• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE SMS DAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE SMS DAL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN

SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

DALAM

Penelitian ini bertolak dari masalah rendahnya motivasi belajar siswa terutama dalam mempersiapkan diri untuk belajar di sekolah. Hal ini terbukti dari kecilnya persentase siswa yang melakukan kebiasaan belajar mandiri di rumahnya sebelum belajar di sekolah bersama gurunya. Dari hasil observasi penulis selama menjadi guru di SMP Kartika XIX-2 Bandung dari 37 siswa, hanya 2-3 siswa yang melakukan belajar mandiri sebelum berangkat dan belajar disekolah. Berdasarkan masalah tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan SMS dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kuasi eksperimen, Adapun teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket, instrumen tes dan wawancara tidak terstruktur. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-2 Bandung kelas B dan C yang berjumlah 66 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol hanya menggunakan proses pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan penggunaan media persentasi power point, sedangkan dikelas eksperimen selain penggunaan yang sama dengan kelas kontrol juga digunakan perlakuan khusus yakni pengiriman SMS secara berkala yang berisi pesan pengingat tugas-tugas rumah, tugas mempersiapkan materi, SMS motivasi, informasi kegiatan sekolah, ulangan dan lain-lain. Pengolahan data dilakukan dengan langkah : 1) uji validitas dan reliabilitas, 2) uji normalitas, 3) uji homogenitas 4) uji hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dan setelah dilakukan analisis pengolahan data baik data dari angket, tes maupun wawancara tidak terstruktur serta analisis hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Short Message Services (SMS) berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan secara bersamaan meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan.

Kata Kunci : Short Message Services (SMS), Motivasi Belajar, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

(2)

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar sembilan tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. (Lampiran Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006).

Dalam rangka pemerataan pendidikan di era modern dan era informasi dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat masuk kedalam setiap lini kehidupan manusia, baik pada bidang bisnis, pemerintahan, hiburan, pariwisata, teknologi dan juga bidang pendidikan telah banyak kita rasakan kebermanfaatannya. Dalam kaitannya dengan pendidikan sejak era pertengahan abad ke-20 muncul terminologi baru yang bernama teknologi pendidikan, dalam perkembangannya teknologi pendidikan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khususnya dalam kontek pendidikan, teknologi pendidikan berperan dalam rangka merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan mengevaluasi proses dan sumber belajar yang digunakan sebagai solusi atas permasalahan belajar.

(3)

sebagai alat bantu proses pendidikan dan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Sesuai dengan prinsip utama kegunannya yakni untuk membantu mengatasi masalah manusia.

Dilapangan penulis menemukan pemasalahan berkaitan dengan randahnya motivasi siswa untuk belajar disekolah. Hal ini barangkali tidak terjadi disemua sekolah, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi disebagian besar sekolah, khususnya sekolah-sekolah yang secara kultur belum terbangun kultur persaingan dan kompetisi antar siswa dalam proses belajar. Sebagaimana yang penulis temukan di salah satu sekolah swasta di Kota Bandung. Penulis menemukan masalah rendahnya motivasi siswa untuk belajar mandiri di rumahnya sebelum belajar disekolah. Setiap kali pertemuan di kelas sewaktu penulis menjad guru, penulis selalu menanyakan siswa yang membaca buku pelajaran TIK dalam selang waktu satu minggu dari pertemuan sebelumnya yang mengangkat tangan tidak lebih dari 2-3 orang dari sejumlah 37 siswa. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa yang sangat rendah yang memerlukan perlakuan tertentu untuk mengatasinya agar tidak berlarut. Karena bagaimana pun kondisi dan zamannya kemampuan membaca seseorang menjadi salah satu tolok ukur tingkat keluasan wawasan dirinya. Semakin banyak orang membaca maka akan semakian banyak informasi dan wawasan baru yang ia miliki.

Sementara itu penulis mencoba mencari solusi untuk mengatasi permasalah tersebut. Berdasarkan hasil survey pada tanggal 26 April 2012 di SMP Kartika XIX-2 Bandung, dari sejumlah sampel survey yang di teliti siswa SMP 100% sudah memiliki handphone, rata-rata mereka sudah mulai memiliki

handphone pada usia 9-11 tahun, artinya sejak kelas 4 SD mereka sudah memiliki

handphone. Banyak dari jumlah responden yang peneliti survey ada 9,37% yang sudah memiliki blackberry dan 13,11% Android, simbian 29,50% sisanya menggunakan aplikasi handphone biasa. Dari sejumlah responden tersebut 86,88% memiliki akun jejaring sosial, dimana 98,11 % itu akun facebook, 50,94 % twiiter.

