• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

Erwinsyah*), Salmiah**), dan M. Jufri**) *)Alumni Fakultas Pertanian USU

**)Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan

Hp. 085761126999, E-Mail: [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan pengerajin sapu ijuk, menganalisis penyediaan input dan produksi, menganalisis pengolahan, persentase kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga. Sampel diambil dengan metode “Simple Random Sampling” dengan jumlah populasi 36 pengerajin sapu ijuk, sampel penelitian adalah sebanyak 30 pengerajin sapu ijuk. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis pendapatan dan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan komponen biaya produksi sapu ijuk terbesar di daerah penelitian ialah biaya bahan dengan persentase sebesar 88,95 %. Total pendapatan rata-rata pengerajin sebesar Rp 14.489.794,-/Musim produksi. Kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk dikatagorikan besar karena memiliki persentase rata-rata diatas 30 %. Segmentasi pasar sapu ijuk tersebar di dalam kota maupun di luar kota seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh.

Kata kunci: Analisis Pendapatan, Industri Sapu Ijuk, Pendapatan Keluarga.

ABSTRACT

This research aims to analyze the broom fibers craftsmen income, analyze the provision of the production input, analyze the proccessing, the contribution percent of the broom fibers industry to family income total. Samples were taken by simple random sampling method as much as 36 samples of the broom fibers craftsmen. The research samples are 30 broom fibers craftsmen. The analyze method used is the anaylize income method and descriptive. The result of the research shows the biggest production cost component in the research area is the cost of the basic ingridient by the percent as much as 88,95 %. The average income total of the broom fibers craftsmen as much as Rp 14.489.794,-/month of the production. The income contribution of the broom fibers industry to family income total has the avarege percent as much as obove 30 %. The market segmentation of the broom fibers is spread inside and outside the production area as Kisaran, Siantar and Aceh.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya mengikuti pola pembangunan pertanian pada negara-negara berkembang pada umumnya. Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada dasarnya adalah usaha-usaha yang dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan baik materil maupun spiritual. Salah satu pembentukan pembangunan itu ialah pembangunan industri.

Pembangunan industri selain dilakukan dalam segala tingkatan juga dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan, sekarang mempunyai kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang kemudian akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat (Mudrajad, 2003).

Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan petani. Pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunya lahan pertanian, mengakibatkan sempitnya penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani dan semakin terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan. Langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan pengembangan industri kecil atau industri rumah tangga yang ada di pedesaan

(Mubyarto, 2001).

Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi. Hal ini karena industri kecil memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan. Disamping itu industri kecil dan mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efesien dan lebih murah dibandingkan dengan industri besar (Mubyarto, 2001).

(3)

Ada banyak Industri kecil dan menengah yang berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia, utamanya di Sumatera Utara, seperti di kabupaten Deli Serdang, di mana industri tersebut mampu memberikan lapangan pekerjaan dan memberikan pendapatan kepada masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang

Jenis Unit Jumlah Nilai Kapasitas Nilai No Komoditi Usaha Tenaga Investasi Produksi Produksi

(Unit) (Orang) (Rp) (Rp)

1 Kerupuk Opak 41 398 320.400 2.625 Ton 6.635.000 2 Sapu Ijuk 73 410 236.000 1.215.000 5.467.000

Batang

3 Meubel Kayu 16 340 172.000 10.100 Unit 2.020.000 4 Emping 204 391 49.050 156 Ton 2.808.000 5 Keramik 12 89 374.500 600 Unit 985.000

Gerabah

6 Sabut Kelapa 3 76 489.000 240 Ton 1.440.000 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang

2013

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar pendapatan pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian?

2. Berapa besar kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian?

3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian.

(4)

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan usaha sapu ijuk untuk meningkatkan pendapatan pengerajin sapu ijuk.

2. Sebagai bahan informasi atau referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi yang memerlukan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahuinya kalau serat ini sangatlah istimewa dibanding dengan serat lainnya. Serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren (Arenga pinnata Merr) memiliki banyak keistimewaan, diantaranya, tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun, tahan terhadap asam dan garam air laut dan mencegah penembusan rayap tanah (Arengabroom, 2009).

