• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab3 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " bab3 2015"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah tujuan pokok dari pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Peningkatan tersebut ditandai dengan penurunan angka kematian dan kesakitan sehingga masyarakat akan menjadi lebih sehat dan produktif.

Untuk memperoleh uraian tentang indikator komposit IPM, diperlukan indikator lain yaitu IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) yang merupakan indikator komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan, dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu: Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional), Survei Podes (Potensi Desa)

Untuk mencapai hal tersebut maka ditetapkan berbagai strategi dan kebijakan pokok pembangunan kesehatan jangka menengah yang difokuskan pada Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Anak, Upaya Penurunan kasus gizi buruk, Upaya Penurunan Kasus Penyakit potensial wabah, dan Upaya Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan.

A. Angka Kematian

Untuk mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baik maka harus memperhatikan Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat karena UHH menggambarkan derajat kesehatan masyarakatnya. Pada Tahun 2012, UHH Kabupaten Lombok Barat mencapai 61,28 tahun sedangkan tahun 2015 ini mencapai 65,1 tahun. UHH yang tinggi berarti warga masyarakat mendapatkan jaminan hidup yang lebih baik. Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap resiko kesakitan dan kematian sehingga harus mendapatkan perhatian yang serius adalah bayi, ibu hamil dan balita. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilainya adalah Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu dan prevalensi gizi buruk pada Balita.

BAB III

(2)

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals, 2000) pada Tahun 2015 diharapkan angka kematian bayi menurun sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dari 68/1.000 KH menjadi 23/1.000 KH pada tahun 2015. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan. Dalam hal ini yang juga perlu mendapat perhatian adalah upaya merubah perilaku individu dan masyarakat dalam merawat bayi, yang memerlukan peningkatan pemberdayaan dan pendidikan dari tenaga kesehatan, yang memerlukan dukungan dan peran aktif masyarakat serta sektor terkait lainnya, diperlukan motivasi dan peningkatan pengetahuan baik dari petugas maupun dari masyarakat / kader kesehatan yang ada.

Di Kabupaten Lombok Barat terjadi penurunan kasus kematian bayi sejak 5 tahun terakhir. Tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi sebanyak 42 kasus, data ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebanyak 60 kasus. Penyebab kematian neonatal terbanyak masih disebabkan oleh BBLR yakni 12 kasus sedangkan pada usia bayi penyebab terbanyak adalah lain-lain yaitu 4 kasus. Penurunan kasus kematian ini merupakan usaha dan kerjasama yang berkesinambungan dari semua pihak, baik lintas program maupun lintas sektoral. Beberapa upaya yang telah dilakukan diantaranya melalui penguatan pelayanan neonatal dan bayi sesuai standar di tingkat pelayanan dasar, dan penyelamatan kasus komplikasi di tingkat pelayanan lanjutan yang semakin optimal.

(3)

Menurut laporan maternal Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat kasus kematian ibu 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun tahun 2013 tercatat jumlah kematian ibu sebanyak 10 orang, dan tahun 2014 menurun menjadi 7 kasus, terakhir tahun 2015 jumlah kasus menurun menjadi 5 kasus. Faktor penyebab kematian adalah kasus Hipertensi dalam kehamilan terutama Pre ekalmpsia dan Eklampsia, perdarahan dan emboli.

Penurunan kasus kematian ini tidak terlepas dari kerja keras dan kerja cerdas program KIA bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor baik dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten.

Upaya yang telah dilakukan untuk menekan kematian ibu yakni dengan meningkatkan kualitas pelayanan KIA di pelayanan kesehatan dasar melalui program-program diantaranya pelayanan ANC terpadu, peningkatan kegiatan supervisi fasilitatif, penguatan menajemen program KIA di tingkat bidan desa, peningkatan kompetensi bidan dalam penanganan kasus maternal perinatal berupa pelatihan-pelatihan dan OJT/ Magang Bidan di RSUD.

Hampir 90% Bidan desa sudah memperoleh kegiatan OJT(on the job trainning)/Magang. Sedangkan kegiatan bersama lintas program dan lintas sektor diantaranya melalui kegiatan kelas ibu hamil berintegrasi dengan desa siaga dalam penerapan program P4K, disini peran lintas program dan lintas sektor sangat mendukung peningkatan akses pelayanan KIA di Kabupaten Lombok Barat. Selain itu penerapan sistem manual rujukan yang telah disusun juga merupakan faktor pendukung dalam upaya menurunkan AKI, komitmen dari pusat pelayanan dasar sampai lanjutan seperti Rumah Sakit sudah dilaksanakan dengan konsisten.

