• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN MA UCOK DALAM UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT NAGARI LAKITAN UTARA KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN MA UCOK DALAM UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT NAGARI LAKITAN UTARA KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN MA UCOK DALAM UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT

NAGARI LAKITAN UTARA KECAMATAN LENGAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

FANI HERLINA

NPM. 11070084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Perubahan Ma Ucok Dalam Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lingayang Kabupaten Pesisir Selatan

Fani Herlina1, Dr. Maihasni, M.Si 2 Drs. Nilda Elfemi, M. Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The background of this study by changing ma ucok tradition in marriage ceremonies in communities around since once that is done for generations. The research problem is 1). What form ma ucok change in villagers' marriage ceremony in the District of North Lakitan Lengayang, 2). What are the factors causing the change ma ucok in villagers' marriage ceremony in the District of North Lakitan Lengayang. The purpose of this study was to describe 1). Ma ucok shape changes in villagers' marriage ceremony in the District of North Lakitan Lengayang, 2). Factors causing changes in the marriage ceremony ma ucok community Lakitan Nagari Northern District of Lengayang.

The theory used in this research is the theory of social change. This study used a qualitative approach with descriptive research type with reveals and illustrates the problems examined. Intake of informants used by purposive sampling a total of 11 people. The type of data that is found in the form of primary data and secondary data. After the data were analyzed by means of data reduction, data display, and withdrawal data.

Results of this research reveals 1). Ma ucok shape changes in the marriage ceremony can be seen on stage as well as the default given to people who were invited. Which are now ma ucok process carried out after consultation with the niniak mamak sumando and villages. Then from the implementation of the ma ucok now begins a visit to the house that is around dilaksanakanya after the marriage ceremony was to house relatives mom and dad (saparuik). If viewed from default under the women given to people who were invited, namely candy (gulo-gulo) whereas congenital brought by men to the person who invited that white cigarettes (cigarettes Putiah) 2). Factors causing changes in the marriage ceremony ma ucok due to a lack of knowledge about the niniak mamak now ma ucok, see conditions mamak to nephew, and the presence of the mother who was from outside the village to go ma ucok.

Key words: factors, form, change, and ma ucok

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011

2

Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(4)

PENDAHULUAN

Terciptanya atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya. Manusia menciptakan kebudayaan dan kebudayaan menjadikan manusia makhluk yang berbudaya, artinya kebudayaan membentuk manusia secara intelektual, emosional, bahkan secara fisik. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya sebagai hasil belajar (Koentjaraningrat, 1996:72). Kebudayaan tidak terpisahkan dengan tradisi, karena tradisi berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang diciptakan oleh masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan. Di setiap daerah atau suku mempunyai ciri khas tradisi yang berbeda dengan tradisi daerah atau suku lainnya. Tradisi di Indonesia sangat beragam di antaranya ada tradisi kelahiran, kematian, dan tradisi perkawinan.

Perkawinan adalah unsur tali-temali meneruskan kehidupan manusia dan masyarakat yang baik dan sah. Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, sebab masalah perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja tetapi juga kedua belah pihak dari orang tua mempelai, saudara-saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Perkawinan dalam hukum adat yang sangat bersangkut dengan urusan famili, keluarga, masyarakat, martabat dan pribadi (Dijk dalam Setiady, 2009:222-225).

Setiap perkawinan yang akan dilaksanakan dalam masyarakat memiliki upacara adat yang menjadi tradisi pada masyarakat itu sendiri. Di Minangkabau secara umumnya memiliki serangkaian tradisi dalam upacara perkawinan yaitu: manopiek

bandue, batimbang tando, aqad nikah, baralek

gadang, kombuek kapeh dan bajago-jago,

pinang-meminang, malam bainai, basandiang (bersanding),

dan perjamuan (kubuang batang).

Hampir sama dengan hal di atas, Nagari Lakitan Utara memiliki serangkaian tradisi dalam upacara perkawinan baik sebelum atau sesudah upacara perkawinan yang masih dilaksanakan sampai sekarang ini yaitu, maresek, meminang atau bertukar tanda, ma ucok, babako-babaki, malam bainai, manjapuik marapulai, akad nikah, manjalang mintuo, dan malam baetong.

(1). Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian upacara perkawinan dimana pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. (2) Meminang dan bertukar tanda. Tradisi dilakukan oleh pihak keluarga calon mempelai wanita untuk mendatangi keluarga

calon mempelai pria untuk meminang. Bila tunangan diterima, berlanjut dengan bertukar tanda sebagai simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. (3) ma ucok, maa ucok diambil dari kata adat yang biasa disebut dengan

mamanggia. Mamanggia yaitu memanggil atau

mengundang semua keluarga, kerabat, dan tetangga untuk hadir pada upacara perkawinan. Tradisi ini dilakukan sebelum upacara perkawinan dilaksanakan.

