SERI TERANG ILAHI
Seruan
Hikmat
[1]
pengantar
Seruan
Hikmat
I
saac Asimov, seorang penulis asal AmerikaSerikat dan seorang profesor bidang Biokimia di Universitas Boston, telah menulis maupun menyunting lebih dari 500 buku. Menurut pengamatannya, “Aspek paling menyedihkan dalam kehidupan di masa kini adalah bahwa sains mengumpulkan pengetahuan lebih cepat daripada masyarakat memperoleh hikmat.” Dalam kesempatan lain, ia menulis, “Bahkan saat saya muda . . . saya tak pernah meyakini bahwa apabila pengetahuan mengandung bahaya, solusinya adalah
mengabaikannya. Menurut saya, solusinya haruslah hikmat. Anda tidak dapat menolak untuk menghadapi bahaya, tetapi Anda justru belajar bagaimana
mengatasi bahaya dengan sebaik-baiknya.”
Pengamatan Asimov itu telah kita alami sendiri. Adakah di antara kita yang belum pernah mengalami
sakit hati karena seseorang menyatakan kebenaran dengan cara yang gegabah, tanpa kerendahan hati, kasih, atau hikmat? Di tengah pesatnya arus ilmu pengetahuan dan teknologi, entah konsekuensi apa yang harus ditanggung ketika hidup kita tidak dilandasi oleh hikmat?
Oleh karena itu, alangkah menariknya ketika suatu lembaga bergengsi seperti Universitas Chicago memulai sebuah upaya yang disebut Wisdom Research Project (Proyek Penelitian terhadap Hikmat). Penjelasan
mengenai proyek tersebut menyatakan, “Dahulu hikmat pernah dianggap sebagai subjek yang layak diteliti secara giat dan ilmiah untuk memahami sifat dan manfaatnya. Namun belakangan ini, hikmat relatif telah diabaikan, tidak lagi menjadi topik yang patut diteliti oleh kalangan akademis maupun sains. Padahal hampir tidak ada subjek lain yang lebih sentral
terhadap aspirasi tertinggi manusia daripada hikmat.” Pujian terhadap sifat luhur yang kuno itu juga didengungkan Alkitab lewat perkataan Salomo,
“Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga
[3] SERUAN HIKMAT
daripada permata: apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya” (Amsal 3:13-15).
Di masa kini, nama Salomo tidak hanya
disandingkan dengan hikmat . . . tetapi juga dengan sifat kesombongan diri yang sembrono. Namun demikian, kita tidak menyepelekan perjuangannya dalam mencari hikmat yang menjadi kerinduan terdalam dirinya itu sebagai kebodohan. Sebaliknya, kita merindukan di sepanjang hidup ini, kita pun bertambah-tambah kaya dengan hikmat, hingga pada akhirnya kita akan meninggalkan warisan yang indah bagi dunia, sembari memberikan kesan indah yang membekas pada diri sesama.
Hikmat memberikan sukacita dan kepuasan. Menurut Alkitab, oleh hikmatlah Pencipta kita menjadikan dunia ini, dan kemudian menyerahkan diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan yang diakibatkan oleh kebodohan kita. Merenungkan hal tersebut membuat kita sangat menghargai pandangan yang diberikan Alice Mathews tentang pasal terakhir dari Amsal, suatu kitab
mengenai hikmat yang paling dikenal dalam Alkitab. Saat mencermati pandangannya, kita akan menemukan wawasan yang baru dalam diri “perempuan cakap” yang dipuja dan dicerca dalam Amsal 31. Sebagaimana dijelaskan Alice nanti, bagian dari Kitab Suci tersebut telah disalah mengerti, disepelekan, dan terabaikan dalam perannya membentuk pemahaman kita yang utuh tentang hikmat.
Setelah selesai membaca tulisan Alice, kita mungkin juga akan mengerti mengapa Salomo bukanlah
penulis dari pasal tentang hikmat tersebut. Penjabaran dalam pasal tersebut tidaklah mungkin ditulis oleh seorang raja yang telah menginjak-injak hikmat lewat perbuatannya mengumpulkan 700 istri dan 300 gundik. Alice menunjukkan bahwa, sebaliknya, hikmat dari Raja Lemuel menggambarkan Sang Putri tentang Hikmat yang akan meninggikan derajat hidup setiap pria atau wanita yang menjunjungnya.
