• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA DALAM SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA DALAM SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

SLAMET WALUYO NIM: 2102218

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

IAIN WALISONGO SEMARANG

(2)

ii

Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syari'ah a.n. Sdr. Slamet Waluyo IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Slamet Waluyo Nomor Induk : 2102218 Jurusan : MU

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA DALAM SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM

Selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, Juli 2007

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. A. Ghozali Rahman el-Yunusi, SE, MM

(3)

iii

Jl. Raya Ngaliyan Boja Km. 02 Semarang Telp/Fax. (024) 601291 PENGESAHAN

Skripsi saudara : Slamet Waluyo

NIM : 2102218

Fakultas : Syari’ah

Jurusan : MU

Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA DALAM SISTEM

PEREKONOMIAN ISLAM

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus, pada tanggal:

18 September 2007

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata1 tahun akademik 2006/2007

Semarang, Januari 2008 Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H.Muhyiddin M.Ag Rahman el-Yunusi, SE, MM

NIP. 150 216 809 NIP. 150 301 637

Penguji I, Penguji II,

Dra. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag. Moh. Arifin. S.Ag., M.Hum

NIP. 150 231 628 NIP. 150 279 720

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. A. Ghozali, M.Ag Rahman el-Yunusi, SE, MM

(4)

iv

نَأ

ﱠﻻِإ

ِﻞِﻃﺎَﺒْﻟﺎِﺑ

ْﻢُﻜَﻨْﻴَﺑ

ْﻢُﻜَﻟاَﻮْﻣَأ

ْاﻮُﻠُآْﺄَﺗ

َﻻ

ْاﻮُﻨَﻣﺁ

َﻦﻳِﺬﱠﻟا

ﺎَﻬﱡﻳَأ

ﺎَﻳ

َنﺎَآ

َﻪّﻠﻟا

ﱠنِإ

ْﻢُﻜَﺴُﻔﻧَأ

ْاﻮُﻠُﺘْﻘَﺗ

َﻻَو

ْﻢُﻜﻨﱢﻣ

ٍضاَﺮَﺗ

ﻦَﻋ

ًةَرﺎَﺠِﺗ

َنﻮُﻜَﺗ

ًﺎﻤﻴِﺣَر

ْﻢُﻜِﺑ

}

29

{

َفْﻮَﺴَﻓ

ًﺎﻤْﻠُﻇَو

ًﺎﻧاَوْﺪُﻋ

َﻚِﻟَذ

ْﻞَﻌْﻔَﻳ

ﻦَﻣَو

ًاﺮﻴِﺴَﻳ

ِﻪّﻠﻟا

ﻰَﻠَﻋ

َﻚِﻟَذ

َنﺎَآَو

ًارﺎَﻧ

ِﻪﻴِﻠْﺼُﻧ

)

ءْْْْْﺎﺴﻨﻟا

:

30

-29

(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. An-Nisa’: 29-30)∗

.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an ,

al-Qur'an dan Terjemahnya, DEPAG RI, Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993, hlm. 122.

(5)

v

dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

o Bapak dan Ibuku tercinta (Bpk Muhyidin dan Ibu Zumrotun). Yang selalu

mendo'akanku dan do'a beliau yang selalu mengiringi langkahku

o Adik-adikku tersayang (Tia, Ida dan Saifudin) serta seluruh keluarga ku

tercinta, semoga kalian temukan istana kebahagiaan di dunia serta akhirat, semoga semuanya selalu berada dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.

o Teman-temanku (Toha, Lukman, Hanif, Joni, Farid dan Ulil) dan semuanya

yang tak dapat kusebutkan satu persatu yang selalu bersama dalam canda dan tawa dalam menjalani study

(6)

vi

Dengan penuh kejujuran dan tanggung

jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang telah

pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini

tidak berisi satupun

pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi

yang terdapat dalam referensi yang

dijadikan bahan rujukan.

Semarang, uli 2007 Deklarator,

Slamet Waluyo

(7)

vii

Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya? Bagaimana aktualisasinya pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya dalam sistem perekonomian Islam? Untuk menyusun skripsi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik library research yaitu dengan meneliti sejumlah kepustakaan. peneliti menggunakan analisis data kualitatif. yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif analisis yaitu cara penulisan dengan mengutamakan pengamatan terhadap gejala. peristiwa dan kondisi aktual dimasa sekarang. Hasil dari pembahasan bahwa Menurut Abdul Mannan, dalam Islam uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Diterimanya peranan Liang ini secara meluas dengan maksud melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan pengisapan dalam ekonomi tukar-menukar, Karena ketidakadilan dalam ekonomi tukar menukar (barter), digolongkan sebagai riba al fazal, yang dilarang dalam agama,

sedangkan peranan uang sebagai alat tukar dapat dibenarkan. Karena itu dalam Islam uang sendiri tidak menghasilkan suatu apa pun. Dengan demikian bunga (riba) pada uang yang dipinjam dan dipinjamkan dilarang. Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensial. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan capital. Sebaliknya, konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability), yaitu

uang sebagai uang dan uang sebagai capital.

Aktualisasinya konsep uang menurut Abdul Mannan dalam perekonomian national maka akan sangat menguntungkan bangsa Indonesia. Karena dalam kenyataannya bahwa lahirnya bank syari'ah telah menunjukkan perkembangan yang baik. Sebagai buktinya adalah bank syari'ah dapat bertahan dari krisis moneter, dan dibandingkan dengan bank konvensional maka bank syari'ah telah diakui keunggulannya karena ia mampu bertahan pada saat-saat maraknya bank konvensional yang gulung tikar. Hal ini dikarenakan antara lain karena bank syari'ah merupakan bank bebas bunga. Dari sini tampak bahwa bank syari'ah merupakan aktualisasi dari konsep uang bukan sebagai komoditi.

(8)

viii

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul: “STUDI ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA

DALAM SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM” ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Muhyiddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Drs. H. A. Ghozali selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Rahman el-Yunusi, SE, MM Drs. Wahab Zaenuri MM selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak H. Tolkah, M.A selaku Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah

memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para Dosen Pengajar dan staff di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi.

5. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu baik moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN DEKLARASI... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Telaah Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian... 14

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II: UANG DAN SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM A. Uang ... 17

1. Pengertian Uang ……… ... 17

2. Fungsi Uang ... 21

3. Teori tentang Uang ... 32

B. Sistem Perekonomian Islam... 39

1. Pengertian Ekonomi Islam... 39

2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam... 43

3. Sistem Perekonomian Islam... 48

BAB III : PENDAPAT MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA

(10)

x

2. Karya-Karya Muhammad Abdul Mannan ... 56

B. Karakteristik Pemikiran Muhammad Abdul Mannan ... 57

C. Pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang Konsep Uang dan Peranannya ... 60

1. Tentang uang ... 60

2. Uang berkaitan dengan Bank, Bunga dan Riba ... 64

3. Uang dan Teori tentang Zakat ... 70

BAB IV : ANALISIS PENDAPAT MUHAMMAD ABDUL MANNAN TENTANG KONSEP UANG DAN PERANANNYA A. Analisis Pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang Konsep Uang dan Peranannya ... 72

1. Tentang uang ... 72

2. Uang berkaitan dengan Bank, Bunga dan Riba ... 78

3. Uang dan Teori tentang Zakat... 86

B. Aktualisasinya Pendapat Muhammad Abdul Manan tentang Konsep Uang dan Peranannya dalam Perekonomian Nasional ... 91 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 97 B. Saran-saran ... 98 C. Penutup... 99 DAFATAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Semenjak berabad-abad yang lalu masyarakat telah menyadari bahwa uang sangat penting peranannya dalam melancarkan kegiatan perdagangan. Tanpa uang kegiatan perdagangan menjadi sangat terbatas dan tidak dapat berkembang. Keadaan seperti ini akan membatasi perkembangan ekonomi yang dapat dicapai. Peranan uang yang sangat penting ini dapat dengan nyata dilihat dari memperhatikan masalah-masalah yang akan dihadapi apabila perdagangan dijalankan secara barter.1

Pada tingkatan peradaban yang terendah, dapat dibayangkan adanya perekonomian yang tidak membutuhkan uang, maka tentunya pada saat itu terjadi kesulitan dalam proses tukar menukar barang.2 Dari kesulitan-kesulitan yang akan timbul sebagai akibat dari ketiadaan uang seperti yang baru diterangkan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Maka uang selalu didefinisikan sebagai: benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar/perdagangan. Yang dimaksudkan dengan kata "disetujui" dalam

1Sadono Sukirno,

Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992, hlm. 190.

