• Tidak ada hasil yang ditemukan

d 0.278V.t 254fm BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "d 0.278V.t 254fm BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jalur Nganjuk – Caruban merupakan jalan arteri primer yang menghubungkan lalu lintas kota Nganjuk dan sekitarnya dengan kota Caruban. Volume arus lalu lintas pada jalur ini akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan perkembangan pembangunan Indonesia dalam semua sektor kehidupan, khususnya dalam sektor perekonomian. Pada saat ini pengguna prasarana transportasi di sepanjang ruas Nganjuk Caruban sering mengalami kemacetan, baik itu dari arah Nganjuk ke Caruban maupun sebaliknya. Kemacetan ini selain diakibatkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang berarti juga ekivalen terhadap pertumbuhan pemilik dan penggunaan sarana transportasi pribadi maupun umum (peningkatan volume lalu lintas), juga diakibatkan karena ruas jalan arteri Nganjuk Caruban banyak dilalui perlintasan jalur rel kereta api dengan frekuensi mobilitas keretanya yang melalui jalur tersebut cukup tinggi dan di sepanjang sisi ruas jalan arteri eksisting ini telah banyak dibangun pemukiman dan bangunan bangunan yang juga berpeluang menimbulkan hambatan samping.

1.2 Perumusan Masalah

1. Memilih trase jalan yang tepat dan sesuai, dengan kontur yang tersedia pada peta topografi.

2. Bagaimana bentuk gambar geometrik jalan long dan cross sectionnya.

3. Berapa dimensi saluran tepi yang diperlukan dengan melihat kondisi kontur yang ada?

1.3. Tujuan

1. Merencanakan geometrik jalan yang tepat dan sesuai, dengan mempertimbangkan kontur yang tersedia pada peta topografi .

2. Mampu menggambar geometrik jalan long dan cross sectionnya.

3. Merencanakan Drainase permukaan jalan yang diperlukan sesuai dengan kontur yang ada.

1.4. Batasan Masalah

1. Masalah geometrik jalan yang direncanakan adalah sepanjang pilihan trase yang paling optimal dalam segi biaya.

2. Perhitungan geometrik berdasarkan ”Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1997”

3. Gambar dengan superelevasi berdasarkan AASTHO. 4. Jarak keterbatasan samping dihitung untuk

menjamin kebebasan pandangan ditikungan sehingga jarak pandangan henti dipenuhi.

5. Tidak membahas perhitungan dan metode pelaksanaan jembatan, fly over dan gorong gorong. 6. Jembatan direncanakan dengan bentang tipikal.

7. Perhitungan dimensi saluran tepi jalan berdasarkan “Tata Cara Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994/SK SNI T-22-1991-03”, “Pedoman Perencanaan Hidrolika Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembata,No.01-1/BM/2005”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan

2.1.1. Sistem Jaringan Jalan 1. Sistem Jaringan Jalan Primer 2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder 2.1.2. Fungsi Jalan  Jalan arteri  Jalan kolektor  Jalan lokal  Jalan lingkungan 2.1.3. Status Jalan 1. Jalan Nasional, . 2. Jalan Propinsi, . 3. Jalan Kabupaten 4. Jalan Kota,. 5. Jalan Desa, 2.1.4. Kelas Jalan 1. Jalan bebas. 2. Jalan sedang. 3. Jalan kecil

2.2. Kriteria Perencanaan Alinyemen

2.2.1. Kendaraan Rencana

Untuk perencaan geometrk jalan, ukuran lebar kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan 2.2.2. Kecepatan rencana

Untuk Perencanaan tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang dan lain lain.

2.2.3. Lebar Jalan Rencana 1. Lebar Lajur Lalu Lintas 2. Lebar Bahu Jalan 2.2.4. Lebar median jalan

Lebar median jalan adalah pemisah jalan dimana memounyai 4 lajur atau lebih.

2.2.5. Volume lalu lintas

Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu.

