujur Timur dan 8o830” sampai 8o3187” Lintang Selatan. Posisinya berada di

tengah-tengah Pulau Bali, dan Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki pantai/laut. Ketinggian dari permukaan laut antara 100-2.152 m.

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Bangli 520,81 Km2 atau 9,25% dari luas wilayah Propinsi Bali.

Kecamatan Kintamani memiliki luas terbesar yaitu sebesar 366,97 Km2 atau 70,45% dari luas

kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Bangli: 56,26 Km2 (10,80%), Kecamatan Susut 49,31 Km2

(9,48%), Kecamatan Tembuku 48,32% (9,28%).

Secara fisik di sebelah selatan merupakan daerah dengan dataran rendah dan daerah sebelah utara adalah daerah pegunungan. Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Di Kabupaten Bangli juga terdapat Gunung Batur dengan kepundannya dan Danau Batur yang mempunyai luas sekitar 1.067,50 Ha. Jarak dari ibukota kabupaten ke ibu kota propinsi sekitar 40 km. Bila dilihat dari penggunaan tanahnya dari luas wilayah yang ada sekitar 2.890 Ha merupakan lahan sawah, 29.087 Ha merupakan lahan kering, 7.719 Ha merupakan hutan Negara, 7.562 Ha merupakan tanah perkebunan dan sisanya seluas 3.044 Ha merupakan lahan lain-lain (jalan, sungai dan lain-lain).

3. Iklim

Kabupaten Bangli sebagian besar daerahnya merupakan dataran tinggi, hal ini berpengaruh terhadap keadaan iklim di wilayah ini. Keadaan iklim dan perputaran atau pertemuan arus udara yang disebabkan karena adanya pegunungan di daerah ini yang menyebabkan curah hujan di daerah ini pada Tahun 2014 relatif tinggi. Hal ini terjadi pada bulan-bulan Januari, Maret, April dan bulan Desember.

B. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk di Kabupaten Bangli pada Tahun 2014 sebesar 221.300 jiwa bersumber dari kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. Adapun keadaan penduduk di

BAB II

(11)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

4 Kabupaten Bangli secara garis besar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II.1

Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota

Keadaan Terakhir Tahun 2014

Kecamatan WilayaLuas

h Jumla h KK Penduduk Sex Ratio Kepadata n Pendudu k/ km2 Rata -rata

Laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bangli Tembuku Susut Kintamani 56,26 48,32 49,31 366,92 11.830 8.911 10.373 24.359 25.210 17.400 22.180 47.210 24.870 17.020 21.900 45.510 50.080 34.420 44.080 92.720 101,4 102,2 101,3 103,7 890,15 712,33 893,94 252,70 4 4 4 4 Tahun 2014 520,81 55.473 112.000 109.300 221.300 102,5 425 4 Akhir th 2014 Akhir th 2013 Akhir th 2012 Akhir th 2011 Akhir th 2010 520,81 520,81 520,81 520,81 520,81 55.473 51.112 50.993 50.840 50.830 112.000 111.900 111.400 106.637 107.182 109.300 109.500 108.800 107.171 107.603 221.300 221.400 220.200 215.729 214.785 102,5 52,58 102,39 99,42 99,61 425 425 423 414 412 4 4 4 4 4 Sumber: BPS Tahun 2014

1. Pertumbuhan Persebaran, Kepadatan dan Sex Ratio Penduduk a. Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 penduduk Kabupaten Bangli sebanyak 215.353 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 sebesar 0,88% pertahun. Sedangkan laju pertumbuhan untuk tahun 2009-2010 sebesar 0,46%.

b. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk di Kabupaten Bangli tidak merata terbesar terdapat di Kecamatan Kintamani (42,85%), Kecamatan Bangli (20,97%), Kecamatan Susut (19,94%), sedangkan wilayah dengan jumlah penduduk paling kecil di Kecamatan Tembuku (16,23%).

c. Kepadatan Penduduk.

Mengenai kepadatan penduduk Kabupaten Bangli tergolong kabupaten terendah

kepadatannya yaitu 425 jiwa/km2. Kepadatan penduduk per kecamatan untuk Tahun 2014

terpadat adalah Kecamatan Susut yaitu 893,94 jiwa/km2 dan terendah Kecamatan Kintamani

252,7 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Bangli 890,15 jiwa/km2 dan Kecamatan Tembuku 712,33

jiwa/km2.

d. Sex Ratio

Perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) di Kabupaten Bangli Tahun 2014 adalah 102,5%, sex ratio masing-masing kecamatan sudah mencapai di atas 100%.

e. Struktur Penduduk Menurut Umur

Distribusi penduduk pada Tahun 2014 menurut kelompok umur bersumber dari BPS Kabupaten Bangli menunjukkan: dari perhitungan proporsi menunjukkan bahwa penduduk di