2Winardi,

(12)

definisi ini adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat.3

Pada zaman dahulu, pertukaran hanya ada dalam bentuk barter, dalam hal ini barang ditukar untuk mendapatkan barang. Bahkan dewasa ini banyak rakyat dari negara berkembang di daerah-daerah pedalaman memperoleh kebutuhan mereka melalui barter. Akan tetapi karena peradaban dan kebudayaan mereka semakin berkembang, sistem pertukaran mereka juga meningkat.4

Sekarang ini semua kelompok-kelompok masyarakat menggunakan pertukaran melalui uang. Hal ini disebabkan karena nilai semua barang dan jasa dapat dengan mudah terlihat dan dengan segera ditetapkan dengan menggunakan uang.5 Namun demikian, dalam perspektif Islam uang bukan segalanya, dan bukan yang paling terpenting. Dalam Islam justru yang terpenting adalah waktu.6

Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad saw., di Madinah, dinar

dan dirham diimpor; dinar dari Roma dan dirham dari Persia. Besarnya

volume impor dinar dan dirham serta barang-barang komoditas bergantung kepada volume komoditas yang diekspor ke dua negara tersebut dan ke wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaannya.7

3

Ibid, hlm. 192. 4Afzalur Rahman,

Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 2, terj. Soerojo, Nastangin, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, hlm. 71-72

5 Ibid

6Adiwarman Karim,

Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Tim III T Indonesia, 2002, hlm. 37 7Adiwarman Karim,

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Tim III T Indonesia, 2002, hlm. 127-128

(13)

Dengan menggunakan uang akan mempermudah dalam mengembangkan perdagangan dan dalam hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya. Tak dapat disangkal lagi, uang merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian dan sangat dominan dalam analisis ekonomi makro. Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sejak peradaban kuno, mata uang logam sudah menjadi alat pembayaran biasa walaupun belum sesempurna sekarang. Kebutuhan menghendaki adanya alat pembayaran yang memudahkan pertukaran barang agar pekerjaan dapat lebih mudah. Perbedaan sistem ekonomi yang berlaku, akan memiliki pandangan yang berbeda tentang uang. Sistem ekonomi konvensional memiliki pandangan yang berbeda tentang uang dibandingkan dengan sistem ekonomi Islam.8

Di dalam ekonomi Islam uang bukanlah modal. Sementara ini kadang orang salah kaprah menempatkan uang. Uang disama artikan dengan modal. Uang adalah barang khalayak (masyarakat luas). Uang bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang yang berlaku di suatu negara. Sementara modal adalah barang pribadi atau orang-perorangan. Secara definisi uang adalah benda yang dijadikan sebagai ukuran dan penyimpan nilai semua barang.9

Dalam Hukum Islam fungsi uang sebagai alat tukar-menukar diterima secara meluas. Penerimaan fungsi ini disebabkan karena fungsi uang ini

8Eko Suprayitno,

Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 187.

9Muhamad,

Bank Syari’ah, Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman, Yogyakarta; Ekonisia, 2003, hlm. 33.

(14)

dirasakan dapat menghindarkan kecenderungan ketidakadilan dalam sistem perdagangan barter. Sebagai alat tukar, uang dapat dipecah dalam satuan-satuan terkecil. Hal serupa tidak dapat dilakukan terhadap sejumlah barang tertentu kecuali mengakibatkan rusak atau nilai barang tersebut menjadi berkurang, Oleh karena itu perdagangan barter berpotensi riba, yakni riba fadhal.10

Dalam masyarakat industri dan perdagangan seperti yang sedang berkembang sekarang ini fungsi uang tidak hanya diakui sebagai alat tukar, tetapi juga diakui berfungsi sebagai komoditas (hajat hidup yang bersifat terbatas) dan sebagai modal. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dapat dijadikan sebagai obyek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sebagai modal (kapital) uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik menghasilkan barang maupun menghasilkan jasa. Lembaga keuangan seperti pasar modal, bursa efek, dan perbankan konvensional yang berkembang sekarang ini merupakan suatu kenyataan bahwa fungsi uang telah berkembang sebagai komoditas dan modal, tidak terbatas pada fungsinya sebagai alat tukar.

Berbeda dengan fungsinya sebagai alat tukar-menukar yang diterima secara bulat, fungsi uang sebagai komoditas dan modal masih diperselisihkan. Sebagian ekonom Islam menentang keras fungsi uang sebagai komoditas dan sebagai modal. Abdul Mannan, misalnya seorang ekonom muslim asal

10Ghufron A. Mas’adi,

Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 14-16

(15)

Pakistan mengatakan bahwa dalam Islam uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Diterimanya peranan uang ini secara meluas dengan maksud melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan pengisapan dalam ekonomi tukar-menukar. Karena ketidakadilan dalam ekonomi tukar menukar (barter), digolongkan sebagai Riba al Fazal, yang dilarang dalam agama,

sedangkan peranan uang sebagai alat tukar dapat dibenarkan. Karena itu dalam Islam uang sendiri tidak menghasilkan suatu apapun. Dengan demikian bunga (riba) pada uang yang dipinjam dan dipinjamkan dilarang. Sekali peranan uang sebagai alat tukar diakui, uang dapat memainkan peranannya sebagai suatu unit alat hitung dan sebagai suatu kumpulan nilai dalam suatu ekonomi Islami. la dapat digunakan sebagai ukuran opportunity cost (yaitu pendapatan

yang hilang), dengan baik sekali.11

Dalam hubungannya dengan sistem ekonomi Islam, bahwa sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran yang sempurna (QS. al-Ma'idah ayat 3).

ِد

ْﻢُﻜَﻟ

ُﺖْﻠَﻤْآَأ

َمْﻮَﻴْﻟا

ُﺖﻴِﺿَرَو

ﻲِﺘَﻤْﻌِﻧ

ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ

ُﺖْﻤَﻤْﺗَأَو

ْﻢُﻜَﻨﻳ

ٍﻒِﻧﺎَﺠَﺘُﻣ

َﺮْﻴَﻏ

ٍﺔَﺼَﻤْﺨَﻣ

ﻲِﻓ

ﱠﺮُﻄْﺿا

ِﻦَﻤَﻓ

ًﺎﻨﻳِد

َمَﻼْﺳِﻹا

ُﻢُﻜَﻟ

ٌﻢﻴِﺣﱠر

ٌرﻮُﻔَﻏ

َﻪّﻠﻟا

ﱠنِﺈَﻓ

ٍﻢْﺛِﺈﱢﻟ

)

ةﺪﺋﺎﻤﻟا

:

3

(

11Muhammad Abdul Mannan,

Ekonomi Islam Teori dan Praktek, Jakarta: PT Intermasa, 1992, hlm. 162.

(16)

Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Maidah: 3).

Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada ajaran kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang, dalam beberapa hal, sistem ekonomi Islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun dalam banyak hal sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua sistem tersebut. Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dari kapitalisme dan sosialisme, namun terlepas dari sifat buruknya.