(4)

Pemberian reward bagi tenaga kesehatan berprestasi berupa wisata rohani/ Umroh juga memotivasi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kinerjanya.

Berbicara angka kematian, tentunya angka-angka ini akan berbeda jumlahnya dengan yang dilaporkan oleh BPS yang didasarkan pada hasil survey karena angka dalam profil adalah jumlah kejadian kasus kematian yang tercatat dan dilaporkan oleh puskesmas dan jaringannya termasuk swasta dengan mekanisme Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).

Untuk memudahkan dalam visluasisasi, berikut adalah gambaran dalam bentuk grafik tentang kematian bayi, kematian ibu dan penyebabnya.

Grafik 1. Trend Kematian Ibu dan Bayi Tahun 2012 – 2015 di Kabupten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 - 2015

(5)

Grafik 2. Penyebab kematian bayi (0 hari - < 1th) tahun 2014

Sumber : Laporan Kegiatan Neonatal dan Bayi (0 hari – 1 Tahun) Kab.Lobar Tahun 2014

Grafik di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa penyebab kematian bayi paling besar adalah BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu sebanyak 12 (menurun dari tahun sebelumnya 51 kasus),nyak yaitu 13 kasus, namun harus dilihat lebih spesifik lagi terhadap kasusnya. Penyebab kematian kedua yaitu kasus Asfiksia sebanyak 6 kasus dan kelainan congenital 6 kasus.

Grafik 4. Penyebab kematian ibu Tahun 2015 di Kabupaten Lombok Barat

(6)

Dari grafik diatas untuk kematian ibu dapat dikatakan fluktuatif, terjadi penurunan yang tajam pada Tahun 2012 dan 2015. Tahun 2015 terbanyak ibu mati saat bersalin (5 orang) dan semuanya pada kelompok usia 20 – 34 tahun. Sedangkan untuk tahun 2015 ini penyebab kematian ibu paling tinggi tahun ini karena eklamsia/preeklamsia (HDK) 2 (40%), kemudian perdarahan 2(40%) dan emboli 1 (20%)

Meskipun kematian ibu dapat ditekan jumlahnya namun menurut laporan yang terkumpul, jumlah kasus abortus dan kasus lahir mati cukup meningkat dan menuntut perhatian yang lebih. Analisa tentang abortus ini menjadi hal penting yang terus dilaporkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan. Kasus abortus memberikan kontribusi kepada peningkatan kunjungan ibu hamil ke 4 (K4). Abortus biasanya terjadi pada usia kehamilan dibawah 12 minggu, sehingga mempengaruhi kesenjangan K1 dan K4, sedangkan dari K4 ke Linakes di pengaruhi karena adanya sasaran yang tidak tercatat ketika melahirkan diluar wilayah puskesmas tempat pemeriksaan awal. Kasus abortus Tahun 2014 mencapai 793 kasus dan kondisi Tahun 2015 menurun menjadi 672, dan tidak ada kematian yang terjadi karena abortus tersebut.

Berbagai faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap kematian tersebut, antara lain masih banyaknya bumil dengan anemia yang disebabkan rendahnya konsumsi Fe, terlambatnya pengambilan keputusan merujuk ke tempat pelayanan kesehatan, terlambatnya transportasi ke tempat pelayanan, terlambatnya penangangan di tempat pelayanan kesehatan dan karena belum tersedianya darah yang cukup. Selama 2 tahun ini, penyebab yang paling banyak adalah eklamsi/preeklassia dimana penyebab pasti dari eklamsia ini belum diketahui secara pasti sehingga untuk menekan kasus ini diperlukan kajian mendalam dari yang berkompeten.

(7)

tersebut. Konsep desa siaga yang juga termasuk untuk siaga persalinan, dimana diharapkan ada kontribusi dari masyarakat desa untuk menyediakan angkutan sebagai ambulan desa yang diharapkan bisa membantu masyarakat dalam mengantarkan ibu hamil dan melahirkan ke lokasi pelayanan kesehatan.