Alice tidak hanya memperbarui pandangan kita tentang hikmat yang kita butuhkan. Ia juga mengingatkan kita bahwa amsal-amsal hikmat yang dikumpulkan maupun diucapkan Salomo bukanlah tanpa maksud tertentu.
Pada masa ketika kalangan akademis yang sekuler sedang menggali kembali hikmat sebagai seni dan harta yang selama ini terhilang, alangkah jauh lebih penting bagi kita untuk menemukan kembali sumber sejati dari hikmat dan mengalami bagaimana kitab yang diilhamkan Allah itu memberikan suatu nilai yang lebih daripada sebuah pengetahuan belaka.
Mart DeHaan OUR DAILY BREAD Ministries
daftar isi
satuKekuatan untuk
Menjadi Bijak
. . . .7
duaHikmat
yang Diwujudkan
. . . .15
tigaPerspektif
yang Benar
. . . .23
Pemimpin Editor: J. R. Hudberg Perancang Sampul: Terry Bidgood
Foto Sampul: Ron Sumners / iStockPhoto Penerjemah: Ida Budipranoto, Indrawan Editor Terjemahan: Tim Our Daily Bread Indonesia Penyelaras Bahasa: Tim Our Daily Bread Indonesia Penata Letak: Mary Chang
Perancang Interior: Steve Gier
Gambar Interior: Terry Bidgood (hlm.1); Javier Gonzalez / rgb stock (hlm.7);
Sascha Beck / RGBStock (hlm.15); Mihailo Radicevic / Stock.xchng (hlm.23) Jika tanpa penjelasan tambahan, petikan ayat dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia © LAI 2003.
Naskah dilindungi oleh Hak Cipta
© 2014 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, Michigan. Dicetak di Indonesia.
[7]
satu
Kekuatan untuk
Menjadi Bijak
B
eberapa bagian dalam Alkitab mengingatkansaya pada ucapan komedian Rodney Dangerfield, bahwa bagian-bagian itu “benar-benar tidak dihargai”. Salah satu bagian Alkitab tersebut adalah Amsal 31:10-31. Banyak pria menghindarinya karena mereka yakin bahwa bagian itu ditulis khusus untuk wanita. Banyak wanita melewatkan bagian itu karena mereka yakin bahwa bagian tersebut mengatakan tentang sesuatu yang tidak ingin mereka dengar. Meskipun kebanyakan orang Kristen mengetahui sesuatu tentang
B
teks tersebut, banyak yang memilih untuk mengabaikannya. Namun kita semua, baik pria maupun wanita, memerlukan bagian penting itu untuk tiga alasan. Pertama dan alasan yang paling mendasar, kita memerlukannya karena, oleh ilham Allah Roh Kudus, bagian itu termasuk dalam Alkitab. Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa semua bagian Kitab Suci adalah
tulisan yang diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dan itu termasuk Amsal 31.
Kedua, bagian itu menjabarkan sebuah ringkasan tentang hikmat umat Allah. Pembukaan kitab Amsal berbicara tentang takut akan Tuhan sebagai permulaan pengetahuan (1:7), dan kitab Amsal ditutup dengan pujian bagi orang yang takut akan Tuhan (31:30). Pasal 1 memperkenalkan kita tentang Hikmat yang berseru nyaring di jalan-jalan kota, memanggil orang-orang muda untuk memikirkan kembali tentang hidup dan pilihan mereka, dan mengatakan kepada mereka supaya memilih untuk takut akan Tuhan. Pasal 31 menempatkan Hikmat dalam pakaian sehari-hari, menunjukkan kepada kita bagaimana penampilan seseorang yang dengan bijaksana telah memilih untuk takut akan Tuhan.
[9] SERUAN HIKMAT
adalah struktur dari 22 ayat terakhir dari bagian tersebut. Amsal 31:10-31 merupakan puisi akrostik. Setiap ayat dari bagian itu dimulai dengan huruf abjad Ibrani (aleph, beth, gimel, daleth, he, waw, dst.). Apa gunanya hal itu? Pada zaman kuno,
akrostik digunakan sebagai sarana untuk menghafal. Jika
Anda mengetahui huruf-huruf abjad, Anda bisa mengingat serangkaian ide hanya dengan mengingat urut-urutan huruf pada abjad tersebut. Kita menggunakannya pada masa kini, tetapi hal itu jauh lebih penting pada zaman dahulu, ketika hikmat bangsa diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Anak-anak belajar tentang yang perlu mereka ketahui secara lisan. Sebuah puisi akrostik adalah salah satu cara untuk membantu mereka mengingatnya.
