• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Chapter III V"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Good Corporate Governance.

Pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) memiliki pengertian yang semakin lama semakin kompleks. Tata kelola yang benar dan baik telah dibuktikan mampu meningkatkan efisiensi dan performa perusahaan yang menerapkannya.

Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara

kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam

memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.50

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) memberikan pengertian tentang corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak

kreditur,pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan.51

Center for European Policy Study (CEPS) memberikan rumusan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan

pengendalian baik yang ada didalam maupun di luar manajemen perusahaan. Indonesian institute of Corporate Governance (IICG) memberikan rumusan tentang GCG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.

50

Thomas Kaihatu,, Good Corporate Governance Dan Penerapannya Di Indonesia,

(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hlm.22.

51

(2)

Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.52

Cadbury Committee memberikan pengertian Corporate Governance sebagai sistim yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung jawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.53

Corporate Governance sebagai sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri dari atas pemegang saham intitusional, Dewan Direksi dan komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, Struktur keuangan, investor terkait, dan persaingan produk.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. KEP-117/M-MBU/2002 menjelaskan GCG sebagai proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lain nya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.

54

Corporate Governance sebagai suatu konsep menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian tanggung jawab dari masing-masing unsur pembentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut, termasuk hubungan atara unsur baik Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris, juga dengan unsur-unsur yang berada diluar perseroan

(stakeholder) seperti negara, masyarakat luas, investor, calon investor, kreditur dan calon kreditur perseroan, sehinga Corporate Governance merupakan konsep yang sangat luas.55

Corporate Governance juga dapat diartikan sebagi suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan,

52

Indra Surya“Defenisi GCG”. http://lontar.ui.ac.id/file, diakses pada tanggal 01 Juli 2017 53

Eddi Wibowo, Tomo HS dan Hessel Nogi S.Tangkilisan, Memahami Good Government Governance & Good Corporate Governance, (Jakarta : YPAPI, 2004), hlm. 86.

54

Ivan Yustiavandana “BUMN”. http://lontar.ui.ac.id/file, diakses pada tanggal 01 Juli 2017

55

(3)

pengelolaan sumber daya dan resoco secara lebih efisien dan efektif serta pertanggungjawaban perusahaan kepada pemgang saham dan stakeholder.56

Good corporate governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas.57

Tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prosedur yang menjamin manajer untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis nilai. Bassel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve menetapkan bahwa bank merupakan suatu komponen kritis ekonomi. Mereka menyediakan pembiayaan perusahaan komersial, layanan keuangan dasar untuk segmen yang luas dan akses sistem pembayaran.

Prinsip good corporate governance ini dapat digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham dengan mekanisme legal.

58

Corporate governance yakni: ”seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan"

Pentingnya bank ekonomi nasional digaris bawahi oleh kenyataan bahwa perbankan secara universal sebuah industri regulator dan bank memiliki akses ke jaring pengaman pemerintah. Ini sangat penting, oleh karena itu bank harus memiliki tata kelola perusahaan yang kuat.

59

56

Antonius Alijoyo dan Subarto Zain, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 31

57

Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility (CSR), (Jakarta : Harvarindo, 2008), hlm.41.

58

R. Priambodo dan E.Supriyatno, Penerapan Good Corporate Governance Sebagai Landasan Kinerja Perbankan, (Bogor : Ghlmia Indonesia, 2007), hlm. 22.

59

Joni Emrizon, Prinsip-prinsip Good Corporate Governnance, (Yogyakarta : Genta Press, 2007), hlm.52.

(4)

B. Tujuan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah. Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) merupakan sebuah wadah dunia yang menjembatani pemerintah dan pemangku kepentingan dari tiap-tiap negara demokratis yang memiliki tujuan memajukan dan

mengembangkan ekonomi di masing-masing negara maupun lintas negara anggota organisasi tersebut. Berkenaan dengan tata kelola perusahaan yang baik, OECD memberikan pengertian sebagai serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan dewan, para stakeholder (langsung) dan stakeholder (tidak langsung) lainnya.60

Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :

Prinsip-prinsip OECD tata kelola perusahaan telah diadopsi oleh negara-negara 30 anggota OECD sejak tahun 1999. Sekarang, keempat aspek tata kelola perusahaan yang baik versi OECD telah menjadi alat referensi untuk pengambil kebijakan, perusahaan, kelembagaan dan bagi kerangka regulasi lainnya. OECD juga memberikan panduan praktis dan saran untuk bursa efek, investor,

perusahaan dan organisasi besar lainnya di dunia selain negara-negara anggota OECD.

Tujuan dari tata kelola perusahaan (GCG) adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis, pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat meningakatkan nilai perusahaan

dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor.

61

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value

60

Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judment Rule, (Jakarta : Tatanusa, 2008), hlm.77.

61

(5)

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan menigkatkan shareholder Value dan dividen.

Menurut OECD, terdapat beberapa alasan mengapa kualitas tata kelola perusahaan menjadi penting untuk diperhatikan:62

1. Efisiensi dan pertumbuhan ekonomi meningkat disebabkan perbaikan penggunaan modal dan mendorong investasi langsung asing.

2. Risiko krisis menurun dan ketahanan ekonomi meningkat. 3. Legitimasi ekonomi pasar meningkat

Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil

dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga otoritas, norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan diadopsi oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang terkait dengan tugas dan peran yang jelas untuk mendorong disiplin, mengatasi dampak moral dan melaksanakan fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk pembentukan GCG pada bank antara lain: sistem pengendalian intern, manajemen risiko, ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi, sistem akuntansi, mekanisme jaminan kepatuhan dan audit ekstern.

