• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBELAJARAN PENANAMAN KARAKTER BER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA PEMBELAJARAN PENANAMAN KARAKTER BER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBELAJARAN PENANAMAN KARAKTER BERWIRAUSAHA PADA PROGRAM PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT TUNAS PERTIWI (STUDI PADA PKBM TUNAS

PERTIWI KELURAHAN TANGGUNG KOTA BLITAR) Anindya Yurida Tamsimanafi, Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd. Jurusan Pendidikan Non-Formal FIP Universitas Negeri Semarang

Gedung A2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Telepon/Fax. (024) 8508019

E-mail: anindyayuridatamsimanafi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pola pembelajaran penanaman karakter berwirausaha pada Program Paket B di PKBM Tunas Pertiwi – Tanggung, Kota Blitar yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penlitian ini adalah kualitatif. Subjek berjumlah 4 orang, yaitu 1 orang tutor dan 3 orang peserta didik. Sementara informan berjumlah 1 orang, yaitu ketua PKBM Tunas Pertiwi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan pembelajaran penanaman karakter berwirausaha pada Program Paket B di PKBM Tunas Pertiwi meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap perencanaan terdiri atas identifikasi kebutuhan, tujuan, kurikulum, sumber belajar, sumber dana, dan strategi pembelajaran. tahap pelaksanaan terdiri atas waktu, jangka waktu, tempat, peserta, narasumber teknis, materi, media, dan penilaian. Tahap pembelajaran yang terakhir adalah evaluasi. Faktor pendukung pembelajaran penanaman karakter berwirausaha pada Program Paket B ini meliputi lokasi PKBM yang mudah dijangkau, jadwal pembelajaran yang fleksibel, instruktur yang berpengalaman dan berkompeten di bidangnya, tersedianya fasilitas belajar, syarat pendaftaran yang mudah, dan peserta didik tidak dipungut biaya selama mengikuti program. Faktor penghambat pembelajaran ini adalah usia peserta didik yang rata-rata di atas 25 tahun, presentase kehadiran peserta didik rendah, keterbatasan alat peraga, kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap lembaga nonformal, dan keterbatasan waktu pembelajaran sedangkan materi yang harus diselesaikan sangat padat.

Kata kunci: pembelajaran, karakter berwirausaha, Program Paket B, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

(2)

The purpose of this research is to find out about a pattern of learning entrepreuner character on Paket B PKBM Tunas Pertiwi Blitar consists of planning, the implementation of, and evaluation as well as supporting factors and resistor factors.

The approach of this research is qualitative. The total of subject is four consists of three learners and one tutor. While the informants were one, he is the chairman of PKBM Tunas Pertiwi. The technique of the validity of source data use of triangulation. Data analysis technique used is data collection, the reduction of data, presentation of data, and the withdrawal of conclusion.

The result showed that the implementation of the program of entrepreneur for Paket B of PKBM Tunas Pertiwi are planning, execution and evaluation. Planning, needs consisted of identification purpose, curricula, the learning, source of funds, and strategy . The implementation consists of time, a period of time the place, the participants, speakers technical, the material, the media, and judgment. Learning is the final stage. The supporting of entrepreneur characters program on the mac the location is easy to reach, a schedule of learning is flexible, instructors experience and competent in their field, availability of facilities learning, registration requirements readily and learners no charge for in the program. The resistors are the students over 25 years on average, low percentage of students the limitation of props, lack of attention the regional government against non-formal institutions , and the limited time learning while the matter must be completed very solid.

Keyword: The learning entrepreneur character, equality program B, community learning center (CLC ).

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, dan terprogram demi mewujudkan suasana belajar serta pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1).

(3)

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, sedangkan pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan persekolahan yang berorientasi pada pemberian layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

(4)

yang rata-rata merupakan orang dewasa ini tentunya memerlukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Selain mengajarkan materi-materi dari mata pelajaran dan pengetahuan umum, pelaksanaan pendidikan kesetaraan semestinya juga menanamkan karakter berwirausaha bagi peserta didiknya. Sehingga, dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, mereka akan membangun karakter yang kuat untuk mengembangkannya melalui kegiatan berwirausaha. Karakter berwirausaha, pada dasarnya merupakan hal yang menjadi muatan penting bagi peserta didik. Wirausaha adalah aktivitas yang melibatkan kemampuan pengenalan diri, kematangan pribadi, dan inovasi untuk membangun suatu usaha. Wirausaha juga dapat diartikan kemauan dan kemampuan berdiri sendiri, merdeka lahir dan batin dengan tekat yang kuat berusaha mencapai kemajuan hidup dengan keluhuran budi serta dilandasi dengan rasa percaya pada diri sendiri untuk mencapai kemajuan, keberhasilan hidup tanpa bergantung pada orang lain. Drucker (dalam Danim, 2005:3) mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan, cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan mewujudkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Kao (1993) dalam jurnal "The world of the social entrepreneur" menyatakan bahwa “Entrepreneurship as the process of adding something new (creativity) and something different (innovation) for the purpose of creating wealth for the individual and adding value to society”.