2.2.6. Tingkat pelayanan jalan

Tingkat kenyamanan dan keamanan

2.3. Jarak Pandangan

2.3.1. Jarak Pandangan Henti Minimum

Adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur

254fm

V

0.278V.t

d

2

dimana:

L : besarnya landai jalan dalam desimal .3.2. Jarak Pandangan Menyiap

Adalah jarak minimum di depan kendaraan yang direncanakan harus dapat dilihat pengemudi agar proses menyiap (mendahului) kendaraan di depannya dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan

(2)

2.4. Alinyemen Horisontal

R

V

f

e

127

2

f

e

V

R

127

2

e

maks

f

maks

V

R

127

2 min

2.4.1. Distribusi nilai super-elevasi e dan koefisien gesek f pada alinemen horisontal.

nilai e maksimum menurut Bina Marga untuk jalan dalam kota adalah 8% dan untuk jalan luar kota adalah 10%.

2.4.2. Ls (Lngth of spiral)

1. Berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan. 6 . 3 t Vd Ls  

2. Berdasarkan landai relatif.

e

e

n

B

m

maks

Ls

3. Berdasarkan rumus Modifikasi Shortt.

C e V C R V Ls 0.022 2.727 3  

4. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian.

e n maks

r

Vd

e

e

Ls

6

.

3

Diambil Ls dengan nilai yang terbesar.

2.4.3. alinemen horisontall

Ada 3 bentuk alinemen horisontal, antara lain :

1. Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)

.        2 1 tg R Tc R R E         2 1 cos R Lc         180 

2. Lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral – circle – spiral)

R Ls s    90

180 2 s R Lc     

s

R R Ls p 1 cos  6 2    s R R Ls Ls k sin  40 2 3    

R p

tg k Ts          2 1   R p R E          2 1 cos

3. Lengkung peralihan (spiral – spiral)   2 1 s  ; Lc = 0 ; Ls =

s

. 3,14 . Rc/90 Ltot = 2 Ls

2.4.4. Jarak kebasan samping

1. Jika jarak pandangan, S lebih kecil daripada panjang total lengkung, Lt               ' 65 . 28 cos 1 ' R S R E

2. Jika jarak pandangan, S lebih besar daripada panjang total lengkung, Lt                              ' 65 . 28 sin 2 ' 65 . 28 cos 1 ' R S Lt S R S R E

2.4.5. Pelebaran Pada Tikungan

Wn Wc    U C NFa Z N Wc    1  2.5. Alinyemen Vertikal 2.5.1. Landai Minimum

 Untuk jalan-jalan di atas timbunan dan berada pada medan datar serta memiliki kereb, maka kelandaian 0.15% dianjurkan untuk dipakai guna mengalirkan air menuju saluran samping atau inlet.

2.5.2. Landai Maksimum

2.5.3. Panjang Kritis Kelandaian

2.5.4. Lajur Pendakian 2.5.5. Lengkung Vertikal

1. Lengkung Vertikal Cembung 2. Lengkung Vertikal Cekung

2.5.5.1. Persamaan Lengkung Vertikal.

Y=aX2+bX+c persen dalam dinyatakan A jika , X 200L A y X 2L ) g (g y 1 2 2 2

x=0.5L dan y=Ev, maka:

800 AL Ev (0.5L) 200L A y  2  

2.5.5.2. Lengkung Vertikal Cembung

Lengkung Vertikal Cembung dengan S<L

2 2 y k.X X 200L A y    , d

2 2 1 2 2h 2h 100 AS L  

(3)

Lengkung Vertikal Cembung dengan S>L h1=120cm, h2=12cm, maka;

A 120 120 200 2S L 2    A 960 2S L  

2.5.5.3. Lengkung Vertikal Cekung

Lengkung Vertikal Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu (S<L) 3.50S 120 AS L 2  

Lengkung Vertikal Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu (S>L) A 3.5S 120 2S L    1.6. Perencanaan Drainase

1.6.1. Pola umum Sistim Drainase 1.6.2. Drainase Jalan Raya

Pada drainase permukaan, saluran ditempatkan di kiri dan kanan jalan, disebut saluran samping (side ditch). Permukaan jalan dibuat miring kearah saluran A. Frekuensi Hujan Rencana Pada Masa Ulang (T)