Dalam hubungannya dengan uang, bahwa pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk

spekulasi. Islam juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (bai' al muqayadah), di mana

barang saling dipertukarkan.12 Menurut Afzalur Rahman:

Rasulullah saw menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem pertukaran melalui uang. Oleh karena itu beliau

12Zainul Arifin,

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta : Alvabeta, 2003, hlm. 16

(17)

menekankan kepada para sahabat untuk menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka. Hal ini dapat dijumpai dalam hadits-hadits antara lain seperti diriwayatkan oleh Ata bin Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri. 13

Ternyata Rasulullah SAW tidak menyetujui transaksi-transaksi dengan sistem barter, untuk itu dianjurkan sebaiknya menggunakan uang. Tampaknya beliau melarang bentuk pertukaran seperti ini karena ada unsur riba di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, tema ini sangat penting diteliti, karena masalah uang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Adapun alasannya memilih tokoh dan pandangan Muhammad Abdul Mannan adalah karena ia merupakan salah seorang pakar ekonomi yang telah dapat mengetengahkan implikasi dari berbagai perintah Islam dalam kaitannya dengan beberapa masalah mendesak yang dihadapi dunia Islam. Ia sangat besar perhatiannya dengan pertumbuhan dan perkembangan lazu perekonomian umat Islam.

Berpijak pada pentingnya masalah di atas, maka penulis hendak mengangkat tema ini dengan judul: "Studi Analisis Pemikiran Muhammad Abdul Mannan tentang Konsep Uang dan Peranannya dalam Sistem Perekonomian Islam"

13Afzalur Rahman,

(18)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.14 Bertitik tolak pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan:

1. Bagaimana pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang? 2. Bagaimana pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep sistem

perekonomian Islam?

3. Bagaimana peranan uang dalam sistem perekonomian Islam? C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang

2. Untuk mengetahui pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep sistem perekonomian Islam

3. Untuk mengetahui peranan uang dalam sistem perekonomian Islam D. Telaah Pustaka

Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya, terutama tokoh yang dijadikan kajian. Beberapa penelitian sebelumnya ada yang telah mengungkapkan peranan bank sentral dan masalah riba, tapi tidak memfokuskan masalah uang perspektif abdul Mannan . Misalnya, skripsi yang berjudul Studi Analisis Pemikiran Umer Chapra Tentang Riba disusun oleh

Siti Saifiyatun Nasikhah (NIM.2100166). Pada intinya, penyusun skripsi ini

14Jujun S. Suriasumantri,

Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. 7, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 312.

(19)

mengungkapkan bahwa konsep riba Umer Chapra ini lebih ditekankan pada apa yang sesungguhnya dituntut dibalik pelarangan riba, yaitu untuk menegakkan sebuah sistem ekonomi di mana semua bentuk eksploitasi dan ketidak adilan dihapuskan. Dengan kata lain, eksploitasi dan ketidak adilan merupakan esensi utama riba.

Skripsi yang berjudul Peranan Bank Sentral Dalam Sistem Moneter Islam Menurut Muhamamd Umer Chapra, disusun oleh Nur Zaini (NIM.

2196111). Penulis skripsi tersebut dalam temuannya mengungkapkan bahwa karena bank sentral Islam akan menjadi kemudi dari sebuah sistem yang secara keseluruhan beda dan menantang, ia tidak dapat menjadi penonton pasif atau pengikut jinak teknik konvensional. la harus memberikan peran keteladanan dan aktif dalam keseluruhan proses islamisasi dan evolusi yang berkelanjutan sistem perbankan, paling tidak sampai sistem itu menjadi baik dan kuat. Persis seorang ibu, ia harus memahami, menyiapkan kelahiran, menyuapi, mendidik, dan membantu sistem perbankan Islam berkembang.

Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa penelitian terdahulu titik berat pembahasannya tentang peranan bank sentral, dan riba’ Sedangkan penelitian saat ini titik berat pembahasannya tentang uang.

Adapun beberapa buku yang telah diterbitkan dan berhubungan dengan judul di atas dapat diketengahkan sebagai berikut:

Pertama, Teori Moneter, disusun oleh Boediono. Buku kecil ini berisi

sketsa perkembangan teori moneter mulai dari Fisher dan Marshall sampai saat ini. Karena berupa sketsa, maka teori-teori disajikan secara garis besar,

(20)

skematis dan dalam banyak hal tidak mendalam. Ini adalah sesuai dengan tujuan utama dari buku ini, yaitu untuk memberikan gambaran arah umum perkembangan teori moneter.

Kedua, Ekonomi Moneter, hasil karya M.Manullang. dalam buku ini

diungkapkan tentang fungsi, jenis dan peranan uang. Dalam bab selanjutnya dipaparkan pula tentang politik moneter, cara-cara mengatasi inflasi dan berbagai teori tentang moneter. Secara global buku ini tampaknya menyeluruh ketika menganalisis tentang peranan moneter dalam perekonomian baik secara mikro maupun makro.

Ketiga, Islam dan Pembangunan Ekonomi, karya Umer Chapra. Dalam

buku itu dikemukakan ada lima tindakan kebijakan yang diajukan bagi pembangunan yang disertai dengan keadilan dan stabilitas. Lima kebijakan tersebut adalah: (1) memberikan kenyamanan kepada faktor manusia, (2) mereduksi konsentrasi kekayaan, (3) melakukan restrukturisasi ekonomi, (4) melakukan restrukturisasi keuangan, dan (5) rencana kebijakan strategis.

Di antara tindakan-tindakan kebijakan ini mungkin sudah sangat akrab bagi mereka yang sudah bergelut dalam literatur pembangunan. Akan tetapi, apa yang lebih penting adalah injeksi dimensi moral ke dalam parameter pembangunan material. Tanpa sebuah integrasi moral dan material seperti itu, barangkali tidak mungkin dapat diwujudkan adanya efisiensi atau pemerataan.15

15Umer Chapra,

Islam dan Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm. 85.

(21)

Keempat, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), yang disusun oleh Djazuli dan Yadi Yanwari. Di dalam buku itu

disebutkan bahwa dewasa ini ada dua sistem ekonomi yang dianut oleh umat manusia di dunia, yakni sistem ekonomi Kapitalis dan sistem ekonomi Sosialis. Sistem ekonomi Kapitalis banyak dianut oleh negara-negara yang berada di belahan Benua Amerika, Eropa Barat, dan beberapa negara di Benua Asia. Sedangkan sistem ekonomi Sosialis banyak dianut oleh negara-negara yang berada di belahan Eropa Timur dan beberapa negara Asia. Menurut sebagian pengamat ekonomi, khususnya ekonom muslim, saat ini masyarakat dunia telah mengalami kejenuhan dengan kedua sistem ekonomi tersebut. Selain itu, dengan mengembangkan kedua sistem ekonomi itu dunia semakin hari semakin tidak teratur, yang pada gilirannya melahirkan negara-negara yang semakin hari semakin kaya di satu sisi dan melahirkan negara-negara yang semakin miskin di sisi lain. Dengan kata lain, dengan menjalankan kedua sistem ekonomi tersebut melahirkan ketidakseimbangan dalam perkembangan ekonomi. Dengan melihat kenyataan tersebut, maka kemudian muncul pemikiran baru yang menawarkan ajaran Islam tentang ekonomi sebagai sebuah sistem ekonomi alternatif.16 Namun persoalannya sekarang, apakah ajaran Islam tentang ekonomi bisa dikatakan sebagai sistem ekonomi Islam? Uraian di bawah ini akan mencoba melukis-jelaskan tentang sistem ekonomi Islam. Berkenaan dengan pertanyaan, apakah ajaran Islam tentang ekonomi

16"Seorang ekonom berkebangsaan Perancis, Jacquen Austry, menyatakan bahwa jalan untuk menumbuhkan ekonomi tidak hanya terbatas pada dua sistem-Kapitalisme dan Sosialisme, melainkan ada sistem ekonomi lain yang lebih kuat, yakni sistem ekonomi Islam., Sedangkan Raymond Charles, seorang orientalis berkebangsaan Perancis, menyatakan bahwa Islam telah menggariskan jalan kemajuan tersendiri”.