(12)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

5 Kabupaten Bangli berusia muda (0-14 tahun) sebesar 56.200 jiwa (25%) dan berusia 65 tahun ke atas 19.900 jiwa (9%). Sedangkan kelompok umur produktif (15-64 tahun) berjumlah 145.200 jiwa

(66%), sehingga beban tanggungan (dependency ratio) penduduk sebesar 52,58% artinya 53

penduduk non produktif ditanggung oleh 100 penduduk produktif. Kelompok penduduk usia muda (0-14 tahun) dengan proporsi tertinggi adalah Kecamatan Kintamani (28,7%) dan terendah di Kecamatan Susut (22%). Kecamatan Susut dan Bangli menunjukkan proporsi penduduk berusia produktif yang paling tinggi (68%) di ikuti oleh Tembuku (65%) dan terakhir Kecamatan Kintamani (63,6%). Selengkapnya gambaran penduduk kelompok produktif dan non produktif dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. 2

Rekapitulasi Penduduk Kelompok Produktif & Non Produktif Per Kecamatan Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

No Kecamatan 0-14 th Non Produktif > 65 th TOTAL Produktif 15-64 th Penduduk Total

1 2 3 4 Bangli L P Tembuku L P Susut L P Kintamani L P 11.510 (23) 5.920 5.590 8.370 (24) 4.250 4.120 9.740 (22) 5.010 4.730 26.580 (28,7) 13.720 12.860 4.600 (9) 2.200 2.400 3.760 (11) 1.880 1.880 4.400 (10) 2.190 2.210 7.140 (7,7) 3.530 3.610 16.110 8.120 7.990 12.130 6.130 6.000 14.140 7.200 6.940 33.720 17.250 16.470 33.970 (68) 17.090 16.880 22.290 (65) 11.270 11.020 29.940 (68) 14.980 14.960 59.000 (63,6) 29.960 29.040 50.080 25.210 24.870 34.420 17.400 17.020 44.080 22.180 21.900 92.720 47.210 45.510 Kab. Tahun 2014 56.200 19.900 76.100 145.200 221.300 L P 28.900 27.300 10.100 9.800 38.700 37.400 73.300 71.900 112.000 109.300

Sumber: BPS Kabupaten Bangli Tahun 2014

C. TINGKAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah salah satu sektor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikannya diharapkan kualitas sumber daya manusia semakin baik. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia pada umumnya dan Bangli pada khususnya mempunyai tingkat pendidikan minimal 9 tahun. Ini berarti sudah tamat/berijasah SLTP/MTS. Berikut ini dapat diperhatikan berdasarkan:

(13)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

6

Tabel II.3

Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Bangli

Tahun 2013 Kab. Bangli IJAZAH TERAKHIR Tidak Punya

Ijazah SD/MI SMP/MTS SMA

AK/

DIP Univ

Tahun

2014 11,82 45,1 19,79 17,97 2,04 3,29

Sumber: BPS Kab. Bangli Th.2013

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, semakin tinggi tingkat pendidikannya diharapkan kualitas sumber daya manusianya semakin baik pula. Parameter penduduk berusia 15 tahun keatas di kabupaten Bangli untuk penduduk yang belum tamat SD/ Tidak punya ijazah 11,82%, yang tamat SMP/MTS 19,79%, untuk yang tamat SMA 17,97%, untuk yang tamat AK/Diploma 2,04%, untuk yang tamat universitas 3,29%.

Di Kabupaten Bangli terdapat 109 buah TK, Sekolah Dasar sebanyak 165 sekolah, Sekolah Menengah Pertama sebanyak 31 sekolah dan Sekolah menengah umum sebanyak 21 sekolah.

Rasio murid dan guru untuk tingkat TK sebesar 8,25. Rasio murid dan guru untuk tingkat sekolah dasar adalah 18,82 dan rasio murid dan guru untuk tingkat sekolah lanjutan pertama adalah 17,83, sedangkan untuk tingkat sekolah menengah atas rasionya sebesar 15,07 murid per guru. (Bangli Dalam Angka 2014).

D. KEADAAN SOSIAL EKONOMI 1. Tingkat Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran mengenai keadaan perekonomian suatu daerah. Demikian halnya perkembangan perekonomian di Kabupaten Bangli ditunjukkan dengan perkembangan PDRB -nya.