Pengelolaan perusahaan yang baik mempunyai lima macam tujuan, yaitu:63

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

62

Ibid, hlm.82 63

(6)

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non pemegang saham.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

C. Prinsip Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah. Salah satu pilar penting dalam good corporate governance di perbankan adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran pengurus bank hingga pegawai yang terendah untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank

(accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin

dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam

pengambilan keputusan (independency), serta memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness).64

64

(7)

Pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate governance minimal harus diwujudkan dalam:65

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.

2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank.

3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal. 4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern 5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar. 6. Rencana strategis perusahaan.

7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan perusahaan.

Konsep di atas tidak jauh berbeda dengan tujuan penerapan good corporate governance dalam perbankan, yaitu menciptakan nilai tambah bagi

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) sebagai bentuk pelaksanaan dalam mewujudkan perbankan yang sehat.66

GCG dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif, sehingga dapat tercipta mekanisme checks and balance di perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan GCG yang baik :67

1. Meningkatkan kinerja perusahaan

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value

65Suparman, Penerapan

Good Corporate Governance Pada Perbankan Di Indonesia, https://www.academia.com, diakses pada tanggal 01 Juli 2017

66

Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 27

67

(8)

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan Shareholders’s value dan deviden Pelaksanaan Corporate Governance yang baik adalah merupakan langkah penting dalam

membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil, bersifat jangka panjang.

Menurut Bassel Committee on Banking Supervision, tujuan dan manfaat good corporate governance antara lain sebagai berikut:68

1. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah timbulnya suatu masalah

2. Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang mampu meminimalisir resiko.

3. Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata publik dalam jangka panjang

4. Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris. Direksi dan RUPS

5. Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.

68

(9)

D. Tata Kelola Pada Badan Usaha Milik Daerah Menurut UU BUMN

Perusahaan agar dapat berkembang secara sehat, suatu organisasi perlu menerapkan praktik-praktik tata kelola perusahaan (Good corporate governance/GCG) yang baik. Oleh karenanya, BUMD terus membangun dan

memperbaiki struktur dan prosedur tata kelola perusahaan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Mewujudkan pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate governance serta sesuai dengan tujuan didirikanya sebuah badan usaha yang sebagai sebuah badan usaha yang didirikan untuk melayani kepentingan publik atau masyarakat, perlu dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi produk hukum yang mengatur tentang pengelolaan BUMD.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana tujuannya adalah sebagai salah satu sumber Penerimaan Asli Daerah (PAD). Tapi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD, justru lebih banyak suntikan dana dari pemerintah daerah daripada keuntungan yang di dapat. Kondisi tersebut menjadi beban bagi APBD.Sehingga apa yang menjadi tujuan berdirinya BUMD adalah sebagai salah satu sumber pendapatan pemerintah daerah tidak tercapai.69

Keberadaan Badan Usaha Milik Daerah selama ini tidak seperti Badan Usaha Milik Negara yang sebagian besar kegiatan usahanya sudah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau sesuai dengan prinsip-prinsip

69

(10)

Good Corporate Governance yang dituangkan dalam Keputusan Menteri BUMN

No Kep-103/MBU/2002 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN. Kondisi BUMN selangkah lebih maju dibandingkan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh BUMD, dan bahkan perusahaan negara yang berbentuk perseroan sudah melangkah menjadi perusahaan publik dengan menerbitkan sahamnya di lantai bursa. Bila melihat sejarah berdirinya dan status dari BUMD dan BUMN keduanya adalah sama-sama badan usaha yang berada dibawah naungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Stagnanisasi dan ketidakberdayaan BUMD untuk berkembang menyebabkab banyaknya kegiatan usaha dibawah naungan BUMD tidak dapat berkembang layaknya sebuah perusahaan swasta pada umumnya, bahkan memenuhi kepentingan publik di daerahnya.70

70

Anton Sujono, Op.Cit, hlm.78

(11)

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional untuk berkembang dengan baik dan sehat. Pengaturan dan implementasi GCG memerlukan komitmen dari top management dan seluruh jajaran organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari penetapan kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak dalam perusahaan.71

Berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan good corporate governance bagi suatu perusahaan, antara lain menurut Azhar Maksum, dijelaskan

sebagai berikut:72

1. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat.

2. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan.

3. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi.

4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perseroan, juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima.

71

Ibid, hlm.79. 72

(12)

5. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.

6. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan akan naik.

7. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan

Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, yakni faktor eksternal dan internal.73

1. Faktor Eksternal.

Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, diantaranya:

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

73

(13)

b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan good governance dan clean governance yang sebenarnya.

c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan professional. d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di

masyarakat. Ini penting karena melalui sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.

e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik dimana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan rating perusahaan dalam implementasi GCG

2. Faktor Internal

Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:74

74

(14)

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG

c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu

Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance), terdapat 7 dimensi/ konsep penerapan GCG, yang diambil dari panduan yang telah ditetapkan oleh OECD dan KNKCG. Tujuh dimensi tersebut yaitu:75

1. Komitmen terhadap tata kelola perusahaan-sistem manajemen yang mendorong anggota perusahaan menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik

2. Tata kelola dewan komisaris sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran anggota dewan komisaris dalam membantu penyelenggaraantata kelola perusahaan yang baik.

75

(15)

3. Komite-komite fungsional sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran anggota komite-komite fungsional dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik

4. Dewan direksi-sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran anggota dewan direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik

5. Transparansi dan akuntabilitas sistem manajemen yang mendorong adanya pengungkapan informasi yang relevan, akurat, dan dapat dipercaya, tepat waktu,jelas, konsisten dan dapat diperbandingkan tentang kegiatan perusahaan 6. Perlakuan terhadap pemegang saham-sistem manajemen yang menjamin

perlakuan yang setara terhadap pemegang saham dan calon pemegang saham 7. Peran pihak berkepentingan lainnya (stakeholders)- sistem manajemen yang

dapat meningkatkan peran pihak berkepentingan lainnya.

