• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN ...

TENTANG

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA MENDUKUNG KEMUDAHAN BERUSAHA DAN LAYANAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 114 angka 4 Pasal 156A ayat (5) dan angka 8 Pasal 159A serta Pasal 176 angka 6 Pasal 292A ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha dan

Layanan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

(2)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA MENDUKUNG

KEMUDAHAN BERUSAHA DAN LAYANAN DAERAH BAB I

KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,

adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

3. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau

bupati bagi daerah kabupaten atau wali kota bagi daerah kota.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya

disingkat DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Peraturan Daerah, yang selanjutnya disebut Perda, adalah

peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD provinsi dan/atau Daerah kabupaten/kota dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

(3)

6. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Gubernur dan/atau Peraturan Bupati/Wali kota.

7. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah

kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,

adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerahuntuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

9. Dana Alokasi Umum, yang selanjutnya disingkat DAU,

adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

10. Dana Bagi Hasil, yang selanjutnya disingkat DBH, adalah

dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

11. Kebijakan Fiskal Nasional adalah kebijakan yang berkaitan

dengan penerimaan dan/atau pengeluaran yang

mempengaruhi perekonomian dan untuk menjaga stabilitas ekonomi.

(4)

BAB II

PENYESUAIAN TARIF PAJAK DAN RETRIBUSI

(1) Pemerintah sesuai dengan program prioritas nasional

dapat melakukan penyesuaian tarif Pajak dan/atau Retribusi yang telah ditetapkan dalam Perda.

(2) Program prioritas nasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa proyek strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

(3) Penyesuaian tarif Pajak dan/atau Retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk pengurangan atau pembebasan tarif yang telah ditetapkan dalam Perda.

(4) Penyesuaian tarif Pajak dan/atau Retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

(5) Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

mengatur paling kurang:

a. proyek strategis nasional yang mendapat fasilitas

penyesuaian tarif;

b. jenis Pajak dan/atau Retribusi yang akan disesuaikan;

c. besaran penyesuaian tarif;

d. mulai berlakunya penyesuaian tarif; dan

e. jangka waktu penyesuaian tarif.

(6) Penyesuaian tarif yang telah di tetapkan dalam Peraturan

Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pemerintah Daerah dapat tidak melakukan penyesuaian Perda Pajak dan Retribusi Daerah yang telah ditetapkan.

(5)

(7) Dalam hal jangka waktu penyesuaian tarif pajak dan/atau retribusi yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf e berakhir, tarif yang ditetapkan dalam Perda Pajak dan Retribusi dapat diberlakukan kembali

(1) Menteri/kepala lembaga selaku penanggung jawab proyek

strategis nasional mengajukan usulan penyesuaian tarif Pajak dan/atau Retribusi kepada Menteri Keuangan.

(2) Pengajuan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dengan melampirkan paling kurang:

a. proyeksi beban biaya Pajak dan Retribusi yang harus

ditanggung proyek strategis nasional;

b. daftar jenis Pajak dan/atau Retribusi yang akan

dilakukan penyesuaian tarif;

c. usulan besaran penyesuaian tarif; dan

d. studi kelayakan proyek.

(1) Menteri Keuangan melakukan reviu atas usulan

penyesuaian tarif Pajak dan/atau Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan mempertimbangkan:

a. penerimaan Pajak dan/atau Retribusi 5 (lima) tahun

terakhir daerah yang bersangkutan;

b. dampak terhadap fiskal nasional dan daerah;

c. urgensi penetapan tarif;

d. kapasitas fiskal daerah; dan

(6)

(2) Dalam melakukan reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri Keuangan dapat melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga teknis terkait.

(3) Hasil reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. rekomendasi penyesuaian tarif Pajak dan/atau

Retribusi dalam bentuk pengurangan atau

pembebasan tarif; atau

b. penolakan usulan penyesuaian tarif Pajak dan/atau

Retribusi.

(4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf

a, paling kurang memuat:

a. proyek strategis nasional yang mendapat fasilitas

penyesuaian tarif;

b. jenis Pajak dan/atau Retribusi yang akan disesuaikan;

c. besaran penyesuaian tarif;

d. mulai berlakunya penyesuaian tarif; dan

e. jangka waktu penyesuaian tarif.