Pasal 31 menempatkan Hikmat dalam pakaian
sehari-hari, menunjukkan kepada kita bagaimana
penampilan seseorang yang dengan bijaksana
telah memilih untuk takut akan Tuhan.
Teks asli dalam Kitab Suci bahasa Ibrani ditulis tanpa huruf hidup. Membaca dan memahami kata-kata di dalamnya dilakukan dengan mendengarkan bunyi dari huruf-huruf hidupnya.
Amsal 31:10-31 ditulis sebagai puisi akrostik sehingga bisa dihafalkan dengan mudah, di luar kepala. Mengapa? Karena bagian itu merangkum hikmat umat Allah yang terdapat di seluruh kitab Amsal. Semua itu ditujukan bagi kita untuk membantu agar kita tahu cara menjalani hidup dengan bijak.
Puisi tersebut dimulai dari ayat 10 dengan pertanyaan dan pernyataan: “Isteri yang cakap siapakah akan
mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata.” Demikianlah Alkitab Terjemahan Baru menerjemahkan teks Ibrani tersebut. Jika Anda membacanya di Alkitab Firman Allah yang Hidup, kalimatnya menyatakan, “Jika engkau dapat memperoleh seorang istri yang sungguh baik.” Ketika
melihat terjemahan yang berbeda dari sebuah kata Ibrani dan artinya terlihat tidak sama, kita harus menelitinya kembali dan mencari tahu bagaimana kata Ibrani itu digunakan di bagian-bagian lain dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa
Dalam Alkitab, kekuatan dan keberanian bukan sekadar sifat maskulin. Menurut banyak orang, Alkitab mengajarkan bahwa identitas pria ditemukan dalam kekuatannya dan identitas wanita ditemukan dalam kecantikannya. Meskipun itu benar di satu sisi, kaum wanita dan juga kaum pria diperintahkan untuk menggunakan kekuatan yang Allah berikan demi melakukan segala tujuan-Nya.
[11] SERUAN HIKMAT
Ibrani, wanita yang sangat didambakan ini, yang lebih berharga daripada permata, adalah seorang wanita chayil. Dalam
pengertian itu, tidak ada terjemahan kita—cakap atau sungguh baik—yang bisa menangkap nuansa dari kata Ibrani tersebut.
Pasal 31 menggunakan kata Ibrani chayil di ayat 2-3: “Apa
yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku? Jangan berikan kekuatanmu (chayil) kepada perempuan, dan
jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.”
Ketika melihat penggunaan kata Ibrani itu di seluruh Perjanjian Lama, kita melihat bahwa ayat 3 lebih akurat dalam menerjemahkan kata chayil sebagai kekuatan. Chayil adalah
kata umum dalam Alkitab, yang digunakan ratusan kali. Kata itu digunakan tiga kali untuk mengacu kepada seorang wanita (Rut 3:11, Amsal 12:4, dan Amsal 31:10), tetapi kata itu paling sering dipakai untuk menggambarkan prajurit atau tentara. Arti dasar dari kata tersebut adalah kekuatan atau kuasa, dan sebagian besar dipakai untuk mengacu pada kecakapan militer. Para pahlawan Daud yang perkasa adalah pria chayil.
Amsal 31 merangkum hikmat umat Allah yang
terdapat di seluruh kitab Amsal. Semua itu ditujukan
bagi kita untuk membantu supaya kita tahu cara
menjalani hidup dengan bijak.
Kata chayil juga diterjemahkan menjadi gagah berani,
mengacu pada kualitas keberanian yang dibutuhkan dalam pertempuran. Seorang prajurit akan tetap teguh dalam pertempuran, dan tidak akan meninggalkan posnya atau melarikan diri dari tugasnya. Jadi orang chayil (seperti
para pahlawan Daud yang gagah perkasa) mempunyai kekuatan batin untuk melakukan tanggung jawab yang mereka emban dan mengatasi berbagai hambatan. Amsal 31:10 membicarakan tentang orang yang kuat, gagah berani, dan memiliki kekuatan batin untuk bisa mengatasi segala hambatan.
