• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUKAAN. Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUKAAN. Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBUKAAN

Sejarah telah mencatat bahwa peran para Arya dalam pegolakan dan perubahan

yang terjadi di nusantara dan di Bali pada khususnya sangatlah besar. Dimulai dari ekspedisi

pamalayu yang menaklukan Semenanjung Malaka, dilanjutkan dengan Sumpah Palapa yang

menyatukan Nusantara, terukirlah nama nama pendahulu kita , leluhur yang kita muliakan,

yang semangat dan ke perwiraannya sampai saat ini seharusnya masih terjaga utuh dan

bukan hanya menjadi kebanggaan dari para pujangga yang mensyairkannya melalui lontar,

babad dan tulisan sejarah serta pembicaraan dan diskusi yang tiada henti.

Waktu telah menidurkan jiwa jiwa kesatrya itu, kini sudah saatnya waktu pula yang

membangkitkannya kembali. Walaupun ditelan arus modernitas, dilindas roda globalitas, kita

masih punya ruang dan waktu untuk bersikap, dan bertindak. Kejayaan masa lalu semoga

tidak menina bobokan keturunan Nya, marilah bersatu, bersama sama membangun kembali

Jiwa Jiwa Ksatrya itu, yang pengejawantahannya melalui pemikiran jernih, karya nyata dan

peran serta aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan Negara ini.

Pada abad ke 14, leluhur kita , Ida Bhatara Sira Arya Kenceng telah menancapkan

pondasinya di Pulau Bali dan di Tabanan pada khususnya, maka kini tibalah saatnya kita

sebagai generasi-generasi penerus, untuk melanjutkan dan menegakkannya kembali. Atas

Asung Kertha Wara Nugraha Ida Shang Hyang Widhi Wasa, serta restu dari Para Leluhur,

maka dibentuklah wadah ini yang diharapkan mampu menyatukan kekerabatan ini dengan

nama :

Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng

Dengan diproklamirkannya nama ini, maka berlandaskan hati yang bersih, tulus iklas

serta berdasarkan pikiran jernih yang datang dari segenap penjuru, maka disusunlah

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini , dengan rincian sebagai berikut :

(2)

2

ANGGARAN DASAR

SABHA YOWANA

PARTISENTANA IDA BHATARA SIRA ARYA KENCENG

BAB I

UMUM

Pasal 1

Pengertian dan Batasan

(1) Yang dimaksud dengan Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng di Tabanan

adalah organisasi persatuan pratisentana dari Ida Bhatara Sira Arya Kenceng.

(2) Sabha artinya Forum , Yowana adalah Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng yang

berusia minimal 17 Tahun dan mempunyai semangat dan pemikiran yang maju.

(3) Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng mencakup:

a. kelompok Puri-puri dan Jro-jro yang merupakan pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng;

b. kelompok pasemetonan pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng lainnya yang belum

teridentifikasi nama Puri atau Jro-nya,

c. kelompok-kelompok pasemetonan lain yang terkait erat dengan kiprah para leluhur

pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng.

(4) Daftar Puri, Jro, dan kelompok pasemetonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di atas,

tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Anggaran Dasar

ini.

BAB II

NAMA, AZAS, LAMBANG, DAN MOTTO ORGANISASI

Pasal 2

Nama organisasi ini adalah “Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng “

Pasal 3

Azas, Lambang, dan Motto Organisasi

(1) Azas organisasi adalah Panca Sila dan Undang-Undang Dasar 1945.

(2) Lambang organisasi adalah Singa Asana

(3) Arti simbolis lambang adalah:

a. Singhasana adalah nama ibukota Negara Kerajaan Tabanan, disimbolkan dengan Singa dalam

Posisi Duduk Tegap (Singa Asana) Yang melambangkan Seorang Raja yang Kuat dan

Bijaksana yang selalu menegakkan kebenaran

(4) Gambar Lambang sebagai mana dimaksud pada ayat (3) terdapat dalam Lampiran IV, merupakan

bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

(3)

3

(5) Motto organisasi adalah Satyaning Dharma Ksatrya Mahotama.