(1) Menteri Keuangan menyampaikan rekomendasi atau

penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) kepada kementerian/lembaga yang mengajukan usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), kementerian/lembaga melakukan proses pengusulan penetapan Peraturan Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(7)

dan/atau Retribusi yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4).

(1) Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pemungutan

Pajak dan/atau Retribusi wajib mengikuti besaran tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4).

(2) Kementerian Dalam Negeri, kementerian/lembaga teknis

lainnya dan/atau gubernur melakukan pemantauan atas pelaksanaan pemungutan Pajak dan/atau Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Menteri Keuangan. BAB III

PENGAWASAN PAJAK DAN RETRIBUSI

(1) Pengawasan Pajak dan Retribusi dilakukan melalui:

a. pelaksanaan evaluasi rancangan Perda Pajak dan

Retribusi; dan

b. pelaksanaan pengawasan perda Pajak dan Retribusi

serta peraturan pelaksanaannya.

(2) Pelaksanaan evaluasi rancangan Perda sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan atas :

a. rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi; dan

b. rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota.

(3) Pelaksanaan Pengawasan perda sebagaimana dimaksud

(8)

a. pengujian kesesuaian perda Pajak dan Retribusi; dan

b. pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan perda

Pajak dan Retribusi serta peraturan pelaksanaannya. Bagian Kesatu

Evaluasi Rancangan Perda Pajak dan Retribusi Provinsi

(1) Evaluasi rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.

(2) Rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi yang telah

disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi sebelum ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal persetujuan.

(3) Penyampaian Rancangan Perda Pajak dan Retribusi

provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui surat permohonan evaluasi dengan melampirkan paling kurang:

a. naskah akademik dan penjelasan tambahan;

b. berita acara/naskah persetujuan DPRD; dan

c. Perda lama, baik Perda induk maupun Perda

perubahan, dalam hal pengajuan rancangan Perda perubahan kedua dan seterusnya.

(4) Penjelasan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a paling kurang memuat:

a. dasar pertimbangan penetapan tarif Pajak dan

(9)

b. proyeksi penerimaan Pajak dan Retribusi berdasarkan potensi; dan

c. dampak terhadap kemudahan berusaha.

(1) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan melakukan

evaluasi terhadap rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi.

(2) Evaluasi terhadap rancangan Perda oleh Menteri Dalam

Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menguji kesesuaian antara rancangan Perda dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum.

(3) Evaluasi terhadap rancangan Perda oleh Menteri Keuangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menguji kesesuaian antara rancangan Perda dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan Kebijakan Fiskal Nasional.

(4) Menteri Keuangan menyampaikan hasil evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri Dalam Negeri.

(5) Menteri Dalam Negeri melakukan sinkronisasi antara hasil

evaluasi rancangan Perda yang disampaikan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan hasil evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(6) Menteri Dalam Negeri menyampaikan hasil evaluasi yang

(10)

(5) kepada gubernur, paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal hasil evaluasi Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima, dengan tembusan kepada Menteri Keuangan.

(7) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disertai

rekomendasi:

a. rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi dapat

dilanjutkan proses penetapan, dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi telah sesuai dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi dan kebijakan fiskal nasional; atau

b. rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi harus

disesuaikan dengan hasil evaluasi, dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi tidak sesuai atau bertentangan dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau kebijakan fiskal nasional.

(1) Dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) telah sesuai dengan hasil evaluasi yang telah disinkronisasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6), penetapan rancangan Perda menjadi Perda dapat diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) perlu dilakukan penyesuaian, gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan rancangan Perda Pajak dan

(11)

Retribusi paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6).

(3) Rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi yang telah

disesuaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kembali oleh gubernur kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.

(4) Dalam hal gubernur menetapkan rancangan Perda Pajak

dan Retribusi provinsi menjadi Perda tidak melalui proses evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) atau menyampaikan rancangan Perda Pajak dan Retribusi provinsi melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), Menteri Keuangan dapat mengenakan sanksi.

Bagian Kedua

Evaluasi Rancangan Perda Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota

(1) Evaluasi rancangan Perda Pajak dan Retribusi

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b dilakukan oleh gubernur, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan.

(2) Rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota

yang telah disetujui bersama oleh bupati/wali kota dan DPRD kabupaten/kota sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal persetujuan.