Pernyataan Kao tersebut menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan kombinasi dari kreativitas dan inovasi untuk menciptakan kekayaan bagi individu dan memberi nilai tambah bagi masyarakat.

(5)

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Lokasi penelitian ini adalah di PKBM Tunas Pertiwi yang beralamat di Jalan Ciliwung No. 304 Kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar Jawa Timur. Subjek penelitian ini adalah tiga orang peserta didik, satu orang tutor dan Ketua PKBM Tunas Pertiwi. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh peneliti secara langsung dari 3 orang peserta didik dan seorang tutor PKBM Tunas Pertiwi Tanggung Kota Blitar. Sumber data sekunder yang digunakan adalah dokumen-dokumen atau file pembelajaran di PKBM Tunas Pertiwi, berupa Satpel, RPP, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi data dengan memanfaatkan sumber.Teknik analisis data melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.

Hasil dan Pembahasan Hasil

(6)

karena pengajuan proposal, dan dana swadaya dari pegawai dan tutor PKBM, (f) Strategi Pembelajaran, adalah belajar menyenangkan dengan perbandingan: teori 30% dan praktik 70%.

Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan Bapak Imam Solikin selaku peserta didik Paket B di PKBM Tunas Pertiwi:

“Biasanya tutor mengajar kami dengan cara yang menyenangkan, mbak. Selain itu, pembelajarannya lebih banyak praktiknya.”

Tahap pembelajaran yang selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini terdiri atas (a) waktu kegiatan, yaitu pukul 15.00 – 18.00 WIB dan pukul 18.00 – 21.00 WIB. Dalam seminggu masuk tiga kali. Satu kali pertemuan berdurasi 180 menit atau 3 jam, (b) jangka waktu kegiatan, yaitu tiga bulan, (c) tempat kegiatan, yaitu di PKBM Tunas Pertiwi, (d) peserta, adalah 12 peserta didik. Kelas VIII berjumlah 5 orang dan kelas IX berjumlah 7 orang, (e) narasumber teknis, yaitu tutor dan instruktur. Jumlah keseluruhan tutor adalah 16 orang yang mengajar mata pelajaran umum dan 2 orang instruktur Kewirausahaan, (f) metode, yaitu suatu cara yang diajarkan pada pembelajaran. Metode yang digunakan adalah belajar menyenangkan dengan proporsi antara teori dan praktik adalah teori 30% dan praktik 70%, (g) materi, yaitu B. Indonesia, B. Inggris, PKn, Pendidikan Agama Islam, Matematika, IPA, IPS, dan Kewirausahaan, (h) media, yaitu alat-alat belajar atau instrumen yang mendukung pembelajaran. Medianya adalah buku, berupa modul dan LKS, proyektor, serta peralatan bubut kayu, dan (i) penilaian, yaitu bentuk evaluasi yang diberikan kepada peserta didik dalam pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik. Penilaiannya adalah melalui ujian, baik ujian tulis maupun ujian praktik.

(7)

diadakan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu untuk mengetahui kualitas dari pembelajaran itu sendiri dan sebagai bahan acuan untuk perbaikan, serta peningkatan mutu.

Proses evaluasi terdiri atas beberapa tahap, yaitu perumusan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis dan menafsirkan data, dan pembuatan keputusan.

Evaluasi yang diterapkan untuk peserta didik di PKBM Tunas Pertiwi adalah berupa ujian tulis dan ujian praktik. Ujian tulis dan ujian praktik ini berguna untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang telah diajarkan dan untuk menemukan masalah-masalah yang dihadapi selama pembelajaran.

Aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi ini meliputi hasil belajar, keaktifan, dan sikap. Hal ini sesuai dengan pernyataan tutor PKBM Tunas Pertiwi, Mbak Wahyuni:

”Penilaian dilakukan dengan menilai hasil belajar, keaktifan, dan sikap para peserta didik. Penilaian hasil belajar diukur melalui ujian. Dengann ujian kita dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Penilaian keaktifan bertujuan untuk menilai keaktifan. Saya menilaianya dari keaktifan siswa dalam pembelajaran. Meski peserta didik tidak atau belum memahami materi yang diajarkan, tapi kalau dia aktif bertanya atau menjawab, itu menjadi nilai tersendiri untuk peserta didik tersebut. Penilaian sikap, sikap merupakan wujud dari kepribadian siswa. Hal ini menjadi salah satu aspek penilaian. Semakin peserta didik memperhatikan pelajaran, maka dia semakin memahami (semakin baik). Jika sikap peserta didik acuh, maka ini akan berdampak pada tingkat pemahaman peserta didik, yakni dia akan kurang memahami materi yang diajarkan. Karena sejatinya tugas pendidik (tutor) adalah untuk mendidik dan mengajar. Mendidik agar peserta didik menjadi cerdas (secara logika) dan mengajar peserta didik menjadi dewasa (matang secara sikap dan perilaku).”

Pembahasan

(8)

mendapatkan pendidikan karakter berwirausaha dari tutor. Pendidikan karakter tersebut secara langsung dan tidak langsung tutor berikan kepada peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, baik dalam pembelajaran mata pelajaran umum (Bahasa, PKn, dan sebagainya), maupun dalam mata pelajaran khusus, yaitu Kewirausahaan.

Pembelajaran penanaman karakter berwirausaha pada Paket B di PKBM Tunas Pertiwi Kelurahan Tanggung ini sesuai dengan teori pembelajaran menurut Sudjana (2000) yang menyebutkan bahwa proses belajar atau yang dapat kita sebut dengan pembelajaran terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Tahap perencanaan tesebut memiliki beberapa komponen, yaitu (a) Identifikasi kebutuhan, dilakukan oleh Ketua PKBM beserta tutor dan instruktur, (b) Tujuan Pembelajaran, tujuan dari dilaksanakannya pembelajaran Paket B di PKBM Tunas Pertiwi adalah untuk melayani masyarakat, yaitu membantu dan memfasilitasi masyarakat yang memerlukan pendidikan yang karena suatu hal, tidak dapat mengikuti pendidikan di sekolah formal, (c) Kurikulum, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), (d) Sumber Belajar, yaitu buku modul khusus pendidikan nonformal, peralatan dan perlengkapan bubut kayu, serta instruktur, (e) Sumber Dana, diperoleh dari pemerintah, baik yang diberi langsung oleh pemerintah maupun dana yang turun karena pengajuan proposal, dan dana swadaya dari pegawai dan tutor PKBM, (f) Strategi Pembelajaran, adalah belajar menyenangkan dengan perbandingan: teori 30% dan praktik 70%.

(9)

Metode yang digunakan adalah belajar menyenangkan dengan proporsi antara teori dan praktik adalah teori 30% dan praktik 70%, (g) materi, yaitu B. Indonesia, B. Inggris, PKn, Pendidikan Agama Islam, Matematika, IPA, IPS, dan Kewirausahaan, (h) media, yaitu alat-alat belajar atau instrumen yang mendukung pembelajaran. Medianya adalah buku, berupa modul dan LKS, proyektor, serta peralatan bubut kayu, dan (i) penilaian, yaitu bentuk evaluasi yang diberikan kepada peserta didik dalam pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik. Penilaiannya adalah melalui ujian, baik ujian tulis maupun ujian praktik.

Tahap Pembelajaran yang terakhir adalah evaluasi. Evaluasi yang diterapkan untuk peserta didik di PKBM Tunas Pertiwi adalah berupa ujian tulis dan ujian praktik. Ujian tulis dan ujian praktik ini berguna untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang telah diajarkan dan untuk menemukan masalah-masalah yang dihadapi selama pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi ini meliputi hasil belajar, keaktifan, dan sikap.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan dalam pembelajaran penanaman karakter berwirausaha pada Program Paket B di PKBM Tunas Pertiwi meliputi: a) identifikasi kebutuhan; b) tujuan pembelajaran; c) kurikulum; d) sumber belajar; e) sumber dana; dan f) strategi pembelajaran.

Pelaksanaan dalam pembelajaran penanaman karakter berwirausaha pada Program Paket B di PKBM Tunas Pertiwi meliputi: a) waktu kegiatan, b) jangka waktu kegiatan, c) tempat kegiatan, d) peserta, e) narasumber teknis, f) metode, g) materi, h) media, dan i) penilaian.