(6) Makna motto organisasi adalah: sebagai seorang ksatrya yang sangat utama, setia melaksanakan

kewajiban demi tegaknya kebenaran.

Pasal 4

Sifat organisasi

(1) Sosial Kekeluargaan, Sosial Religius, dan Sosial Budaya.

(2) Demokratis dan non politik.

Pasal 5

Tujuan organisasi

(1) Mempersatukan seluruh Prati Sentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng serta unsur -unsur yang secara turun temurun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dengan prati sentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng

(2) Meningkatkan dan membina hubungan kekerabatan antar sesama anggota organisasi berdasarkan asah asih asuh, salunglung sabayantaka, paras paros sarpanaya, untuk meningkatkan rasa bhakti kepada leluhur dan kawitan

(3) Memelihara persatuan dan kesatuan diantara semeton agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan Tabanan pada khususnya , Bali serta Indonesia pada umumnya

(4) Membina hubungan yang baik antar lembaga atau kelompok masyarakat lainnya, baik dalam bidang sosial , ekonomi dan spiritual

(5) Meningkatkan Kesejahteraan seluruh anggota agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan modern.

(6)

Peningkatan pengabdian terhadap pasemetonan, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB III

ORGANISASI

Pasal 6

Kedudukan

Pusat organisasi berkedudukan di Tabanan Bali Indonesia

Pasal 7

Kedaulatan

Kedaulatan tertinggi organisasi berada di tangan anggota yang dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis

Permusyawaratan Pasemetonan Agung dengan pengesahan dari Dewan Pelindung/Pembina

(4)

4

Pasal 8

Keanggotaan

(1) Keanggotaan Pasemetonan Agung Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng mencakup: a. anggota pengarep;

b. anggota penyangga; dan c. anggota kehormatan.

(2) Anggota pengarep adalah semua pratisentana langsung Ida Bhatara Sira Arya Kenceng yang masih berada dalam lingkup kepurusan Ida Bhatara Sira Arya Kenceng, sesuai dengan lampiran I berdasarkan uraian kekerabatan dalam Babad Arya Tabanan yang berusia minimal 17 Tahun

(3) Anggota Penyangga adalah Prati sentana yang bukan merupakan keturunan langsung dari Ida Bhatara Sira Arya kenceng yang pengaturannya kemudian akan diatur oleh badan khusus yang akan dibentuk oleh pengurus

(4) Anggota Kehormatan adalah mereka yang mempunyai jasa besar terhadap pasemetonan, yang dinyatakan melalui suatu proses penilaian yang objektif oleh tim yang ditugaskan untuk itu, ditetapkan sebagai anggota kehormatan.

(5)

Semua jenis keanggotan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) di atas diatur oleh organisasi di tingkat puri/jro, atau kelompok pasemetonan, dan mendapat pengesahan dari Dewan Pengurus

Pasal 9

Kepengurusan dan Kelembagaan

Kepengurusan Susunan Organisasi terdiri dari

(1) Dewan Pelindung/Pembina

a) Dewan Pelindung/Pembina terdiri dari para penglingsir Puri dan Jero dan atau kelompok pasemetonan Prati Sentana Ida Bhatara Sira Arya Kencemg

b)

Dewan Pelindung/Pembina merupakan perwakilan dari puri, Jero dan kelompok pasemetonan

yang diwakili oleh penglingsir dan atau orang yang ditunjuk oleh institusi tersebut yang

dianggap mewakili institusi tersebut.