(12)

(3) Penyampaian rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui surat permohonan evaluasi dengan melampirkan paling kurang:

a. naskah akademik dan penjelasan tambahan;

b. berita acara/naskah persetujuan DPRD; dan

c. Perda lama, baik Perda induk maupun Perda

perubahan, dalam hal pengajuan rancangan Perda perubahan kedua dan seterusnya.

(4) Penjelasan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a paling kurang memuat:

a. dasar pertimbangan penetapan tarif Pajak dan

Retribusi;

b. proyeksi penerimaan Pajak dan Retribusi berdasarkan

potensi; dan

c. dampak terhadap kemudahan berusaha.

(1) Gubernur, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan

melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota.

(2) Evaluasi terhadap rancangan Perda oleh gubernur dan

Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menguji kesesuaian antara rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum.

(13)

(3) Evaluasi terhadap rancangan Perda oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menguji kesesuaian antara rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi dan Kebijakan Fiskal Nasional.

(4) Menteri Keuangan menyampaikan hasil pelaksanaan

evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri Dalam Negeri.

(5) Menteri Dalam Negeri melakukan sinkronisasi antara hasil

evaluasi rancangan Perda Pajak dan Retribusi

kabupaten/kota yang disampaikan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan hasil evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(6) Menteri Dalam Negeri menyampaikan hasil evaluasi yang

telah disinkronisasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada gubernur paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya hasil pelaksanaan evaluasi Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dengan tembusan kepada Menteri Keuangan.

(7) Gubernur melakukan sinkronisasi antara hasil evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dengan hasil evaluasi oleh gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(8) Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang telah

disinkronisasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada bupati/wali kota paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.

(14)

(9) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) disertai rekomendasi:

a. rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota

dapat dilanjutkan proses penetapan, dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota telah sesuai dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan Kebijakan Fiskal Nasional; atau

b. rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota

harus disesuaikan dengan hasil evaluasi, dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota tidak sesuai atau bertentangan dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau Kebijakan Fiskal Nasional.

(10) Dalam hal hasil evaluasi rancangan Perda Pajak dan

Retribusi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak mengikuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Menteri Dalam Negeri dan/atau Menteri Keuangan dapat memberikan teguran.

(1) Dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) telah sesuai dengan hasil evaluasi yang telah disinkronisasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (8), penetapan rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota menjadi Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota dapat diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(15)

(2) Dalam hal rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) masih perlu dilakukan penyesuaian, bupati/wali

kota bersama DPRD kabupaten/kota melakukan

penyesuaian rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya hasil evaluasi yang telah disinkronisasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (8).

(3) Rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota

yang telah disesuaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kembali oleh bupati/wali kota kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.

(4) Dalam hal bupati/wali kota menetapkan rancangan Perda

Pajak dan Retribusi kabupaten/kota menjadi Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota tidak melalui proses evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) atau menyampaikan rancangan Perda Pajak dan Retribusi kabupaten/kota melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), Menteri Keuangan dapat mengenakan sanksi.

Gubernur/bupati/wali kota wajib menyampaikan Perda Pajak dan Retribusi yang telah ditetapkan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditetapkan.

Bagian Ketiga Pengawasan Perda

(16)

Pelaksanaan pengawasan Perda Pajak dan Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan.

(1) Pengujian kesesuaian Perda Pajak dan Retribusi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dilakukan atas Perda Pajak dan Retribusi yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(2) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan menguji

kesesuaian Perda Pajak dan Retribusi dengan hasil evaluasi rancangan Perda Pajak dan Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6), Pasal 12 ayat (6) dan Pasal 12 ayat (8).

(3) Dalam hal berdasarkan hasil pengujian terdapat

ketidaksesuaian Perda Pajak dan Retribusi dengan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri Keuangan menyampaikan rekomendasi perubahan atas Perda Pajak dan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri Dalam Negeri paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Perda Pajak dan Retribusi.

(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (3) huruf b dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan berdasarkan:

(17)

b. pemberitaan media;

c. kunjungan lapangan;

d. analisis perkembangan realisasi Pajak dan Retribusi;

dan/atau

e. informasi lainnya.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan menguji kesesuaian pengaturan dan/atau pelaksanaan Perda Pajak dan Retribusi serta peraturan pelaksanaannya dengan kepentingan umum, perundang-undangan yang lebih tinggi, dan kebijakan fiskal nasional.