Beberapa terjemahan dari ayat 10 menyatakan, “Istri
yang cakap siapakah akan mendapatkannya?” Kata yang diterjemahkan sebagai istri sama seperti kata untuk wanita.
Beberapa penerjemah mungkin memilih kata istri karena dua
ayat berikutnya membahas tentang suaminya. Namun bukan berarti hal itu tidak berlaku untuk para lajang!
Daud mengumpulkan di Yerusalem segala pembesar Israel, yakni para kepala suku, para pemimpin rombongan orang-orang yang melayani raja, para kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan ternak kepunyaan raja dan anak-anaknya; bersama-sama mereka juga para pegawai istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa (chayil)” (1 Tawarikh 28:1).
[13] SERUAN HIKMAT
Orang CHAYIL (seperti para pahlawan Daud yang
gagah perkasa) mempunyai kekuatan batin untuk
melakukan tanggung jawab yang mereka emban
dan mengatasi berbagai hambatan.
Penggunaan kata yang sama untuk kata wanita dan istri merupakan kebiasaan umum, baik dalam Kitab Suci berbahasa Yunani maupun Ibrani. Kontekslah yang menentukan arti dari kata tersebut dalam suatu bagian Alkitab.
Orang yang kuat dan gagah berani tersebut memiliki hikmat atau keterampilan untuk hidup, dan dalam Amsal 31 kita melihatnya terwujud dalam diri seorang wanita bijak. Ketika kita memperhatikan wanita itu, kita melihat wujud hikmat dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas-kualitas diri yang dimiliki wanita itu merupakan kualitas diri yang merangkum hikmat dari umat Allah. Kualitas-kualitas diri tersebut berlaku, baik bagi mereka yang lajang atau yang telah menikah, baik bagi pria maupun wanita.
[15]
dua
Hikmat
yang Diwujudkan
J
adi apa yang menjadi karakteristik seseorangyang kuat? Karakteristik pertama dari seorang wanita
bijak adalah ia dapat dipercaya. Di ayat 11 dan 12 kita
membaca: “Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.” Jelas bahwa suami wanita itu dapat mempercayainya. Suaminya tahu bahwa istrinya tidak akan memboroskan uang atau kabur dengan pria lain. Wanita itu bisa dipercaya.
Apakah Anda bisa dipercaya? Apakah Anda bisa dipercaya untuk berbuat baik, tidak berbuat jahat, sepanjang hidup Anda? Jika demikian, Anda sedang bertumbuh menjadi orang bijak yang kuat seperti yang tertulis dalam Amsal 31.
Dalam ayat 13-18, kita menemukan bahwa orang bijak yang gagah berani, kuat, dan berkomitmen itu juga seorang yang cerdik. Sebagian besar dari kita tidak suka mendengar
kata cerdik. Namun menurut kamus, istilah tersebut
menyatakan bahwa orang tersebut banyak akal atau pintar. Orang yang cerdik bukanlah orang yang memanfaatkan
orang lain, tetapi orang yang memanfaatkan peluang. Inilah
bentuk kecerdikan dalam ayat 13-18: Ayat 13 menyatakan bahwa wanita bijak yang kuat itu “mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya.” Ia tidak asal mengambil apa pun yang tersedia, tetapi memilih tugas-tugasnya dan bahannya dengan teliti.
Ayat 14 dan 15 menyatakan bahwa wanita bijak yang kuat itu “serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan
Wanita bijak dan kuat itu dapat dipercaya. Karena sifatnya itu, suaminya dapat memberikan kepercayaan penuh kepadanya. Dampaknya, semua orang yang berurusan dengan wanita tersebut juga dapat mempercayainya karena ia layak dipercaya sama seperti ia layak dipercaya oleh suaminya.
[17] SERUAN HIKMAT
makanannya. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.” Wanita bijak itu memandang jauh ke depan dan bersiap untuk masa depan, tidak hanya untuk masa kini. Ia mengatur pekerjaannya sehingga setiap orang dalam rumah tangganya dicukupkan kebutuhannya.