(22)

bisa dikatakan sebagai sistem ekonomi Islam? telah muncul beberapa pendapat, yang bila dirangkum terbagi kepada dua pendapat. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa ajaran Islam tentang ekonomi bisa dinyatakan sebagai sebuah sistem ekonomi, sedangkan pendapat lain menyatakan bukan sistem ekonomi tetapi hanya berupa norma ekonomi. Menurut M. A. Mannan, dikotomi itu lebih pada, apakah ekonomi Islam itu sebuah "sistem" atau sebuah "ilmu".17 Sebelum memahami lebih jauh tentang sistem ekonomi Islam

akan lebih baik bila mendeskripsikan terlebih dahulu tentang makna sistem ekonomi itu sendiri. Sistem berarti suatu keseluruhan yang kompleks: suatu susunan hal atau bagian yang saling berhubungan.18 Dengan kata lain, sistem berarti sebuah totalitas terpadu yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan, .saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling tergantung menuju tujuan bersama tertentu. Dengan pengertian sistem ini, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah susunan organisasi ekonomi yang mantap dan teratur.19 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa ajaran Islam tentang ekonomi dapat dikatakan pula sebagai sebuah sistem ekonomi. Hal ini disebabkan karena ajaran Islam tentang ekonomi adalah ajaran yang bersifat integral, yang tidak terpisahkan baik dengan ajaran Islam secara keseluruhan maupun dengan realitas kehidupan. Selain itu, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah sistem ekonomi telah terpenuhi dalam ajaran Islam. Unsur-unsur yang harus 17M. A. Mannan, op.cit., hlm. 15. 18 Ibid. 19Anonimous.

Ekonomi Pancasila untuk Mendukung Tinggal Landas dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Jakarta: Lemhannas, 1989, hlm. 8.

(23)

terpenuhi dalam sistem ekonomi Islam itu adalah: (1) sumber-sumber ekonomi atau faktor-faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian tersebut; (2) motivasi dan perilaku pengambil keputusan atau pemain dalam sistem itu; (3) proses pengambilan keputusan; dan (4) lembaga-lembaga yang terdapat di dalamnya.20

Kelima, Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya,

yang dikarang oleh Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim. Dalam temuannya, penulis buku tersebut menjelaskan, tak seorang pun menyangkal tentang pentingnya studi ekonomi saat kini. Pertarungan yang terjadi di antara kedua blok Timur dan Barat, sebabnya kembali sebagian besar kepada sebab-sebab ekonomis. Problema pokok yang merepotkan kini, adalah apa yang diistilahkan dengan dunia ketiga, yang terdiri dari negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yakni problema kemunduran ekonomi dan perlunya menumbuhkan ekonomi. Kalau ekonomi Islam belum berperan sampai kini, tidak berarti kurang pentingnya ekonomi Islam. Sebab sebagaimana diketahui bahwa jauhnya ekonomi Islam dari arena, tidak lain karena terpecahnya dunia Islam dan jatuhnya sebagian besar dunia Islam ke bawah kekejaman penjajahan, yang berusaha sekuat tenaga menjauhkan syariat Islam, termasuk di dalamnya ekonomi Islam, dari penerapannya di negeri-negeri Islam yang mereka duduki.21

20Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm 24-26.

21Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim,

Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, Terj. Abu Ahmadi dan Anshori Umar Sitanggal, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1980, hlm. 30.

(24)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :22 1. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data-data yang sebaik-baiknya, kemudian ditempuhlah teknik-teknik tertentu di antaranya yang paling utama ialah

research yakni mengumpulkan bahan dengan membaca buku-buku jurnal

dan bentuk-bentuk bahan lain atau yang lazim disebut dengan penyelidikan kepustakaan (library research) adalah salah satu jenis

penelitian melalui perpustakaan.23 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi24 yaitu dengan meneliti sejumlah kepustakaan (library research), kemudian

memilah-milahnya dengan memprioritaskan keunggulan pengarang. 3. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data,25 peneliti menggunakan analisis data

kualitatif, yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.26 Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif

22Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. 5, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991, hlm. 24.

23Sutrisno Hadi,

MetodePenelitianResearch, Yogyakarta : Andi Offset, 1990, hlm. 42 24Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi. yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. 12, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 206.

25Menurut Moh. Nazir, Analisa adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Moh. Nazir. Metode Penelitian, Cet. 4, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, hlm, 419.

26 Tatang M. Amirin,

Menyusun Rencana Penelitian, Cet. 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 134. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 14, Bandung: PT

(25)

analisis, yaitu cara penulisan dengan mengutamakan pengamatan terhadap gejala, peristiwa dan kondisi aktual dimasa sekarang.27

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, agar dapat mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan, maka skripsi ini disusun sedemikian rupa secara sistematis yang terdiri dari lima bab yang masing-masing menampakkan karakteristik yang berbeda namun dalam satu kesatuan tak terpisah.

Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara ijmali namun holistik dengan memuat: latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua berisi uang dan sistem perekonomian yang meliputi uang (pengertian uang, fungsi uang, teori tentang uang), sistem perekonomian Islam (pengertian ekonomi Islam, prinsip-prinsip ekonomi Islam, sistem perekonomian Islam).

Bab ketiga berisi pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya yang meliputi biografi Muhammad Abdul Mannan (latar belakang keluarga, perjuangan, karya-karya muhammad Abdul Mannan), karakteristik pemikiran Muhammad Abdul Mannan, pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya.

Remaja Rosda Karya, 2001, hlm. 2. Koencaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet. 14, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1970, hlm. 269.

27Wasty Soemanto,

Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, hlm. 15., Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Cet. 30, Yogyakarta: Andi, 2001, h1m. 3. M. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV. Pustaka. Setia, 2001, hlm. 89.

(26)

Bab keempat berisi analisis pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya yang meliputi analisis pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya, aktualisasinya pendapat Muhammad Abdul Mannan tentang konsep uang dan peranannya dalam perekonomian nasional.

(27)

17 A. Uang

1. Pengertian Uang

Uang merupakan kebutuhan masyarakat yang paling utama. Juga merupakan kebutuhan pemerintah, kebutuhan produsen, kebutuhan distributor dan kebutuhan konsumen.1Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam satu sistem ekonomi. Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peran penting dalam perjalanan kehidupan modern. Uang berhasil memudahkan dan mempersingkat waktu transaksi pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem ekonomi memungkinkan perdagangan berjalan secara efisien.

Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam periode yang

1Muchdarsyah Sinungan,

(28)

dikenal sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.2

Pada tingkat peradaban yang terendah, dapatlah dibayangkan adanya perekonomian yang tidak membutuhkan uang. Akan tetapi ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun meningkat tajam. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia, juga semakin beragam. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bisa dipahami karena ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri, atau kebutuhan lain.

Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah, manusia mulai menggunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahapan peradaban manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara barter. Maka periode itu disebut zaman barter.3

Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari

pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan

2Mustafa Edwin Nasution, et al,

Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: kencana, 2006, hlm. 240.

3Winardi,

(29)

kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan situasi double coincidence of wants ini. Misalnya, pada satu ketika seseorang yang

memiliki beras membutuhkan garam. Namun saat yang bersamaan, pemilik garam sedang tidak membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging, sehingga syarat terjadinya barter antara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit muamalah antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar demikian kemudian disebut uang. Pertama kali, uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia.

Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari perkembangan inilah, uang kemudian bisa dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu uang barang, uang kertas dan uang giral atau uang kredit.4

Dewasa ini, ekonomi moneter menjadi suatu cabang yang penting dalam ilmu ekonomi. Salah satu sebabnya ialah, karena uang memegang peranan penting dalam lapangan hidup manusia. Juga karena uang memegang peranan dalam hubungannya dengan perdagangan internasional. Harga uang sesuatu negeri dalam hubungannya dengan harga uang negeri lainnya, menjadi indikator bagaimana kedudukan perdagangan negara yang bersangkutan dalam dunia pada umumnya. Persoalan uang itu bukan saja penting dalam hubungannya dengan perekonomian nasional, tetapi juga penting dalam hubungannya dengan

4Mustafa Edwin Nasution,

(30)

perekonomian dunia. Sangat penting bagi suatu negara, untuk menjamin kestabilan harga uangnya dan kalau mungkin menaikkan harga uang tersebut dalam hubungannya dengan harga uang asing di luar negeri. Salah satu usaha untuk mencapai maksud itu adalah dengan politik keuangan, yang menjadi lingkungan ekonomi moneter.5

Dalam konteks sejarah ekonomi Islam, bahwa berbicara tentang uang maka erat kaitannya dengan lembaga keuangan di zaman Rasulullah. Sebelum Muhammad diangkat sebagai Rasul, dalam masyarakat Jahiliyah sudah terdapat sebuah lembaga politik semacam dewan perwakilan rakyat untuk ukuran masa itu yang disebut darun nadwah. Di dalamnya para

tokoh Mekkah berkumpul dan bermusyawarah untuk menentukan suatu keputusan. Ketika dilantik sebagai Rasul, mengadakan semacam lembaga tandingan untuk itu, yaitu Darul Arqam. Perkembangan lembaga ini

terkendala karena banyaknya tantangan dan rintangan, sampai akhirnya Rasulullah memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Ketika beliau hijrah ke Madinah, maka yang pertama kali didirikan Rasulullah adalah masjid (masjid Quba), yang bukan saja merupakan tempat beribadah, tetapi juga sentral kegiatan kaum muslimin. Kemudian beliau masuk ke Madinah dan membentuk "lembaga" persatuan di antara para sahabatnya, yaitu persaudaraan antara para Muhajirin dan kaum Anshar. Hal ini diikuti

5M.Manullang,

(31)

dengan pembangunan masjid lain yang lebih besar (masjid Nabawi), yang kemudian menjadi sentral pemerintah untuk selanjutnya.6

Pendirian "lembaga" dilanjutkan dengan penertiban pasar. Rasulullah diriwayatkan menolak membentuk pasar yang baru yang khusus untuk kaum muslimin, karena pasar merupakan sesuatu yang alamiah dan harus berjalan dengan sunnatullah. Demikian halnya dalam penentuan harga. Akan halnya mata uang tidak ada satupun bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Nabi menciptakan mata uang sendiri.7

2. Fungsi Uang

Sejak ratusan tahun yang lalu, masyarakat telah menyadari bahwa uang sangat penting peranannya dalam melancarkan kegiatan perdagangan. Tanpa uang kegiatan perdagangan menjadi sangat terbatas dan pengkhususan tidak dapat berkembang. Keadaan seperti ini akan membatasi perkembangan ekonomi yang dapat dicapai. Peranan uang yang sangat penting ini dapat dengan nyata dilihat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi pada saat perdagangan dijalankan secara barter.8

Dari kesulitan-kesulitan yang timbul sebagai akibat dari barter maka uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Oleh karena itu

6Muhammad,

Dasar-dasar Keuangan Islami, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, hlm. 4-5. 7

Ibid., hlm. 5. 8Sadono Sukirno,

Pengatar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992, hlm. 190

(32)

uang selalu didefinisikan sebagai: benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar/perdagangan. Yang dimaksudkan dengan kata "disetujui" dalam definisi ini adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat.9

Pertukaran berarti penyerahan suatu komoditi sebagai alat penukar komoditi lain. Bisa juga berarti pertukaran dari satu komoditi dengan komoditi lainnya, atau satu komoditi ditukar dengan uang, ada juga perdagangan secara komersial yang mencakup penyerahan satu barang untuk memperoleh barang lain, yang disebut saling tukar menukar. Jadi terjadi tawar menawar dua barang dimana yang satu diberikan sebagai bahan penukar untuk barang lain

Menurut ahli Fiqih Islam, pertukaran diartikan sebagai pemindahan barang seseorang dengan menukar barang-barang tersebut dengan barang lain berdasarkan keikhlasan/kerelaan. Pada zaman dahulu, pertukaran hanya ada dalam bentuk barter, dalam hal ini barang ditukar untuk mendapatkan barang. Bahkan dewasa ini banyak rakyat dari negara berkembang di daerah-daerah pedalaman memperoleh kebutuhan mereka melalui barter. Akan tetapi karena peradaban dan kebudayaan mereka semakin berkembang, sistem pertukaran mereka juga meningkat. Sekarang ini semua kelompok-kelompok masyarakat menggunakan pertukaran melalui uang. Hal ini disebabkan karena nilai semua barang

9

(33)

dan jasa dapat dengan mudah terlihat dan dengan segera ditetapkan dengan menggunakan uang.10

Agar masyarakat menyetujui penggunaan sesuatu benda sebagai uang, haruslah benda itu memenuhi syarat. Dengan kata lain syarat-syarat suatu benda berfungsi sebagai uang: pertama, nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu; kedua, mudah dibawa-bawa; ketiga mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya; keempat, tahan lama; kelima, jumlahnya terbatas (tidak berlebihan); keenam, bendanya mempunyai mutu yang sama.11

Berdasarkan keterangan di atas, maka fungsi uang menurut Muchdarsah Sinungan adalah

Sebagai alat tukar menukar (medium of exchange), sebagai satuan

hitung (unit of account), sebagai penimbun kekayaan, dan sebagai

standar pencicilan uang.12 Keterangan yang sama dikemukakan oleh Winardi bahwa fungsi uang adalah pertama, sebagai standar nilai; kedua, sebagai alat tukar; ketiga, sebagai alat penghimpun kekayaan; dan keempat, sebagai alat pembayaran yang ditangguhkan.13

Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk spekulasi. Islam juga sangat

menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu

10Afzalur Rahman,

Doktrin Ekonomi Islam, Jilid 2, terj. Soerojo, Nastangin, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, hlm. 71-72

11Sadono Sukirno,

op. cit, hlm. 192 12Muchdarsyah Sinungan,

op.ci., hlm. 6 – 9 13Winardi,

(34)

yaitu barter (bai' al muqayadah), di mana barang saling dipertukarkan.14

Menurut Afzalur Rahman:

Rasulullah saw menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem pertukaran melalui uang. Oleh karena itu beliau menekankan kepada para sahabat untuk menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka. Hal ini dapat dijumpai dalam hadits-hadits antara lain seperti diriwayatkan oleh Ata bin Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri. 15

Ternyata Rasulullah SAW tidak menyetujui transaksi-transaksi dengan sistem barter, untuk itu dianjurkan sebaiknya menggunakan uang. Tampaknya beliau melarang bentuk pertukaran seperti ini karena ada unsur riba di dalamnya.

Dalam konsep Islam tidak dikenal money demand for speculation,

karena spekulasi tidak diperbolehkan. Kebalikan dari sistem konvensional yang memberikan bunga atas harta, Islam malah menjadikan harta sebagai obyek zakat. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang di bawah bantal (dibiarkan tidak produktif) dilarang, karena hal itu berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, sehingga harus selalu berputar dalam

perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik perekonomian.

14Zainul Arifin,

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta : Alvabeta, 2003, hlm. 16

15Afzalur Rahman,

(35)

Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi dengan prinsip Musyarakah atau Mudharabah, yaitu bisnis dengan bagi-hasil. Bila ia tidak ingin mengambil resiko karena bermusyarakah atau bermudharabah, maka Islam sangat menganjurkan untuk melakukan qard, yaitu meminjamkannya tanpa

imbalan apa pun, karena meminjamkan uang untuk memperoleh imbalan adalah riba.