(4) babako-babaki, merupakan sebuah tradisi

dilakukan yang oleh keluarga dari pihak ayah calon mempelai wanita (disebut bako) yang merupakan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuannya. (5) malam bainai. Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita dan tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. (6) manjapuik marapulai tradisi dilakukan oleh pihak calon pengantin wanita untuk menjemput calon pengantin pria dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. (7) akad nikah. (8) manjalang minto, tradisi ini dilakukan setelah akad nikah dimana pihak mempelai wanita pergi ke rumah mempelai pria. (9) malam baetong. Tradisi ini dilaksanakan setelah upacara perkawinan yang dilakukan pada malam hari.

Dari serangkaian tradisi upacara perkawinan yang masih dilaksanakan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara saat ini ada yang mengalami perubahan. Munculnya perubahan dalam masyarakat karena masyarakat senantiasa mengalami perkembangan karena, tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Seperti yang terjadi pada tradisi ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara. Ma ucok berasal dari kata adat yang sering disebut dengan

mamanggia. Mamanggia yaitu memanggil atau

mengundang semua keluarga, kerabat, dan tetangga untuk hadir pada upacara perkawinan. Ma ucok dilakukan sebelum upacara perkawinan dan berlangsung selama tujuh hari sampai sehari sebelum dilaksanakannya upacara perkawinan

Pelaksanaan ma ucok dalam upacara perkawinan dulunya dilakukan melalui tiga fase yang yaitu:

mufakat turun jamua, mufakat niniak mamak dengan

sumando (mangopi niniak mamak dan sumando), dan dilanjutkan dengan mufakat nagari (mangopi nagari). Mufakat turun jamua merupakan suatu bentuk musyawarah yang dilakukan oleh keluarga mempelai dengan orang yang memiliki hubungan tali darah (saparuik) dengan mempelai. Mufakat ini bertujuan untuk suatu kegiatan pembagian tugas, dimana tugas tersebut siapa orang yang akan ditugaskan mencari kayu, mamanggia niniak mamak, dan sumando. Mufakat ini juga bertujuan untuk menyelesaikan jika

(5)

ada masalah atau perkara yang ada di dalam keluarga yang akan melaksanakan perkawinan. Kemudian setelah niniak mamak dan sumando dipanggia barulah mufakat niniak mamak dan sumando dilaksanakan. Mufakat niniak mamak dan sumando

(mangopi niniak mamak dan sumando) merupakan

kegiatan musyawarah antara para mamak dengan

sumando serta keluarga mempelai. Mufakat ini

bertujuan untuk membahas beberapa hal di antara menentukan tanggal dilaksanakannya upacara perkawinan, hidangan yang disediakan untuk undangan, dan perayaan seperti apa yang hendak dilakukan. Setelah itu dilanjutkan dengan mufakat nagari (mangopi nagari) yaitu suatu kegiatan permintaan izin yang dilakukan oleh keluarga yang akan melaksanakan perkawinan kepada pemerintah nagari bahwa akan dilaksanakan upacara perkawinan. Setelah ditentukan tanggal dilaksanakannya upacara perkawinan setelah musyawarah turun jamu dan musyawarah niniak mamak dan sumando, dan diakhiri dengan musyawarah nagari, kemudian barulah tradisi ma ucok dilaksanakan. Ma ucok dilakukan oleh orang tua, mamak, dan sumando mempelai dengan berkunjung ke rumah orang yang diundang untuk menghadiri upacara perkawinan dengan membawa sirieh, gambir, kapur srieh , tembakau, dan buah pinang yang dilipat dengan selendang dan dilapisi dengan kain panjang yang diberikan kepada orang diundang yang dibawa oleh kaum ibu atau perempuan, dan sirieh berbentuk segitiga yang diberikan kepada niniak mamak, iman katik, dan alim ulama, dan rokok yang terbuat dari pucuak nipah (pucuk nipah) yang berisi tembakau yang diberikan kepada seluruh orang yang dipanggil atau diundang yang dibawa oleh kaum laki-laki. Ma

ucok dimana dimulai dari berkunjung ke rumah

keluarga ayah dan ibu dari garis ranji, kemudian ke rumah tetangga, kerabat, dan selanjutnya ke rumah masyarakat yang berada di dalam nagari atau yang berada di luar nagari tempat dilaksanakan upacara perkawinan (Wawancara, 30 Januari 2015). Namun saat sekarang ini ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang tidak dilakukan seperti dahulu lagi. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan bentuk perubahan dan faktor penyebab perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori perubahan sosial. Perubahan sosial adalah perubahan penting dari struktur sosial yang mengacu pada pola-pola perilaku dan interaksi sosial sebagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai, dan fenomena kultural. Perubahan sosial dianggap sebagai variasi atau modivikasi dalam

setiap aspek proses sosial, pola sosial, dan bentuk-bentuk serta modifikasi pola antar hubungan yang mapan dan standar perilaku (Moor dalam Lauer, 1993:4). Perubahan yang terjadi dalam masyarakat berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan, dan wewenang, dan interaksi sosial. Perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan baru dalam masyarakat (Gillin dan Gillin dalam Soekanto, 2010:263). Menurut Neil Smelser (dalam Lauer, 1993:119-120) faktor penyebab perubahan sosial dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Keadaan stuktur untuk berubah, menyangkut penelitian struktur sosial untuk mengetahui implikasinya bagi perubahan yang melekat di dalam struktur itu.