(10)

Saran

Berdasarkan uraian simpulan di atas, penulis menyampaikan saran sebagai berikut: (a) Untuk menyiasati kemampuan belajar peserta didik yang menurun karena usianya di atas 25 tahun, tutor dan pihak-pihak PKBM Tunas Pertiwi perlu menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang lebih sesuai dengan mereka. Salah satunya dengan menerapkan konsep pendidikan andragogi, yaitu pertama, dengan melibatkan orang dewasa dalam perencanaan dan evaluasi pembelajaran, hal ini berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar. Kedua, pengalaman yang dimiliki peserta didik dewasa dijadikan dasar untuk aktivitas belajar, hal ini berkaitan dengan konsep pengalaman. Ketiga, orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya, hal ini berkaitan dengan kesiapan untuk belajar. Keempat, belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya, hal ini berhubungan dengan orientasi belajar, (b) Untuk menangani persentase kehadiran peserta didik yang rendah, ketahuilah penyebabnya terlebih dahulu, mengapa para peserta didik tersebut tidak hadir dalam pembelajaran. PKBM Tunas Pertiwi juga perlu memberikan dukungan moral lebih kepada para peserta didiknya agar mereka lebih bersemangat dalam belajar, (c) Untuk menyiasati keterbatasan alat peraga, PKBM Tunas Pertiwi perlu mencari terobosan pengadaan alat peraga, (d) Untuk menangani keterbatasan waktu pembelajaran, sedangkan materi yang harus diselesaikan sangat padat, lembaga dapat membuat modul rigkasan meteri untuk dipelajari peserta didik. Sehingga pada waktu pembelajaran, tinggal mereview dan mengerjakan latihan soal, dan (e) Pemerintah setempat perlu lebih memperhatikan lembaga-lembaga nonformal, misalnya dengan memberikan bantuan rutin. Bantuan rutin tersebut dapat berupa pelatihan bagi pegawai atau tutor atau warga belajar, berupa perlengkapan dan peralatan yang menunjang pembelajaran, serta dukungan moral.

(11)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.

Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakhruddin. 2011. Evaluasi Program Pendidikan Nonformal. Semarang: Unnes Press.

Handiyana, Gaguk Apri. 2013. Pengaruh Gaya Belajar dan Disiplin Belajar di Sekolah terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran Ekonomi SMP Laboratorium UM Semester Gasal Tahun Ajaran

2012/2013. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Ekonomi Pembangunan,

Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.

Hisrich, Robert D, dkk. 2008. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Hussain, dkk. 2011. Evaluation of Curriculum Development Process. Vol. 1 No. 14. University of Education College Road, Township, Road Lahore,

Pakistan. Tersedia [Online]:

(http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_1_No_14_October_2011/34.pdf diakses pada 17 Juni 2015)

Inkeles, Alex dan David H Smith. 1974. Becoming Modern: Individual Change in Six Developing Countries. Harvard USA: Paperback.

Nurhalim, Khomsun. 2011. Strategi Pembelajaran Pendidikan Nonformal. Semarang.

Rifa’i, Achmad. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Semarang: Unnes Press

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis pengaruh penanaman kedelai terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter Mindi dan (2) Menganalisis pertumbuhan

Nilai titer anti HBs antara kelompok siswa dengan gizi baik lebih tinggi daripada kelompok siswa dengan gizi kurang, akan tetapi tidak terdapat hubungan antara status

(1) Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah data bahan-bahan dan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan

informasi tentang jenis dan berbagai motif batik store nusantara, dapat melakukan pemesanan batik secara online dengan mendaftarkan data diri pelanggan dan mengisi form

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian tabir surya dengan derajat keparahan melasma (Skor MASI) pada wanita di

Koska kunnanjohtaja johtaa hallintoa, taloudenhoitoa ja muuta toimintaa kunnanhallituksen alaisuudessa, voidaan ajatella kunnanjohtajan tehtävien kohdistuvan samoihin

Indonesia adalah negara hukum. Gagasan negara hukum dibangun dengan mengembang- kan perangkat hukum it u sendiri sebagai suat u sist em yang f ungsional dan

4.13 Grafik yang menunjukkan nilai daya lekat dari sediaan gel tabir surya ekstrak bit merah (Beta vulgaris) pada berbagai formula