Terciptanya kondisi yang mendukung implementasi GCG, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya GCG secara efektif. Selain itu bank sebagai subjek GCG perlu menerapkan standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang berlaku umum dan ini harus melibatkan auditor eksternal dalam proses auditnya, sehingga diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran yang berlaku di tempat lain.

(16)

nyata dan riil dalam praktikpengelolaan BUMD terutama BUMD yang berbentuk perseroan. Kelima prinsip tersenut antara lain : Transparancy (keterbukaan informasi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility (pertanggungjawaban), Independency (kemandirian), dan Fairness (kesetaraan da kewajaran).76

Prinsip akuntabilitas dimana perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance mengenai transparansi, maka perusahaan harus bisa menyediakan berbagai informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh berbagai pihak. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan lainnya.

77

Penerapan prinsip responsibilitas, maka perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan Good Corporate Citizen. Ada 2

76

Ibid.

77

(17)

segi yang bisa dilihat yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) dan kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang-undangan.78

Prinsip independensi adalah prinsip dimana perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Jadi, yang dimaksud adalah tidak adanya pengaruh dari orang lain atau orang dalam perusahaan yang didasarkan pada keinginan pribadi untuk mempengaruhi manajemen perusahaan.79

Pprinsip kesetaraan dan kewajaran maka dalam melaksanaakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham, pemangku kepentingan lainnya dan semua orang yang terlibat didalamnya berdasarkan prinsip kesetaraan dan kewajaran.80

78

Ibid.

79

Ibid, hlm.18 80

(18)

BENTUK HUKUM DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DI INDONESIA

D. Persamaan Perseroan Terbatas dengan Perseroan Daerah

Menurut Pasal 339 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan : 1. Perusahaan Perseroan Daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan

terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah. 2. Perusahaan perseroan Daerah setelah ditetapkan dengan Perda sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 331 ayat (2), pembentukan badan hukumnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas.

3. Dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan Daerah terdiri atas beberapa Daerah dan bukan Daerah, salah satu Daerah merupakan pemegang saham mayoritas.

Persamaan Perseroan Terbatas dengan Perseroan Daerah adalah dalam anggaran dasarnya memuat unsur-unsur :

1. Tata cara penyertaan modal; 2. Organ dan kepegawaian; 3. Tata cara evaluasi;

(19)

5. Perencanaan, pelaporan, pembinaan, pengawasan; 6. Kerjasama;

7. Penggunaan laba;

8. Penugasan Pemerintah Daerah; 9. Pinjaman;

10.Satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya; 11.Penilaian tingkat kesehatan, restrukturisasi, privatisasi; 12.Perubahan bentuk hukum;

13.Kepailitan; dan

14.Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

Sebagai suatu perusahaan BUMD juga memiliki modal dan kekayaan, Pasal 7 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur modal dan kekayaan suatu BUMD, dijelaskan sebagai berikut :

1. modal BUMD terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan Pemerintah Daerah yang dipisahkan.

2. Modal BUMD yang untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan satu Pemerintah Daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham-saham.

3. Apabila modal BUMD terdiri atas kekayaan beberapa Pemerintah Daerah, maka modal dasar BUMD tersebut terdiri atas saham-saham.

(20)

5. Semua alat liquide disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bersangkutan berdasarkan petunjuk-petunjuk Menteri Keuangan

Kemudian pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan atas modal BUMD yang terdiri dari saham-saham, maka saham tersebut terdiri dari saham prioritas dan saham biasa, saham priotitas adalah saham yang hanya dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah, sedang untuk saham biasa dapat dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan dan pihak swasta atau badan hukum lain yang menjadi pemegang saham dalam suatu BUMD, sebagaimana yang termaktub dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 sebagai berikut: Apabila Perusahaan Daerah telah didirikan berdasarkan Undang-undang ini, maka modal perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian atas kekayaan Daerah yang dipisahkan dari Anggaran Belanja Daerah tetapi tetap masuk neraca kekayaan Daerah.

(21)

dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan bahwa modal Perusahaan Daerah yang untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan terdiri atas saham-saham, yaitu saham-saham prioritet dan saham-saham biasa. Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah, baik Daerah tingkat I dan atau Daerah tingkat II. Dengan adanya saham-saham prioritet ditangan Daerah, segala kegiatan, penguasaan dan pengurusan Perusahaan Daerah pada hakekatnya berada dibawah pimpinan dan pengawasan Kepala Daerah, yang oleh Undang-undang ini diberi wewenang untuk melakukan hak, wewenang dan kekuasaan pemegang saham prioritet.

Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan rincian yang jelas tentang peran dan fungsi organ tersebut. Keberadaan organ ini bukanlah sebagai lembaga tertinggi didalam suatu perusahaan sebagaimana yang dianut dalam terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseoan Terbatas atau organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki oleh organ lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(22)

tercapai dalam suatu hal yang menghendaki suatu keputusan maka Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk memutus masalah tersebut dengan tetap memperhatikan pendapat pendapat yang berkembang dalam RUPS, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta susunan Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan peraturan pendiriannya, pengangkatan anggota Direksi pada BUMD dilakukan oleh Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Daerah yang mendirikan Perusahaan Daerah, mengenai pengangkatan anggota Direksi terdapat dua mekanisme, Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan anggota Direksi jika modal badan usaha tersebut seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengangkatan anggota Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham prioritas, bagi badan usaha yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan.81

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur tentang pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa

Sebagaimana lazim berlaku didalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas yang dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan kepemimpinan, cara mengurus dan mengusahai perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah benar-benar sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemilik/pemegang saham.