(2)

Dewan Pengurus

a) Dewan Pengurus, yang terdiri dari

i) Majelis Permusyawaratan Pasemetonan Agung ii) Ketua umum

iii) Dewan Penasehat

iv) Sekretaris, sesuai dengan kebutuhan v) Bendahara, sesuai dengan kebutuhan vi) Ketua ketua sesuai dengan kebutuhan

(5)

5 b) Majelis Permusyawaratan Pasemetonan Agung adalah Sebuah Badan yang mewakili kedaulatan

Organisasi melalui perwakilan perwakilan yang akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

c) Dewan Penasehat adalah sebuah badan yang beranggotakan para ahli ahli di bidang masing masing yang dibutuhkan oleh organisasi, yang keanggotaannya akan di rumuskan dalam anggaran rumah tangga

d) Dewan Pengurus akan dipilih dan disahkan dalam pesamuhan agung yang dihadiri oleh semua pengurus serta perwakilan dari para anggota

e) Perincian tugas serta tata cara kerja pengurus diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga.

f)

Masa jabatan Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas adalah 5 tahun dan

dapat dipilih kembali.

g)

Dewan Pengurus dipilih dan diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Pesamuhan Agung

dengan persetujuan dari Dewan Pelindung/Pembina

(3)

Skema Struktur Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada Pasal (9) ayat 2a di atas tercantum

dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

Pasal 10

Ruang Lingkup Kegiatan

(1) Konsolidasi dan pembinaan anggota dan keluarganya.

(2) Pembangunan karakter dan sikap ksatrya.

(3) Menjaga hubungan baik dengan kahyangan-kahyangan yang terkait dengan leluhur.

(4) Pembangunan kesejahteraan keluarga.

(5) Pembinaan hubungan keluar dalam bidang Ekonomi, keagamaan dan sosial budaya.

Pasal 11

Pesamuan

(1) Pesamuan adalah forum musyawarah perwakilan anggota terdiri atas:

a. Pesamuan Agung;

b. Pesamuan Agung Khusus

c. Pesamuan Madya.

(2) Pesamuan Agung adalah sidang umum Majelis Permusyawaratan Pasemetonan Agung

Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng yang dilakukan setiap 5 tahun sekali

(3) Pesamuan Agung dilakukan untuk:

a. Membahas pertanggungjawaban akhir kepengurusan;

b. Menetapkan dan mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga jika dibutuhkan

c. Menetapkan Garis-garis Besar Kebijaksanaan Organisasi

d. Memilih dan Menetapkan Dewan Pengurus

(4) Pesamuan Agung Khusus adalah pesamuan yang dilakukan secara khusus untuk membahas

hal-hal yang sangat mendesak dan sangat mendasar.

(5) Pesamuhan Madya adalah pesamuhan yang dilaksanakan oleh Dewan Pengurus, untuk membahas

dan mengevaluasi kinerja organisasi.

(6)

6

(6) Pesamuan Madya wajib dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali

a. Laporan pertanggung jawaban tahunan dewan pengurus

b. Membahas dan menetapkan hal hal yang dianggap perlu dalam meningkatkan kinerja

kepengurusan

Pasal 12

Rapat-rapat (paparuman)

(1) Rapat-rapat tingkat kepengurusan dilakukan setidak-tidaknya sekali dalam setahun, mencakup:

a. Rapat Dewan Pelindung dan pembina

b. Rapat Dewan Pengurus

(2) Rapat rapat di tingkat kepengurusan dapat dilaksanakan sewaktu waktu, sesuai dengan kebutuhan

dan kepentingan organisasi

Pasal 13

Kekayaan Organisasi

Kekayaan organisasi bersumber dari:

(1) Iuran wajib anggota;

(2) Sumbangan sukarela dari anggota atau pihak lain; dan

(3) Hasil usaha atau sumber lain yang sah.