Dari hasil survey yang penulis lakukan diatas, penulis memiliki beberapa solusi yang bisa digunakan karena 100 % siswa dikelas memiliki handphone,

(4)

kepentingan SMS dan telefon tapi juga untuk mendukung proses pembelajaran. Hal ini yang akan menjadi latar belakang dirasa perlunya memanfaatkan media

handphone untuk menunjang, mendukung bahkan membantu proses pembelajaran siswa disekolah dan diluar sekolah. Setidaknya bisa meningkatkan motivasi belajar siswa.

Terdapat beberapa penelitian dalam kaitanya dengan pemanfaatan perangkat mobile phone dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran atau dikenal dengan mobile learning khususnya yang menggunakan short message service (SMS) diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Harvinder Kaur Dharam Singh Mahasiswa Open University Malaysia, berjudul “Effectiveness of 5 – Category Pedagogical Model for Mobile Learning Using SMS”. Kesimpulannya pembelajaran mobile learning dengan memanfaatkan SMS terbukti berhasil dalam memberikan pengalaman belajar di Open University Of Malaysia.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Simon So dari Hong Kong Intitue of Education, Hong Kong yang di publish di Journal of Education Technology Development and Exchange tahun 2009, dengan Judul ”The Development of a SMS based Teaching and Learning System”. Kesimpulannya adalah system pembelajaran dengan kerangka kerja alat, tutor dan tutee mendukung proses pembelajaran.

Dari beberapa hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa penggunaan SMS untuk mendukung proses pembelajaran terbukti efektif. Maka dari itu saya mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebuah pokok permasalahan, yaitu: bagaimana pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

(5)

Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siswa dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk pertemuan pembelajaran dikelas.

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yakni movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat seseorang melakukan sesuatu, kemudian ia tetap melakukannya dan mampu membantu orang tersebut dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Motivasi adalah proses memberi semangat, arah dan kegigihan berperilaku kepada seseorang. Artinya motivasi mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan gigih dan penuh kesungguhan. Artinya motivasi berlajar berarti dorongan yang timbul atau diberikan kepada seorang pelajar sehingga ia melakukan proses belajar dengan penuh kegigihan dan kesungguhan untuk mencapai tujuan dan target yang hendak diraihnya.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy:2004).

Motivasi belajar yang ingin dibangun dalam konteks penelitian ini adalah motivasi intrinsik siswa yan dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik berupa pengiriman pesan singkat (Short Message Service) sehingga terbentuk kebiasaan dan hasrat belajar yang tinggi diluar jam sekolah ataupun di rumah guna meningkatkan kebiasaan belajar mandiri siswa. Penelitian ini diharapkan bisa membangun motivasi intrinsik siswa dengan menggunakan stimulus ekstrinsik berupa pengiriman pesan singkat berulang kali guna mengingatkan tugas rumah, persiapan belajar dipertemuan berikutnya, dengan begitu siswa terkondisi untuk memiliki waktu khusus untuk menyiapkan bahan ajar setidaknya dengan membaca buku paket atau mengerjakan LKS dan lain-lain.

Menurut Brophy (2004) terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya harapan guru, intruksi langsung, umpan balik

(6)

artinya dengan memberikan intruksi melalui media short Message service (SMS), harapannya mampu meningkatkan motivasi belajarnya.

Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku secara permanen yang diakhibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang (Oeamar Hamalik, 2005). Terdapat banyak perubahan pengalaman, yang dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikologi sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.

Menurut Nur Uhbiyah (1997) “pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Berikut ini prinsip-prinsip motivasi belajar menurut Oemar Hamalik (2005) adalah sebagai berikut:

1. Memuji lebih baik daripada mencela 2. Memenuhi kebutuhan psikologi

3. Memotivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik 4. Keserasian antara motivasi

5. Mampu menjelaskan tujuan pembelajaran 6. Menumbuhkan perilaku yang lebih baik 7. Mampu mempengaruhi lingkungan 8. Bisa diaplikasikan dalam wujud nyata.

(7)

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Yaitu bentuk eksperimen yang tidak melakukan penugasan random (random assigment). Sebagaimana pendapat Muhammad Ali (1993:140) “Kuasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya, perbedaannya terletak pada penggunaan subjek yaitu kuasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang sudah ada”.