81

(23)

Direksi dalam menjalankan pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah pengawasan Kepala Daerah bagi Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemda. Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Pemegang Saham atau Pemegang Saham Prioritas mana kala saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu pegang saham. Pengawasan juga dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau ditunjuk dengan diberikan mandat untuk melakukan pengawasan oleh Kepala Daerah atau Pemegang Saham.

E. Konsep Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dalam Rangka Mewujudkan Good Corporate Governance.

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) saat ini sangat diperlukan agar perusahaan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan perusahaan dengan baik, sehingga mengarah pada praktek-praktek bisnis terbaik yang sesuai dengan standar yang dimiliki.82

Corporate governance merupakan konsep yang dapat meningkatkan

kinerja perusahaan melaluisupervisi atau monitoring kinerja manajemen, dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan berlandaskan Dengan komitmen dan kepatuhan pada penerapan tata kelola perusahaan yang baik diharapkan dapat menjamin pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya terhadap perusahaan.

82

(24)

kepada kerangka peraturan.83

Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi para pemegang saham dan kreditor, agar mereka yakin untuk memperoleh return atas investasinya. Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif sehingga terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yangmenentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.

Konsep corporate governance diajukanuntuk tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang semakin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak.

84

Dunia bisnis yang penuh dengan persaingan dan perubahan, perusahaan harus memiliki nilai lebih dari daya tarik industri bagi para stakeholder. Suatu tata kelola perusahaan yang baik sangat diperlukan untuk menjawab tantangan persaingan dan perubahan tersebut. Oleh karena itu BUMD senantiasa berupaya meningkatkan suatu tata kelola perusahaan yang baik dengan mengacu bestpractices serta mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang

83

Ibid

84

(25)

berlaku maupun ketentuandan peraturan otoritas regulator lainnya.

Penerapan Good Corporate Governance dapat memberikan kontribusi yang strategis dalam menciptakan iklim bisnis yang sehat, meningkatkan kemampuan daya saing serta sangat efektif menghindari penyimpangan-penyimpangan dan pencegahan terhadap fraud dan penyalahgunaan kewenangan.

Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang telah dikeluarkan berkaitan dengan penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) keharusan bagi perusahaan-perusahaan untuk menerapkan dan melaksanakan GCG agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Pada BUMN melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN, BUMN didorong untuk wajib menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya.

Regulasi yang mewajibkan BUMN menerapkan GCG secara konsisten dan menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya dengan harapan perusahaan dapat dikelola dengan baik, efisien dan dapat digunakan untuk kepentingan peningkatan prestasi BUMN, sehingga penerapan GCG pada BUMN akan meningkatnya perekonomian nasional.85

Dibandingkan dengan BUMN yang sama-sama dimiliki oleh pemerintah, prestasi yang mampu dicatat oleh BUMD relatif ketinggalan. Hal yang menjadi penyebab pelaksanaan GCG relatif lemah di BUMD adalah dasar hukum pembentukan BUMD yang berdasarkan pada peraturan daerah (Perda) dan bukan

85

(26)

seperti BUMN yang pembentukannya didasarkan pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.86

Pentingnya penerapan praktek GCG pada semua perusahaan tidak terbatas hanya pada BUMD saja sehingga kesadaran pentingnya GCG bagi perusahaan menghasilkan tegaknya integritas dalam menjalankan bisnis yang sehat, ada beberapa hal yang dilakukan BUMD dalam rangka program pengembangan dan penerapan peraktek GCG, antara lain :

Sejak dikeluarkannya Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 yang merupakan standart minimal pelaksanaan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Penerapan praktek GCG pada BUMD merupakan langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan dan memaksimalkan corporate value sehingga penerapan GCG dapat mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan dan efisien dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban kepada pemilik, dewan komisaris dan stakeholders lainnya.

87

1. Mengembangkan kebijakan dan peraturan yang dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan peraktek-praktek GCG.

2. Mengembangkan model pengelolaan perusahaan yang mampu mendukung

86

Ibid.

87

(27)

tumbuhnya profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan tanggungjawab.

3. Mengembangkan sikap dalam memelihara implementasi GCG sebagai kebutuhan dan tuntunan etik, bukan semata-mata sebagai kepatuhan terhadap regulasi.

Bagi BUMD yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) berlaku sepenuhnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sehingga seluruh prinsip-prinsip GCG yang terkandung didalam UUPT tersebut wajib dilaksanakan, disamping itu pula ketentuan tentang Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang di keluarkan oleh Komite Nasional

Kebijakan Governance pada tahun 2006 menjadi standar minimal bagi pelaksanaan GCG di BUMD. BUMD dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan core bisnis perbankan selain ketentuan GCG dalam UUPT dan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia juga berlaku seluruh peraturan-peratuan mengeni pelaksanaan GCG yang di keluarkan oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI). Sedang bagi BUMD yang bentuk badan hukumnya Perusahaan Daerah (PD) pelaksanaan GCG harus sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia serta ketentuan-ketentuan GCG yang diatur di dalam Peraturan Daerah yang menjadi dasar pendirian BUMD tersebut.

(28)

pelaksanaannya, dimana telah ada peraturan yang mengatur pelaksanaan GCG pada BUMD yang core bisnisnya perbankan, Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum mewajibkan pada semua perusahaan perbankan termasuk bank-bank BUMD untuk melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkat atau jenjang organisasi, pelaksanaan prinsip-prinsip GCG pada BUMD perbankan paling kurang harus diwujudkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi, kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian internal bank, penerapan fungsi kepatuhan yang dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal, penerapan manajemen resiko, penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar, rencana strategi bank, transparansi keuangan dan non keuangan bank. Beberapa hal tersebut merupakan hal-hal yang minimal yang harus dilakukan oleh BUMD perbankan dalam upaya pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.88

Mekanisme pelaksanaan implementasi GCG dilakukan dengan beberapa Bagi BUMD dengang core bisnis diluar perbankan dapat juga menjadikan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip-prinsip

GCG dengan terlebih dahulu melakukan penyesuaian dengan core bisnis BUMD yang bersangkutan.