2. Dorongan untuk berubah, secara tersirat berarti bahwa kondisi yang menguntungkan secara struktural itu sendiri sebenarnya belum memadai, masih diperlukannya sejenis kekuatan yang cenderung ke arah perubahan. Kekuatan yang dimaksud adalah berupa kekuatan dalam (internal ) atau kekuatan luar ( eksternal ).

3. Mobilitas untuk berubah, hal ini berkaitan dengan arah perubahan. Arah perubahan tergantung pada cara-cara mobilisasi sumber-sumber dan cara penggunaannya untuk mempengaruhi perubahan. Selanjutnya mobilitas itu sendiri berkaitan erat dengan kepentingan kepemimpinan yang terlibat dalam perubahan.

4. Pelaksanaan kontrol sosial, kontrol sosial ini berwujud kekuatan yang mapan seperti media massa, pejabat pemerintahan, dan tim pemimpin agama. Mereka mungkin dianggap dalam menentukan arah perubahan yang terjadi.

Perubahan masyarakat dipandang sebagai perubahan yang mengarah dan bergerak dari bentuk primitif ke bentuk yang berkembang, dari keadaan yang sederhana kekeadaan yang kompleks, dari t ersebar ke terkumpul, dari homogen ke heterogen, dan dari keadaan yang kacau ke keadaan yang teratur (Sztompka, 2010:125-127). Bentuk perubahan dalam masyarakat dapat terjadi secara lambat (dilihat dari waktu), secara cepat, perubahan yang dikehendaki atau direncanakan, perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan. perubahan kecil, serta perubahan besar. Perubahan secara lambat adalah perubahan yang memerlukan waktu lama. Dengan ciri-ciri memerlukan waktu lama, perubahannya kecil, perubahan tidak disadari oleh masyarakat, tidak diikuti oleh konflik atau tidak menimbulkan

(6)

kekerasan. Kemudian perubahan secara cepat adalah perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Dengan ciri-ciri membutuhkan waktu singkat, perubahannya besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan, perubahan disadari/direncanakan, seringkali diikuti oleh kekerasan atau menimbulkan konflik. Setelah itu perubahan yang dikehendaki atau direncanakan adalah perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat, dan perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Kemudian perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan besar adalah perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada makna, penalaran, definisi, atau situasi tertentu (dalam konteks tertentu), dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan mementingkan proses dibandingkan hasil akhir (Afifuddin, 2012:94).

Tipe penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe penelitian yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam (Sugiyono, 2009:289). Pendekatan ini digunakan karena dapat mengungkapkan dan menggambarkan permasalahan bagaimanakah bentuk perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan serta faktor penyebab perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Pemilihan informan dengan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini sebanyak 11 orang yang terdiri dari 1 orang kepala nagari, 3 orang kepala kampung, 2 orang tua yang sudah menikahkan anaknya, dan 5 orang niniak mamak.

kriteria informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui tentang tradisi ma

ucok, sehinga dapat mendeskripsikan bentuk dan

faktor penyebab perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Metode Pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah kelompok yaitu masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Analisis dalam penelitian ini analisis interaktif yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman, analisis interaktif terdiri dari (1). Pengumpulan data merupakan proses mencari data dilapangan dengan membuat catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan di Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan melalui observasi dan wawancara. Pengumpulan data ini merupakan proses awal yang dilakukan dengan cara terjun ke lapangan untuk memperoleh informasi dan mengambil data mengenai bentuk perubahan ma ucok serta faktor penyebab perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. (2). Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemfokusan dan penyederhanaan kata-kata kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan dan membuang yang tidak perlu. Hal ini dilakukan dengan cara menyusun kategori pada tiap-tiap informasi dan berlangsung secara terus menerus selama penelitian. Dalam hal ini peneliti mencatat semua informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi di lapangan. Dari data yang diperoleh, kemudian membuat kesimpulan berdasarkan kelompok-kelompok masing-masing informan dan membuang data yang tidak berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan setelah peneliti selesai melakukan observasi dan wawancara. Kemudian informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara ditulis dalam sebuah buku, setelah itu peneliti menggaris bawahi informasi yang sama didapatkan dari informan penelitian melalui wawancara. (3). Penyajian data (Display data) merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang disajikan dengan menggunakan matrik maupun bagan. Pada tahap ketiga ini dilakukan pengkategorikan data atau pengelompokkan data ke dalam klasifikasi-klasifikasi yang menentukan data tersebut penting atau tidak penting pada tahap pertama. Penyajian ini berguna untuk memperjelas hasil penelitian agar mudah dipahami. Dalam penyajian data ini peneliti membuat transkip wawancara. Dimana data atau informasi yang disajikan dalam transkip wawancara ini didapatkan setelah peneliti melakukan reduksi data. (4). Penarikan kesimpulan (verifikasi) merupakan bagian dari kegiatan selanjutnya setelah melakukan display data. Kesimpulan dalam kualitatif merupakan temuan penelitian yang telah dilakukan. Temuan ini berupa deskritif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau samar sehingga setelah adanya penelitian ini menjadi jelas (Miles dan Huberman, 1992:20).