Ayat 16 menunjukkan ketajaman naluri dari wanita itu: “Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil
tangannya kebun anggur ditanaminya.” Wanita itu cerdik dalam membeli lahan, lalu mengatur supaya lahan itu menghasilkan keuntungan. Ia memikirkan setiap proyeknya dengan cermat dan membuat rencana untuk menjalankannya supaya berhasil.
Ayat 17 menjelaskan: “Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.” Dalam bahasa Ibrani,
hal itu sebenarnya berarti ia menguatkan lengan demi tugas-tugasnya sehingga ia bisa melakukan pekerjaannya
dengan penuh semangat. Orang yang cerdik meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya supaya bisa bekerja dengan lebih cerdas, dan bukannya lebih keras.
Ayat 18 jelas mengatakan: “Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.” Wanita bijak itu membuat produk yang berkualitas baik
sehingga dapat dijual kepada para pedagang tanpa merasa malu atau takut.
Singkat kata, orang chayil adalah seorang yang cerdik.
Jadi tanyakanlah kepada diri Anda: Secerdik apakah aku dalam kegiatanku sehari-hari? Apakah aku memikirkan setiap proyekku dengan cermat sehingga bisa mengerjakannya dengan baik? Apakah aku merencanakan jauh ke depan? Apakah aku berkomitmen untuk melakukan pekerjaan yang baik? Jika Anda bisa menjawab ya untuk
pertanyaan-pertanyaan itu, Anda memiliki karakteristik kedua
dari hikmat yang tertulis dalam kitab Amsal. Anda itu cerdik
atau banyak akal atau bijaksana.
Dalam ayat 19 dan 20, kita beralih pada karakteristik
Terkadang orang Kristen berpikir bahwa mengikut Roh Kudus berarti tidak perlu membuat rencana atau memikirkan sesuatu secara matang. Orang yang bijak dan kuat akan peka terhadap dorongan Roh Kudus pada saat itu, dan juga mendengarkan-Nya pada saat ia merencanakan dan mempersiapkan tindakannya.
[19] SERUAN HIKMAT
ketiga dari orang chayil: “Tangannya ditaruhnya pada jentera,
jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.” Karakteristik ketiga dari orang yang bijak ialah murah hati. Hal itu mungkin tidak segera terlihat dengan jelas dalam
teks karena terjemahan kita tidak menangkap hubungan antara ayat 19 dan ayat 20. Namun dalam bahasa Ibrani, kedua ayat tersebut tidak dapat dipisahkan karena alasan berikut: bagian pertama dari ayat 19 dan bagian terakhir dari ayat 20 memiliki struktur tata bahasa dan kata kerja yang sama. Hal yang sama juga berlaku untuk bagian terakhir
dari ayat 19 dan bagian pertama ayat 20, struktur dan kata kerjanya sama. Ketika hal itu terjadi, kita mendapatkan struktur kiasmus (pengulangan sekaligus pembalikan dua kata
di satu kalimat—yang bentuknya terlihat seperti huruf X besar). Wanita yang bijak itu memintal benang dan menenun ikat pinggang serta membuat pakaian untuk dijual kepada
para pedagang sehingga ia bisa bermurah hati kepada orang
miskin dan yang berkekurangan. Kecerdikan harus selalu diimbangi dengan kemurahan hati supaya tidak menjadi keserakahan. Dan Alkitab sangat mengecam orang yang serakah. Jadi orang yang cerdik memanfaatkan peluang untuk memiliki sesuatu sehingga dapat diberikan kepada orang-orang yang berkekurangan.
Karakteristik keempat dari orang chayil ditemukan dalam
lima ayat berikutnya (21-25), yang menunjukkan kepada kita bahwa orang yang bijak itu juga rajin. Ayat 21 menyatakan
bahwa “ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.” Seberapa sering salju turun di Timur Tengah? Tidak sering. Namun ketika turun salju, orang yang bijak dan rajin itu telah menyiapkan persediaan untuk seisi rumahnya. Terjemahan kata terakhir dari ayat tersebut sedikit lucu. Rupanya kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi kata pakaian rangkap juga
bisa diterjemahkan menjadi kata merah. Jika turun salju di
luar, saya lebih suka mengenakan pakaian rangkap yang
Orang yang kuat dan bijaksana telah belajar untuk tidak
menggenggam erat harta milik mereka. Mereka bersyukur atas
[21] SERUAN HIKMAT
membuat saya hangat ketimbang memakai sesuatu yang hanya berwarna merah.