88

(29)

langkah, yaitu :89

1. Mengidentifikasi indikator/kriteria penilaian yang akan mempengaruhi terhadap pelaksanaan penerapan GCG secara keseluruhan.

2. Melakukan self assessment pelaksanaan penerapan GCG termasuk perhitungan penilaian komposit.

3. Melakukan evaluasi atas hasil self assessment pelaksanaan penerapan GCG dan menyusun laporan kesimpulan umum self assessment GCG dan action plan atas kelemahan penerapan GCG.

4. Menyusun laporan pelaksanaan implementasi GCG.

F. Bentuk Hukum dan Pengelolaan Perusahaan Umum Daerah dan Perseroan Terbatas Berstatus BUMD Setelah Diundangkannya UU Pemerintahan Daerah.

BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah.90 Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah bahwa pemerintah daerah tidak harus memiliki BUMD, namun BUMD dapat menjadi pertimbangan bagi daerah untuk menjadi sarana dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat. BUMD dapat didirikan oleh pemerintah daerah dan pendiriannya ditetapkan dengan Perda.91

89

Ibid, hlm.98 90

Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah 91

(30)

BUMD itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu perusahaan umum daerah (Perumda) dan perusahaan perseroan daerah (Perseroda).92 Pendirian BUMD ditujukan untuk:93

1. Memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya.

Pada dasarnya tujuan didirikanya BUMD adalah memberikan manfaat atau keuntungan bagi daerah yang bersangkutan. Manfaat utama dengan didirikanya BUMD adalah manfaat secara ekonomi. Manfaat ekonomi bagi daerah dapat dimaknai secara luas, yaitu memberikan keuntungan secara finansial bagi peningkatan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan peningkatan perekonomian secara luas bagi masyarakat dimana BUMD tersebut berada.

2. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik, dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik.

3. Ketentuan Pasal 334 di atas menjelaskan bahwa tujuan utama BUMD adalah untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum penyediaan barang dan/atau jasa yang baik dan bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat luas sesuai kondisi,karakteristik dan potensi daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik. Kondisi ini mencerminkan fungsi BUMD sebagai fungsi publik

92

Pasal 331 angka 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

93

(31)

4. Memperoleh laba dan/atau keuntungan.

Tujuan didirikanya BUMD sesuai dengan Ketentuan Pasal 331 ayat (4) UU NO 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah bahwa salah satu tujuan didirikannya BUMD oleh pemerintah daerah adalah sebagai pusat laba, artinya BUMD merupakan unit organisasi dalam tubuh pemerintah daerah yang didirikan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah yang mendirikan, dan prestasi BUMD tersebut diukur berdasarkan perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan nilai investasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai investor.94

Otonomi daerah memberikan peranan yang besar bagi BUMD dalam menopang pendapatan asli daerah (PAD).Otonomi daerah mengharuskan adanya otonomi di sektor ekonomi, tidak hanya sektor politik, maka diperlukan landasan hukum yang tangguh yang dapat menjadi pijakan atau pedoman agar BUMD berperan sebagai lembaga bisnis yang profesional, mandiri dan dapat berkiprah serta memenuhi tuntutan bisnis domestik dan global.95

Pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan Daerah dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.96

94 Rustian Kamaludin,

Op.Cit, hlm. 99.

95M. Arsyad Anwar,

Op.Cit, hlm. 50

96

Pasal 331 angka 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

(32)

97

Penyertaan modal tersebut harus ditetapkan dengan Perda. Penyertaan modal dimaksud dapat dilakukan dalam rangka pembentukan BUMD maupun penambahan modal BUMD, baik berupa uang ataupun barang milik daerah. Terkait dengan barang milik daerah yang disertakan, harus dinilai sesuai nilai riil pada saat barang milik daerah tersebut akan dijadikan penyertaan modal.98

Perubahan bentuk badan hukum didasari atas beberapa alasan yang menjadi problematika dalam pengelolaan BUMD, alasan ini dilihat dari aspek juridis dan non juridis. Secara juridis kebutuhan untuk merubah bentuk badan hukum suatu badan usaha sangat di pengaruhi oleh peraturan atau regulasi yang melingkupi badan usaha tersebut, dari sudut ini dapat dilihat apakah peraturan atau regulasi dapat mendukung atau memberikan kepastian pada dunia bisnis atau dunia usaha, jika dilihat dari aturan pokok yang ada sampai saat ini BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah atau PD, masih mengacu pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah. Secara yuridis keberadaan

Memberikan ruang gerak bagi badan usaha yang dimiliki oleh Pemda, terutama bagi badan usaha yang bertujuan untuk mencari laba bagi peningkatan pendapatan asli daerah serta untuk meningkatkan kinerja BUMD. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD tanggal 24 Pebruari 1998, peraturan ini memberikan penegasan tentang bentuk hukum BUMD.

97

Pasal 332 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah 98

(33)

peraturan ini masih berlaku, namun jika dilihat dari materi yang diaturnya sangat sulit untuk mengimplementasikannya dalam dunia usaha sekarang ini.99

Dengan diundangkannya Undang-Undang Pemerintahan Daerah sesuai dengan Pasal 409 dengan tegas menyatakan bahwa: Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Adanya kebijaksanan pemerintah yang tertuang didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD yang menjadi dasar bagi perubahan suatu bentuk hukum BUMD, yang sejara juridis perubahan bentuk badan hukum ini dimaksudkan juga untuk memperjelas kedudukan hukum keikutsertaan pihak swasta dan masyarakat dalam hal kepemilikan BUMD.