(7)

TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Tradisi Ma Ucok

Nagari Lakitan Utara merupakan bagian dari Nagari Lakitan merupakan salah satu dari 9 nagari yang ada di Kecamatan Lengayang dengan mayoritas suku Minangkabau yang memiliki berbagai macam tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat tersebut yang menjadi bagian dari kebudayaan yang dipakai dan dilaksanakan secara turun temurun, termasuk tradisi dalam upacara perkawinan yaitu ma ucok yang ada sejak dahulunya. Awal mula munculnya ma ucok dalam upacara perkawinan karena adanya musyawarah dan mufakat antara niniak mamak dengan sumando yang dilakukan sejak dahulunya. Ma ucok diambil dari kata adat yang biasa disebut dengan mamanggia. Mamanggia merupakan memanggil, mengundang, dan memberitahu semua keluarga, kerabat, tetangga, dan masyarakat lainnya bahwa akan diadakanNya upacara perkawinan dan memohon kedatangannya. Ma ucok dilakukan dua minggu sebelun dilaksanakannya upacara perkawinan yang biasanya berlangsung selama tujuh hari sampai sehari sebelum dilaksanakanya upacara perkawinan. Orang yang ditugaskan untuk pergi mamanggia (ma

ucok) adalah orang tua mempelai, mamak yang

berada di dalam rumah (mamak kontan), yang dimaksud dengan mamak kontan yaitu saudara laki-laki dari ibu, dan kerabat terdekat. Hal ini mengingat banyaknya rumah yang akan dikunjungi dan diundang untuk menghadiri upacara perkawinan. Ma ucok dilakukan dengan berkunjung ke rumah keluarga terdekat ayah dan ibu (saparuik), tetangga, dan masyarakat lainnya yang berada d isekitar dilaksanakannya upacara perkawinan. Ma ucok dalam upacara perkawinan dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

1. Musyawarah turun jamua

Musyawarah turun jamua yaitu musyawarah atau berkumpulnya orang-orang yang setali darah dengan orang yang setali darah (saparuik) dengan orang akan melaksanakan upacara perkawinan, musyawarah ini disebut juga dengan musyawarah intern. Musyawarah turun jamua dilakukan dua puluh lima hari atau satu bulan sebelum dilaksanakannya upacara perkawinan yang biasanya dilakukan di rumah mempelai laki-laki maupun mempelai perempuan. Musyawarah ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan atau mempersatukan kembali jika ada hubungan di dalam keluarga tersebut yang tidak baik atau menyelesaikan masalah yang ada di dalam keluarga tersebut sebelum upacara perkawinan dilaksanakan. Kemudian tujuan dari mufakat atau musyawarah ini adalah membicarakan tentang pembagian tugas kepada anggota keluarga yang

akan melaksanakan upacara perkawinan, dimana tugas tersebut diantaranya adalah siapa saja orang yang akan mencari kayu untuk upacara perkawinan yang akan dilaksanakan, siapa orang-orang yang akan mengumpulkan para niniak

mamak, dan siapa yang akan mencari

perlengkapan dan peralatan yang diperlukan dalam upacara perkawinan nantinya.

2. Musyawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak jo sumando)

Musyawarah niniak mamak dengan sumando

(mangopi niniak mamak jo sumando).

Musyawarah (mangopi) niniak mamak dengan

sumando adalah musyawarah antara niniak

mamak, imam katik, alim ulama, cadiak pandai,

dan sumando dengan tujuan memberitahu orang

yang sesuku dalam satu kaum. Musyawarah ini dilakukan lima hari setelah dilaksanakannya musyawarah turun jamua yang dilakukan di rumah mempelai laki-laki maupun perempuan yang dilakukan pada malam hari. Perlengkapan yang digunakan adalah langguai (cerana) yang berisikan sirieh, tembakau, gambir, pinang, dan kapur. Tujuan dari musyawarah dan mufakat ini adalah untuk menentukan tanggal dilaksanakannya upacara perkawinan, membicarakan upacara perkawinan seperti apa yang akan dilaksanakan, mengurus surat menyurat seperti surat perkawinan dan undangan, dan membicarakan hidangan apa-apa sajakah yang akan dihidangkan kepada para tamu nantinya atau orang yang diundang untuk menghadiri upacara perakwinan, serta siapa-siapa saja yang akan pergi berkunjung (ma ucok) ke rumah orang yang akan diundang untuk menghadiri upacara perkawinan.