Ayat 22 menjelaskan kepada kita bahwa “ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya.” “Lenan halus dan kain ungu” membuktikan kenyataan bahwa
wanita itu rajin mengurus kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan orang lain. Ia berpakaian rapi.
Ayat 23 menghubungkan sifat rajin wanita itu dengan posisi suaminya di masyarakat: “Suaminya dikenal di pintu gerbang (pusat kegiatan masyarakat), kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.” Cara wanita bijak itu mengurus kehidupannya membuat suaminya mendapatkan hormat dari para pemimpin masyarakat.
Ayat 24 menjelaskan sejumlah rincian dari penghasilan wanita bijak itu: “Ia membuat pakaian dari lenan, dan
menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang.” Pekerjaannya dengan jentera (bilah kayu penggulung benang)
dan alat pemintal bukan sekadar hobi, tetapi itu merupakan sarana untuk menghasilkan pendapatan bagi keluarganya supaya bisa membantu orang-orang yang berkekurangan.
Sebagai hasilnya, ayat 25 menyimpulkan bahwa
“pakaiannya (tidak hanya lenan halus dan kain ungu) adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.” Beberapa orang menyamakan sifat rajin dengan gila kerja atau kompulsif-obsesif. Namun sifat rajin merupakan bagian penting dari hikmat.
Ayat 26 menyatakan karakteristik kelima dari orang bijak:
“Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.” Orang bijak yang kuat selalu
berbicara dengan bijaksana dan ramah. Orang bijak tidak hanya
berkata-kata, tetapi juga menerapkan yang diucapkannya.
Kata Ibrani untuk kekuatan di ayat 25 adalah oz, yang berarti kuat, teguh, dan kukuh. Kata itu sering dipakai untuk
menggambarkan tentang benteng.
Orang yang cerdik memanfaatkan peluang untuk
memiliki sesuatu sehingga dapat diberikan kepada
orang-orang yang berkekurangan.
[23]
tiga
Perspektif
yang Benar
P
ada titik ini Anda mungkin berpikir bahwamenjadi bijak atau kuat atau gagah perkasa itu sungguh merepotkan. Terlalu banyak tuntutan! Sebegitu pentingkah jika aku bisa diandalkan dan teliti dalam pekerjaanku? Atau jika aku murah hati dan rajin dalam semua yang kulakukan? Atau jika aku menjaga lidahku dan menggunakannya dengan bijak? Hikmat itu, seperti yang dijelaskan dalam seluruh kitab Amsal, berarti mengambil keputusan yang bijak dalam segala seluk-beluk kehidupan.
Dan dalam Amsal 8:35-36, Hikmat menyatakan kepada kita bahwa orang yang mencintainya akan hidup, tetapi orang yang tidak mendapatkannya akan merugikan diri sendiri. Hikmat itu menyangkut kehidupan sehari-hari, dan juga menyangkut soal hidup dan mati.
Namun Amsal 31 tidak berakhir dengan ayat 26. Jika berakhir di sini, kita hanya memiliki peraturan moral, tetapi tidak memiliki sumber daya selain tekad kita sendiri untuk melakukannya. Yang membuat kita bijak tidak ditemukan dalam
ayat 11-26. Itu ditemukan dalam ayat 30: “Kemolekan adalah
bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan tuHan dipuji-puji.” Intinya adalah: orang bijak yang kuat
dan berkomitmen mengetahui perbedaan antara segala yang fana dan yang kekal. Orang yang bijak memilih untuk hidup demi segala yang kekal. Ayat 30 mengatakan kepada kita bahwa kemolekan
itu bohong dan kecantikan itu sia-sia. Kecantikan itu baik, tetapi tidak kekal. Yang kekal selamanya adalah hubungan kita dengan Allah.
Khotbah-khotbah yang saya dengar tentang Amsal 31
Kekuatan orang bijak bukan dilandaskan pada benteng
eksternal (oz) yang dibangun dari perbuatan baik, tetapi pada keberanian (chayil) yang menunjukkan karakter batin seseorang.