Kemudian program persalinan aman juga sangat menunjang dalam penurunan kematian ibu ini. Karena setiap ibu hamil akan dipantau melalui program ini dengan menggunakan kartu persalinan aman. Persalinan aman ini bertujuan bahwa setiap ibu bersalin akan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya, sehingga dengan demikian kasus kematian dapat ditekan. Program ini berpengaruh pada capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten cukup meningkat dari cakupan tahun sebelumnya.

B. Angka Kesakitan

Angka kesakitan yang dapat dilaporkan adalah sebagai berikut : 1. AFP non Polio <15 tahun

AFP (acute flacid paralise) rate non polio pada penduduk berusia <15 tahun adalah jumlah kasus AFP non polio yang dilaporkan dibagi jumlah penduduk usia < 15 tahun dikalikan seratus ribu. Target dalam SPM adalah ≥ 2 per 100.000. Pada Tahun 2015 ini, capaian Kabupaten Lombok Barat hanya 1 kasus, menurun dari Tahun 2014 (6 kasus) artinya kasus yang ditemukan atau yang dilaporkan menurun dari tahun sebelumnya dan tidak memenuhi target (0,52 per 100.000 penduduk <15 Tahun). Meskipun demikian Sistem surveilans AFP Rumah Sakit (hospital based sueveilans / HBS) dan sistem surveilans AFP Masyarakat, (Community based surveilans system /CBS)sudah berjalan dengan baik.

Sedangkan tujuan penemuan kasus AFP antara lain :

(8)

 Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14 hari setelah kelumpuhan, dengan tenggang waktu pengumpulan spesimen I dan II adalah 24 jam.

 Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus-polio liar disuatu wilayah melalui pemeriksaan spesimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan dalam wilayah tersebut.

2. TBC (Tuberculosis)

a. Angka CDR /Case Detection Rate (target >70%)

Angka penjaringan suspek pada Tahun 2015 sebanyak 7.058 orang dari perkiraan suspek sebesar 15.199 orang ( 37,6 % dari target > 50 %), sedangkan angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) adalah 560 kasus dari perkiraan sebanyak 1.337 atau 41,9% dari 70% penemuan penderita.

Pencapaian angka CNR ini Tahun 2015 mencapai 85,51 %. Hal ini disebabkan karena upaya untuk meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru TB Paru BTA(+) terus dilakukan baik melalui pemeriksaan kontak serumah maupun kegiatan CBA di masyarakat. Namun pencapaian tersebut masih kurang dari target CNR secara nasional yaitu menemukan kasus TB Paru BTA ( + ) sebanyak 70% dari perkiraan, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mencari akar permasalahan serta menemukan kegiatan-kegiatan inovatif dalam upaya meningkatkan penemuan kasus TB Paru BTA (+) di masyarakat. b. Angka Success Rate (SR yaitu angka keberhasilan pengobatan dengan

target >85%)

(9)

Grafik 5. Grafik kasus Pneumonia Balita pada tahun 2014 – 2015 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan 2014,2015

Berdasarkan tabel diatas, setiap tahun 2014, kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Gerung dan mengalami penurunan yang sangat tajam pada Tahun 2015. Sedangkan kasus tertinggi Tahun 2015 terjadi diwilayah Meninting. Kasus Pneumonia yang terendah Tahun 2015 terjadi di Puskesmas Sekotong. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, balita laki-laki lebih rentan (53,23%) daripada balita perempuan (46,77%).

3. HIV / AIDS

(10)

AIDS. Sedangkan menurut pencatatan Tahun 2015, tidak ada kematian karena AIDS.

Jumlah kasus HIV-AIDS yang ada di Kabupaten Lombok Barat bagaikan fenomena gunung es yang tampak diidentifikasi sedikit namun dalam kenyataannya di masyarakat terdapat banyak kasus yang belum terdeteksi.

4. Kasus Diare yang ditangani

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek, cair bahkan seperti air yang frekwensinya lebih sering dari biasanya, pada umumnya 3 kali atau lebih dalam sehari.

Kasus diare biasanya terjadi peningkatan pada musim kemarau disebabkan karena terbatasnya air bersih dan pada saat bulan pertama musim hujan karena sumber air bersih yang digenangi air hujan atau air tanah permukaan ikut tercemar.

Target cakupan penemuan penderita Diare yaitu 214 per 1000 dikali jumlah penduduk dikali 20 %, dimana :

 Target cakupan penemuan penderita Diare oleh SARKES adalah : 20% dari taget penemuan dan diupayakan tidak ditemukan kematian akibat Diare (CFR = 0 %).