BAB V

PENUTUP

Pasal 14

Lain-lain

(1) Hal-hal yang belum diatur dan belum jelas dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dan dijelaskan

lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga ataupun keputusan lainnya yang tidak bertentangan

dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(7)

7

Ditetapkan di Tabanan

Tanggal 22 April 2012

Pesamuan Agung

Majelis Permusyawaratan Pasemetonan Agung

Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

--- ---

Dewan Pelindung dan Pembina

---

Ketua

(8)

8

Lampiran I

Lingkup Organisasi

Prati Sentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng

(Disusun Berdasarkan Babad Arya Tabanan) I. Ida Bathara Sira Arya Kenceng (G.1)

a. Shri Megada Prabu (melaksanakan Hidup Kepanditaan), Mengangkat Putra Upon Upon i. Ki Bendesa Beng

ii. Ki Guliang di Rejasa iii. Ki Telabah di Tuak Ilang iv. Ki Bendesa di Tajen

v. Ki Tegehan di Buahan b. Shri Megada Nata

c. Kiyayi Tegeh Kori (menurunkan wangsaTegeh Kori) d. Nyai Tegeh kori

II. Shri Megada Nata (Raja II) (G.2)

a. Sirarya Ngurah Langwang b. Ki Gusti Made Utara (Madyotara)

i. Jro Subamya

1. I Gusti Nengah Jero di Jro Bantas 2. I Gusti Nyoman Gede di Jro Tunjuk 3. Ni Gusti Luh Ketut Subamya 4. I Gusti Putu Pasekan di Jro Timpag c. Ki Gusti Nyoman Pascima (Ki Gusti Nyoman Dawuh)

i. Jro Jambe Pemeregan d. Ki Gusti Ketut Wetaning Pangkung

i. Jro Lod Rurung ii. Jro Kesimpar iii. Jro Serampingan e. Ki Gusti Nengah Samping Boni

i. Jro Samping ii. Jro Titih iii. Jro Ersania iv. Jro Tengah

v. Jro Den Ayung vi. Jro Bluran

f. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak i. Jro Ancak

ii. Jro Angligan g. Ki Gusti Ketut Lebah

i. I Gusti Ngurah Pinge

ii. I Gusti Ngurah Telabah (Puri Telabah di Kuta, Badung) 1. I Gusti Ayu Badung (Diperistri Oleh Dalem Sagening)

(9)

9 2. I Gusti Tembuku (Gelgel)

3. I Gusti Kerobokan (Desa Duda Karangasem) a. I Gusti Tembesi (Desa Jaga Perang) b. I Gusti Luah (Duda Karangasem) c. I Gusti Bija (Desa Tuak Ilang Tabanan) d. I Gusti Kuanji (Desa Sempidi , Badung)

e. I Gusti Beranjingan (Desa Abian Semal, Badung) 4. I Gusti Tukad (Desa Pandak)

h. Sirarya Ketut Pucangan/Sirarya Ketut Notor Wandira i. Menurunkan Raja Raja dan para agung di Badung

III. Sirarya Ngurah Langwang (Sirarya Nangun Graha) (G.3)

a. Sirarya Ngurah Tabanan b. Ki Gusti Lod Carik

c. Ki Gusti Dangin Pasar i. Para Gusti Suna ii. Para Gusti Munang iii. Para Gusti Batur d. Ki Gusti Dangin Margi

i. Ki Gusti Blambangan ii. Ki Gusti Jong

iii. Ki Gusti Nang Rawos di Kesiut Kawan iv. Ki Gusti Nang Pagla di Timpag

IV. Sirarya Ngurah Tabanan (Prabu Winalwan /Ida Bhatara Makules) (G.4)

a. Ki Gusti Wayan Pamedekan (I Dewa Raka) b. Ki Gusti Made Pemedekan (I Dewa Made) c. Ki Gusti Bola

i. Ki Gusti Tembuku d. Ki Gusti Made

i. Para Gusti Punahan e. Ki Gusti Wongaya

i. Jro Wangaya Tabanan f. Ki Gusti Kukuh

i. Jro Kukuh Denbantas g. Ki Gusti Kajanan

i. Para Gusti Kajanan ii. Para Gusti Ombak

iii. Para Gusti Pringga h. Ki Gusti Brengos

i. Ni Gusti Luh Kukuh j. Ni Gusti Luh Kukub k. Ni Gusti Tanjung l. Ni Gusti Luh Tangkas m. Ni Gusti Luh Ketut