Perkembangan PDRB per kapita harga berlaku menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 10,43 persen yaitu Rp 2.579.964,63 di tahun 2011 menjadi Rp 2.866.692 di tahun 2012. Kenaikan PDRB per kapita secara riil 5,34 persen untuk tahun 2012 yang nilai kenaikannya ini meningkat signifikan dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 3,69 persen dan di tahun 2013

menjadi Rp 3.188.441. (Bangli Dalam Angka 2014)

2. Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan sebuah masalah yang multidimensi dan kompleks, menyentuh berbagai aspek kehidupan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya

(14)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

7 pengentasan kemiskinan, namun belum bisa mengatasi masalah kependudukan ini dengan tuntas. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tahun 2011 dan 2012.

Tabel II.4

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tahun 2012 dan 2013.

Tingkat Kemiskinan 2012 2013 Perubahan

Garis Kemiskinan (Rp/ Kapita/Bulan) 245.720 258.538 5,22 Jumlah Pebduduk Miskin (000 org)* 9,9 12 21,21 Persentase Penduduk Miskin 4,52 5,45 20,58 *)Data Susenas E. STATUS GIZI

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR < 2500 gram)

Hasil kompilasi laporan program pada Bidang Bina. Kes. Mas di dapat angka BBLR untuk Kabupaten Bangli Tahun 2014 sebesar 112 (3,2 %) dari 3.506 jumlah kelahiran, hasil ini menurun dari tahun 2013 sebesar 144 (3,9 %) dari 3.731 jumlah kelahiran seperti tergambar pada tabel berikut:

Tabel II. 5

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Per Kecamatan Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Lahir Jumlah BBLR BBLR %

1 2 3 4 Bangli Tembuku Susut Kintamani 679 551 645 1.631 18 17 15 62 2,65 3,09 2,3 3,8 Tahun 2014 3.506 112 3,2 Tahun 2013 3.731 144 3,9

Sumber: Seksi Kesga Dinkes Bangli 2. Status Gizi Balita

Persentase status gizi dengan berat badan rendah/dibawah garis merah dari balita yang ditimbang di Kabupaten Bangli berdasarkan laporan Bidang Bin. Kes. Mas, tertinggi terjadi di Kecamatan Kintamani dengan jumlah 253 orang (4,38 %) dan terendah di Kecamatan Bangli dengan jumlah 12 orang (0,39%) dengan rincian:

(15)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

8

Tabel II. 6

Balita ditimbang, Berat Badan Naik, BGM dan Gizi Buruk Per Kecamatan Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Balita

ditimbang

BGM (Bawah

Garis Merah) Gizi Buruk

Jml % Jml % 1 Bangli 3.040 12 0.39 0 0 2 Tembuku 2.259 39 1,73 1 0,04 3 Susut 2.629 106 4,03 2 0,08 4 Kintamani 4.028 253 4,38 3 0,05 Tahun 2014 13.703 410 3 6 0,04 Tahun 2013 12.444 50 0,4 4 0,03

Sumber: Seksi Gizi Dikes Bangli Tahun 2014

Dari data diatas tergambar balita BGM pada tahun 2014 sebesar 3% meningkat dari tahun 2013 yang hanya 0,4 % dan balita dengan gizi buruk meningkat tahun 2014 sebesar 0,04 dari tahun 2013 hanya 0,03 %.

F. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU PENDUDUK

Dalam menggambarkan keadaan lingkungan untuk pembangunan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Ada beberapa indikator sebagai berikut:

1. Rumah Sehat

Dari laporan program tahun 2014 jumlah rumah yang memenuhi syarat adalah 11.580 dan yang belum memenuhi syarat adalah sebanyak 47.531

2. Sanitasi Tempat –Tempat Umum

Keadaan Sarana TTU Sehat di Kabupaten Bangli dilihat dari keadaan hotel, restaurant, pasar dan TUPM lainnya untuk Tahun 2014 mencapai 91,8 % .

3. Akses Terhadap Air Bersih

Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk memastikan komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyelenggaraan air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/ badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/ atau individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan

(16)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

9 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut :

- Parameter mikrobiologi E coli dan total Bakteri Koliform, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel,

- Syarat fisik : Tidak bau, tidak berasa dan tidak berwarna,

- Syarat kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan ( maks 500 mg/ l), pH 6,5-8,5.

Di kabupaten Bangli terdapat 53 penyelenggara air minum pada tahun 2014 dan sebanyak 42 diambil sebagai sampel pemeriksaan. Hasil pemeriksaan secara fisik, bakteriologi dan kimia penyelenggara air minum yang memenuhi syarat adalah sebanyak 36 diantaranya 11 di Kecamatan Bangli, 7 di Kecamatan Tembuku dan 18 di Kecamatan Susut, sedangkan di Kecamatan Kintamani tidak ada yang memenuhi syarat.

Gambar II.1

Jumlah Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2014

4. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-PHBS.

PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

11 7 18 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 B A N G LI TE M BU K U SU SU T KIN TAM AN I 1 2 3 4 JUMLAH PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN TAHUN 2014

(17)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

10 gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu:

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, b. Memberi ASI ekslusif,

c. Menimbang balita setiap bulan, d. Menggunakan air bersih,

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, f. Menggunakan jamban sehat,

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, h. Makan buah dan sayur setiap hari,

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan j. Tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBSBagi Rumah Tangga :

a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit. b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

c. Anggota keluarga giat bekerja.

d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:

a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan. c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

(18)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

11 Capaian rumah tangga ber-PHBS di Kabupaten Bangli tahun 2014 adalah sebagai berikut

Gambar II.2

Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Tatanan rumah tangga yang menerapkan PHBS untuk Tahun 2014 mencapai 76,7% meningkat dibandingkan Tahun 2013 mencapai 71,9 %.

Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamani VI Kabupaten/ Kota 88,45 66,10 77,71 89,64 76,07 74,29 79,01 82,52 74,91 80,71 57,26 73,37 76,68

Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS

(19)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

12 Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat kerap dipaparkan dengan berbagai indikator yang secara garis besar terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu mortalitas dan morbiditas. Data dan informasi tentang derajat kesehatan untuk Tahun 2014 dinyatakan dalam angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal dan angka kematian kasar berdasarkan data yang terkumpul, sehingga dapat memberikan gambaran tentang derajat kesehatan yang lebih banyak diperoleh dari laporan program puskesmas di Kabupaten Bangli.

A. MORTALITAS

Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan kondisi kesehatan masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Angka kematian secara umum sangat berhubungan/dipengaruhi oleh tingkat kesakitan dan status gizi. Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung dan tidak langsung diantaranya adalah faktor-faktor lain yang secara bersama-sama atau sendiri berpengaruh terhadap tingkat kematian di masyarakat. Gambaran kejadian kematian di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari:

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim

digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Bayi tidak hanya mencerminkan besarnya masalah kesehatan berkaitan dengan penyakit diare, ISPA, masalah gizi dan penyakit infeksi lainnya tetapi juga berhubungan dengan tingkat kesehatan ibu, gizi keluarga, tingkat pendidikan ibu, serta pendapatan dan sosial ekonomi keluarga. Gambaran perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar III.1

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun 2010 – 2014 14,28 13,2 7,7 10,2 12 6,77 7,21 5,09 5,5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 2010 2011 2012 2013 2014 AKB Bangli AKB Bali

BAB III

(20)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

13 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bangli periode 2010-2014 cenderung berfluktuasi dari 14,28 per 1000 KH pada Tahun 2010, 13,2 per 1000 KH pada Tahun 2011, 7,7 per 1000 KH Tahun 2012, 10,2 per 1000 KH Tahun 2013 dan 12 per 1000 KH Tahun 2014. Angka Kematian Bayi Tahun 2013 dan Tahun 2014 mengalami peningkatan dari Tahun 2012 yg hanya 7,7 per 1000 KH.

Tabel III. 1

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH Per Kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2014

No Kecamatan Jml Lahir Hidup Jml Bayi Mati AKB per 1000 KH

1. 2. 3. 4. Bangli Tembuku Susut Kintamani 679 551 645 1.631 9 5 14 24 13,08 8,99 21,24 14,5 Tahun 2014 3.506 52 14,6 Tahun 2013 3.731 34 10,2

Sumber: Seksi Kesga Dikes Kab. Bangli Tahun 2014

AKB tertinggi terjadi di Kecamatan Susut sebesar 21,24 per 1000 KH dan terendah di Kecamatan Tembuku 8,99 per 1000 KH. Kesehatan ibu waktu hamil sangat berperanan terhadap besarnya angka kematian bayi. Gangguan perinatal adalah salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil sedangkan gangguan pernafasan kemungkinan besar disebabkan reflek yang kurang baik dan berhubungan dengan perkembangan fungsi dan organ janin yang kurang sempurna, hal-hal tersebut juga berhubungan dengan kesehatan ibu selama hamil serta asfiksia pada penanganan proses persalinan.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita (umur 0-5 tahun) menggambarkan tingkat permasalahan anak balita pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) atau posyandu. Dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Gambaran perkembangan angka kematian balita di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar III.2

Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun 2010 – 2014 14,58 14 9,41 11,3 13 7,45 6,76 5,44 5,97 0 5 10 15 20 2010 2011 2012 2013 2014 AKABA Bangli AKABA Bali

(21)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

14 Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Bangli periode 2010-2014 cenderung berfluktuasi dari 14,58 per 1000 KH pada Tahun 2010, 14 per 1000 KH pada Tahun 2011, 9,41 per 1000 KH Tahun 2012, 11,3 per 1000 KH Tahun 2013 dan 13 per 1000 KH Tahun 2014. Angka Kematian Balita Tahun 2013 dan Tahun 2014 mengalami peningkatan dari Tahun 2012 yg hanya 9,41 per 1000 KH.