Kehadiran Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang disahkan pada tanggal 30 September 2014 dan diundangkan pada tanggal 2 Oktober 2014 beberapa waktu lalu ini, memberikan implikasi secara yuridis terhadap pengaturan BUMD yang selama ini telah ada di Indonesia. Jika dicermati pada Undang-Undang Pemerintahan Daerah ini, secara khusus mengatur berkenaan dengan BUMD pada BAB XII terdiri dari 12 Pasal, dimulai dari Pasal 331 sampai dengan Pasal 343 serta tersebar dibeberapa pasal, seperti BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 40, yang memberikan pengertian tentang BUMD, serta beberapa pasal yang menjadi sangat penting dicermati terkait dengan keberadaan BUMD, seperti Pasal 134 ayat (1) huruf c, 188 ayat (1) huruf c, 298 ayat (5) huruf c, 304 ayat (1) dan (2), 320 ayat (2) huruf g, 402 ayat (2), 405 dan Pasal 409.

99

(34)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); mencabut dan menyatakan tidak berlaku:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

(35)

dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, sepanjang tidak bertentang dengan undang baru tersebut (Pasal 405), serta undang-undang mengamanatkan bahwa paling lama 2 (dua) tahun sejak diundang-undangkan, peraturan pelaksanaannya harus sudah ditetapkan (Pasal 410).

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan pengertian BUMD secara tegas, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 40 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 memberi pengertian bahwa BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Pasal 331 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah:

1. Daerah dapat mendirikan BUMD

2. Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Perda.

3. BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perusahaan umum Daerah dan perusahaan perseroan Daerah.

4. Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk: a. Memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada

umumnya;

(36)

c. Memperoleh laba dan/atau keuntungan.

5. Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada: a. Kebutuhan Daerah;

b. Kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

Penjelasan Pasal 331 ayat (5) huruf a berkaitan dengan aspek kebutuhan daerah dan aspek pelayanan umum dalam pendirian BUMD merupakan representasi usaha di bidang penyediaan air minum, pasar dan transportasi. Menurut peneiliti berkaitan dengan pengelompokan bidang usaha, idealnya didasarkan pada kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang ada didaerah. Penjelasan pasal 331 ayat (5) berkaitan dengan bidang usaha yang dikelola oleh BUMD belum menyentuh aspek subtansi berkaitan dengan bidang usaha yang menjadi prioritas utama BUMD. Prioritas bidang usaha yang akan dikelola oleh BUMD didasarkan pada skala prioritas, urgen, startegis, dan potensial yang menguasai hajat hidup orang banyak. Hal ini harus dialkukan oleh pemerintah daerah setempat yang akan mengelola BUMD. Kondisi ini diberlakukan mengingat bahwa bidang usaha yang dijalankan oleh pemerintah daerah tidak sama skala prioritasnya dengan daerah lain.

(37)

memberikan legitimasi diadakannya BUMD yang didasarkan pada kebutuhan daerah, dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.

Kebutuhan Daerah dikaji melalui studi yang mencakup aspek pelayanan umum dan kebutuhan masyarakat di antaranya air minum, pasar, transportasi, sedangkan kelayakan bidang usaha BUMD dikaji melalui analisis terhadap kelayakan ekonomi, analisis pasar dan pemasaran dan analisis kelayakan keuangan serta analisis aspek lainnya. Nampaknya pembentuk undang-undang, telah memberikan kriteria usaha BUMD berkaitan dengan sifat pelayanan umum, sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan umum Pasal 331 ayat (5) huruf a, yaitu air minum, pasar dan transportasi umum di daerah. Pasal tersebut di atas juga telah mempertegas jenis dan bentuk hukum BUMD, yaitu Perusahaan Umum Daerah (Perumda) dan perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda).

Perumda sebagaimana secara khusus diatur pada Pasal 334 sampai dengan Pasal 338 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Permodalan.

(38)

Perumda berubah bentuk hukum serta dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain.

2. Organ perusahaan umum Daerah terdiri atas kepala daerah selaku wakil Daerah sebagai pemilik modal, direksi dan dewan pengawas.

3. Laba

Laba Perumda ditetapkan oleh kepala daerah selaku wakil daerah. Laba yang menjadi hak daerah disetor ke kas daerah setelah disahkan oleh kepala daerah sebagai pemilik modal. Laba tersebut dapat ditahan atas persetujuan kepala daerah, dengan tujuan reinvestment berupa penambahan, peningkatan, dan perluasan prasarana dan sarana pelayanan fisik dan nonfisik serta untuk peningkatan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pelayanan umum, pelayanan dasar, dan usaha perintisan.

4. Restrukturisasi

Perumda dapat melakukan restruksturisasi untuk menyehatkan perusahaan umum Daerah agar dapat beroperasi secara efisien, akuntabel, transparan, dan profesional.

5. Pembubaran Perumda

Pembubaran Perumda ditetapkan dengan Perda. Kekayaan perumda yang dibubarkan menjadi hak daerah dan dikembalikan kepada daerah.

(39)

1. Permodalan

Perusahaan Perseroan Daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah. setelah pendiriannya ditetapkan dengan Perda, selanjutnya pembentukan badan hukumnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas.

Modal Perseroda terdiri dari saham-saham, dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan daerah terdiri atas beberapa daerah dan bukan daerah, salah satu daerah merupakan pemegang saham mayoritas. Perseroda dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain. Pembentukan anak perusahaan tersebut didasarkan atas analisa kelayakan investasi oleh analis investasi yang profesional dan independen.

Modal Perseroan Daerah terdiri dari saham-saham, dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan daerah terdiri atas beberapa daerah dan bukan daerah, salah satu daerah merupakan pemegang saham mayoritas.

2. Organ

Perseroda terdiri atas:

a. Rapat Umum Pemegang Saham b. Direksi

(40)

Perseroda dapat dibubarkan dan kekayaan Perseroda yang dibubarkan menjadi hak daerah dan dikembalikan kepada daerah.