[25] SERUAN HIKMAT
cenderung berfokus pada keterampilan dan kesibukan si wanita. Itu merupakan bukti-bukti dari hikmat, tetapi bukan
inti dari bagian Alkitab tersebut. Hikmat yang sejati dimulai dari Allah dan hubungan kita dengan-Nya. Hikmat dimulai dengan “takut akan Tuhan”. Apakah arti “takut” akan Tuhan itu? Apakah rasa ngeri di hadirat Allah? Bukan itu,
melainkan pemahaman penuh hormat tentang siapa Allah dan keberadaan kita dalam persekutuan dengan-Nya. Hal yang paling penting adalah Anda dan saya mengenal siapakah Allah itu sesungguhnya. Kita harus mengenal-Nya sebagai Pencipta kita, Penebus kita, dan Pemelihara kita.
Kita harus mengetahui bahwa Allah adalah Pencipta kita. Pemazmur memahami hal ini:
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah (Mazmur 139:13-15).
Kita tidak dapat bernapas kecuali Allah Pencipta kita memperkenankannya. Rasul Paulus mengatakan kepada orang Atena bahwa di dalam Allah, kita hidup, kita bergerak, kita ada (Kisah Para Rasul 17:25-28).
Kita harus mengetahui bahwa Allah adalah Penebus kita. Sekali lagi Daud, sang pemazmur, menyuarakannya bagi kita:
Pujilah tuHan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan
segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali (Mazmur 103:2-5).
Melalui iman kepada Yesus Kristus, Penebus, kita memiliki hidup baru. Dia telah menanggung hukuman atas dosa-dosa kita dan telah menebus kita (atau membeli kita kembali) dari Iblis bagi Allah. Kita harus menyadari bahwa Allah adalah Penebus kita.
[27] SERUAN HIKMAT
kita. Yesaya, nabi Perjanjian Lama, mengatakannya demikian: Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan tuHan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali
yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yesaya 40:28-31).
Dalam rutinitas kehidupan kita sehari-hari atau dalam krisis yang menimpa kita, Allah adalah Pemelihara kita.
Pada pukul 4.30, di suatu Sabtu pagi tahun 1994, telepon kami berdering dan membangunkan kami. Panggilan telepon semacam itu biasanya pertanda berita buruk, atau panggilan
Kita harus menyadari bahwa Allah adalah
Penebus kita. Dalam rutinitas kehidupan kita
sehari-hari atau dalam krisis yang menimpa kita,
Allah adalah Pemelihara kita.
orang usil, atau orang mabuk menelepon nomor yang salah. Bagi kami, panggilan tersebut merupakan berita buruk. Di ujung telepon, putri sulung kami, Susan, menelepon dari bagian selatan Prancis, tempat ia dan keluarganya tinggal. Ia baru saja menerima telepon dari lembaga pelayanan di bagian utara Prancis, tempat Kent, putra tunggal kami, melayani orang dewasa yang berkebutuhan khusus. Kent, saat bersepeda dalam perjalanan ke sebuah pertemuan, ditabrak sampai meninggal oleh seorang pengemudi mabuk. Pada saat seperti itu, orang mengajukan segala macam pertanyaan: Apakah Allah berdaulat—apakah Dia bisa mencegah
terjadinya hal itu? Apakah Allah itu kasih? Apakah Allah peduli? Apakah Allah nyata? Dalam menghadapi tragedi dan di tengah kedukaan itulah, kami justru harus meraih inti kebenaran tentang Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci: Allah memang berdaulat dan dalam beberapa cara bekerja
melalui tragedi. Allah adalah kasih dengan cara yang tidak
bisa kita pahami dalam kehidupan ini, tetapi yang suatu hari akan menjadi jelas bagi kita. Allah benar-benar peduli
dan akan menggunakan hal ini demi kebaikan dalam hidup kita. Allah itu ada. Dia bersama kita. Penulis surat Ibrani mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah membiarkan atau meninggalkan kita pada saat-saat terburuk ketika
[29] SERUAN HIKMAT
ketakutan dan air mata nyaris menenggelamkan kita (Ibrani 13:5, mengutip Ulangan 31:6).