3. Musyawarah nagari (mangopi ngari)

Musyawarah nagari (mangopi nagari) adalah perkumpulan antara panghulu, niniak mamak, dan pemerintahan nagari. Musyawarah ini dilakukan seminggu setelah dilaksanakannya musyawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak dengan sumando) yang dilakukan pada malam hari di rumah mempelai laki-laki maupun perempuan, dalam hal ini pemerintahan nagari bertugas untuk mempersiapkan surat perkawinan,

dan niniak mamak bertugas mengatur masalah

perkawinan, sedangkan panghulu bertugas mangatur rambu-rambu perlengkapan adat, seperti pakaian rumah dan pelaminan untuk mempelai. Musyawarah ini bertujuan untuk meminta izin kepada pemerintahan nagari bahwa akan dilaksanakannya upacara perkawinan di nagari tersebut serta meminta izin dan pertolongan untuk keamanan selama upacara perkawinan berlangsung

(8)

Setelah tiga tahap tersebut dilakukan dan tanggal pekawinan telah ditentukan barulah ma ucok dilakukan dengan berkunjung ke rumah kerabat dekat ayah dan ibu (saparuik), tetangga dan masyarakat yang berada di lingkungan dilaksanakannya upacara perkawinan. Ma ucok dimulai berkunjung ke rumah keluarga yang memiliki hubungan tali darah dengan keluarga yang melaksanakan upacara perkawinan, dilanjutkan ke rumah kerabat dekat ayah dan ibu (saparuik), tetangga, dan masyarakat yang berada di sekitar dilaksanakannya upacara perkawinan. Ma ucok dilaksanakan oleh dua kelompok yang pertama kelompok bundo kanduang atau kelompok ibu dan kelompok bapak. Dalam melaksanakan ma ucok kelompok bundo kanduang atau kelompok ibu membawa sirieh, gambir, kapur, tembakau, dan buah pinang yang dilipat dengan selendang lalu dilapisi dengan kain panjang. Ketika kelompok bundo kanduang atau kelompok ibu tiba di rumah orang yang diundang sirieh, gambir, kapur, tembakau, dan buah pinang yang dilipat dengan selendang kemudian dilapisi dengan kain panjang dibuka secara perlahan-lahan lalu diberikan kepada orang kaum ibu yang diundang untuk menghadiri upacara perkawinan.

Kemudian dalam melaksanakan ma ucok kelompok bapak membawa pucuak nipah yang diberikan kepada iman katik, kemudian sirieh, gambir, tembakau, kapur, dan buah pinang yang dilipat berbentuk segi tiga yang akan diberikan kepada niniak mamak, dan rokok haluih (rokok halus) yang diberikan kepada kaum bapak secara umumnya dengan cara berkunjung ke rumah lalu menyampaikan maksud dan tujuan. Adapun orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan ma ucok dalam upacara perkawinan adalah orang tua mempelai, niniak mamak, dan sumando, serta keluarga terdekat. Fungsi dilaksanakannya tradisi ini adalah sebagai pengikat tali persatuan dan kesatuan dalam masyarakat secara umum, sebagai sarana untuk menjalin rasa kebersamaan dan dapat mempererat tali silaturahmi dan solidaritas antar masyarakat. Membantu beban keluarga beban mempelai dalam penyelenggaraan pesta pekawinan seperti bantuan tenaga.

2. Bentuk Perubahan Ma ucok

a. Kegiatan yang dilakukan sebelum ma ucok Munculya sebuah perubahan karena masyarakat senantiasa akan mengalami perkembangan dan di dalam perkembangan masyarakat akan mengalami perubahan baik perubahan di bidang ekonomi, politik, maupun cultur (kebudayaan). Maka munculnya perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang merupakan sebuah perkembangan yang terjadi dalam masyarakat

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari proses sebelum ma ucok dalam upacara perkawinan dahulunya dilakukan melalui tiga fase. Pertama, ma ucok dilakukan setelah adanya musyawarah turun jamua. Kedua, musyawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak dan sumando), dan yang ketiga, musyawarah nagari (mangopi nagari). Namun sekarang ma ucok dilakukan setelah adanya musyawarah niniak mamak dengan suamndo (mangopi niniak mamak dengan sumando) dan musyawarah nagari (mangopi nagari). hal ini mengingat dan melihat kondisi ekonomi anak dan kemenakan, kemudian juga melihat kondisi niniak mamak yang memiliki kepentingan pribadi yang tidak bisa ditinggalkan dan memerlukan waktu yang lama.

Kemudian dahulu ma ucok dilakukan dengan berkunjung ke rumah orang yang diundang dan rumah yang dikunjungi pertama kali yaitu rumah kerabat ayah atau ibu mempelai (saparuik), kerabat, tetangga, dan dilanjutkan dengan berkunjung ke rumah orang yang berada di dalam nagari maupun nagari tetapi realitasnya sekarang ini tidak seperti dahulu lagi, dimana ma ucok dilakukan dimulai berkunjung ke rumah kerabat, tetangga, masyarakat yang berada di dalam maupun di luar nagari. Kemudian saat sekarang ini ma ucok tidak hanya dilakukan dengan berkunjung ke rumah orang yang diundang tetapi juga bisa dilakukan dengan hendpone dan media massa.

b. Bawaan yang dibawa ketika ma ucok

Tradisi dikatakan sebagai kumpulan benda material dan gagasan yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu. Tradisi dapat berubah dimana perubahan tersebut dapat dilihat dari benda material, gagasan, simbol, dan nilai tertentu yang ditambahkan bahkan yang dibuang. Begitupun yang terjadi pada tradisi ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang, bahwa perubahan ini tidak hanya dapat dilihat dari segi proses, pelaksanaan tetapi perubahan juga terjadi pada benda yang digunakan atau disebut dengan bawaan yang biasanya diberikan kepada orang yang diundang.