(10)

10

V. Ki Gusti Wayan Pamedekan (G.5)

a. Ki Gusti Nengah Malkangin

i. Ki Gusti Perot (Jro Kamasan)

b. Dua orang wanita, tidak disebutkan namanya

VI. Ki Gusti Made Pamedekan (G.5)

a. Putra sulung tidak disebutkan namanya bergelar Sirarya Ngurah Tabanan b. Ki Gusti Made Dalang

c. Ni Gusti Luh Tabanan

VII. Sirarya Ngurah Tabanan /Prabu Winalwan /Ida Bhatara Makules (G.4) (Kembali bertahta karena

putra Ki Gusti Made Pemedekan Masih Kecil-kecil)

VIII. Sirarya Ngurah Tabanan (Bhatara Nisweng Penida) (G.6)

a. Ni Gusti Luh Kepaon b. Ni Gusti Ayu Rai c. I Gusti Alit Dawuh

IX. Ki Gusti Made Dalang & Ki Gusti Nengah Malkangin (G.6)

X. Ki Gusti Bola (G.5)

XI. Ki Gusti Alit Dawuh (Ida Shri Magada Sakti) (G.7)

a. Putra Sulung (Tidak Disebutkan Namanya) Bergelar Ratu Lepas Pemade b. I Gusti Made Dawuh

i. I Gusti Lanang ii. I GUsti Kandel

iii. Ni Gusti Luh Selingsing iv. Ni Gusti Luh Tatadan

v. Ni Gusti Luh Sasadan c. I Gusti Ngurah Nyoman Telabah

i. Ki Gusti Blumbang ii. Ki Gusti Pande iii. Ni Gusti Luh Made d. Kiyayi Jegu

i. Ki Gusti Cangeh e. Kyayi Krasan

i. Ki Gusti Subamya ii. Ki Gusti Bengkel iii. Ni Gusti Luh Sembung iv. Ni Gusti Luh Sempidi

v. Ni Gusti Luh Wayahan Tegal Tamu f. Kyayi Oka

i. Ki Gusti Wongaya ii. Ki Gusti Gede Oka

(11)

11 iii. Ki Gusti Pangkung

iv. Ki Gusti Ketut v. Ki Gusti Batan g. Ni Gusti Ayu Muter h. Ni Gusti Ayu Subamya i. Ni Gusti Luh Dangin j. Ni Luh Abian Tubuh k. Ni Gusti Luh Malkangin l. Ni Gusti Luh Puseh m. Ni Gusti Luh Bakas

XII. Ratu Lepas Pemade (G.8)

a. Ki Gusti Ngurah Sekar

b. Ki Gusti Ngurah Gede (Anglurah Kurambitan ke I) Menurunkan Puri Puri dan Jero di Kurambitan, yang akan dijelaskan dalam lampiran I.A

c. Ki Gusti Sari Jro Wanasari

d. Ki Gusti Pandak di Jro Pandak Bandung e. Ki Gusti Pucangan di Jro Buahan f. Ki Gusti Rejasa di Jro Rejasa g. Ki Gusti Bongan Jro Bongan Kauh

h. Ki Gusti Sangian ring Jro Banjar Ambengan i. Ki Gusti Den

j. Ni Gusti Luh Dalem Indung k. Ni Gusti Luh Perean l. Ni Gusti Luh Kuwum m. Ni Gusti Luh Beraban