Kesadaran tentang Allah yang bekerja, bahkan dalam tragedi, memberi kita cara yang berbeda untuk melihat kehidupan dan kepedihan. Mengenal Allah akan menopang
kita di saat-saat tergelap kita dan mengajarkan perbedaan antara yang fana dan yang kekal. Namun mengenal Allah juga menopang kita dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah bagi kita untuk bisa dipercaya, tetapi Allah itu
ada dan melihat bahwa kita bisa dipercaya. Memang tidak mudah untuk menjadi cerdik, tetapi Allah melihat pekerjaan kita dan Dia dihormati karena pekerjaan tersebut. Memang tidak mudah untuk bermurah hati, tetapi Allah peduli pada kemurahan hati kita. Memang rajin itu tidak menyenangkan, tetapi kita bekerja untuk memuliakan Allah Pencipta kita. Memang tidak mudah berbicara dengan bijak dan ramah
Dalam menghadapi tragedi dan di tengah
kedukaan itulah, kami justru harus meraih inti
kebenaran tentang Allah yang dinyatakan dalam
Kitab Suci: Allah itu berdaulat dan dalam beberapa
cara bekerja melalui tragedi.
sepanjang waktu, tetapi Allah mendengarkan ucapan kita. Hubungan kita dengan Allah memberi kita perspektif yang berbeda tentang kehidupan. Kita mengetahui apa yang penting. Kita mengetahui apa yang kekal dan yang fana, dan kita memilih yang kekal. Dan kita membawa perspektif itu dalam setiap pilihan yang kita ambil—apakah kita akan menjadi orang yang dapat dipercaya atau tidak, apakah kita akan membuat perencanaan terlebih dahulu dan bekerja dengan cermat atau tidak, apakah kita menunjukkan belas kasihan atau tidak, apakah kita akan mengejar tujuan kita sepenuh hati atau tidak, apakah kita mengendalikan lidah kita atau tidak. Apa yang kita percaya tentang Allah menentukan seberapa bijaknya kita menjalani hidup. Sikap takut atau kekaguman yang penuh hormat kepada Allah memotivasi kita untuk bijak mengatur waktu kita dengan mempertimbangkan nilai-nilai kekekalan. Takut akan Tuhan memotivasi kita untuk menggunakan sumber daya kita
Di masa-masa kesusahan, kita tahu bahwa satu-satunya benteng kita adalah Tuhan. “Ya Tuhan, kekuatanku dan bentengku, tempat
pelarianku pada hari kesesakan! Kepada-Mu akan datang bangsa-bangsa dari ujung bumi serta berkata: ‘Sungguh, nenek moyang kami hanya memiliki dewa penipu, dewa kesia-siaan yang satupun tiada berguna’” (Yeremia 16:19).
[31] SERUAN HIKMAT
dengan bijak demi kebaikan orang lain. Takut akan Tuhan membantu kita mengevaluasi setiap pilihan yang kita ambil setiap hari.
Seratus tahun yang lalu Ella Wheeler Wilcox menerbitkan puisi singkat yang kata-katanya masih berlaku sampai hari ini, sama seperti seabad lalu ketika ia menulisnya:
Satu kapal berlayar ke Timur, Dan yang lain ke Barat,
Dengan angin sama yang berembus; Namun layarnya
Dan bukan badai
Menentukan tempat yang kita tuju.
Layarnya dan bukan badai. Ini pilihan Anda. Baik pria maupun wanita, lajang ataupun menikah, belajarlah dari Amsal 31. Pilihlah untuk menjalani hidup Anda dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan segala yang
Apa yang kita percaya tentang Allah
menentukan seberapa bijaknya kita
menjalani hidup.
kekal. Jika Anda melakukannya, Anda akan menunjukkan komitmen yang kuat, bahwa Anda dapat dipercaya, cerdik, murah hati, rajin, dan dapat mengendalikan lidah. Terlebih lagi, Anda akan mengetahui perbedaan antara yang fana dan yang kekal, dan Anda akan memilih segala yang kekal. Itulah rumus Allah untuk menjalani hidup dengan terampil. Jadilah bijak, jadilah orang yang kuat. Pilihan di tangan Anda.
[33] SERUAN HIKMAT
Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab
yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan
diterima oleh semua orang.
Anda dapat mendukung kami dalam melaksanakan misi tersebut melalui persembahan kasih. Klik link di bawah ini untuk informasi dan petunjuk dalam memberikan persembahan kasih. Terima kasih atas dukungan Anda untuk pengembangan materi-materi terbitan Our Daily Bread Ministries.
Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat
memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.