Tabel III. 2

Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH Per Kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Lahir Hidup Balita Mati Jumlah AKABA per 1000 KH

1 2 3 4 Bangli Tembuku Susut Kintamani 679 551 645 1.631 3 7 8 26 4,36 12,59 12,14 15,71 Tahun 2014 3.506 44 13 Tahun 2013 3.731 42 11,3

Sumber: Seksi Kesga Dikes Kab. Bangli Tahun 2014

Dari laporan LB 3 KIA Kabupaten Bangli AKABA tertinggi di Kecamatan Kintamani yaitu 15,71 per 1000 KH dan terendah di Kecamatan Bangli sebesar 4,36 per 1000 KH.

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Gambaran perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar III. 3

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per 100.000 KH di Kabupaten Bangli Tahun 2010 s/d 2014

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bangli periode 2010-2014 cenderung berfluktuasi dari 76,49 per 100.000 KH pada Tahun 2010 meningkat menjadi 134,6 per 100.000 KH pada Tahun 2011, menurun menjadi 110,7 per 100.000 KH Tahun 2012, kembali meningkat

76,49 134,6 110,7 160,8 57 57,56 84,2 89,67 73,1 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2010 2011 2012 2013 2014 AKI Bangli AKI Bali

(22)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

15 menjadi 160,8 per 100.000 KH Tahun 2013 dan Tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi 57 per 100.000 KH.

Tabel III.3

Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH Per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Lahir Hidup Jml Kematian Ibu Maternal 100.000 KH AKI per

1 2 3 4 Bangli Tembuku Susut Kintamani 679 551 645 1.631 1 1 0 0 147,28 181,49 0 0 Tahun 2014 3.506 2 57 Tahun 2013 3.731 6 160,8

Sumber: Seksi Kesga Dikes Bangli Tahun 2014

AKI tertinggi terjadi di Kecamatan Tembuku (181,49 per 100.000 kelahiran hidup) sedangkan yang terendah terjadi di Kecamatan Susut dan Kintamani tidak ada kematian ibu tahun 2014.

4. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir

Umur harapan hidup bermanfaat untuk mengetahui berapa lama orang dapat hidup sejak dari usia baru lahir. Hal ini dianggap sebagai indikator umum bagi taraf hidup. Angka tersebut diperoleh secara langsung melalui sensus penduduk yang dilakukan sekali setiap 10 tahun dan survey nasional lainnya. Untuk Kabupaten Bangli umur harapan hidup (UHH) Tahun 2013 menunjukan 72,18 tahun, meningkat dibandingkan tahun 2012 UHH Kabupaten Bangli

menunjukkan 71,81 tahun. Sedangkan secara konseptual indeks Pembangunan Manusia (IPM)

adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indeks standar hidup layak, sehingga IPM tahun 2013 Kabupaten Bangli relatif baik yaitu 72,28. (Bangli Dalam Angka 2013)

B. MORBIDITAS ATAU ANGKA KESAKITAN

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi hasil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG’s. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Disamping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan

(23)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

16 TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Succes Rate dapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. SR tahun 2014 hanya mencapai 68,09% menurun dari tahun 2013 yang mencapai 104,08%.

Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Bangli tahun 2014 mencapai 23,40 % (11 orang) dari 47 orang yang mendapat pengobatan, menurun dibandingkan tahun 2013 angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) yaitu 32,65% (16 orang) dari 49 orang yang mendapat pengobatan dari tahun 2010.

2. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Persentase Balita dengan Pneumonia yang ditangani di kabupaten Bangli tahun 2014 mencapai 39,2 % dari 227 perkiraan balita pneumonia. Berbeda dengan pencapaian Penanganan Balita tahun 2013 hanya 9,7% dari 1.868 perkiraan balita pneumonia.

3. Persentase HIV/AIDS Ditangani

HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.

Kumulatif penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bangli tahun 2014 sebanyak 37 penderita dan semuanya sudah mendapat penanganan. Meningkat dibanding tahun 2013 kumulatif penderita HIV/AIDS sebanyak 12 orang dan semuanya sudah mendapat penanganan.

4. Persentase Diare Ditangani

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam

Persentase diare ditangani tahun 2014 di Kabupaten Bangli mencapai 76,4% (3.619 penderita), meningkat dibandingkan tahun 2013 diketahui kasus diare pada balita ditangani hanya mencapai 59,3% (3.409 penderita).