(3) Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Keuangan dapat berkoordinasi dengan

kementerian/lembaga teknis terkait.

(4) Dalam hal berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat pelanggaran

dan/atau ketidaksesuaian, Menteri Keuangan

merekomendasikan perubahan atas Perda Pajak dan Retribusi serta peraturan pelaksanaannya kepada Menteri Dalam Negeri.

(1) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (4), Menteri Dalam Negeri menyampaikan surat pemberitahuan kepada gubernur/bupati/wali kota paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya rekomendasi.

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(18)

a. pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian Perda Pajak dan Retribusi dan/atau peraturan pelaksanaannya;

b. rekomendasi perubahan Perda Pajak dan Retribusi

dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan

c. rekomendasi penghentian pemungutan Pajak dan/atau

Retribusi.

(3) Berdasarkan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), gubernur/bupati/wali kota wajib melakukan perubahan Perda Pajak dan Retribusi dan/atau peraturan pelaksanaannya serta menghentikan pemungutan Pajak dan/atau Retribusi dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak surat pemberitahuan diterima.

(4) Dalam hal gubernur/bupati/wali kota tidak menetapkan

perubahan Perda Pajak dan Retribusi dan/atau tidak

menghentikan pemungutan Pajak dan Retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri Dalam Negeri menyampaikan rekomendasi pemberian sanksi kepada Menteri Keuangan.

(5) Perubahan Perda Pajak dan Retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal perubahan Perda Pajak dan Retribusi ditetapkan.

BAB IV

PELAKSANAAN KEMUDAHAN BERUSAHA DAN DUKUNGAN UNTUK LAYANAN DAERAH

(19)

(1) Dalam rangka pelaksanaan kemudahan berusaha,

Pemerintah melakukan penyederhanaan perizinan

berusaha berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(2) Dalam hal penyederhanaan perizinan berusaha

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyebabkan berkurangnya pendapatan asli daerah, Pemerintah dapat memberikan dukungan insentif anggaran bagi Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Dukungan insentif anggaran bagi Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa Transfer ke Daerah.

(4) Pengalokasian anggaran dukungan insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) mengikuti mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bab IVA

BATASAN PENETAPAN TARIF

Pasal 19A

Besaran penetapan tarif ditetapkan dengan rincian sebagai berikut:

1. Pajak Hiburan:

a. Hiburan Umum, paling besar 5% (lima persen) dari uang

yang diterima oleh penyelenggara

b. Diskotik, Panti Pijat, pagelaran busana, kontes kecantikan,

diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa paling besar 75% (tujuh puluh lima persen) dari uang yang diterima oleh

penyelenggara

c. Kesenian rakyat/tradisional paling besar 1% (satu persen)

(20)

yang diterima oleh penyelenggara

2. Pajak Parkir paling besar 5% (lima persen) dari uang yang

diterima oleh penyelenggara

3. Pajak Reklame paling besar 5% (lima persen) dari uang yang

diterima oleh orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame

4. Pajak Mineral Bukan Logam & Batuan (10%) paling besar 10%

(sepuluh persen) dari uang yang diterima oleh orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan

5. Pajak Air Tanah paling besar 2% (dua persen) dari uang yang

diterima oleh orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah

6. Pajak Air Permukaan paling besar 2% (dua persen) dari uang

yang diterima oleh orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan

7. Pajak Hotel paling besar 5% (lima persen) dari uang yang

diterima oleh orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

8. Pajak Restoran paling besar 5% (lima persen) dari uang yang

diterima oleh orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.

9. Pajak Penerangan Jalan

a. PPJ dari PLN paling besar 2%

b. PPJ dari Industri paling besar 1,5%

c. PPJ dipakai sendiri paling besar 0,75%

10. BPHTB paling besar 1%;

a. PTKP sesuai Harga Rumah MBR subsidi yang berlaku

(bebas PPN)

b. PTKP waris maksimal 500 JT

11. PBB paling besar 0,15% dengan evaluasi berkala selama 5

tahun

(21)

a. Keringanan paling sedikit 50%;

b. Khusus untuk Retribusi PBG diberikan keringanan paling

sedikit 70%;

c. Tarif berlaku otomatis paling lama 3 (tiga) bulan setelah

diundangkan, baik ada PERDA maupun tidak ada PERDA

13. Keringanan Pajak dan Retribusi atas PMDN minimal investasi

200 Milyar dan/atau 500 Tenaga Kerja, PMA minimal investasi 500 Milyar dan/atau 1.000 Tenaga Kerja diberikan keringanan 40 % selama 5 Tahun