 Target cakupan penemuan penderita Diare oleh Kader Diare adalah : 90% dari target penemuan dan diupayakan tidak ditemukan kematian akibat Diare (CFR = 0 %).

(11)

Jika dilihat dari kondisi puskesmas tertinggi terjadi diwilayah Puskesmas Sedau sebanyak 2763 kasus dan kasus terendah di wilayah Puskesmas Dasan Tapen sebanyak 1039 kasus. Penanganan diare tidak hanya arena faktor lingkungan saja namun juga karena perilaku hidup dari masyarakat. Oleh karena itu dalam penanganannya harus melibatkan program dan lintas sektor yang terkait, agar kasus diare ini tidak terus meningkat.

Grafik 6. Tren Penderita Diare Pada Tahun 2012 s.d 2015 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan 2012 -2015

5. Kusta

a. Prevalensi ( Kusta Terdaftar ) target < 1/10.000 penduduk

(12)

orang). Sedangkan dari jenis kelamin, 75 % laki-laki sedangkan Perempuan 25% orang. Dengan klasifikasi kusta, kusta Kering sebanyak 2 kasus, kasus Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah 14 kasus. b. RFT (Release From Treatment) Rate yaitu Penderita Kusta selesai

Minum Obat dengan target >90%.

RFT Rate Tahun 2015 adalah 6 orang dengan tipe MB (kusta basah) dan 2 orang dengan tipe PB (kusta kering).

6. Kasus Difteri, Pertusis dan Tetanus

Pada Tahun 2015 tidak ditemukan di Kabupaten Lombok Barat, demikian pula tahun sebelumnya.

7. Jumlah Kasus Campak

Jumlah kasus campak di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 ini tidak ada kasus yang dilaporkan, sedangkan pada tahun sebelumnya dilaporkan sebanyak 4 orang suspeck.

8. Jumlah Kasus Polio

Sama dengan tahun sebelumnya pada tahun 2015 ini, tidak ada kasus polio di Kabupaten Lombok Barat.

9. Jumlah Kasus Hepatitis B

Dari tahun 2008 hingga tahun 2015 lalu tidak ditemukan kasus hepatitis B di Kabupaten Lombok Barat.

10.Demam Berdarah Dengue

(13)

Jika pada Tahun 2014 ini terdapat 48 kasus, maka Tahun 2015 ini meningkat tajam menjadi 142 kasus dengan 1 kasus meninggal dunia. Dan kasus terbanyak ditemukan di wilayah Puskesmas Gunungsari sebanyak 25 kasus, dan jika dilihat dari segi jenis kelamin, kasus DBD ini lebih banyak diderita oleh perempuan (80 kasus) daripada laki-laki (62 kasus).

11.Angka Kesakitan Malaria

Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Kasus malaria klinis Tahun 2015 ini sebanyak 11.688 kasus dan positif malaria sebanyak 201, meningkat dari tahun sebelumnya 198 kasus. Tidak ada kasus meninggal yang dilaporkan karena penyakit malaria ini. Pemantauan kasus malaria menggunakan API (Annual Paracyte Incidence) yaitu jumlah kasus positif dalam 1.000 orang penduduk setiap tahun. Kasus malaria positif terbanyak masih ditemukan di daerah kawasan pantai dan pegunungan yaitu wilayah Puskesmas Sekotong dan dan Meninting. Angka kesakitan dihitung berdasarkan standar API (Annual Parasite Incidence ) tahun lalu mencapai angka 0,31 per mill dan saat ini (2015) tetap dapat dipertahankan pada 0,31 per mill.

Dengan demikian Kabupaten Lombok Barat berada pada kategori LCI (Low Case Incidence), yaitu pada range < 1 ‰. Akan tetapi angka API ini kurang bermakna jika tidak didukung angka ABER yang mencapai 10% dimana Tahun 2015 ini, ABER sebesar 1,78%. ABER adalah Annual Blood Examination Rate yaitu prosentase jumlah penduduk yang diperiksa sediaan darahnya.

12.Filariasis

(14)

13.Infeksi Menular Seksual (IMS) ditangani

Untuk tahun 2015, permasalahan data IMS ini diperoleh data dari laporan LB1, dan ditemukan kasus Syphilis sebanyak 2 kasus dan untuk pemeriksaan kasus IMS dilayani oleh program kesehatan reproduksi.