Berkenaan dengan sumber modal BUMD, Pasal 332 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa sumber modal BUMD terdiri atas: penyertaan modal Daerah; pinjaman; hibah; dan sumber modal lainnya (kapitalisasi cadangan; keuntungan revaluasi aset; dan agio saham). Penyertaan modal harus ditetapkan dengan Perda (Pasal 333 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah), penyertaan modal dimaksud dapat dilakukan untuk pembentukan BUMD dan penambahan modal BUMD, baik itu bisa berupa uang dan barang milik daerah. Terkait dengan barang milik daerah yang disertakan, harus dinilai sesuai nilai riil pada saat barang milik daerah tersebut akan dijadikan pernyertaan modal. Nilai riil tersebut diperoleh dengan melakukan penafsiran harga barang milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(41)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah juga memaparkan unsur-unsur yang harus diatur pada ketentuan lebih lanjut terkait pengelolaan BUMD setidaknya harus memuat:100

1. Tata cara penyertaan modal; 2. Organ dan kepegawaian; 3. Tata cara evaluasi;

4. Tata kelola perusahaan yang baik;

5. Perencanaan, pelaporan, pembinaan, pengawasan; 6. Kerjasama;

7. Penggunaan laba;

8. Penugasan Pemerintah Daerah; 9. Pinjaman;

10.Satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya; 11.Penilaian tingkat kesehatan, restrukturisasi, privatisasi; 12.Perubahan bentuk hukum;

13.Kepailitan;

14.Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.

Dampak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah antara lain dicabutnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962, namun tidak mencabut keberlakuan aturan pelaksana di bawahnya selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 343 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

100

(42)

Selain itu, walaupun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah memberi ruang untuk memberlakukan peraturan pelaksana ataupun aturan turunan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 yang sudah ada, peraturan tersebut belum dapat mengakomodasi kebutuhan pengaturan BUMD secara utuh. Akibatnya, tuntutan UU No. 23 Tahun 2014 terhadap pengaturan BUMD semakin memperjelas kekosongan peraturan terhadap pengelolaan BUMD, sedangkan selambat-lambatnya 3 tahun sejak diundangkan, seluruh BUMD harus menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah diketahui bahwa BUMD terbagi atas Perumda dan Perseroda. Namun, jika melihat beberapa aturan pelaksana dan/atau turunan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 yang masih berlaku, diketahui beberapa aturan di antaranya masih menggunakan bentuk Perusahaan Daerah sebagai salah satu bentuk BUMD. Peraturan dimaksud adalah Permendagri No. 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD dan Permendagri No. 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah. Bahkan, pada Permendagri No. 3 Tahun 1998 diatur bahwa pengaturan Perusahaan Daerah tunduk pada UU No. 5 Tahun 1962, yang mana sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah telah dicabut keberlakuannya.

(43)

Perseroan Terbatas, sehingga lebih terarah pengelolaannya. Tidak terdapat peraturan khusus yang mengatur Perumda. Sedangkan Perumda yang masih mengacu pada pengaturan terhadap Perusahaan Daerah pada UU No. 5 tahun 1962 menjadi tidak sesuai dengan pengertian Perumda berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014, di antaranya terkait kepemilikan. Pada UU No. 5 Tahun 1962, Perusahaan daerah dapat dimiliki oleh satu atau lebih pemerintah daerah, sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2014, perusahaan umum daerah yang dimiliki oleh lebih dari satu pemerintah daerah harus merubah bentuknya menjadi Perseroda.

(44)

Berdasarkan jenis dan karakteristik BUMD, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah BUMD dibagi menjadi dua bentuk yaitu perusahaan umum daerah (perumda) dan perusahaan perseroan daerah (perseroda). Sebelum berlakunya UU pemerintahan daerah yang baru dalam Permendagri No 3 Tahun 1998 Tentang Bentuk Hukum BUMD membagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk perumda dan bentuk perseroan. Dengan konstruksi dan bentuk BUMD seperti ini tentunya memerlukan pengelolaan dan penangan yang berbeda pula. Seperti kita ketahui untuk BUMD yang berbentuk perseroan dapat mengacu pada UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Permasalahan dalam rangka pengelolaan BUMD khususnya non persero sebagian besar terletak pada persoalan SDM dan manajerial dari pengelolaan BUMD. Relatif masih kecilnya penerimaan Bagian laba perusahaan daerah sebagai salah satu sumber PAD daerah, adalah bahwa kebanyakan usahanya relatif berskala menengah dan kecil, di samping banyak pula diantaranya yang belum diselenggarakan berdasarkan asas ekonomi perusahaan, namun relatif lebih banyak didasarkan atas pertimbangan pelayanan publik.101

1. Permasalahan payung hukum pengaturan BUMD.

Permasalahan pokok yang berkaitan dengan pengelolaan BUMD antara lain :

101

(45)

Berkaitan dengan payung hukum pengeloaan BUMD, terjadi tumpang tindih pengaturan sektoral tentang BUMD antara satu peraturan dengaan peraturan yang lainya. Tumpang tindih antar peraturan yang mengatur BUMD dapat dilihat pada :

a. Undang-undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara terkait konsep “Kekayaan Negara yang dipisahkan”.

Berkaitan dengan pemahaman tentang keuangan negara yang dipisahkan pada pengelolaan entitas bisnis milik pemerintah baik yang berbentuk BUMN dan BUMD sampai saat ini.Walaupun Putusan MK No 48 dan 62/PUU-XI/2013 yang dibacakan pada tanggal 18 September 2014. Uji materiil terhadap Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara masih menganggap penyertaan modal yang ada pada BUMN maupun BUMD masih menjadi domain keuangan negara. Permasalahan ini berdampak pada proses dan tata cara pemeriksaaan keuangan yang ada pada BUMD.

b. Terkait dengan undang-undang penanaman modal dan investasi.