XIII. Ki Gusti Ngurah Sekar (G.9) a. Ki Gusti Ngurah Gede

b. Ki Gusti Ngurah Made Rai (Membangun Puri Kaleran, sbg Ratu Pemade ring Puri Kaleran) c. Ki Gusti Ngurah Rai (Membangun Puri Penebel)

d. Ki Gusti Ngurah Anom, Membangun Puri Mas (Sebagai Pemade raja ke XV) i. Ki Gusti Mas / Kiyai Wirya Wala (putung)

ii. Ki Gusti Made Sekar (Putung) iii. Kiyayi Pasekan

iv. Kiyayi Pandak v. Ni Sagung Alit Tegeh e. Ni Gusti Luh Kandel

f. Ni Gusti Luh Kebon XIV. Ki Gusti Ngurah Gede (G.10)

a. Ki Gusti Nengah Timpag b. Ki Gusti Sambian c. Ki Gusti Ketut Celuk

(12)

12

XV. Ki Gusti Ngurah Made Rai (dari Puri Kaleran kembali masuk ke Puri Agung) (G.10)

a. Ki Gusti Ngurah Agung Gede, Putra Mahkota (seda sblm mebiseka Ratu , putung) b. Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji (di puri kaleran)

i. Ki Gusti Ngurah Agung

ii. Ki Gusti Ngurah Demung (tetap di Puri Kaleran Menjadi Pemade Raja XIX) iii. Ki Gusti Ngurah Celuk (Membangun Puri Kediri di bekas Puri Ngurah Ubung) c. Ni Sagung Ayu Made

d. Ni Sagung Ayu Ketut e. Kiyayi Nengah Perean

i. Kiyayi Pangkung

1. Ki Gusti Wayahan Kompyang

a. Jero Gede Kompyang Tabanan b. Jero Gede Kompyang di Penebel 2. Ki Gusti Made Oka

a. Jero Gede Oka di Jegu b. Jero Gede Oka di Biaung f. Kiyayi Buruan (putung)

g. Kiyayi Banjar (putung) h. Kiyayi Tegeh

i. Kiyayi Beng

i. Ki Gusti Wayahan Beng 1. Jero Beng

2. Jero Beng Kawan (putung) 3. Jero Putu

a. Soroh Ngurah di pasekan

XVI. Kiyayi Buruan (putung) (G.11)

XVII. Ki Gusti Ngurah Rai (Cokorda Rai) (G.10)

a. Ki Gusti Made Tabanan atau Ki Gusti Ngurah Ubung b. Ni Sagung Wayahan c. Ni Sagung Made d. Nisagung Ketut e. Kiyayi Kekeran f. Kiyayi Made g. Kiyayi Pangkung h. Kiyayi Dauh i. Kiyayi Kandel

i. Jero Kurambitan (Jero kekeran di Kurambitan)

XVIII. Ki Gusti Made Tabanan (Ki Gusti Ngurah Ubung) putung (G.11)

XIX. I Gusti Ngurah Agung (Ratu Singasana) (G.12)

(13)

13 b. Sirarya Ngurah atau Ida Bhatara Mur Mabasah (menjadi anak angkat Ki Gusti Ngurah Demung

di Puri kaleran, seda tanpa keturunan)

c. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar (Membangun Puri Anom Saren kangin di bekas Puri Mas )

d. Ki Gusti Ngurah Nyoman (Membangun Puri Anom Saren Kawuh / sekarang disebut Saren Tengah)

e. Ki Gusti Ngurah Rai (Diangkat Putra oleh Ki Gusti Ngurah Demung di Puri Kaleran setelah Sirarya Ngurah Tabanan Meninggal)

f. Ki Gusti Ngurah Made Penarukan (Membangun Puri Anyar) g. Ni Sagung Ayu Gede

h. Ni Sagung Ayu Rai

i. Ida Ratu Singasana menghadiahkan Putrapadana Kepada Ken Nyarikan di Dangin Peken . yang kemudian diangkat menjadi manca jawining kori (di luar istana) , dengan Gelar nama I Gede, kediamannya disebut Jero Dangin Peken.