Kasus IMS ini merupakan fenomena gunung es. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keengganan penderita yang mengalami keluhan pada alat reproduksinya untuk memeriksakan diri ke tempat pelayanan publik seperti puskesmas. Oleh sebab itu sangat mendesak untuk segera melakukan pengumpulan data pada klinik/tempat praktek swasta/pribadi. Data yang lengkap akan menjamin penyusunan program yang lebih baik untuk memberantas penyakit tersebut.

Hal ini telah ditindaklanjuti oleh seksi Pengamatan Penyakit dimana Tahun 2014 dilakukan pembelajaran dan pelatihan bagi petugas puskesmas dengan wilayah resiko tinggi terhadap IMS ini. Sehingga, diharapkan data dapat diperoleh dengan baik Tahun 2015 terutama di 6 puskesmas yang telah dilatih. Dengan adanya pencatatan tersebut maka intervensi yang dilakukan dapat semakin terarah jelas, meskipun saat ini kenyataannya data yang dapat diperoleh kurang optimal.

14.Penyakit Tidak Menular (PTM)

(15)

Hasil deteksi faktor resiko PTM menunjukkan cakupan pemeriksaan Hipertensi sebesar 79,86% pada penduduk umur ≥18 tahun dan sebesar 1,41% mengalami hipertensi. Sedangkan obesitas terdapat 48 kasus pada penduduk umur ≥15 tahun. Cakupan IVA Positif pada perempuan usia 30-50 tahun sebesar 1,63% dan tumor/benjolan pada payudara sebesar 0,16%.

C. Status Gizi Masyarkat

1. Kunjungan Neonatus (KN3)

AKB di Kabupaten Lombok barat masih didominasi oleh fenomena 2/3, yaitu kematian yang terjadi pada usia neonatal. Dengan menekan kasus kematian pada usia neonatal maka mampu menurunkan AKB diwilayah ini. Program peningkatan kualitas pelayanan untuk indikator cakupan pelayanan neonatal telah banyak dilakukan yaitu peningkatan kompetensi petugas dalam penatalaksanaan neonatal melaui MTBM, pemantauan KN yang terstandar kepada bidan desa. Upaya ini mampu memberikan dampak pada cakupan KN3, pada Tahun 2015 cakupan pelayanan KN 3 sudah mencapai target yaitu sebanyak 96,56%. Angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2014 sebesar 82,68%

Kunjungan neonatus merupakan kegiatan untuk memantau kondisi kesehatan neonatus sekaligus memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu nifasnya, dimana pelayanan ini dilakukan dirumah oleh bidan. Neonatus adalah bayi berumur 0 sampai 28 hari. Kegiatan ini sangat strategis untuk menurunkan kematian bayi terutama usia 0 -7 hari.

(16)

yang telah diusahakan guna mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak ini. Permasalahan yang utama adalah tenaga bidan yang tadinya masih kurang, namun dengan adanya advokasi maka bidan saat ini telah mencukupi untuk pelayanan di desa maupun di puskesmas

Grafik 7. Persentase Cakupan Program KIA (anak) tahun 2015 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 -2015

Pada grafik di atas, terlihat cakupan pelayanan anak Tahun 2015 meningkat secara tajam, hal ini disebabkan karena persepsi definisi operasional yang berbeda antar pemegang program dalam hal ini bidan, sehingga pencatatan untuk pelayanan anak masih belum optimal. Jika dilihat dalam pedoman, cakupan pelayanan anak balita mencakup semua hal pelayanan kesehatan termasuk pemberian vitamin A yang diberikan pada anak balita.

2. Kunjungan Bayi

(17)

diharapkan bayi dapat dideteksi tumbuh kembangnya dan mendapat pelayanan kesehatan. Bayi minimal dikunjungi sebanyak 4 kali dalam rentang usia > 29 hari sampai 12 bulan. Sebagaimana disampaikan diatas, bahwa cakupan untuk kegiatan ini juga mengalami peningkatan. Tentunya diperlukan kerja keras tim dan pembinaan diperlukan agar pencapaian kualitas dan kuantitas dapat terwujud pada tahun 2015.

Cakupan kunjungan pada tahun 2015 sudah mencapai target yang ditentukan yaitu 96,34%. Capaian ini diperoleh karena telah dilakukan upaya-upaya kerjasama lintas program dan lintas sektor baik di fasilitas kesehatan maupun di masyarakat yaitu dalam pelaksanaan DDTKA. Penguatan managemen program KIA di tingkat Bidan desa telah dilaksanakan sehingga pelayanan kesehatan bayi yang standar telah dipahami oleh bidan desa, ini berdampak pada kualitas pencatatan dan pelaporan program KIA.