Tahun

- Analisa Distribusi Frekuensi cara Gumble Hujan rata rata

n

x

x

1 ) ( 2      n x x Sx x

Frekuensi Hujan Periode UlangRTXK.Sx

Faktor Frekuensi

Sn

Yn Yt

K  

B. Intensitas Hujan Rencana

cara Prof. Talbot. Sebagai berikut :

b a I

T

C   C. Waktu Konsentrasi (Tc) 167 . 0 1 3,28 3 2          k x x x

l

n

t

d t V L

t

2  (60) 2 / 1 3 / 2 1 S J n V

t

t

T

c  1 2

D. Luas Daerah Pengaliran (A) E. Koefisien Pengaliran A A A L C L C L C C w 3 2 1 3 3 2 2 1 1      Debit Aliran (Q) Qr = 0,278(Cw.Lt.A)

1.7. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marga Jalan

sebagai acuan dan pegangan bagi perencana maupun pelaksana dalam pemasangan rambu dan tanda lalu lintas di permukaan jalan sehingga terjadi penyeragaman

BAB III METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah :

1. Studi Literatur

2. Pengumpulan Data Sekunder 3. Perencanaan

4. Hasil Perencanaan

3.1. Studi Literatur

3.2. Pengumpulan Data Sekunder

1. Peta Topografi

Mengetahui tata guna lahan - Mengetahui kontur di lapangan

2. Volume Lalu Lintas

- Menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu.

3. Data Curah Hujan

-Merencanakan saluran samping atau saluran drainase permukaan

4. Data Kependudukan -Untuk menentukan faktor regional

3.3. Analisa Perencanaan.

Perhitungan Alinyemen Horizontal dan Alinyemen Vertical.

- Alinyemen Horizontal

a. Nilai kemiringan melintang jalan (Superelevasi, e)

b. Perhitungan panjang lengkung peralihan (Length of Spiral)

c. Stationing. - Alinyemen Vertical

a. Perhitungan Lengkung Vertical Cembung. b. perhitungan lengkung vertical cekung. Perhitugan debit saluran:

a. Harga I (Intensitas hujan) b. Harga C(Koefisien pengaliran) c. Haraga A(Luaas)

d. Harga Q saluran

e. Merencanakan dimensi saluran

3.4. Hasil Perencanaan

geometrik jalan alternatif yang meliputi alinyemen horizontal dan alinyemen vertical, dimensi saluran tepi

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1. UMUM

4.2. PENGUMPULAN DATA 4.2.1. Peta Topografi

petunjuk dalam perencanaan geometrik jalan. 4.2.2. Data Lalu Lintas Harian

peramalan laju pertumbuhan jumlah kendaraan pada masa masa yang akan datang.

4.2.3. Data Curah Hujan

perencanaan saluran tepi jalan dan penentuan Faktor Regional (FR)

4.2.4. Data Kependudukan dan Perekonomian

dasar peramalan pertumbuhan kendaraan. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur,

(4)

4.3 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.3.1 Analisa Kependudukan dan Perekonomian

Untuk mengetahui volume lalu lintas yang akan melalui Jalan Alternatif Arteri Nganjuk Caruban diwaktu yang akan datang maka diperlukan peramalan (forecasting) pertumbuhan kependudukan dan perekonomian. Data yang akan digunakan adalah data jumlah penduduk, PDRB, dan PDRB per - kapita.

4.3.2 Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas

Pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di daerah studi tergantung dari pertumbuhan kependudukan dan perekonomian pada saat ini maupun waktu yang akan datang. Untuk menganalisa hal tersebut, maka faktor pertumbuhan lalu lintas dari jenis kendaraan dapat diasumsikan ekivalen dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, PDRB, dan PDRB per-kapita. Faktor pertumbuhan bus dan angkutan umum lainnya diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB). Sedangkan faktor pertumbuhan kendaraan pribadi diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB per-kapita masyarakat di daerah tersebut. Untuk kendaraan tidak bermotor disini tidak dilakukan analisa dan perhitungan.