XX. Sirarya Ngurah Tabanan (Ida Bhatara Ngaluhur) (G.13)

a. Sirarya Ngurah Agung (Putra Mahkota,Seda Sebelum Mebiseka Ratu) b. Ki Gusti Ngurah Gede Mas (Putra Mahkota,Seda Sebelum Mebiseka Ratu) c. Sirarya Ngurah Alit (Putra Mahkota,Seda seebelum mebiseka ratu) d. Ki Gusti Ngurah Rai Perang (Membangun Puri Dangin)

e. Ki Gusti Ngurah Nyoman Pangkung (Puri Dangin) f. Ki Gusti Ngurah Made Batan (Puri Dangin)

g. Ki Gusti Ngurah Gede Marga (Membangun Puri Denpasar, Tabanan) h. Ki Gusti Ngurah Putu (Membangun Puri Pemecutan, Tabanan)

i. I Gusti Ngurah Wayan ii. I Gusti Ngurah Made iii. Sagung Nyoman

iv. I Gusti Ngurah Ketut

v. Sagung Rai vi. Sagung Ketut i. Sagung Istri Ngurah j. Ni Sagung Ayu Gede

k. Ni Sagung Ayu Wah (memimpin Pebalikan Wongaya, pada tahun 1906 l. Ni Sagung Rai

XXI. Ki Gusti Ngurah Rai Perang (G.14) (Dari Puri Dangin, kembali masuk ke Puri Singasana sebagai raja ke XXI dengan gelar Ida I Gusti Ngurah Agung) Beliau adalah Raja Singasana Tabanan Terakhir,

mempunyai putra putra sbb :

a. I Gusti Ngurah Gede Pegeg (Putra Mahkota , Wafat nuek raga di badung 1906)

b. Sagung Ayu Putu (menikah dgn I Gst Ngurah Anom, Puri Anom Saren Taman / sekarang disebut Puri Anom saren Kawuh)

c. Sagung Ayu Oka (Menikah Dengan Arthur Mauritz Cramer, clerk Kontrolir Belanda) d. I Gusti Ngurah Anom (Puri Dangin di Tabanan)

e. I Gusti Ngurah Putu Konol (Puri Dangin Puri Dangin di Jegu) f. I Gusti Ngurah Made Batan

g. I Gusti Ngurah Nyoman Pangkung (meninggal 2 bulan sebelum tabanan kalah) i. I Gusti Ngurah Made Pucuk (Diajak di Puri Anom)

(14)

14

Masa Masa Penjajahan Belanda

Pada Tahun 1906, Terjadi Perang Puputan Badung dimana Raja Denpasar I Gusti Ngurah Made Denpasar dan Raja Pemecutan beserta pembesar pembesar kerajaan tewas dalam perang Puputan Badung, Menyusul kemudian Ida Ratu Singasana Tabanan I Gusti Ngurah Rai Perang (yang juga bergelar I Gusti Ngurah Agung Tabanan) yang Nuek Raga di puri Denpasar Badung disertai Putra Mahkota Tabanan I Gusti Ngurah Gede Pegeg yang Tewas dengan jalan meminum Sari. Puri Singasana Tabanan kemudian dijarah dan dihancurkan oleh serdadu Belanda. Putri putri Raja di Puri Singasana, Sagung ayu Oka dan Sagung ayu Putu, kemudian berpindah ke Puri anom , dimana tahun 1910 Sagung Ayu Putu menikah dengan I Gusti Ngurah Anom, bertempat di Puri Anom saren Taman (sekarang disebut Puri Anom saren Kawuh) dan Sagung Ayu Oka menikah dengan Arthur Maurits Cramer, seorang klerk kontrolir berkebangsaan Belanda pada tahun 1912.

Putra Putra Raja di Puri Dangin dan Kerabat-kerabat dekat Raja di Puri mecutan dan Puri Denpasar kemudian di buang ke Lombok. Puri Dangin, Puri denpasar dan Puri Mecutan karena tidak berpenghuni kemudian di ratakan dengan Tanah.