3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

BBLR merupakan cermin dari perawatan ibu pada waktu hamil. Jika tidak memperhatikan makanan atau gizi dari ibu yang sedang hamil, maka kemungkinan akan terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, Sehingga, perlu upaya petugas dan dukungan masyarakat / kader serta sektor terkait lainnya dalam memotivasi ibu / masyarakat agar terus memperhatikan kesehatan dan makanannya agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat.

(18)

lebih ditingkatkan sehingga ibu hamil mengetahui asupan gizi yang mestinya dikonsumsi sehingga tidak terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Keterlibatan keluarga yang berpengaruh pada pengambil keputusan dalam keluarga harus dilibatkan dalam kegiatan kelas ibu hamil, sehingga keluarga bisa ikut memperhatikan kesehatan ibu hamil. Selain itu upaya meningkatkan giji ibu hamil terutama yang mengalami KEK dan anemia sudah dilakukan dengan memberikan multimicronutrien (MMN) selama kehamilan dan nifas. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menekan kasus ibu dengan KEK dan anemi, sehingga diikuti dengan menurunnya bayi yang lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram.

4. BBLR ditangani

Pelayanan kesehatan untuk penanganan bayi dengan BBLR yang terlapor adalah 100 % artinya semua bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah telah mendapat penanganan sesuai dengan protap yang berlaku.

5. Balita ditimbang

Perbandingan antara jumlah balita yang datang menimbang di posyandu (D) dengan jumlah balita yang ada (S) digunakan sebagai Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat. Semakin tinggi hasil D/S menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat untuk datang dan menimbang balitanya di posyandu, begitu juga sebaliknya.

(19)

yang datang ke Posyandu, PMT Penyuluhan, Penyuluhan melalui media film, bekerjasama dengan CSR, JMS, bulan penimbangan (Februari, Mei, Agustus, Nopember), Workshop Gerakan Peduli Posyandu. Untuk workshop ini melibatkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Daerah Lombok Barat, 10 Kecamatan dan seluruh Kepala Desa se Kabupaten Lombok Barat serta Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Lombok Barat. Disamping beberapa kegiatan tersebut diatas, pertemuan rutin hasil surveilance gizi bersama lintas sektor terkait juga telah dilaksanakan.

Dan Tahun 2015 ini mencapai tahun 2014 ini telah mencapai 92,94 % untuk D/S yang menggunakan data riil demikian juga untuk D/S proyeksi juga sudah mencapai 90,78%.

Grafik 8. Capaian Cakupan Program Gizi Tahun 2012- 2015 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan 2012 -2015 6. Bawah Garis Merah (BGM)

(20)

telah dilakukan berbagai upaya seperti kelas gizi balita, pemberian PMT dan pemantauan pertumbuhan di posyandu, koordinasi Lintas Program terkait misalnya dengan petugas penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan agar dilakukan penyuluhan tentang diare, TB dan lain-lain.

7. Balita Gizi Buruk

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kinerja Keuangan Perusahaan, terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dapat disimpulkan bahwa terdakwa memaksa korban untuk melakukan perbuatan cabul dengan cara mengocok kemaluan terdakwa,

Sebagai contoh jika seorang pegawai sudah lama dalam satu jabatan atau didepartemen tertentu dan mempunyai prestasi kerja yang sangat baik, tapi ternyata mengalami

Sementara untuk lembaga Koperasi yang bergerak di bidang perbibitan ternak sapi potong dan ingin mengajukan KUPS, maka syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah hampir

Walau bagaimanapun pada komposisi yang sama, kesan gabungan pemvulkanan dinamik dan pelbagai pengserasi telah menunjukkan sifat-sifat mekanik, ketahanan terhadap pembengkakan

D idorong oleh keingintahuan umat tentang Ibadat Laudes yang diselenggarakan setiap hari Selasa dan Jumat pagi sebelum misa, Paroki Santo Bonaventura menyelenggarakan

Untuk meningkatkan kepatuhan pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan upaya mengoptimalkan pelayanan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

Collaborative filtering (CF) merupakan proses pengevaluasian item dengan menggunakan opini dari orang lain. Ide utamanya adalah untuk mengeksploitasi informasi