Metode kuasi eksperimen ini dipilih mengingat karakteristik variabel peneliti yang bersifat ingin mengetahui dan memperoleh informasi terhadap suatu metode yang diterapkan, yaitu bagaimana pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

Penggunaan metode kuasi eksperimen ini didasarkan atas pertimbangan agar dalam pelaksanaan penelitian, siswa tidak merasa sedang diteliti dan proses pembelajaran berlangsung secara wajar, sehingga dengan situasi yang demikain diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap tingkat kevalidan hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan para dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan Short Message Service (SMS) dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakukan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Penggunaan Short Message Service (SMS) di kelas Eksperimen dan tanpa perlakuan apapun di kelas kontrol ditempatkan sebagai variabel bebas. Sedangkan motivasi belajar siswa ditempatkan sebagai variabel terikat. Hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hubungan Antar Variabel Penelitian Var- Bebas

Var- Terikat

Penggunaan Short

Message Service (X) EksperimenKelas KontrolKelas

(8)

Keterangan:

X : Variabel bebas yakni penggunaan Short Message Service (SMS)

Y : Variabel terikat (motivasi belajar)

XIY1 : Peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Short Message Service (SMS)

X2Y2 : Peningkatan motivasi belajar siswa tanpa menggunakan Short Message Service (SMS)

Penelitian ini akan dilaksanakan dikelas VIII B dan C Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kartika XIX-2 Bandung, JL.Pak Gatot Raya No.73 S KPAD Keluarahan Geger Kalong Kecamatan Sukasari Bandung 40153.

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan pemberian angket kepada para siswa yang sudah dipilih sebagai sampel penelitian. Menurut Suharsimi (2010:102), angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.

Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup, dimana jawaban telah disediakan sehingga responden hanya tinggal memilih. Dengan angket ini diharapkan peneliti dapat menggali banyak informasi secara luas dari subjek yang berkaitan secara langsung dengan masalah penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

Sementara itu skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Menurut Nana Syaodih (2010:238), model likert menggunakan skala deskriptif (SS, S, R, TS, STS). Dasar dari skala deskriptif ini adalah respon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakan dengan pernyataan persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap sesuatu objek.

Berikut gambar rentang skala pada model Likert dalam penelitian ini sebagaimana dikutif dari buku Nana Syaodih (2006:240)

Tabel 2. Rentang Skala Likert Pernyataan

sikap Sangatsetuju Setuju Ragu-ragu Tidaksetuju Sangat tidaksetuju

Positif 5 4 3 2 1

(9)

Hasil belajar siswa diteliti dengan menggunakan soal yang diberikan pada saat pre test dan post test. Teknisnya baik kelas kontrol ataupun kelas eksperimen diberikan soal yang sama, yang sudah divalidasi dan diketahui derajat reliabilitasnya. Yakni dengan dilakukan uji soal. Setelah didapatkan soal yang valid dan reliabel, baru di gunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa. Setelah anggota sampel baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol diberikan

pre test, selanjutnya dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode yang sama dan tidak dibedakan. Tahap berikutnya adalah pemberian perlakuan, yakni untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan di kirim

Short Message Service (SMS) motivasi belajar. Sementara dikelas kontrol tidak diberikan perlakukan tambahan selain yang sama dilakukan kepada kelas eksperimen.

Pada pertemuan berikutnya dilakukan post test dengan menggunakan soal yang sama ketika waktu pre test untuk melihat gain skor masing-masing anggota sampel baik dikelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Hasilnya dianalisis sebagai data pendukung untuk mengukur pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar yang dibuktikan dengan peningkatan peningkatan prestasi belajar berupa skor hasil post test.

Penelitian ini untuk menguji hubungan dua variabel, peneliti menggunakan teknik korelasi tata jenjang atau rank correlation atau sering juga disebut dengan uji korelasi Rank Spearman. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data yang diperoleh berupa data ordinal yang diperoleh dari instrumen dengan menggunakan jenis skala likert.

Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(10)

Pembahasan dalam hasil penelitian ini dimulai dari penjelasan tentang hasil proses uji validitas dan reliabilitas intrumen angket dan instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dari objek penelitian. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen yang digunakan dinyatakan valid dan layak untuk digunakan dalam menngumpulkan data.

Perhitungan validitas angket dengan cara membandingkan r hasil perhitungan dengan Microsoft Excel dan r tabel Product Moment. Apabila r hitung > dari r tabel maka butir angket tersebut dinyatakan valid. Namun sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. r tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah r pada tingkat kepercayaan 95 % dengan n = 34 yaitu sebesar 0,33. Berdasarkan hasil perhitungan dari 34 item angket, 25 pertanyaan dinyatakan valid dan 9 pertanyaan dinyatakan tidak valid dan tidak digunakan.