Serat-serat ijuk yang dihasilkan oleh pohon aren (Arenga pinnata Merr) dapat dipanen setelah pohon tersebut berusia 5 tahun dan secara tradisional sering digunakan sebagai bahan pembungkus kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan rayap. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air dan sulit dicerna oleh organisme perusak. Ijuk tumbuh berlapis-lapis di bagian atas pohon aren, selapis ijuk tumbuh dalam kurun waktu empat bulan. Idealnya panen ijuk dilakukan dilakukan sekali dalam setahun, yakini pada saat lapisannya berjumlah tiga (Arengabroom, 2009).

Landasan Teori Biaya Produksi

Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung.

(5)

Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1994).

Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

a) Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gaji karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.

b) Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi.

c) Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variable. (Soekartawi, 1995).

Penerimaan

Menurut Sudarsono (1995), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) di definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang.

Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut (Daniel, 2004). Sedangkan menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat dilihat seperti:

TR = P.Q Keterangan :

TR : Total Penerimaan (Total Revenue)

Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity) P : Harga (Price)

(6)

Pendapatan

Menurut Adiwilanga, (1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani. Di tambahkan oleh Mosher (1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.

Menurut Aukley (1983), pendapatan seseorang individu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu. Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: a) Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga

dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun.

b) Pendapatan bersih usahatani. Merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.

Studi Terdahulu

Dari hasil penelitian sebelumnya dengan judul penelitian “Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang’. Tahapan kegiatan yang dilakukan tenaga kerja wanita adalah membersihkan ijuk, memasang segitiga atau kipas, mengikat ijuk terhadap tangkai maupun segitiga, menyisir dan meratakan ijuk, pendapatan tenaga kerja wanita (istri) perbulan adalah sekitar Rp 725.733,33,- dan Rp 8.708.800 per tahun sedangkan pendapatan suami per bulan sekitar Rp 1.219.433,33,- dan Rp 14.633.200,- per tahun, persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga adala ≤ 50% yaitu sebesar 37,30% itu berarti kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga masih kecil namun sudah sangat mempengaruhi pendapatan keluarga (Ririn, 2012).

(7)

Hipotesis Penelitian

1. Kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk lebih dari 30%.

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive Sampling (metode pengambilan tempat berdasarkan kriteria tertentu, tujuan tertentu atau disengaja) yaitu menetapkan daerah penelitian di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa di desa ini terdapat banyak industri kecil dan kerajinan terutama kerajinan sapu ijuk serta ketersediaan tenaga kerja yang bekerja menurut kelompok industri kecil dan kerajinan.

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan sampel secara random atau acak dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel ditetapkan sebesar 30 orang dari 73 populasi.

Menurut Bailey dalam Hasan (2002) untuk penelitian yang akan menggunakan analisis statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30. Selanjutnya diperkuat oleh pendapat Gay dalam Hasan (2002) bahwa ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan dimana metode deskriptif korelasoinal, minimal sebanyak 30 subjek.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang

(8)

diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deli Serdang, Badan Pusat Penelitian Statistik Provinsi Sumatera Utara, Kantor Kepala Desa Medan Sinembah serta literature yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1) mengenai pendapatan industri pengerajin sapu ijuk digunakan analisis pendapatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable. Dengan menggunakan rumus:

TC = FC + VC Keterangan:

TC = Total Cost/Total biaya (Rp) FC = Fixed Cost/Biaya tetap (Rp)

VC = Variable Cost/Biaya variable (Rp)

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Py.Y Keterangan:

TR = Total Revenue/ Total penerimaan (Rp)

Py = Harga jual (Rp) Y = Jumlah produksi (Batang)

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

Pd = TR – TC Keterangan:

Pd = Pendapatan industri pengerajin/keuntungan (Rp) TR = Total Revenue/Total penerimaan (Rp)

TC = Total Cost/Total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995).

Untuk menganalisis masalah (2) yaitu secara deskriptif. Dengan

mengetahui kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian dengan rumus:

(9)

Pendapatan pengerajin sapu ijuk

Kontribusi pendapatan = x 100 %

Industri sapu ijuk Total pendapatan keluarga

Keterangan, dengan ketentuan apabila:

Kontribusi pendapatan ≥ 30 % Kontribusi dikatagorikan besar Kontribusi pendapatan ≤ 30 % Kontribusi dikatagorikan rendah

Untuk menganalisis masalah (3), (4) dan (5) mengenai pola pemasaran sapu ijuk, kontribusi industri sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja lokal dan faktor - faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melihat fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun produksi sapu ijuk di daerah penelitian terbagi menjadi produksi besar, sedang dan kecil.