Secara mikro, qard16 tidak memberikan manfaat langsung bagi

orang yang meminjamkan. Namun secara makro, qard akan memberikan

manfaat tidak langsung bagi perekonomian secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena pemberian qard membuat velocity of money

(percepatan perputaran uang) akan bertambah cepat, yang berarti bertambahnya darah baru bagi perekonomian, sehingga pendapatan nasional (national income) meningkat. Dengan peningkatan pendapatan

nasional, maka si pemberi pinjaman akan meningkat pula pendapatannya. Demikian pula, pengeluaran shadaqah juga akan memberikan manfaat yang lebih kurang sama dengan pemberian qard.

Islam juga tidak mengenal konsep time value of money, namun

Islam mengenal konsep economic value of time yang artinya bahwa yang

bernilai adalah waktu itu sendiri. Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh bayar lebih tinggi daripada harga tunai. Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Hussein bin Alt bin Abi Thalib, cicit dasar-dasar manajemen

16

Qard adalah meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharap imbalan. Dalam literatur fiqih qard dikategorikan sebagai aqad tathawwu, yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Zainul Arifin, op. cit, hlm. 27.

(36)

bank syari'ah Rasulullah SAW, adalah orang yang pertama kali menjelaskan diperbolehkannya penetapan harga tangguh bayar (deferred payment) lebih tinggi daripada harga tunai.17

Yang lebih menarik adalah bahwa dibolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of money, namun karena semata-mata ditahannya hak si penjual barang.

Dapat dijelaskan di sini bahwa bila barang dijual tunai dengan untung Rp 500, maka si penjual dapat membeli lagi dan menjual lagi sehingga dalam satu hari itu keuntungannya adalah Rp 1.000. Sedangkan bila dijual tangguh-bayar, maka hak si penjual menjadi tertahan, sehingga dia tidak dapat membeli lagi dan menjual lagi. Akibat lebih jauh dari itu, hak dari keluarga dan anak si penjual untuk makan malam pada hari itu tertahan oleh pembeli. Untuk alasan inilah, yaitu tertahannya hak penjual yang telah memenuhi kewajibannya (menyerahkan barang), maka Islam membolehkan penetapan harga tangguh lebih tinggi daripada harga tunai.18

Dalam Islam fungsi uang sebagai alat tukar-menukar diterima secara meluas. Penerimaan fungsi ini disebabkan karena fungsi uang ini dirasakan dapat menghindarkan kecenderungan ketidakadilan dalam sistem perdagangan barter. Sebagai alat tukar, uang dapat dipecah dalam satuan-satuan terkecil. Hal serupa tidak dapat dilakukan terhadap sejumlah barang tertentu kecuali mengakibatkan rusak atau nilai barang tersebut

17

Ibid, hlm.24 18

(37)

menjadi berkurang, Oleh karena itu perdagangan barter berpotensi riba, yakni riba fadhal. 19

Dalam masyarakat industri dan perdagangan seperti yang sedang berkembang sekarang ini fungsi uang tidak hanya diakui sebagai alat tukar, tetapi juga diakui berfungsi sebagai komoditas (hajat hidup yang bersifat terbatas) dan sebagai modal. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang dipandang dalam kedudukan yang sama dengan barang yang dapat dijadikan sebagai obyek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sebagai modal (kapital) uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik menghasilkan barang maupun menghasilkan jasa. Lembaga keuangan seperti pasar modal, bursa efek, dan perbankan konvensional yang berkembang sekarang ini merupakan suatu kenyataan bahwa fungsi uang telah berkembang sebagai komoditas dan modal, tidak terbatas pada fungsinya sebagai alat tukar. Berbeda dengan fungsinya sebagai alat tukar-menukar yang diterima secara bulat, fungsi uang sebagai komoditas dan modal masih diperselisihkan. Sebagian ekonom Islam menentang keras fungsi uang sebagai komoditas dan sebagai modal.20

Penolakan fungsi uang sebagai komoditas dan sebagai modal mengandung implikasi yang sangat besar dalam rancang bangun sistem ekonomi Islam. Kedua fungsi tersebut oleh kelompok yang menyangkalnya dipandang sebagai prinsip yang membedakan antara

19Ghufron A. Mas’adi,

Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 14.

20

(38)

sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi non-Islam (konvensional). Atas dasar prinsip ini mereka menjatuhkan keharaman setiap perputaran (transaksi) uang yang disertai keuntungan (laba atau bunga) sebagai praktek riba.

Dalam masalah muamalah, khususnya di bidang ekonomi, syari'ah Islam tidak kurang dalam memberikan prinsip-prinsip dan etika yang seharusnya bisa dijadikan acuan dan referensi, serta merupakan kerangka bekerja dalam ekonomi Islam. Prinsip ekonomi Islam telah mengatur bahwa:

1. Kekayaan merupakan amanah dari Allah dan tidak dapat dimiliki secara mutlak;

2. Manusia diberi kebebasan untuk bermuamalah selama tidak melanggar ketentuan syari'ah;

3. Manusia merupakan khalifah dan pemakmur di muka bumi

ْاﻮُﻟﺎَﻗ

ًﺔَﻔﻴِﻠَﺧ

ِضْرَﻷا

ﻲِﻓ

ٌﻞِﻋﺎَﺟ

ﻲﱢﻧِإ

ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻠِﻟ

َﻚﱡﺑَر

َلﺎَﻗ

ْذِإَو

ُﺢﱢﺒَﺴُﻧ

ُﻦْﺤَﻧَو

ءﺎَﻣﱢﺪﻟا

ُﻚِﻔْﺴَﻳَو

ﺎَﻬﻴِﻓ

ُﺪِﺴْﻔُﻳ

ﻦَﻣ

ﺎَﻬﻴِﻓ

ُﻞَﻌْﺠَﺗَأ

نﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ

َﻻ

ﺎَﻣ

ُﻢَﻠْﻋَأ

ﻲﱢﻧِإ

َلﺎَﻗ

َﻚَﻟ

ُسﱢﺪَﻘُﻧَو

َكِﺪْﻤَﺤِﺑ

)

ةﺮﻘﺒﻟا

:

30

(

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? "Tuhan berfirman: "Sesungguh-nya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah:30)21

21Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an,

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1986, hlm. 13

(39)

4. Di dalam harta seseorang terdapat bagian bagi orang miskin, yang meminta-minta atau tidak meminta-minta

َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو

ﻲِﻓ

ْﻢِﻬِﻟاَﻮْﻣَأ

ﱞﻖَﺣ

ٌمﻮُﻠْﻌﱠﻣ

*

ﻞِﺋﺎﱠﺴﻠﱢﻟ

موُﺮْﺤَﻤْﻟاَو

)

جرﺎﻌﻤﻟا

:

24

-25

(

Artinya: dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (Q.S. Al-Ma’arij: 24-25)22

5. Dilarang makan harta sesama secara batil, kecuali dengan perniagaan secara suka sama suka

ﱠﻻِإ

ِﻞِﻃﺎَﺒْﻟﺎِﺑ

ْﻢُﻜَﻨْﻴَﺑ

ْﻢُﻜَﻟاَﻮْﻣَأ

ْاﻮُﻠُآْﺄَﺗ

َﻻ

ْاﻮُﻨَﻣﺁ

َﻦﻳِﺬﱠﻟا

ﺎَﻬﱡﻳَأ

ﺎَﻳ

ﱠنِإ

ْﻢُﻜَﺴُﻔﻧَأ

ْاﻮُﻠُﺘْﻘَﺗ

َﻻَو

ْﻢُﻜﻨﱢﻣ

ٍضاَﺮَﺗ

ﻦَﻋ

ًةَرﺎَﺠِﺗ

َنﻮُﻜَﺗ

نَأ

ًﺎﻤﻴِﺣَر

ْﻢُﻜِﺑ

َنﺎَآ

َﻪّﻠﻟا

}

29

{

ًﺎﻧاَوْﺪُﻋ

َﻚِﻟَذ

ْﻞَﻌْﻔَﻳ

ﻦَﻣَو

َفْﻮَﺴَﻓ

ًﺎﻤْﻠُﻇَو

ًاﺮﻴِﺴَﻳ

ِﻪّﻠﻟا

ﻰَﻠَﻋ

َﻚِﻟَذ

َنﺎَآَو

ًارﺎَﻧ

ِﻪﻴِﻠْﺼُﻧ

)

ءْْْْْﺎﺴﻨﻟا

:

30

-29

(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. An-Nisa’: 29-30)23

Dalam tafsir al-Maraghi ayat di atas dijelaskan, bahwa kata al-batil berasal dari al-batlu dan al-butlan berarti kesia-siaan dan kerugian.