Benda atau bawaan yang dibawa ketika ma ucok lalu diberikan kepada orang yang diundang dahulunya adalah sirieh, kapur, gambir, tembakau, dan buah pinang yang dilapisi dengan selendang lalu dilipat dengan kain panjang yang dibawa oleh kaun ibu atau bundo kanduang yang diberikan kepada kaun perempuan yang diundang untuk menghadiri upacara perkawinan. Kemudian benda material atau bawaan oleh kaum laki-laki yang diberikan kepada orang yang diundang yaitu sirieh, gambir, tembakau, kapur, dan buah pinang yang dilipat berbentuk segi tiga yang diberikan kepada niniak mamak dengan

(9)

cadiak pandai dan alim ulama, dan rokok haluih (rokok halus) yang diberikan kepada masyarakat secara umum yang dibawa oleh kaum laki-laki. Tetapi sekarang ini benda atau bawaan yang dibawa oleh kaum ibu atau bundo kanduang yang diberikan kepada orang yang diundang adalah permen (gulo-gulo), sedangkan banda atau bawaan yang dibawa oleh kaum laki-laki yang diberikan kepada orang yang diundang adalah hanya rokok putih (rokok putiah).

Berdasarkan data yang didapatkan dari lokasi penelitian, maka bentuk perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Bentuk Perubahan Ma Ucok Dalam Upacara Perkawinan No Dahulu Sekarang 1 Ma ucok dilakukan setelah adanya musyawarah turun jamua, musayawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak dengan sumando), dan musyawarah nagari (mangopi nagari). Ma ucok dilakukan setelah adanya musyawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak dengan sumando) dan musyawarah nagari (mangopi nagari).

2 Bawaan yang dibawa ketika ma ucok oleh kaum laki-laki yang diberikan kepada undangan laki-laki adalah sirieh, gambir, tembakau, kapur, dan buah pinang berbentuk segitiga diberikan kepada niniak

mamak, iman katik,

dan cadiak pandai.

Kemudian rokok halus (rokok haluih) yang diberikan kepada masyarakat secara umumya. Bawaan yang dibawa ketika ma ucok oleh kaum perempuan atau bundo kanduang yang diberikan kepada undangan perempuan adalah

Bawaan yang dibawa oleh kaum laki-laki yang diberikan kepada kaum laki-laki adalah rokok putih (rokok putiah). Bawaan yang dibawa oleh kaum perempuan atau bundo kanduang yang diberikan kepada kaum perempuan adalah permen (gulo-gulo). sirieh, gambir, tembakau, kapur, dan buah pinang yang dilipat dengan selendang dan dilapisi dengan kain panjang.

3 Ma ucok dimulai

berkunjung ke rumah kerabat terdekat ayah dan ibu (saparuik), tetangga, dan masyarakat yang berada di sekitar dilaksankannya upacara perkawinan. Ma ucok dimulai berkunjung ke rumah tetangga dan masyarakat yang berada di sekitar dilaksanakanya upacara perkawinan, lemudian dilanjutkan dengan berkunjung ke rumah terdekat ayah dan ibu (saparuik).

4 Ma ucok dilakukan

berkunjung ke rumah orang yang diundang atau dipanggia (dipanggil) untuk menghadiri upacara perkawinan.

Ma ucok pada saat sekarang ini tidak hanya dilakukan dengan berkunjung kerumah tapi juga melalui media massa.

(Data Primer: Wawancara 19 Mei 2015). 3. Faktor Penyebab Ma Ucok

a. Kurangnya pengetahuan niniak mamak tentang ma ucok

Generasi tua (niniak mamak) adalah mereka yang dianggap yang mempunyai peranan penting dan pengetahuan yang luas tentang tradisi yang selama ini menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat di suatu daerah, seperti niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya, serta mereka yang duduk di pemerintahan yang diharapkan bisa memberikan pengetahuan yang mereka miliki kepada generasi berikutnya agar tradisi yang selama ini dilakukan tetap selalu ada dan dilaksanakan secara terus menerus. Agar tidak terjadinya perubahan pada tradisi dalam masyarakat dapat dilakukan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh generasi tua. Sosialisasi adalah proses dimana individu berusaha menyerap isi kebudayaan yang berkembang di tempat kelahirannya. Maka melalui proses ini generasi tua memiliki waktu untuk memberikan pengetahuan kepada generasi penerusnya. Namun hal ini tidak terjadi pada generasi tua di Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan generasi tua tentang tradisi yang selama ini telah dilaksanakan secara terus menerus dalam masyarakat karena kurangnya

(10)

pemahaman dan dangkalnya ilmu yang dimiliki oleh seorang niniak mamak dan juga kriteria-kriteria pengangkatan seorang niniak mamak tidak sesuai sehingga tardisi yang telah ada dan dilaksakan secara terus menerus karena kurangnya sosialisasi antara generasi tua kepada generasi berikutnya.