4.3.3 Analisa Data Hujan

Data hujan yang digunakan adalah hujan harian maksimum selama 16 tahun secara berturut-turut. Dari data hujan yang tersedia dilakukan analisa perhitungan hujan harian maksimum

Tinggi hujan harian rencana :

s

K

X

Rt

*

= 93,625 + 0,95748 * 18,506 = 111,344 mm/jam

Tinggi hujan harian maksimum didapat sebesar 111,344 mm/jam.

BAB V PERENCANAAN

5.1 DASAR PERENCANAAN

5.1.1 Penentuan Karakteristik Geometrik dan Kecepatan yang digunakan

Dalam tugas akhir ini, ruas jalan alternatif Nganjuk Caruban termasuk dalam klasifikasi jalan kolektor, 2 lajur 2 arah tanpa median. Lebar jalan rencana 7 meter dan bahu jalan rencana sebesar 1,5 meter. Untuk jalan alternatif Nganjuk Caruban yang dalam hal ini berfungsi sebagai jalan luar kota maka kecepatan rencananya adalah 80 km/jam.

5.1.2 Penentuan kemiringan melintang normal, maksimum, dan bahu jalan.

Untuk kemiringan melintang normal jalan alternatif Nganjuk Caruban ditetapkan sebesar 2% dengan

pertimbangan perkerasan dengan aspal Laston. Sedangkan untuk kemiringan melintang jalan maksimum disesuaikan dengan fungsi jalan, dimana jalan alternatif ini sebagai jalan luar kota ditetapkan kemiringan melintang maksimum sebesar 10%. Untuk bahu jalan alternatif Nganjuk caruban ini, kemiringan melintangnya diambil 2% lebih besar dari kemiringan melintang normal badan jalan.

5.2PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

5.2.1.Perencanaan Alinemen Horisontal

Perencanaan alinemen horisontal jalan alternatif Nganjuk Caruban menggunakan tipe Spiral - Circle – Spiral ( SCS ),dimana pada tikungan tipe SCS ini menggunakan lengkung peralihan untuk menghindari terjadinya perubahan kemiringan melintang secara mendadak. Pada uraian dibawah ini akan dijelaskan contoh urutan perencanaan alinemen horisontal untuk jalan alternatif arteri porong dengan tipe SCS.

■ mencari jarak lurus (PI-1 - PI-2)

 

2 01 _ 02 _ 2 01 _ 02 _ 02 1PI PI PI PI PI PIO X X Y Y d     

 

2

2 76 , 616 58 , 1206 20 , 4147 06 , 4671     = 788,87 m = 0,78887 km

 

2 02 _ 03 _ 2 02 _ 03 _ 03 2PI PI PI PI PI PIO X X Y Y d        2 2 58 , 1206 13 , 5012 06 , 4671 92 , 16185      = 12127,42 = 12,12742 km

■ Mencari besar sudut tikungan ∆ Y

X azimuth

Sudut _ 

X dan Y : koordinat azimuth

   2 1 1 2 _ 1 _ _ Y Y X X tg arc PI Azimuth Sudut        1206 ,58 616 ,76 20 , 4147 06 , 4671 _     arc tg = 138,39 0

∆ tikungan = sudut azimuth 2 - sudut azimuth PI-1

∆ tikungan = |108,290 - 138,390 | = 30,10

Untuk seluruh perhitungan sudut sudut tikungan ∆ dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel. Perhitutngan

Perencanaan tikungan jalan akses PI – 1 (STA 4 + 192) direncanakan:

Vd = 80 km/jam

(5)

∆ = 30,10o

Mencari harga superelevasi atau kemiringan jalan rencana Harga superelevasi : e = (e + f) - f(D) Mencari (e + f) : (e + f) = (emaks + fmaks). maks

D

D

emaks = 10 % (jalan Luar Kota)

fmaks = -0,00125.Vd + 0,24 = -0,00125 . 80 + 0,24 = 0,14 Rmin =

)

(

127

2 maks maks

f

e

Vd

=

)

14

,

0

10

,

0

(

127

80

= 209,974 m ≈ 210 m Rd = 239 m > Rmin = 210 m (OK) D =

Rd

9

,

1432

=

239

9

,

1432

= 5,993 Dp = 2

.

53

,

181913

r maks

V

e

= 2

68

10

,

0

.