Tabel 2. Produksi dan Penerimaan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi (12 Bulan)

No. Jenis Jumlah

Produksi Produksi Penerimaan (Rp) Perentase (%) (Batang)

1. Besar 32.400 298.080.000 63,71 2. Sedang 10.140 91.044.000 22,76 3. Kecil 5.400 48.600.000 13,52 Total 47.880 437.724.000 99,99

Pendapatan Bersih Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

Pendapatan bersih industri sapu ijuk adalah total penerimaan industri sapu ijuk dikurang dengan total biaya produksi industri sapu ijuk. Besarnya pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut.

(10)

Tabel 3. Pendapatan Bersih Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi (12 Bulan)

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Total Penerimaan 91.004.000

2. Total Biaya Produksi 78.426.206 Pendapatan Bersih Industri Sapu Ijuk 12.617.794

Tabel 15. Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah) 1. Pendapatan Bersih Industri Sapu ijuk 12.617.794

2. Nilai TKDK 1.872.000

Pendapatan Pengerajin 14.489.794

Total Pendapatan Keluarga 1. Usahatani Pembibitan Sapi

Tabel 4. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Per Musim Produksi (15 Bulan)

No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel

1. Suntik Pembibitan 292.500 1,53 2. Biaya Obat-obatan 63.000 0,33 3. Tenaga Kerja 18.000.000 94,07 Total Biaya Variabel 18.355.500 95,93 B. Biaya Tetap

4. Penyusutan Alat dan kandang 590.219 3,08

5. Sewa Lahan/PBB 187.500 0,98

Total Biaya Tetap 777.719 4,06 Total Biaya Produksi 19.133.219 99,99

Tabel 5. Pendapatan Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Simental Per Musim Produksi (15 Bulan)

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah) 1. Pendapatan Bersih Pembibitan Sapi 1.991,663

2. Penjualan Kotoran Sapi 594.000

3. Nilai TKDK 18.000.000

(11)

Diketahui bahwa pendapatan usahatani pembibitan sapi jenis simental di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (15 Bulan) adalah sebesar Rp 20.585.663,-/Petani, sehingga jika Rp 20.585.663 dibagi 15 bulan maka pendapatan petani dari usaha pembibitan sapi simental di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.372.377,-/Petani. Nilai TKDK sebesar Rp 18.000.000,- di dapat dari upah bekerja sebesar Rp 1.200.000,-/Bulan, sehingga jika dikalikan per satu musim produksi (15 Bulan) maka total upah TKDK adalah Rp 18.000.000,-/Musim Produksi.

2. Usahatani Budidaya Ikan Lele

Tabel 6. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi (4 Bulan)

No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel

1. Harga Bibit 851.785 11,45 2. Biaya Obat-obatan 60.000 0,80 3. Tenaga Kerja 3.200.000 43,01 4. Biaya Pakan 3.109.859 41,79

Total Biaya Variabel 7.221.664 97,05 B. Biaya Tetap

5. Penyusutan Alat dan kolam 164.673 2,21

6. Sewa Lahan/PBB 54.342 0,73

Total Biaya Tetap 219.015 2,94

Total Biaya Produksi 7.440.679 99,99

Tabel 7. Pendapatan Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi (4 Bulan)

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah) 1. Pendapatan Bersih Budidaya Lele 3.479.424

2. Nilai TKDK 3.200.000

Pendapatan Petani 6.679.424

Diketahui bahwa pendapatan usahatani budidaya ikan lele selama 1 musim produksi (4 Bulan) adalah sebesar Rp 6.679.424,-/Petani, sehingga jika Rp 6.679.424,- dibagi 4 bulan maka pendapatan petani dari usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.669.856,-/Petani. Nilai

(12)

TKDK sebesar Rp 3.200.000,- didapat dari hasil pembayaran upah sebesar Rp 800.000/Bulan selama satu musim produksi (4 bulan).