14. Keringanan Pajak dan Retribusi Daerah atas PMDN minimal

investasi 500 Milyar dan/atau 1.000 Tenaga Kerja, PMA minimal investasi 1 Triliun dan/atau 2.000 Tenaga Kerja diberikan keringanan 60 % selama 5 Tahun

Bab IVB

KETENTUAN PEMBAYARAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH Pasal 19B

(1) Pembayaran Pajak & Retribusi dilakukan sesuai self

assesment

(2) Wajib pajak secara online dapat melihat akun dan

membayar terlebih dahulu

(3) Dalam hal wajib pajak kekurangan dalam membayar,

maka ada konfirmasi jumlah kurang bayar

BAB V SANKSI

(1) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal 8 ayat (2), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 11 ayat (2), dikenakan

(22)

sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah DAU yang diberikan setiap bulannya pada tahun anggaran berjalan dan/atau dari jumlah DBH Pajak Penghasilan yang

(23)

diberikan pada setiap periode pada tahun anggaran berjalan.

(2) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 9 ayat (6), Pasal 12 ayat (8), Pasal 14, Pasal 18 ayat (4), dan/atau Pasal 18 ayat (5), dikenakan sanksi penundaan atau pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan sebesar 15% (lima belas lima persen) dari jumlah DAU yang diberikan setiap bulannya pada tahun anggaran berjalan dan/atau dari jumlah DBH Pajak Penghasilan yang diberikan pada setiap periode pada tahun anggaran berjalan.

(3) Dalam hal Daerah mengalami bencana alam, kerusuhan,

kejadian luar biasa, wabah penyakit menular dan/atau kondisi lainnya yang berdampak negatif terhadap fiskal daerah, Menteri Keuangan dapat memberikan relaksasi pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Dalam memberikan relaksasi pengenaan sanksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri Keuangan dapat berkoordinasi dengan kementeriaan/lembaga terkait.

(5) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dituangkan dalam berita acara yang paling kurang memuat:

a. daerah yang diberikan relaksasi pengenaan sanksi;

b. bentuk relaksasi pengenaan sanksi; dan

(24)

(6) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat digunakan sebagai dasar bagi Menteri Keuangan dalam memberikan relaksasi pengenaan sanksi.

(1) Menteri Keuangan menyampaikan surat teguran kepada

gubernur/bupati/wali kota yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan/atau ayat (2).

(2) Gubernur/bupati/wali kota wajib menindaklanjuti surat

teguran paling lama 15 (lima belas) hari sejak tanggal diterimanya surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal gubernur/bupati/wali kota tidak

menindaklanjuti surat teguran sebagimana dimaksud pada ayat (2), Menteri Keuangan mengenakan sanksi bagi Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

(1) Dalam hal Pemerintah Daerah yang dikenai sanksi telah

memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (6), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (8), Pasal 14, Pasal 18 ayat (4), dan/atau Pasal 18 ayat (5), Menteri Keuangan menyalurkan kembali DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan yang ditunda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal Pemerintah Daerah yang dikenai sanksi tidak

(25)

ayat (1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (6), Pasal 11 ayat (1), Pasal 12 ayat (8), Pasal 14, Pasal 18 ayat (4), dan/atau Pasal 18 ayat (5), sampai dengan berakhirnya tahun anggaran, DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan yang ditunda disalurkan kembali sebelum tahun anggaran berakhir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Menteri Keuangan mengenakan kembali sanksi penundaan

DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan pada tahun anggaran berikutnya bagi Pemerintah Daerah yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, semua peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan evaluasi

rancangan Perda dan pengawasan Perda mengenai Pajak dan Retribusi dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(26)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta,

pada tanggal , 2020

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ir. H. JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal , 2020

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

(27)

PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ….. TAHUN ……..