Menurut syara adalah mengambil harta tanpa pengganti hakiki yang biasa, dan tanpa keridaan dari pemilik harta yang diambil itu; atau menafkahkan

22

Ibid, hlm 974 23

(40)

harta bukan pada jalan hakiki yang bermanfaat, maka termasuk ke dalam hal ini adalah lotre, penipuan di dalam jual beli, dan menafkahkan harta pada jalan-jalan yang diharamkan, serta pemborosan dengan mengeluarkan harta untuk hal-hal yang tidak dibenarkan oleh akal. Kata

bainakum menunjukkan bahwa harta yang haram biasanya menjadi

pangkal persengketaan di dalam transaksi antara orang yang memakan dengan orang yang hartanya dimakan. Masing-masing ingin menarik harta itu menjadi miliknya. 24

6. Penghapusan praktik riba

يِﺬﱠﻟا

ُمﻮُﻘَﻳ

ﺎَﻤَآ

ﱠﻻِإ

َنﻮُﻣﻮُﻘَﻳ

َﻻ

ﺎَﺑﱢﺮﻟا

َنﻮُﻠُآْﺄَﻳ

َﻦﻳِﺬﱠﻟا

ُﻊْﻴَﺒْﻟا

ﺎَﻤﱠﻧِإ

ْاﻮُﻟﺎَﻗ

ْﻢُﻬﱠﻧَﺄِﺑ

َﻚِﻟَذ

ﱢﺲَﻤْﻟا

َﻦِﻣ

ُنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا

ُﻪُﻄﱠﺒَﺨَﺘَﻳ

ﻟا

ُﻞْﺜِﻣ

ُﻩءﺎَﺟ

ﻦَﻤَﻓ

ﺎَﺑﱢﺮﻟا

َمﱠﺮَﺣَو

َﻊْﻴَﺒْﻟا

ُﻪّﻠﻟا

ﱠﻞَﺣَأَو

ﺎَﺑﱢﺮ

ِﻪّﻠﻟا

ﻰَﻟِإ

ُﻩُﺮْﻣَأَو

َﻒَﻠَﺳ

ﺎَﻣ

ُﻪَﻠَﻓ

َﻰَﻬَﺘﻧﺎَﻓ

ِﻪﱢﺑﱠر

ﻦﱢﻣ

ٌﺔَﻈِﻋْﻮَﻣ

َنوُﺪِﻟﺎَﺧ

ﺎَﻬﻴِﻓ

ْﻢُه

ِرﺎﱠﻨﻟا

ُبﺎَﺤْﺻَأ

َﻚِﺌـَﻟْوُﺄَﻓ

َدﺎَﻋ

ْﻦَﻣَو

)

ةﺮﻘﺒﻟا

:

275

(

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual bell dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah

24Ahmad Mustafa Al-Maragi,

Tafsir al-Maragi, Mesir: Mustafa Al-Babi al-Halabi, 1394 H/1974 M, hlm. 25.

(41)

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah: 275)25

Prinsip inilah yang pada ujung-ujungnya menjadi dasar pembentukan lembaga keuangan bebas bunga dengan dua produk unggulan, yakni mudharabah26 dan bai' al-murabahah27

Persoalan uang sebetulnya sangat berkaitan dengan masalah riba. Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional – kapitalisme - Islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang bukanlah barang dagangan. Mengapa uang berfungsi? Uang menjadi berguna hanya jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa dijual atau dibeli secara kredit. Orang perlu memahami kebijakan Rasulullah SAW., bahwa tidak hanya mengumumkan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah tetapi juga melarang pertukaran uang dan beberapa benda bernilai lainnya untuk pertukaran yang tidak sama jumlahnya, serta menunda pembayaran jika barang dagangan atau mata uangnya adalah

25

Ibid, hlm. 69 26

Mudharabah secara bahasa berasal dari kata dharb artinya "memukul" atau melangkahkan kaki dalam melakukan suatu usaha di muka bumi. Secara terminologis mudharabah berarti suatu akad kerja-sama antara dua pihak, pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal dan pihak lain (mudharib) sebagai pengelola modal, di mana keuntungan dibagi bersama sesuai prosentasi yang disepakati, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Baca Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah Wacana Ulama dan Intelektual, Jakarta: Tazkiah Institut, 1999, hlm.171.

27

Bai' al-murabahah adalah akad jual-beli barang dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati, Dalam bai' al-murabahah pihak penjual harus memberitahu secara transparan harga barang dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahan harga. Ibid, hlm. 121.

(42)

sama. Efeknya adalah mencegah bunga uang yang masuk ke sistem ekonomi melalui cara yang tidak diketahui.28

3. Teori tentang Uang

Di dalam ekonomi Islam uang bukanlah modal. Sementara ini orang kadang salah kaprah menempatkan uang. Uang disamaartikan dengan modal (capital). Uang adalah barang khalayak/public goods

masyarakat luas. Uang bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang yang berlaku di suatu negara. Sementara modal adalah barang pribadi atau orang per orang. Jika uang sebagai flow concept sementara modal adalah stock concept.

a. Money as Flow Concept

Uang adalah sesuatu yang mengalir. Sehingga uang diibaratkan seperti air. Jika air di sungai itu mengalir, maka air tersebut akan bersih dan sehat. Jika air berhenti (tidak mengalir secara wajar) maka air tersebut menjadi busuk dan bau, demikian juga dengan uang. Uang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat. Sementara, jika uang ditahan maka dapat menyebabkan macetnya roda perekonomian. Dalam ajaran Islam, uang harus diputar terus sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Untuk itu uang perlu digunakan untuk investasi di sektor riil. Jika uang disimpan tidak diinvestasikan kepada sektor riil, maka tidak akan mendatangkan apa-apa (Q.S Al-Lahab).

28Muhammad,

Bank Syari’ah Analisis Kekuatan, Peluang, dan Ancaman, Yogyakarta: Econisia, 2003, hlm. 33

(43)

Penyimpanan uang yang telah mencapai haulnya, menurut ajaran

Islam, akan dikenai zakat.

b. Money as Public Goods

Uang adalah barang untuk masyarakat banyak. Bukan monopoli perorangan. Sebagai barang umum, maka masyarakat dapat menggunakannya tanpa ada hambatan dari orang lain. Oleh karena itu, dalam tradisi Islam menumpuk uang sangat dilarang, sebab kegiatan menumpuk uang akan mengganggu orang lain menggunakannya.29

Umat Islam telah akrab dengan mata uang yang terbuat dari emas, disebut Dinar dan mata uang yang terbuat dari perak disebut Dirham. Mata uang ini telah digunakan secara praktis sejak kelahiran Islam hingga runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki pasca perang Dunia I. Oleh karena itu, kebanyakan negara Islam dijajah oleh Barat dengan sistem kapitalisnya, maka seluruh aspek ekonomi dan kehidupan juga mengikuti pola-pola kapitalis, termasuk masalah mata uang. Dinar dan dirham yang digunakan orang Arab waktu itu tidak didasarkan pada nilai nominalnya, melainkan menurut beratnya. Sebab dinar dan dirham tersebut dianggap sebagai mata uang yang dicetak, mengingat bentuk timbangan dirham yang tidak sama dan karena kemungkinan terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya. Datangnya Rasulullah SAW, sebagai tanda kedatangan Islam, maka beliau mengakui berbagai muamalah yang menggunakan dinar Romawi dan dirham Persia. Beliau juga mengakui