53

,

181913

= 3,9341 Dmaks = 2 ) .( 53 , 181913 d maks maks V f e  = 2

80

)

14

,

0

10

,

0

.(

53

,

181913

= 6,8218 Maka : (e + f) = maks p maks maks D D f e ). (  = 8218 , 6 9341 , 3 ). 14 , 0 10 , 0 (  = 0,211 h = maks r d maks e V V e        2 2 . = 0,10 68 80 . 10 , 0 2 2        = 0,0384 m tg α1 = P

D

h

= 9341 , 3 0384 , 0 = 0,010 tg α2 = P maks maks D D h f   = 9341 , 3 8218 , 6 0384 , 0 14 , 0   = 0,035 Mo = maks P maks p D tg tg D D D .. 2 ) ).( .(  1   2 = 8218 , 6 .. 2 ) 0451 , 0 0098 , 0 ).( 9341 , 3 8218 , 6 .( 3941 , 3   = 0,021 m Mencari f(D) : Jka : D ≤ DP, f(D)= Mo 2 ) . ( P D D + D. tg α1 D ≥ DP, f(D)= 2 2 ). ( . h D D tgD D D D Mo P P maks maks         Karena D ≥ DP , maka f(D) = 0,0384(5,99333,9341)*0,045 9341 , 3 8218 , 6 9933 , 5 8218 , 6 . 0294 , 0 2            = 0,113 Maka : e = (e + f) – f(D) =0,211 – 0,113 = 9,83%

Mencari besarnya panjang lengkung peralihan berdasarkan perumusan :

a. Waktu tempuh 3 detik

T V Ls d . 6 , 3  = (80/3,6).3 = 66,667 m b. Landai relative Ls = (e + en) . B . mmaks = (0,0983 + 0,02) . 3,5 . 150 = 62,09 m

mmaks = landai relative maksimum, 150

(6)

C

e

V

C

R

V

Ls

2

,

727

.

.

022

,

0

3

3

,

0

0983

,

0

*

80

727

,

2

3

,

0

.

239

80

022

,

0

3

Ls

Ls = 85,646 m Dimana :

C= perubahan percepatan, m/det3 (0,3 – 0,9 m/det3)

e= superelevasi, %

d. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian e n maks r Vd e e Ls * 6 , 3 * ) (   035 , 0 * 6 , 3 80 * ) 02 , 0 10 , 0 (   Ls Ls = 50,79 m

re = tingkat pencapaian perubahan

kemiringan melintang jalan,

= 0,035/det untuk Vd ≤ 80 km/jam = 0,025 det untuk Vd > 80 km/jam Jadi dari ke empat cara tersebut, Ls Terpanjang sebesar 85,646 m,

Mencari parameter parameter lengkung horizontal : ▪ R Ls s * * 90    239 * 646 , 85 * 90  s

s

= 10,2720 ▪

c

2

*

s

272

,

10

*

2

10

,

30

c

0

847

,

27

c

▪ 180 * ) 2 ( s R Lc      180 239 * * 847 , 27   Lc

Lc

116,10 m ▪ (1 cos ) * 6 2 s R R Ls P     ) 272 , 10 cos 1 ( 239 239 * 6 646 , 85 2 P

P

1,29 m ▪ R s R Ls Ls K *sin  * 40 2 3    272 , 10 sin * 239 239 * 40 646 , 85 646 , 85 2 3    K

K

42,78 m ▪ Ts R P tg ) K 2 1 ( * ) ( 78 , 42 ) 10 , 30 2 1 ( * ) 29 , 1 239 (    tg Ts

Ts

150,68 ▪ R P R E          2 1 cos ) ( 239 10 , 30 2 1 cos ) 29 , 1 239 (          E

E

24,40 m ▪         2 2 * 40 1 R Ls Ls Xs         22 239 * 40 646 , 85 1 646 , 85 Xs