TENTANG

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA MENDUKUNG KEMUDAHAN BERUSAHA DAN LAYANAN DAERAH

I. UMUM

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada pokoknya merupakan satu paket reformasi mengenai kebijakan penciptaan lapangan pekerjaan yang meliputi dua kebijakan utama, yakni:

a. mendorong peningkatan investasi di Indonesia melalui kemudahan

berusaha yang lebih ramah investasi, meningkatkan daya saing dan menciptakan lapangan kerja; dan

b. mengembangkan sektor UMK-M termasuk koperasi melalui riset dan

inovasi sehingga UMK-M termasuk koperasi dapat berkembang dan mampu bersaing di dunia usaha.

Sejalan dengan kebijakan utama dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) dilakukan penyesuaian. Adapun kebijakan PDRD yang diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2011 terkait dengan kebijakan penyesuaian tarif PDRD oleh Pemerintah yang berlaku secara nasional, evaluasi rancangan peraturan daerah, pelaksanaan pengawasan terhadap peraturan daerah yang menghambat ekosistem investasi dan kemudahan dalam berusaha, serta pemberian sanksi.

Adapun ruang lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi:

a. Kriteria dan Mekanisme Penyesuaian Tarif PDRD;

b. Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Racangan Peraturan Daerah PDRD;

c. Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan Perda PDRD serta Peraturan

(28)

- 2 -

d. Mekanisme Pemberian Dukungan Pemerintah Pusat; dan

e. Mekanisme Pengenaan Sanksi dalam hal Pemda tidak menyampaikan

rancangan peraturan daerah dan tidak melakukan perubahan peraturan daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Penyesuaian tarif untuk program prioritas nasional difokuskan pada percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional, dengan pertimbangan:

a. cakupan program prioritas nasional sangat luas, sehingga

perlu dipertajam agar arah dan tujuannya terukur;

b. studi kelayakan (Feasibilitas study) dan outcome dari

pelaksanaan proyek strategis nasional relatif sudah jelas dan terukur; dan

c. perlu adanya pembatasan pemberian fasilitas penyesuaian

tarif guna menjaga kesinambungan pendapatan asli daerah. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas.

(29)

- 3 - Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d

Studi kelayakan proyek dapat berupa rekomendasi dari Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9

(30)

- 4 - Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Evaluasi rancangan Perda terhadap Kebijakan Fiskal Nasional antara lain berkaitan dengan pengujian atas penentuan jenis Pajak dan/atau Retribusi, penentuan objek Pajak dan/atau Retribusi, batasan tarif Pajak dan/atau Retribusi, dasar penetapan tarif Pajak dan/atau Retribusi, dan pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan Pajak dan/atau Retribusi, termasuk kebijakan stimulus fiskal, dukungan kemudahan berusaha, penyesuaian tarif, dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas.

(31)

- 5 - Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Pengawasan Perda terhadap Kebijakan Fiskal Nasional antara lain berkaitan dengan pengujian atas penentuan jenis Pajak dan/atau Retribusi, penentuan objek Pajak dan/atau Retribusi, batasan tarif Pajak dan/atau Retribusi, dasar penetapan tarif Pajak dan/atau Retribusi, dan pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan Pajak dan/atau Retribusi, termasuk kebijakan stimulus fiskal, dukungan kemudahan berusaha, penyesuaian tarif, dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

(32)

- 6 - Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun balok yang dilakukan yaitu pada pertemuan pertama menyusun pagar, pertemuan kedua menyusun gapura dan ketiga menyusun rumah.Berdasarkan siklus pertama

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program Wajar Dikdas 9 tahun dan dilanjutkan

terlihat bahwa jarak pennukaan cuplikan ke berkas laser penguji ditandai huruf d yang melukiskan besaran d dapat diubah-ubah dengan mikrometer yang terpasang pada meja optik

Untungnya menurut mereka, dosen Bahasa Inggris sangat baik karena ia mampu membimbing mereka dari awal dengan penuh kesabaran; (5) Ada mahasiswa yang mengusulkan

(kecenderungan menaik atau menurun) dan sangat berguna untuk membuat ramalan yang sangat diperlukan bagi perencanaan. 2) Gerakan siklus (cyclical movement), adalah

Pemerintahan Daerah Dan Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcomes)/ Kegiatan (output) Target Kinerja Capaian Program (Renstra Perangkat Daerah) Tahun 2021

port/protocol/function tanpa restart router. Kemampuan ini tersedia dengan cara dial-in-port melalui jaringan data dan secara lokal. 3.1.23 Enterprise router harus mampu

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis baru dari virus corona selain telah menyebabkan krisis kesehatan, juga berdampak pada perekonomian, tidak hanya