29

(44)

standar timbangan yang berlaku di kalangan kaum Quraisy untuk menimbang berat dinar dan dirham. Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah bersabda" "Timbangan berat (wazan) adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran (mikyal) adalah takaran penduduk Madinah" (HR. Abu Daud dan An Nasa'i) Kaum Muslimin terus menggunakan dinar Romawi dan dirham Persia dalam bentuk cap, dan gambar aslinya sepanjang hidup Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq pada awal kekhalifahan Umar bin Khaththab.30

Pada masa pemerintahannya, khalifah Umar Bin Khaththab, pada tahun 20 Hijriah, yaitu tahun kedelapan kekhalifahan Umar bin Khaththab, beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan Bahlawinya (huruf Persianya) tetap ada, hanya ditambah dengan lafaz yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti lafaz Bismillah (Dengan nama Allah) dan Bismillahi Rabbi

(Dengan nama Allah Tuhanku) yang terletak pada tepi lingkaran.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 hijriah (695 Masehi), mencetak dirham khusus bercorak Islam, dengan lafaz-lafaz Islam yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi. Dengan demikian, dirham Persia tidak digunakan lagi. Dua tahun kemudian, (tepatnya tahun 77 Hijriah/697 Masehi). Abdul Malik bin Marwan mencetak dinar khusus yang bercorak Islam setelah meninggalkan pola dinar Romawi.

30Eko Suprayitno,

Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 198-199

(45)

gambar dinar lama diubah dengan tulisan atau lafaz-lafaz Islam, seperti Allahu Ahad (Allah itu Tunggal), Allah Baqa' (Allah itu Abadi). Sejak saat itulah orang Islam memiliki dinar dan dirham Islam yang secara resmi digunakan sebagai mata uangnya.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sebenarnya di zaman Khalifah Umar bin Kaththab dan Usman bin Affan, mata uang telah dicetak dengan mengikuti gaya dirham Persia dengan perubahan pada tulisan yang tercantum pada mata uang tersebut. Pada awal pemerintahan Umar pernah terbetik pikiran untuk mencetak uang dari kulit, namun dibatalkan karena tidak disetujui oleh para sahabat yang lain. Mata uang khalifah Islam yang mempunyai kecirian khusus baru dicetak oleh pemerintah Imam Ali r.a. Namun sayang peredarannya sangat terbatas karena keadaan politik saat itu.31

Mata uang dengan gaya Persia dicetak pula di zaman Muawiyah dengan mencantumkan gambar dan pedang Gubernurnya di Irak. Ziyad juga mengeluarkan dirham dengan mencantumkan nama khalifah. Cara yang dilakukan Muawiyah dan Ziyad mencantumkan gambar dan nama kepala pemerintah pada mata uang-masih dipertahankan sampai saat ini, juga termasuk di Indonesia.

Mata uang yang beredar pada waktu itu belum terbentuk bulat seperti uang logam sekarang ini. Baru pada zaman Ibnu Zubair dicetak untuk pertama kalinya mata uang dengan bentuk bulat, namun

31

(46)

peredarannya berbatas di Hijaz. Sedangkan Mus'ab, gubernur di Kufah mencetak uang dengan gaya Persia dan Romawi. Pada tahun 72-74 Hijriah, Bisr bin Marwan mencetak mata uang yang disebut dengan dinar Athawiya. Sampai dengan zaman ini mata uang khalifah beredar bersama dengan dinar Romawi, dirham Persia dan sedikit Himiyarite Yaman. Barulah pada zaman Abdul Malik (76 H) pemerintah mendirikan tempat percetakan uang di Daar Idjard, Suq ahwaj, Sus, Jay, Manadar, Maisan, Rai, Abarkubadh, dan mata uang khalifah dicetak secara terorganisir dengan kontrol pemerintah. Nilai mata uang ditentukan oleh beratnya. Mata uang dinar mengandung emas 22 karat, dan terdiri dari pecahan setengah dinar dan sepertiga dinar. Pecahan yang lebih kecil didapat dengan memotong uang Imam Ali, misalnya, pernah membeli daging dengan memotong dua karat dari dinar. (H R Abu Dawud). Dirham terdiri dari beberapa pecahan nash (20 dirham), nawat (5 dirham), Sha ira (1/60 driham).32

Nilai tukar dinar-dirham relatif stabil pada jangka waktu yang panjang dengan kurs dinar-dirham 1:10 pada saat itu perbandingan emas perak 1:7, sehingga satu dinar 20 karat setara dengan 20 dinar 44 karat. Reformasi moneter pernah dilakukan oleh Abdul Malik yaitu dirham diubah menjadi 15 karat, dan pada saat yang sama dinar dikurangi berat emasnya dari 4,25 gram. Di zaman Ibnu Faqih (289 H) nilai dinar menguat menjadi 1:17, namun kemudian stabil pada kurs 1:15. Ulama

32Muslimin H.Kara,

Bank Syariah di Indonesia Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm. 62.

(47)

Islam Ibnu Taimiyah yang hidup di zaman pemerintahan raja mamluk, telah mengalami situasi di mana beredar banyak jenis mata uang dengan nilai kandungan logam mulia yang berlainan satu sama lain. Ketika itu beredar tiga jenis mata uang dinar (emas), dirham (perak), dan fullus

(tembaga). Peredaran dinar sangat terbatas, peredaran dirham berfluktuasi kadang-kadang malah menghilang, sedangkan yang beredar luas adalah fullus. Fenomena inilah yang dirumuskan oleh Ibnu Taimiyah bahwa uang dengan kualitas rendah (fullus) akan menendang uang kualitas baik (dinar-dirham). Pemerintah Mamluk ditandai dengan stabilnya sistem moneter karena banyaknya fullus yang beredar dan karena meningkatnya jumlah tembaga dalam mata uang dirham, maka, tidaklah aneh bila sistem moneter modern dengan "paper money"-nya terutama setelah standar

emas dihapuskan, berulang kali mengalami krisis.33

Diperkenalkannya fullus sebagai mata uang memberi inspirasi

kepada beberapa kepala pemerintahan Bani Mamluk untuk menambah jenis uang. Berbeda dengan dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak, maka pencetakan fullus relatif lebih mudah dilakukan, karena tembaga lebih mudah didapat. Pemerintah mulai terlena dengan kemudahan pencetakan uang baru. Keadaan memburuk ketika Kirbugha dan zahir Barkuk mulai mencetak fullus dalam jumlah yang sangat besar dan nilai nominasi yang lebih besar dari nilai kandungan tembaga. Fullus banyak dicetak namun masyarakat banyak menolak kehadiran fullus

33Eko Suprayitno,

Referensi

Dokumen terkait

Aset alam dilihat dari 1)keasrian dan keunikan, keasrian di Gua Pindul ini memang dijaga oleh masyarakat sekitar, akan tetapi dengan dijadikannya Gua Pindul sebagai

Pencegahan penyakit demam tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Penyediaan air minum yang bersih, merebus air

Atas perbedaan sifat dari kepemilikkan rumah susun yang terbagi dari status hak atas yang dipunyai oleh pelaku pembangun dan hak atas tanah yang berbeda dengan

Ketercapaian proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan belum terukur. Ketercapaian proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat yang telah

berarti variabel tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan pengaruh antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan pemeriksaan pajak, serta penagihan pajak secara

Hasil penelitian terkait aktivitas fisik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartini (2009) yang

Karakterisasi sifat fisis membran, menunjukkan bahwa semakin besar penambahan silika semakin baik kualitas filtrasi membran karena sebaran butir silika yang dihasilkan

Kenyamanan dari segi Iklim Mikro pada Siang Hari Dari hasil pengukuran suhu udara dan kelembaban udara pada siang hari di setiap tutupan lahan (industri, pemukiman, CB, taman