(24)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

17

5. Persentase Penderita Kusta selesai Berobat

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata

Ditemukan penderita Kusta pada tahun 2014 sebanyak 2 kasus (RFT 100%), di wilayah Puskesmas Bangli (1 kasus) dan Puskesmas Susut II (1 kasus), angka tersebut tetap sama dengan tahun 2013 ditemukan 2 penderita kusta yang tersebar di wilayah Puskesmas Bangli 1 kasus dan Puskesmas Tembuku I 1 kasus.

6. Angka ”Acute Flaccid Paralysis”(AFP) Pada Anak usia <15 Tahun per-100.000 Anak

Kasus Lumpuh layu (AFP) yang ditemukan di Kabupaten Bangli pada tahun 2014 ditemukan 1 kasus (1,78 per 100.000 anak usia <15 tahun), yaitu terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani III (1 kasus), sedangkan pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 3 kasus (5,31 per 100.000 anak usia < 15 tahun).

7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.

Pada tahun 2014 tidak ada kasus TN yang dilaporkan, demikian juga dengan kasus tetanus (non Neonatorum). Kasus TN antara tahun 2014 dan 2013 tidak terjadi peningkatan kasus karena sama-sama tidak ada kasusnya. Situasi seperti ini harus tetap dipantau agar tidak terjadi kelengahan sehingga sedapat mungkin menghindari terjadinya KLB pada tahun-tahun mendatang.

b. Difteri

Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.

Pada tahun 2014 tidak ada kasus Difteri yang dilaporkan. Kasus Difteri antara tahun 2014 dan 2013 tidak terjadi peningkatan kasus karena sama-sama tidak ada kasusnya. Situasi seperti ini harus tetap dipantau agar tidak terjadi kelengahan sehingga sedapat mungkin menghindari terjadinya KLB pada tahun-tahun mendatang.

c. Campak

Campak disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.

(25)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

18 Tahun 2014 ditemukan 13 kasus yang dilaporkan, 13 kasus di wilayah Puskesmas Kintamani V, sedangkan tahun 2013 tidakada kasus campak yang dilaporkan.

8. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.

Tahun 2014 angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bangli yang mencapai 47,9 per 100.000 penduduk.

9. Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah wilayah terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :

- Endemis Tinggi bila API > 5 per 1000 penduduk

- Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1000 penduduk - Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1000 penduduk

- Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0.

Di Kabupaten Bangli pada tahun 2014 tidak ditemukan kasus malaria positif (angka kesakitan 0) sama dengan Tahun 2013 tidak ditemukan kasus malaria positif.

10. Kasus Penyakit Filaria Ditangani.

Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika

seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Gejala

yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan

kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki

gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.

Tidak ada kasus filariasis yang ditemukan pada tahun 2014, begitu juga pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus filariasis.

(26)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

19 Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan dalam rangka melaksanakan paradigma sehat sesuai dengan kebijakan pembangunan kesehatan sekarang ini. Paradigma Sehat lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah dalam rangka mewujudkan strategi utama Departemen Kesehatan yaitu meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah:

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat kepada masyarakat oleh fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ada. Pelayanan Kesehatan Dasar yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah:

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan semua fasilitas kesehatan dari posyandu, puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, Imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan sedini mungkin terhadap segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hasil pelayanan dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan duakali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.

BAB IV

(27)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

20

Gambar IV.1

Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Tahun 2010-2014

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa ada kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4 pada lima tahun terakhir yang hampir mencapai angka 10%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dengan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan sampai pada kunjungan ke dua trisemester ketiga kehamilannya dengan kata lain seluruh ibu hamil telah mendapatkan pelayanan kehamilannya

sesuai dengan standar. Hal ini dapat meminimalisir kematian ibu melahirkan.

Cakupan pelayanan K1 ibu Hamil menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.2

Persentase Cakupan Pelayanan K1 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

0 20 40 60 80 100 2010 2011 2012 2013 2014 99,51 96,1 94,6 91,5 92,8 89,74 86,9 85,5 83,3 82,9 K1 K4 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 91,8 106,1 87,7 88,8 91,5 90,3 92,4 102,6 84,6 71,5 97,8 99,2 92,8 Cakupan K1

(28)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

21 Persentase cakupan K1 tertinggi tahun 2014 adalah Puskesmas Bangli Utara yaitu sebesar 106,06 % sedangkan cakupan K1 Terendah adalah Puskesmas Kintamani IV yaitu 71,54%.

Cakupan pelayanan K4 ibu Hamil menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.3

Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Pada Tahun 2014, Puskesmas dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah Tembuku II, sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Kintamani IV.

Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan terutama yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.4

Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 84,79 92,42 75,47 86,69 85,31 87,98 79,33 94,25 72,50 65,04 81,94 78,48 82,92 Cakupan K4

(29)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

22 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Bangli cenderung berfluktuasi dari tahun 2010 mencapai 99,49% menurun secara berturut-turut di tahun 2011 dan 2012 menjadi 94,8%, dan 92,1%, tahun 2013 meningkat menjadi 94,9% dan terakhir di tahun 2014 mengalami penurunan lagi menjadi 92,1%.

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut puskesmas tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.5

Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Pada Tahun 2014, hanya tiga puskesmas dengan persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di atas 95% yaitu Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas Susut I dan Puskesmas Kintamani II.

b. Kunjungan Ibu Nifas

Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas (KF2) dilakukan pada minggu ke 2 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke 3 (KF3) dilakukan pada minggu ke 6 setelah persalinan.

88 90 92 94 96 98 100 2010 2011 2012 2013 2014 99,49 94,8 92,1 94,9

92,1 Cakupan Persalinan Nakes

0 50 100 150 Bangli Tembuku I Susut I Kintamani I Kintamani III Kintamani V 90.56 99.47 84.16 91.93 89.76 98.77 87.18 104.82 93.89 79.57 91.55 89.38 92.07

(30)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

23 Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi. Cakupan pelayanan nifas dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.6

Persentase Cakupan Pelayanan Nifas Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Pencapaian pelayanan nifas Kabupaten untuk tahun 2011-2014 mengalami penurunan dari tahun 2010 yang mencapai 99,8%.

Adapun persentase cakupan pelayanan nifas di masing-masing puskesmas di Kabupaten Bangli :

Gambar IV.7

Cakupan Kunjungan Nifas (KF3)

Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

84 86 88 90 92 94 96 98 100 2010 2011 2012 2013 2014 99,8 90,8 90,4 92,4 91,9 Pelayanan Nifas 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 92,6 101,9 83,5 93,5 86,3 97,5 89,0 101,5 93,4 77,0 93,0 87,2 91,9 Pelayanan Nifas

(31)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

24

Puskesmas dengan persentase cakupan pelayanan nifas terendah adalah puskesmas

Kintamani IV yaitu sebesar 77 %.

c. Kunjungan Neonatus

Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam – 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3-7 hari, dan hari ke 8 – 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

Cakupan kunjungan neonatal (KN3) dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.8

Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN3) Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Persentase cakupan kunjungan neonatal (KN3) oleh tenaga kesehatan untuk tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013. Cakupan kunjungan neonatal (KN3) oleh tenaga kesehatan menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut:

90 92 94 96 98 100 102 104 2010 2011 2012 2013 2014 102,2 102,66 94,3 98,2 100,3

Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN3) diKabupaten Bangli Tahun 2010-2014

(32)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

25

Gambar IV.9

Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Puskesmas dengan persentase kunjungan neonatus lengkap (KN3) terendah adalah Puskesmas Kintamani IV yaitu hanya sebesar 80,36 %.

d. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.

Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg, oedeme nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur.

Gambar berikut memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas tahun 2014, ada lima puskesmas yang cakupannya melampaui target SPM 2015 (80%), yaitu Puskesmas Bangli Utara, Puskesmas Tembuku I, Puskesmas Kintamani II, Puskesmas Kintamani III dan Puskesmas Kintamani VI, sedangkan tujuh puskesmas lainnya belum mencapai target SPM 2015 dan yang paling rendah terjadi di Puskesmas Kintamani V yaitu hanya sebesar 12,5 %. Secara Kabupaten tahun 2014 angka capaiannya sebesar 75,43%

0,00 50,00 100,00 150,00 Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 98,14 106,39 87,15 97,72 141,24 101,29 87,04 107,59 95,87 80,36 94,80 94,42 100,33

Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli

(33)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

26 meningkat jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013 yaitu sebesar 69,9 % namun belum mencapai target SPM. Yang perlu mendapatkan perhatian bersama terutama pemegang program, untuk puskesmas yang capaiannya masih dibawah target, agar diberikan perhatian khusus agar penanganan komplikasi kebidanan terus meningkat, sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar IV.10

Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Persentase cakupan penanganan komplikasi kebidanan ddalam lima tahun terakhir berturut-turut mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang baru mencapai 65,6%, meningkat menjadi 66,8% pada tahun 2011, meningkat menjadi 67,1 % pada tahun 2012, meningkat menjadi 69,9 % pada tahun 2013 dan data terakhir pada tahun 2014 meningkat menjadi 75,4%.