10 Tahun kemudian mereka semua dikembalikan ke Tabanan. Masing masing ditampung oleh kerabat puri. Puri dangin ditampung di Puri Anyar, sedangkan Puri Mecutan dan Puri Denpasar, ditampung di Puri Anom Tabanan. Kemudian Puri Dangin membangun kembali Puri di sebelah selatan Puri Anyar dan di Jegu(Sebelah selatan Jero Oka Jegu), Puri Mecutan membangun Puri di sebelah selatan Puri Anom, dan Puri denpasar membangun Purinya kembali di Sebelah Timur Jero Gede Kompyang.

Pada Tahun 1929, Pemerintah Belanda membentuk 8 negara Bestuur berdasarkan Standblad no 226 tertanggal 8 Juli 1929, dimana kepala Negara Bestuur itu disebut Bestuurder. 8 Negara bestuur itu antara lain, Tabanan, Badung, Jembrana, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Bangli dan Klungkung. Untuk Tabanan, diangkatlah I Gusti Ngurah Ketut, Putra terkecil dari I Gusti Ngurah Putu di Puri Mecutan Tabanan.

Kemudian Belanda merubah lagi Tata Pemerintahan, berdasarkan Standblad no 529, tertanggal 1 July 1938 , status Negara Bestur ditingkatkan menjadi Zelfbestuur Landschapen, dimana kepalanya tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut.

Kemudian Pemerintah meningkatkan kembali status Negara berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda, no 21 tertanggal 7 July 1938, ZelfBestuur lanschapen ditingkatkan menjadi Daerah Swa Praja, dan dipimpin oleh seorang Raja. Dimana Raja Raja ini kemudian oleh pemerintah Belanda dilantik dan diangkat sumpahnya pada tanggal 29 July 1938 di Pura Besakih, bertepatan dengan Hari Raya Galungan.

Gelar Raja untuk Tabanan& Badung adalah Cokorda, untuk Gianyar, jembrana, Bangli & Buleleng adalah Anak Agung, untuk Karangasem bergelar Anak Agung Agung Anglurah, untuk Klungkung diberi gelar Dewa Agung. Untuk Tabanan kepala Swapraja ini tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah ketut dari Puri Mecutan Tabanan, kemudian diabhiseka dengan gelar Cokorda.

Jika diurut kemudian, inilah generasi yang diturunkan oleh beliau Cokorda I Gusti Ngurah Ketut, dari Puri Mecutan Tabanan

I. I Gusti Ngurah Ketut (Cokorda Ngurah Ketut) (G.15) Putra Ki Gusti Ngurah Putu di Puri Mecutan

a. I Gusti Ngurah Gde b. I Gusti Ngurah Alit Putra c. I Gusti Ngurah Raka d. Sagung Mas

e. Dr. I Gusti Ngurah Agung

II. I Gusti Ngurah Gede ( Cokorda Ngurah Gde) (G.16)

(15)

15

Lampiran I.A

Warih Ida Anglurah Kurambitan I (Ida I Gusti Ngurah Gede Banjar)

1. Puri Agung Kerambitan

2. Puri Anyar Kerambitan

3. Puri Jambe Kerambitan

4. Jero Aseman Kerambitan

5. Jero Tambangan Kerambitan

6. Jero Marga Kerambitan

7. Jero Kelating Kerambitan

8. Jero Tegal kerambitan

9. Jero Kajanan Kerambitan

10. Jero Belong Kerambitan

11. Jero Pangkung Kerambitan

12. Jero Kukuh Kerambitan

13. Jero Banjar Kerambitan

14. Jero Jelae Kerambitan

15. Jero Meliling Kerambitan

16. Jero Blumbang Kerambitan

17. Jero Kawan Kerambitan

18. Jero Den Kerambitan

(16)

16

Lampiran II

(17)

17

Lampiran III

Referensi

Dokumen terkait