3. Non usahatani

Tabel 8. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani Per Bulan

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah) 1. Wiraswasta 1.500.000 – 10.000.000 2. Jasa Angkutan Umum/Transportasi 2.000.000

3. Penjaga Keamanan 1.500.000

4. Pekerja Bangunan 1.800.000

Pendapatan Rata-rata 1.410.000

Tabel 9. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Industri Sapu Ijuk No. Uraian Per Pengerajin Persentase

(Rupiah) (%) 1. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 29,20

2. Non Usahatani 1.410.000 70,79

Pendapatan Rata-rata 1.991.893 99,99

Tabel 10. Total Pendapatan Keluarga Pengerajin Sapu Ijuk

No. Uraian Per Pengerajin

(Rupiah)

1. Industri Sapu Ijuk 1.207.483

2. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664

3. Non Usahatani 1.410.000

Total Pendapatan Rata-rata 3.199.147

Tabel 11. Kontribusi Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Terhadap Total Pendapatan Keluarga Per Bulan

No. Uraian Per Pengerajin Persentase

(Rupiah) (%)

1. Industri Sapu Ijuk 1.207.483 37,74

2. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 18,18

3. Non Usahatani 1.410.000 44,07

Total Pendapatan Keluarga Rata-rata 3.199.147 99,99

Diketahui bahwa kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk terhadapa total pendapatan keluarga di Desa Medan Sinembah memiliki persentase sebesar 37,74 % adalah dikatagorikan besar. Berdasarkan ketentuan

(13)

apabila kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk ≥ 30 % maka kontribusinya dikatagorikan besar. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk lebih dari 30 % dapat diterima.

Faktor Yang Menyebabkan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Berkembang Di Daerah Penelitian

Ketersediaan bahan baku dan banyaknya tenaga kerja wanita yang berperan aktif dalam pekerjaan industri rumah tangga sapu ijuk ini membuat industri sapu ijuk ini berkembang di daerah penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Industri sapu ijuk adalah suatu industri rumah tangga yang diusahakan oleh masyarakat Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa yang mengubah serat ijuk menjadi sapu sehingga dapat menambah total pendapatan keluarga. Pendapatan rata-rata pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian selama 1 musim produksi (12 Bulan) adalah sebesar Rp 14.489.794,-/Pengerajin.

2. Kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk lebih dari 30% perbulannya.

3. Ketersediaan bahan baku dan banyaknya tenaga kerja wanita yang berperan aktif dalam pekerjaan industri rumah tangga sapu ijuk merupakan faktor yang membuat industri sapu ijuk ini berkembang di daerah penelitian.

Saran

Kepada Pengerajin Ijuk

Agar memperhatikan ketersediaan bahan baku yaitu serat ijuk. Dikarenakan bahan baku yang terbatas akan mengakibatkan usaha industri rumah tangga sapu ijuk tidak berlangsung lama, dan juga memperhatikan permintaan pasar akan kebutuhan sapu ijuk tersebut.

(14)

Kepada Pemerintah

Diharapkan pemerintah mampu memperhatikan industri rumah tangga ini dengan memberikan kemudahan kredit/pinjaman uang untuk permodalan rakyat sekitar yang ingin mengusahakan industri sapu ijuk.

Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan meneliti tentang segmentasi pasar sapu ijuk dan melakukan SWOT analisis untuk mengetahui permintaan pasar sapu ijuk.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1992. Ilmu usahatani. Alumni, Bandung

Arengabroom. 2009. Serat Ijuk.

http://arengabroom.blogspot.com/2009/08/serat- ijuk-merupakan-serat-alam-terbaik.html, 2011/02/15

Aukley, G. 1983. Teori makro ekonomi. Terjemahan Paul Sihothan. Unuversitas Indonesia, Jakarta

Daniel, M. 2004. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta . PT. Bumi Aksara. Departemen Pertanian CV Yusa Guna, Jakarta.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2012. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang 2013. Deli Serdang: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang.

Hasan, M.I. 2002. Pokop-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasi. Ghalia Indonesia. Bogor

Mosher, A.T. 1991. Mengerakkan dan membangun pertanian. Dinas Pendidikan Departemen Pertanian CV Yusa Guna. Jakarta.

Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES. ________. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta . LP3ES.

Mudrajad, Kuncoro. 2003. Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

(15)

Marisa, Ririn. 2012.Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga. http:respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35087/7/cover.pdf

Soedarsono, H. 1995. Pengantar ekonomi mikro. LP3ES, Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis usaha. UI, Jakarta.

Gambar

Tabel  1.  Komoditi  Andalan  Produk  Industri  Kecil  Menengah  di  Kabupaten  Deli Serdang
Tabel  2.  Produksi  dan  Penerimaan  Rata-rata  Industri  Sapu  Ijuk  Per  Musim  Produksi (12 Bulan)
Tabel 15. Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi
Tabel  6.  Biaya  Produksi    Rata-rata  Usahatani  Budidaya  Ikan  Lele  Per  Musim  Produksi (4 Bulan)
+2

Referensi

Dokumen terkait