Adapun cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani menurut puskesmas di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut :

60 62 64 66 68 70 72 74 76 2010 2011 2012 2013 2014 65,6 66,8 67,1 69,9 75,4

(34)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

27

Gambar IV.11

Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Persentase Cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang terendah adalah Puskesmas Kintamani V yang hanya mencapai 12,5%.

e. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatus risti/komplikasi meliputi asfksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Cakupan Penanganan komplikasi neontal dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut :

0,0 50,0 100,0 150,0 Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 53,5 111,1 88,1 50,3 56,7 58,7 75,6 130,7 135,4 14,2 12,5 139,2 75,4 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli

(35)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

28

Gambar IV.12

Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Secara berturut-turut tahun 2013 dan 2014 persentase penanganan komplikasi neonatal mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang hanya mencapai 45%.

Berikut ini adalah persentase pencapaian penanganan komplikasi neonatal menurut puskesmas se-Kabupaten Bangli :

Gambar IV.13

Persentase Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

0 20 40 60 80 100 2010 2011 2012 2013 2014 100 54,2 45 61,6 73,5

Komplikasi Neonatal yang Ditangani

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 66,67 135,19 127,27 28,26 111,54 13,04 96,83 35,42 181,25 17,65 6,12 62,50 73,54

Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas Tahun 2014

(36)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

29 Pada tahun 2014 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dilaporkan sebesar 73,5 % meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 61,6 %, dengan kisaran cakupan terendah sebesar 6,1% di Puskesmas Kintamani V dan tertinggi sebesar 181,3 % di wilayah Puskesmas Kintamani III.

f. Kunjungan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar (BCG, DPT / HB3, Polio 1-4 dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan kunjungan bayi dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Gambar IV.14

Persentase Cakupan Kunjungan Bayi Di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014

Pada tahun 2013 dan 2014 persentase cakupan kunjungan bayi meningkat mencapai lebih dari 100 % dibandingkan tahun 2011 dan 2012 yang berturut-turut pencapaiannya masih di bawah 100% yaitu 91,6% dan 92,6%.

80 85 90 95 100 105 110 2010 2011 2012 2013 2014 107,4 91,6 92,6 101,8 100,5 Kunjungan Bayi

(37)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

30

Gambar IV.15

Persentase Cakupan Kunjungan Bayi

Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Bangli tahun 2014 mencapai 100,5 % sedangkan tahun 2013 yang mencapai 101,8%. Pencapaian tertinggi adalah di Puskesmas Kintamani IV yang mencapai 116,5% sedangkan terendah di Puskesmas Kintamani I yang baru mencakup 82,4%.

g. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A 2 kali setahun (bulan Februari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan Praktek Swasta serta sarana / fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK oleh petugas kesehatan. Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita dalam empat tahun terakhir adalah :

Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 107,9 106,9 103,8 98,0 96,9 102,6 82,4 105,7 94,5 116,5 104,0 91,6 100,5

Cakupan Kunjungan Bayi

(38)

Profil Kesehatan Kabupaten Bangli 2014

31

Gambar IV.16

Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita Di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2014

Pada tahun 2014 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (12-59 bulan) sebesar 86,8% meningkat dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar 54,8%, sementara yang harus dicapai berdasarkan target renstra kemenkes 2014 adalah 85%. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar IV.17

Persentase Cakupan Anak Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8 Kali) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2014

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2011 2012 2013 2014 82,2 82 54,8 86,8

Persentase Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita (min 8 kali)

Bangli Bangli Utara Tembuku I Tembuku II Susut I Susut II Kintamani I Kintamani II Kintamani III Kintamani IV Kintamani V Kintamnai VI Kabupaten/ Kota 93,24 91,65 93,14 72,04 87,53 86,70 48,19 61,30 58,77 109,29 150,09 80,81 86,84

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.4
Gambar II.1
Gambar II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan korelasi jenis kelamin (p=766), usia (p=0.030), spiritualitas (p=0.000) dan tipe kepribadian (p=0.015) dengan psychological well-being remaja di

disampaikan informasi apa saja yang diperlukan sebagai pengetahuan yang harus dimiliki untuk melakukan praktik/keterampilan terhadap unit kompetensi tersebut. Setelah

Konsonan dalam bahasa Prancis dapat diidentifikasi melalui cara artikulasi, baik letupan (dengan penutupan rongga mulut yang menghasilkan letupan serta pembukaan

ini yang berjudul “ Kegiatan Media Relations Humas Polda Metro Jaya Dalam. Upaya Meningkatkan Publisitas Di

Menggunakan utilitas client mysql dalam mode batch menyediakan pada Anda jalan untuk mengeksekusi pernyataan-pernyataan dalam file dari shell command prompt, tanpa harus

Tujuan dari penelitian adalah untuk meneliti tingkat degradasi pakan ampas dan serai wangi segar di dalam rumen kerbau secara in sacco yang mungkin dapat

(6) Usulan pejabat yang akan menghadiri pertemuan/konferensi/ workshop atau pertemuan internasional lainnya dari unit kerja terkait harus disampaikan kepada Kepala