b. Melihat kondisi mamak dengan kemenakan Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tinggi pula tinggi tingkat ekonomi dan begitu pula sebaliknya. Berbicara mengenai ekonomi ini sangat berhubungan dengan kebutuhan kehidupan manusia. Masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang dalam memenuhi kebutuhannya mereka kebanyakan dari mereka bergerak pada bidang pertanian, nelayan, pedagang, dan ada juga sebagai pegawai negeri sipil. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan hidup manusia. Hal ini mengakibatkan kurangnya rasa solidaritas antara masyarakat yang disebabkan oleh kesibukanya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat. Maka dalam melihat perubahan yang terjadi pada ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Dimana dari data yang didapatkan dari hasil wawancara bahwa pada saat sekarang ini niniak mamak memiliki kesibukannya sendiri terutama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya yang semakin hari semakin meningkat sehingga kurangnya waktu yang dimiliki oleh seorang niniak mamak dalam mengurus keperluan yang berada di luar kehidupan keluarganya. Tingginya tingkat kebutuhan hidup pada bidang ekonomi pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang terlihat pada pembangunan yang cukup maju ditandai dengan adanya toko-toko, swalayan, dan pelayanan masyarakat, yang menjadikan masyarakat bersifat individual dan kurangnya kesadaran kolektif antar masyarakat yang disibukan dengan kepentingan masing-masing.

c. Adanya kaum ibu yang berada di luar nagari pergi ma ucok

Masyarakat akan selalu berkembang dari masyarakat yang sederhana ke masyarakat yang lebih kompleks. Hal ini disebabkan karena tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat tidak hanya disebabkan oleh faktor yang ada dalam masyarakat itu sendiri tetapi juga disebabkan karena adanya faktor dari luar masyarakat itu sendiri, yaitu karena adanya pengaruh dari budaya luar disebabkan karena banyaknya kaum ibu yang suka melihat upacara perkawinan di luar daerah dan adanya masyarakat pendatang baru yang tinggal di

daerah tersebut sehingga inilah yang menyebabkan perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang.

Berdasarkan data yang di dapatkan dari hasil observasi dan wawncara dapat disimpulkan bahwa bentuk perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan dilihat dari bawaan yang dibawa oleh kaum laki yang diberikan kepada undangan laki-laki dan bawaan yang dibawa oleh kaum perempuan yang diberikan kepada undangan perempuan. Dimana bawaan yang dibawa oleh kaum laki-laki yaitu sirieh, tembakau, gambir, kapur, dan pinang yang diberikan kepada niniak mamak, iman katik, dan alim ulama, dan rokok halus yang diberikan kepada masyarakat secara umumnya, tetapi sekarang ini bawaan yang dibawa oleh kaum laki-laki yaitu rokok putih. Kemudian bawaan yang dibawa oleh kaum perempuan dulunya yaitu sirieh, gambir, tembakau, kapur, dan buah pinang yang dilipat dengan selendang yang dilapisi dengan kain panjang, namun sekarang ini bawaan yang dibawa oleh kaum perempuan yaitu permen. Ma ucok sekarang ini tidak hanya dilakukan dengan berkunjung ke rumah orang yang diundang secara langsung tetapi ma ucok sekrang ini bisa saja dilakukan menggunakan undangan, HP, dan media massa ini dilakukan oleh calon mempelai.

Ma ucok dahulu dimalai berkunjung ke rumah kerabat ayah dan ibu, tetangga, dan masyarakat yang berada disekitar dilaksanakannya upacara perkawinan, namun saat sekarang ini ma ucok dimulai dari berkunjung ke rumah tetangga dan masyarakat yang berada disekitar dilasanakannya upacara perkawinan. Kemudian berdasarkan dari data yang didapatkan di lokasi penelitian sekarang ini proses pelaksanaan ma ucok dalam upacara perkawinan ada yang tidak dilaknakan lagi yaitu turun jamua. Diamana dahulunya ma ucok dilakukan melalui tiga tahap yaitu mufakat turun jamua, musyawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak dengan sumando, dan musyawarah nagari (mangopi nagari), sekarang hanya dilakukan melalui dua fase yaitu musyawarah

niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak

mamak dengan sumando) dan musyawarah nagari

(mangopi nagari).

Munculnya perubahan sosial karena masyarakat senantiasa akan mengalami perubahan, perubahan dapat dilihat dari gagasan, simbol, dan nilai tertentu yang ditambahkan dan dibuang yang ada dalam masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap pola-pola kebudayaan yang ada dalam masyarakat seperti nilai. Dalam sebuah masyarakat generasi tua mempunyai peranan penting dan memiliki pengetahuan luas tentang tradisi. Generasi tua yang

(11)

dimaksud adalah niniak mamak, alim ulama, cadiak

pandai, bundo kanduang, dan tokoh masyarakat

lainnya.