Uji validitas soal dilakukan dengan cara membandingkan r hasil perhitungan dengan Excel dan r tabel Product Moment. Apabila r hitung > dari r tabel maka soal tersebut dinyatakan valid. Namun sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. r tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah r pada tingkat kepercayaan 95 % dengan n = 34 yaitu sebesar 0,34. Berdasarkan hasil perhitungan dari 25 item soal, 20 soal dinyatakan valid dan 5 soal dinyatakan tidak valid.

Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal consistency atau internal consistency method dengan menggunakan Cornbach`s Alpha

Tabel 4. Uji Reliabilitas Angket Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

0.885 0.885 34

(11)

apabila rhitung > rtabel maka instrumen penelitian dinyatakan sangat reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

Adapun pengujian reliabilitas soal juga sama denagn menggunakan Alfa Cornbach dengan bantuan SPSS 20. Hasil dari pengujian reliabilitas dalam Alfa Cornbach adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Reliabilitas Soal

Cronbach’s

Alpha N of Items

0,828 25

Hasil uji coba Reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cornbach diperoleh indeks 0,828, dengan n = 34 dan rtabel = 0,34. Berdasarkan indeks ini, maka alat pengumpul data yang digunakan memiliki koefisien korelasi 0,828 dengan kriteria bahwa item tes sangat reliabel karena sesuai dengan ketentuan apabila rhitung > rtabel.

Tingkat kesukaran soal digunakan untuk menganalisis soal. Tujuannya untuk mengetahui kategori kesukaran soal, baik yang masuk kedalam kategori mudah, sedang, dan sukar. Kriteria tingkat kesukaran butir soal yang baik adalah memiliki indeks antara 0,03 - 0,70. Jika tingkat kesukaran soal mencapai indeks lebih dari 0,70 maka soal dikategorikan mudah, jika tingkat kesukaran soal mencapai indeks 0,00 – 0,03 maka soal dikategorikan sukar. Dari tabel diatas dapat dilihat dari 25 soal terdapat 0 soal dengan kategori sukar, 19 soal dengan kategori sedang, dan 6 Soal dengan kategori mudah.

Merujuk kepada rumusan masalah utama dalam penelitian ini, yakni mengetahui pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen dibandingkan dengan siswa di kelas kontrol yang tidak diberikan kiriman SMS motivasi belajar.

(12)

perbedaan yang cukup signifikan antara persentase kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Bahkan dikuatkan dengan data pendukung dari hasil analisis data soal pretes dan postes soal, yang menunjukan bahwa penggunaan Short Message Service (SMS) mampu meningkatkan rata-rata skor hasil belajar siswa. Dimana rata-rata pretest siswa kelas sebelum diberikan perlakuan penggunaan Short Message Service (SMS) adalah 6,42, akan tetapi setelah diberikan diberi perlakuan (postes) rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi peningkatan menjadi 12.32 ini berarti gain rata-rata skor postes dan pretes kelas eksperimen adalah sebesar 4.78. Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretes) kelas kontrol adalah 8.30, akan tetapi setelah diberi perlakuan (postes) rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi penurunan menjadi 7,09, ini berarti gain rata-rata skor postes dan pretes kelas kontrol adalah sebesar -1,21.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan, diantaranya :

a. Siswa yang mendapatkan perlakukan dengan diberikan kiriman Short Message Service (SMS) mengalami peningkatkan motivasi belajar, yang dibuktikan dengan hasil belajar yang meningkat secara signifikan.

b. Hasil negatif skor rata-rata hasil belajar dikelas kontrol mungkin disebabkan karena mereka tidak mendapatkan kiriman Short Message Service (SMS). Sehinggatidak mendapatkan faktor eksternal yang bisa meningkatkan motivasi belajarnya.

Walaupun penggunaan Short Message Service (SMS) bukan faktor tunggal yang berpengaruh dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Akan tetapi motivasi eksternal itu sangat diperlukan. Hal ini berdasarkan pendapatnya Santrock (2007), bahwa terdapat dua aspek motivasi belajar yakni; motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. 1) Motivasi Ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik biasanya dipengaruhi oleh faktor intensif eksternal misalnya penghargaan dan hukuman

(13)

karena diberikan dorongan yang membuat dirinya termotivasi, baik dari guru, teman-teman atau orang tunya bahkan lingkungan tempat ia belajar. Kaitannya dengan penelitian ini, maka Short Mesagge Service (SMS) berfungsi sebagai pendorong yang yangs secara langsung diberikan dari guru kepada siswa. 2). Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya murid giat belajar ketika menghadapi ujian karena ia senang dengan mata pelajaran yang diujikan.