(46)

Pasal 5 ayat (2) dinyatakan bahwa penanaman modal asing wajib berbentuk perseroan terbatas berdasarkan ketentuan peraturan perundangan republik Indonesia. Konstruksi BUMD yang tidak semuanya berbentuk perseroan terbatas menjadi kendala dalam menrapkan mekanisme penanaman modal khususnya investor asing.

2. Permasalahan manajemen pengelolaan.

Dalam pengelolaan BUMD permasalahan utama yang dihadapi oleh pengelola BUMD adalah belum semua BUMD menerapkan sistem dan pengelolaan BUMD berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ataupun berdasarkan prinsip Good Corporate Governance. Kendala ini dikarenakan struktur dan karakteristik BUMD di tiap-tiap daerah berbeda. Perbedaan sistem pengelolaan BUMD dikarenakan perbedaan karakteristik dari BUMD. Pada prinsipnya BUMD diagi menjadi dua yaitu yang berbentuk perumda dan perseroda. Visi dan misi masing-masing BUMD tersebut berbeda-beda disesuaikan dengan karakteristiknya.

3. Permasalahan SDM

(47)

tingkatan eksekutif maupun legislatif. Kedua unsur kepentingan tersebut rawan akan terjadinya penyimpangan, mengingat konsep dari BUMD yang merupakan badan usaha milik pemerintah daerah tidak bisa lepas dari kepentingan antara pemerintah daerah (eksekutif) dengan kepentingan pihak legislatif, maka diperlukan good will dari masing-masing pihak.

4. Permasalahan Pengawasan dan pembinaan BUMD

Dalam hal pembinaan dan pengawasan kinerja BUMD dilakukan berdasarkan jenis BUMD itu sendiri. BUMD yang berbentuk perseoan pengawasan dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ada dalam UU No 40 Tahun 2007 yang dilakukan oleh dewan komisaris dan untuk perumda dilakukan oleh dewan pengawas. Dalam rangka pembinaan dilakukan sesuai dengan struktur dan organisasi tata pemerintahan di masing-masing pemerintah daerah.

5. Permasalahan restrukturisasi BUMD

(48)
(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.

1. Pengaturan BUMD sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah belum berbanding lurus dengan perkembangan sistem tata kelola perusahaan yang telah sangat berkembang pelaksanaannya, seperti yang terlihat pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance, hal ini disebabkan tata kelola BUMD hanya

berdasarkan ”rule of the game” sebagaimana yang telah ada pada pengaturannya dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, dimana undang-undang tersebut telah berusia cukup lama dan disadari tidak dapat mengakomodasi sistem tata kelola perusahaan yang telah berkembang. Disamping itu tata kelola BUMD yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) didasarkan pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan juga Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukum pendirian Perseroan Terbatas BUMD serta peraturan regulator atau otoritas yang berkaitan dengan bidang usaha BUMD. Oleh karena itu, legal framework berkenaan dengan tata kelola BUMD belum berfungsi secara maksimal untuk pengelolaan BUMD.

(50)

ada pengaturannya pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Prinsip-prinsip Good Corporate Governance BUMD mengacu pada Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan ketentuan-ketentuan Good Corporate Governance di keluarkan oleh instansi-instansi tertentu seperti Menteri Negara BUMN dan Bank Indonesia. Ketentuan-ketentuan tersebut kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan core bisnis BUMD yang kemudian dituangkan dalam keputusan-keputusan internal BUMD.

3. Dampak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah terhadap bentuk badan hukum dan pengelolaan BUMD di Indonesia berimplikasi yuridis terhadap pengaturan BUMD yang selama ini telah ada di Indonesia. Dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014 maka bentuk hukum BUMD adalah Perumda dan Perseroda.

B. Saran

(51)

sebaiknya pemerintah mengeluarkan peratura pelaksana tentang pengelolaan BUMD.

2. Sebaiknya Pemerintah Daerah menerbitkan ketentuan yang mewajiban BUMD untuk melakukan tata kelola yang baik, terutama pada BUMD yang berorientasi pada pencapaian keuntungan, sebagaimana kewajiban melaksanakan tata kelola yang baik pada BUMN sesuai dengan Keputusam Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

3. Oleh karena belum adanya ketentuan yang mengikat untuk melaksanakan tata kelola yang baik pada BUMD sebaiknya organ yang ada pada BUMD dapat merumuskan pelaksanaan tata kelola yang baik dalam anggaran dasar atau peraturan-peraturan internalnya dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance, seperti Keputusan Menteri Negara BUMN dan Peraturan

Referensi

Dokumen terkait

Penjualan Customer Owner Pegawai start Mengajukan sales order Laporan penjualan Laporan hutang customer Menginput SO SO Membuat invoice penjualan Menerima pembayaran Nota jual

pembelajaran mencapai70%. Tes hasil belajar diakhir setiap siklus mencapai KKM ≥ 70 dengan jumlah persentase siswa yang tuntas 70%. Analisis data dilakukan terhadap

Menyelesaikan soal dengan menggunakan sifat-sifat sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain.  Menggunakan sifat- sifat sudut dan garis untuk

Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :.. 4 = selalu, apabila

tidak ada tradisi kesenian bordah dalam upacara adat perkawinan Melayu

This permission does not extend to binding multiple chapters of the book, photocopying or producing copies for other than personal use of the person creating the copy, or

Elemen Biaya Langsung yaitu biaya pembelian kain yang menjadi bahan baku utama perusahaan.. Beban Gaji Buruh dan uang makan adalah biaya tenaga kerja

Pukul 12.00 : sebelum keberangkatan menuju pos Baderan, kegiaatan diawali dengan upacara pemberangkatan yang pada waktu itu datang Pembantu Dekan III Fakultas Pertanaian untuk