38

,

85

Xs

m ▪ R Ls Ys * 6 2  239 * 6 646 , 85 2  Ys

12

,

5

Ys

m ▪

L

Lc

2

*

Ls

646

,

85

*

2

10

,

116

L

40

,

287

L

m Kontrol 1 Lc > 20 m Lc = 116,10 m > 20 m …(OK) P = 1,29 m > 0,10 m …(OK) e = 9,83% > 3 % …(OK) kontrol 2 L < 2*Ts L = 287,40 m < 2*150,68 = 301,36 m …(OK) Kontrol 3 (Tsn + Tsn-1) < d (150,68 + 0) < 4192,92 m …(OK) Untuk perhitungan alinemen horisontal selanjutnya dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel

5.2.2 Perencanaan Alinemen Vertikal

Perencanaan alinemen vertical pada perencanaan jalan alternative Nganjuk Caruban ini meliputi alinemen vertical cembung dan alinemen vertical cekung. Dalam menentukan panjang lengkung vertikal dalam perencanaan alinemen vertikal digunakan jarak pandang henti. Hal ini disesuaikan dengan tipe jalan yang direncanakan 2 lajur 2 arah tidak terbagi (2/2 UD).

Pada uraian di bawah ini akan dijelaskan contoh urutan perhitungan lengkung vertical pada jalan alternative Nganjuk Caruban.

Lengkung vertical cembung (STA 4 + 981) pada titk PPV 2

▪ Penentuan jarak pandang henti (Jh) Vd = 80 km/jam Jh = f Vd Vd 254 5 , 2 * * 278 , 0 2  = 3 , 0 * 254 80 5 , 2 * 80 * 278 , 0 2  =140

(7)

Jh min = 20 m (sumber, Sukirman 1994)

Jh pakai = Jh terpanjang = 140 m ▪ Perhitungan perbedaan aljabar landai :

A = |g1 – g2| = |1,19 – 0| = 1,19%

▪ Penentuan panjang lengkung vertical berdasarkan : a. Jarak pandang henti

Jika Jh < Lv 399 * 2 Jh A Lv  399 140 * 19 , 1 2  Lv

m

Lv

57

,

919

Jh < Lv → 140 m < 57,919 m …. (tidak OK) Jika Jh > Lv A Jh Lv  2*  399 19 , 1 399 140 * 2   Lv

m

Lv

57

,

245

Jh > Lv → 140 m > -57,245 m …. (OK) b. Keluwesan bentuk

Vd

Lv

0

,

6

*

80

*

6

,

0

= 48

c. Waktu tempuh 3 detik

3600

/

1000

*

*

3 Vd

Lv

3600

/

1000

*

80

*

3

= 66,6667 m d. Penyerapan guncangan 360 2 A Vd Lv  360 19 , 1 80 2  = 21,08 m e. Syarat kenyamanan 380 2 A Vd Lv  380 19 , 1 80 2  = 19,97 m f. Syarat drainase

A

Lv

50

*

= 50*1,19 = 59,3 m

Jadi Lv pakai = Lv terpanjang = 66,667 m ▪ Perhitungan Ev : 800 * Lv A Ev  800 667 , 66 * 19 , 1  = 0,099 m

▪ Penentuan tinggi elevasi pada lengkung vertikal : Elevasi PPV = 75 m Elevasi PLV = elevasi PPV – (g1%.0,5.Lv) = 75 – (1,19%*0,5*66,667) = 74,605 m Elevasi PTV = elevasi PPV + (g2%.0,5.Lv) = 75 + (0%*0,5*66,6667) = 75 m Elevasi PPV’ = Elevasi PPV – Ev = 75 – 0,099 = 74,901 m

Untuk seluruh perhitungan lengkung vertikal cembung jalan alternative Nganjuk Caruban selanjutnya dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel.

Lengkung vertical cekung (STA 3+776) pada titik PPV 1

▪ Penentuan jarak pandang henti (Jh) Vd = 80 km/jam f Vd Vd Jh * 254 5 , 2 * * 278 , 0 2   3 , 0 * 254 80 5 , 2 * 80 * 278 , 0 2   = 140 m

Jhmin = 120 m (Sunber, Sukirman 1994)