Dengan diberikannya kiriman Short Message Service (SMS) siswa termotivasi untuk belajar secara mandiri diluar jam sekolah, kemudian siswa terdorong untuk menentukan aktivitas/perbuatan yang ia pilih ketika tidak sedang disekolah. Karena diingatkan melalui pesan yang diberikan secara berulang untuk belajar mandiri.

Peningkatan motivasi siswa setelah mendapatkan perlakukan berupa pengiriman Short Message Service (SMS) dilihat dari beberapa aspek diantaranya aspek sikap (attitude), kemudian semangat belajar dan responsif siswa terhadap penggunaan Short Message Service (SMS) dan dalam proses kegiatan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Hal itu ditunjukan dengan sikap yang positif mereka terhadap penggunaan

Short Message Service (SMS), berupa tidak menunda-nunda intruksi yang disampaikan oleh guru melalui pesan Short Message Service (SMS). Kemudian terjadinya peningkatan semangat belajar siswa yang ditunjukan dalam bentuk pembuatan jadwal khusus mereka untuk membaca bahan ajar, mengerjakan tugas rumah, dan memperiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya. hal itu menunjukan respon siswa yang positif setelah diberikan perlakukan pengiriman Short Message Service (SMS).

KESIMPULAN

(14)

eksperimen sebelum diberikan perlakuan penggunaan Short Message Service (SMS) adalah 6,42, akan tetapi setelah diberikan diberi perlakuan (posttest) rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi peningkatan menjadi 12.32 ini berarti gain rata-rata skor posttest dan pretes kelas eksperimen adalah sebesar 4.78. Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest) kelas kontrol adalah 8.30, akan tetapi setelah diberi perlakuan (posttest) rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi penurunan menjadi 7,09, ini berarti gain rata-rata skor postes dan pretes kelas kontrol adalah sebesar -1,21.

Berdasarkan hasil temuan diatas maka para guru disarakan untuk memanfaatkan fasilitas SMS sebagai upaya untuk menyampaikan informasi dan memberikan intruksi serta dorongan motivasi belajar siswa. Selain itu temuan diatas juga bisa digunakan oleh semua guru untuk semua mata pelajaran. Bagi pengambil kebijakan baik kepala dinas cabang sampai pusat dalam rangka membuat sebuah kebijakan untuk membuat dan menggunakan hasil temuan diatas agar diturunkan menjadi sebuah program pendidikan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang penggunaan Short Message Service (SMS) dalam mendukung suksesnya kegiatan pembelajaran. Kemudian pemilihan sistem dan aplikasi yang lebih efektif misalnya dengan memanfaatkan system SMS gateway

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Brophy, J. (2004). Motivating Student to Learn (2nded). London : Lawrence. Erlbaum Associates, Publishers.

Hamalik, Oemar. (1994). Media Pembelajaran. Bandung. Rineka Cipta. Keegan, Desmond. t.t. Mobile learning: a practical guide. _. _

Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Lampiran Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006. Jakarta: Kemendiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Jakarta: Kemendiknas.

Kaur. (2011). “Effectiveness of 5 –Category Pedagogical Model for Mobile Learning Using SMS”. Journal of Educational Media and Technology. 5 (1). 25-38.

Santrock, J. W. (2007) . Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Syaodih, Nana (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) (2011). Pedoman Penulisan Kaya Ilmiah.

Gambar

Tabel 4. Uji Reliabilitas Angket
Tabel 5. Uji Reliabilitas Soal

Referensi

Dokumen terkait

Analisa sifat magnet dan kuat medan magnet sampel serbuk NdFeB dilakukan menggunakan VSM ( Vibrating Sample Magnetometer ), salah satu jenis peralatan yang digunakan

Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban Wajib Pajak untuk membayarnya. Penghasilan yang dimaksud adalah

yang berjudul “Pengembangan Sistem Informasi Absensi Pegawai Pada Perguruan Tinggi Raharja” ini, diusulkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada sistem yang

1. Metode Ceramah: Dosen menjelaskan dengan contoh b. Active Learning: 1) Dosen meminta mahasiswa untuk memberikan contoh lain, 2) Tanya jawab/ Brain storming Kemampuan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentua n Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20

Memahami kebutuhan dan keinginan nasabah, dalam hal ini anggota koperasi atau USPPS (Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syari’ah) adalah hal penting yang mempengaruhi

Tahu yang tidak disimpan dingin, dengan total bakteri awal 10 6 CFU/g dalam waktu kurang dari tiga hari total bakteri akan mencapai 10 7 CFU/g, sedangkan untuk tahu yang

Dalam hubungan secara khusus antara ilmu negara dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial tertentu, dimaksudkan adanya hubungan yang pada pokoknya dititikberatkan dan digolongkan