Terjadinya perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara suatu perkembangan yang dialami oleh masyarakat tersebu yang diiringin dengan adanya dorongan untuk berubah. Menurut Neil Smelser adanya dorongan untuk berubah yang dimaksud disini adalah kektuatan yang ada dalam masyarakat (internal) maupun kekuatan yang berada dari luar (eksternal). Maka dapat kita ketahui bahwa perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan disebabkan karena adanya faktor intern maupun ekteren yang ada dalam masyarakat tersebut. Dimana berdasarkan data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara faktor penyebab terjadinya perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan yang berasal dari dalam masyarakat disebabkan karena masyarakat saat sekarang ini tidak menggunakan sirieh, gambir, tembakau, kapur, dan buah pinang, serta rokok halus (rokok haluih) yaitu rokok yang terbuat dari pucuak nipah dan tembakau yang dibawa ketika ma ucok yang diberikan kepada orang yang diundang sekarang diganti dengan permen (gulo-gulo) dan rokok putih (rokok putiah), ini disebabkan karena masyarakat sekrang ini tidak menyukai sirieh dan langkahnya pucuak nipah yang ada dalam masyarakat .

Berdasarkan data atau informasi yang didapatkan dari observasi dan wawancara dapat dianalisis bahwa berubahnya ma ucok dalam upacara perkawinan tidak terlepas dari peranan generasi tua karena mereka bisa menindas perubahan atau berperan penting dalam menentukan arah perubahan yang akan terjadi. Hal ini dapat dilihat dari kontrol sosial yang dilakukan untuk melakukan perlawanan terhadap perubahan. Kontrol sosial yang ini dapat berwujud kekuatan yang berasal dari dalam yang dilakukan oleh generasi tua dalam menindas perubahan yang terjadi dalam ma ucok. Kurangnya peranan generasi tua dalam masyarakat mengakibatkan melemahnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat, maka hal ini sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dimana pengaruh tersebut dapat dilihat bawaan yang dimabawa ketika ma ucok dengan menggunakan sireh yang dianggap sebuah kata penghormatan sebagai rasa menghargai yang memiliki nilai yang sangat penting dalam masyarakat yang sekarang ini digantikan dengan permen (rokok haluih) dan rokok putih (roko putiah), dan dahulu ma ucok dilakukan melalui tiga tahap yaitu musyawarah turun jamua, musyawarah niniak mamak dengan sumando (mangopi niniak mamak dengan sumando), dan musayawarah nagari (mangopi nagari) merupakan untuk meningkatkan solidaritas dalam masyarakat

yang sekarang ini dilakukan dengan musayawarah

niniak mamak dengan sumando dan musyawarah

nagari. Maka dalam melihat perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan dapat kita lihat bahwa perubahan ini disebabkan karena adanya dorongan untuk berubah dan kurangnya kontol sosial yang dilakukan oleh generasi tua dalam menindas perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

PENUTUP

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis masalah yang telah dituliskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Proses ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang dahulunya dilakukan setelah kegiatan

mufakat turun jamua, mufakat niniak mamak

dengan sumando, dan mufakat Nagari. Tetapi pada saat sekarang ini proses ma ucok dilakukan setelah mufakat niniak mamak dengan sumando dan mufakat Nagari.

Namun

2. Pelaksanaan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang dahulunya dilakukan dengan berkunjung ke rumah orang yang diundang yang dimulai dari berkunjung dari kerabat kerabat dekat ibu dan iyah mempelai (saparuik), tetangga, dan masyarakat yang berada di sekitar tempat tinggal mempelai atau dilaksanakannya upacara perkawinan. Tetapi sekarang ma ucok dilakukan dimulai dari berkunjung ke rumah kerabat, tetangga, masyarakat lainnya.

3. Bawaan ma ucok yang diberikan kepada undangan perempuan dahulunya dengan membawa sirieh, gambir, kapur, tembakau, dan buah pinang yang dilipat dengan selendang kemudian dilapisi dengan kain panjang, tetapi sekarang ini bawaan yang diberikan kepada undangan perempuan yaitu permen (gulo-gulo). Kemudian sirieh yang lengkap dengan berbentuk segi tiga yang diberikan kepada niniak mamak dengan alim ulama dan cadiak pandai, kemudian rokok halus (rokok haluih) yang diberikan kepada masyarakat secara umunya. Tetapi saat sekarang ini bawaan yang diberikan kepada undangan laki-laki hanya rokok putih (rokok putiah) seperti rokok surya, clas mild, dan sampuerna.

4. Faktor yang menyebabkan perubahan ma ucok dalam upacara perkawinan pada masyarakat Nagari Lakitan Utara Kecamatan Lengayang adalah:

b. Kurangnya pengetahuan niniak mamak sekarang ini tentang ma ucok

(12)

c. Melihat kondisi mamak dengan kemenakan

d. Adanya kaum ibu yang berada di Luar nagari pergi ma ucok

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. 2012. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rajawali.

Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Lauer, H Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Setiady, Tolib. 2009. Intisari Hukum Adat Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiolog Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Rajawali Pers.

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Predana Media Grup.

Referensi

Dokumen terkait