Jh pakai = Jh terpanjang = 140 m ▪Perhitungan perbedaan aljabar landai

A = |g1 – g2| = |0 – 1,186%| = 1,186%

▪ Penentuan panjang lengkung vertical berdasarkan : g. Jarak pandang henti

Jika Jh < Lv Jh Jh A Lv 5 , 3 120 * 2   140 * 5 , 3 120 140 * 186 , 1 2   Lv

m

Lv

37

,

98

Jh < Lv → 140 m < 37,98 m …. (tidak OK) Jika Jh > Lv A Jh Jh Lv  2 *  120  (3,5* ) 186 , 1 ) 140 * 5 , 3 ( 120 140 * 2    Lv

m

Lv

233

,

95

Jh > Lv → 140m < -233,95 m ….. (OK) h. Keluwesan bentuk

Vd

Lv

0

,

6

*

80

*

6

,

0

= 48 m

(8)

i. Waktu tempuh 3 detik

3600

/

1000

*

*

3 Vd

Lv

3600

/

1000

*

80

*

3

= 66,667 m j. Penyerapan guncangan 360 2 A Vd Lv  360 186 , 1 80 2  = 21,08 m k. Syarat kenyamanan 380 2 A Vd Lv  380 186 , 1 80 2  = 19,97 m l. Syarat drainase

A

Lv

50

*

186

,

1

*

50

= 59,3 m

Jadi Lv pakai = Lv terpanjang = 67 m ▪ Perhitungan Ev : 800 * Lv A Ev  800 67 * 186 , 1  = 0,099 m

▪ Penentuan tinggi elevasi pada lengkung vertikal : Elevasi PPV = 68,75 m Elevasi PLV = elevasi PPV – (g1%.0,5.Lv) = 68,75 – (0%*0,5*67) = 68,75 m Elevasi PTV = elevasi PPV + (g2%.0,5.Lv) = 68,75 + (1,186%*0,5*67) = 69,147 m Elevasi PPV’ = Elevasi PPV – Ev = 68,75 – 0,099 = 68,849

Untuk seluruh perhitungan lengkung vertikal cekung jalan alternative Nganjuk Caruban ini selanjutnya dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel. 5.2.3 Perencanaan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Untuk pelebaran perkerasan pada tikungan, perhitungan disesuaikan dengan kriteria perencanaan geometrik jalan, dimana tipe dari jalan ini adalah 2/2 UD. sedangkang unruk kecepatan rencana dan jari jari lengkung menyesuaikan dengan perhitungan alinemen horisontal. Selain itu, untuk kendaraan rencana disini digunakan stándar kendaraan sedang sesuai dengan TPJGAK (1997) dengan kriteria sebagai berikut:

▪ Tonjolan depan kendaraan (A) = 2,1 m ▪ Jarak gandar kendaraan (p) = 7,6 m ▪ Lebar kendaraan rencana (b) = 2,6 m

▪ Untuk lebar kebebasan samping dikiri dan kanan kendaraan (C), asumsi = 1 m (untuk lebar jalur 7 m – sumber, Sukirman 1999)

5.2.4. Perencanaan Jarak Kebebasan Samping

Jarak kebebasan samping adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga jarak pandangan henti terpenuhi. Karena pada perencanaan Jalan ini Jh < Lt, maka rumus yang dispakai adalah :

) ' 65 , 28 cos 1 ( ' R Jh R E  

R’ = Jari jari sumbu lajur dalam

= R – (0,5*lebar median + 0,5*lebar lajur lalu lintas)

Adapun contoh perhitungan Jarak kebebasan samping pada Jalan alternatif Nganjuk Caruban yaitu pada tikungan 1 (PI-1) adalah sebagai berikut :

Direncanakan :

Lebar lajur lalu lintas + lajur tepian = 7,5 m

Vd = 80 km/jam Jh = 140 m R = 239 m Perhitungan :

)

5

,

7

.

5

,

0

0

.

5

,

0

(

239

'

R

= 235,25 m ) 25 , 235 140 . 65 , 28 cos 1 ( 25 , 235   E = 10,339 m

Untuk seluruh perhitungan jarak kebebasan samping jalan alternative Nganjuk Caruban ini dihitung dengan menggunakan Mircrosoft Excel.

5.3.. Perhitungan Intensitas Hujan :

Perhitungan intensitas hujan untuk perencanaan saluran tepi jalan disini menggunakan rumus mononobe, adapun perhitungannya sebagai berikut :

3 2 24 24 24       c t R I 3 2 563 , 0 24 24 344 , 111        = 64,264 mm/jam

5. Perhitungan Koefisien Pengairan ( C ) -Panjang saluran drainase = 386,4 m Koefisien pengaliran

-Permukaan aspal ( L1 ) = 7 m dengan C1 = 0,7

-Bahu jalan tanah berbutir halus ( L2 ) dengan C2 = 0,4

-Bagian Luar diasumsikan sebagai sawah irigasi ( L3 )

dengan C3 = 0,8

-Luas daerah pengaliran

-Jalan aspal = 7,5 x 386 = 2898 m2

-Bahu jalan = 2 x 386 = 772,8 m2

-Bagian luar jalan =100 x 386,4 = 38640 m2

A aspal + bahu= A1 + A2=2898 + 772,8 =

3670,8 m2

= 0,0036708 km2 A bagian luar = 0,03864 km2

Koefisien pengaliran gabungan

bahu aspal bahu bahu aspal aspal dipakai A A A C A C C . . .   8 , 772 . 2898 8 , 772 . 4 , 0 2898 . 7 , 0  

(9)

= 0,636 6. Perhitungan debit saluran ( Q )

dipakai dipakai dipakai dipakai C I A Q . . . 6 , 3 1  03864 , 0 . 264 , 64 . 8 , 0 . 6 , 3 1  = 0,55181 m3/dtk

7. Perhitungan penanpang basah saluran ( Fd ) V Q Fddipakai 75 , 0 55181 , 0  = 0,74 m2

8. Perhitungan dimensi saluran sisi

 Saluran merupakan saluran alam ( saluran diasumsikan dari lempung kokoh dengan V yang diijinkan 0,75 m/detik ) berbentuk trapesium dengan debit Q = 0,10527 m3/detik

 Persamaan yang dipakai : Kemiringan talud 1 : 1, m = 1

Sebagai rencana awal, direncanakan B = h A = B + ( m . h ) h

A = h + ( 1 . h ) h 0,74 = h + h2

dengan cara coba-coba didapat nilai h = B = 0,495

dipakai B = h = 0,5 m ( B min = 0,5 m ) Sehingga A = 0,75 m2

Perhitungan kemiringan saluran :

2 1 3 2 . . 1 S R n VP A R  2 1 . 2d m B P    2 1 1 . 5 , 0 . 2 5 , 0    P

m

P

1

,

91

m R 0,39 91 , 1 75 , 0  2 1 3 2 . 39 , 0 . 02 , 0 1 75 , 0  S S = 0,0006 = 0,06%

m

d

W

0

,

5

.

0

,

5

.

0

,

5

0

,

5

Tinggi total ( h tot ) = h pakai + w pakai

= 0,50 + 0,50 = 1 m

b atas = b pakai + ( 2 x m x h ) = 0,5 + ( 2 x 1 x 0,5 ) = 1,5 m

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena glauca (L.) Benth.) memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas dengan

Longsor merupakan perpindahan massa Longsor merupakan perpindahan massa tanah secara alami, longsor terjadi dalam tanah secara alami, longsor terjadi dalam waktu yang

Pada Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa bila perkawinan putus karena perceraian harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Jika diperhatikan maka Pasal 37

Identifikasi unsur dalam cuplikan lapisan tipis yang terdeposit pada permukaan substrat kaca dilakukan dengan menggunakan metode analisis aktivasi neutron cepat menunjukkan bahwa

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Sungai Raya mengalami kesulitan koneksi

sistem informasi global dan bagaimana manajemen menyelesaikan tantang-tantangan tersebut - Menjelaskan isu-isu dan alternatif tekonoogi yang menjadi pertimbangan

Beberapa penelitian mengenai efek media diantaranya adalah Pengaruh Program Berita Repotase Investigasi di Trans TV Terhadap Kecemasan Masyarakat Surabaya, skripsi

Hasil penelitian didapatkan perencanaan dan penjadwalan distribusi produk sebagai berikut, Warehouse Kediri pipa 5/8” dilakukan pengiriman pada bulan Februari, April, Juni,