• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712013026 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 712013026 Full text"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel

Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru

Oleh:

ABEDNEGO LEOSAE 712013026

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi (S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel

Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru

oleh:

ABEDNEGO LEOSAE 712013026

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi (S.Si-Teol) Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(3)

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Abednego Leosae

NIM : 712013026 Email: Abednegoleosae@gmail.com Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir : Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru

Pembimbing : 1. Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D 2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.

Salatiga, 15 Mei 2017

(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abednego Leosae

NIM : 712013026 Email: Abednegoleosae@gmail.com

Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru.

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas – Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 15 Mei 2017

Abednego Leosae

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D P Pdt. Dr. Jacob Daan Engel

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang

menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abednegol Leosae NIM : 712013026

Program Studi : Teologi Fakultas : Teologi Jenis Karya : Jurnal

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya berjudul:

Pembinaan Warga Jemaat Pekerja Ladang di GPIB Immanuel Apau Kayan Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru.

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga Pada tanggal : 15 Mei2017 Yang menyatakan,

Abednego Leosae

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Penulis sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang merupakan Guru Sejati, Gembala Yang Baik, yang telah menuntun dalam proses keberhasilan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik, selama delapan bulan. Tugas akhir merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh oleh mahasiswa Faklutas Teologi untuk mendapatkan gelar sarjana teologi di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Semua dapat terselesaikan bukan karena hebat dan kekuatan penulis, melainkan karena adanya pertolongan Tuhan Yesus Kristus yang terlihat secara nyata dalam setiap proses yang terjadi selama penyusunan Tugas Akhir ini. Hikamat, akal budi, kekuatan dan kesehatan selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat dirasakan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir dengan baik. Walaupun banyak kesulitan yang dihadapi oleh penulis, namun karena kasih Tuhan Yesus Kristus dapat memperoleh kekuatan untuk dengan sabar dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Penulis sadar, bahwa dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini didukung oleh banyak pihak, baik berupa doa, tenaga, dan materi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Fakultas Teologi atas segala fasilitas yang tersedia dalam melaksanakan pendidikan, bertukar pikiran dan pengalaman pada ilmu Teologi. Terimakasih teruntuk Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D dan Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang selalu memberikan nasihat, saran, dan kritikan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh Dosen, Pegawai dan Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW yang ikut membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir.

(7)

vii

senang dan selalu bersatu dalam semboyan “Aku Butuh Kamu, Kamu Butuh

Aku”. Terimakasih kepada jemaat GPIB Tamansari Salatiga yang menjadi tempat

pelayanan penulis selama melakukan Praktek Pendidikan Lapangan (PPL) I sampai Praktek Pendidikan Lapangan (PPL) IV dan sebagai pelayan teruna selama berada di Salatiga. Terimakasih kepada Panti Wredha Mandiri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Praktek Pendidikan Lapangan (PPL) V dan menjadi bagian proses penulis studi di UKSW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan, Pospelkes Maranatha Nawang Baru dan Jemaat GPIB Anugerah Tarakan dimana saya melakukan PPL X dan sekaligus tempat penelitian Tugas Akhir. Penulis mengucapkan terimakasih kepada majelis jemaat GPIB Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru dan anggota jemaat Gereja Kemah Injil Indonesia yang membantu penulis dalam penelitian Tugas Akhir selama di Apau Kayan. Kepada Pdt. Adventino E. Priyonggo. S.si-Teol, Pdt. Dian Somahu Titing, S.Th, Pdt. Aswin, S.Th, Pdt. Hendri Londong, S.si-Teol dan Pdt. Emile Joderey, S.Th yang merupakan supervisor lapangan selama melakukan PPL X dan penelitian Tugas Akhir serta memberikan nasihat-nasihat dan teladan yang baik selama melakukan penelitian Tugas Akhir dan PPL X.

Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama (Lidia Leosae) yang tiada hentinya mendukung semua studi yang saya lakukan selama menuntut ilmu di Fakultas Teologi UKSW Salatiga. Doa Mama selama penulis di Kalimantan Utara untuk melakukan penelitian Tugas Akhir dan PPL X akhirnya terjawab. Buat Kaka (Paskah Rulisto Leosae) dan adik-adik (Tri Wira Alsyalom dan Fetronela Grace Julianti) terimakasih atas doa dan dukungannya dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini. Kalian semua menjadi penyemangat penulis dalam proses pembuatan Tugas Akhir dan dalam melakukan perkuliahan di Fakultas Teologi UKSW Salatiga. Kepada semua keluarga yang berada di Timor, Jawa, Sulawesi dan Lombok penulis ucapkan terimakasih atas semua doa dan dukungannya selama melakukan perkuliahan dan penyusunan Tugas Akhir.

(8)

viii

Akhir dengan penuh sukacita. Walaupun Papa sudah tidak ada, namun mimik wajah yang tersenyum masih terbayang dalam pikiran penulis ketika penulis memutuskan untuk kuliah di Fakultas Teologi UKSW Salatiga, dari senyuman itu memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan Tugas Akhir dengan baik.

Memang tidak banyak yang dapat penulis lakukan dalam membanggakan keluarga. Atas kasih karunia Tuhan Yesus Kristus penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini sebagai karya yang dapat menjadi kebanggaan tersendiri bagi penulis teruntuk Papa, Mama, Kakak dan Adik-adik.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... .v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI ... ix

MOTTO ... xi

Abstrack ... xii

1. PENDAHULUAN ... 1

1. 1. Latar Belakang ... 1

1. 2. Rumusan Masalah ... 6

1. 3. Tujuan Penelitian ... 7

1. 4. Manfaat Penelitian ... 7

1. 5. Metode Penelitian... 7

1. 6. Sistematika Penulisan ... 8

2. LANDASAN TEORI ... 9

3. HASIL PENELITIAN ... 16

3. 1. GPIB Immanuel Apau Kayan... 16

3. 2. Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru ... 17

3. 3. Apa Pembinaan Itu ? ... 18

3. 4. Bentuk-bentuk Pembinaan ... 19

(10)

x

4. ANALISA ... 21

4. 1. Pemahaman Pembinaan ... 21

4. 2. Bentuk-bentuk Pembinaan ... 22

4. 3. Permasalahan-permasalahan dalam Pembinaan ... 23

5. PENUTUP ... 25

5. 1. Kesimpulan ... 25

5. 2. Saran ... 26

(11)

xi

MOTTO

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan

pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki

keputusan-keputusa-Nya dan sungguh tak terselami

jalan-jalanNya!

(Roma 11 : 33)

Jangan takut berkarya didalam Tuhan, karena masih

banyak Hikmat dan Pengetahuan yang berasal dari

Allah untuk dijadikan karya-karya dalam pengetahuan

dan tindakan kebenaran

Berkarya dalam kebenaran Tuhan pasti akan

(12)

xii

Abstrack

Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan melihat bentk-bentuk pembinaan dan masalah-masalah yang terjadi dalam melakukan pembinaan di GPIB Immanuel Apau Kayan, jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa GPIB Immanuel Apau Kayan jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru menerapkan pembinaan seperti biasanya yaitu melalui peribadahan-peribadahan yang sudah ada, seperti Ibadah Umum, Ibadah Keluarga dan Ibadah Pelkat (Pelayanan Kategorial) sesuai dengan usia. Pembinaan yang dilakukan untuk meningkatkan spiritual dan keimanan jemaat, agar tetap berpegang dan berjalan pada ajaran Kristiani. Adapun bentuk-bentuk pembinaan yang bersifat situasional yaitu seperti Katekisasi dan Konseling Pastoral. Masalah-masalah dalam melakukan pembinaan adalah waktu, tempat, pendidikan, sumber daya manusia yang kurang, ekonommi dan sosial.

(13)

1

1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Gereja merupakan perkumpulan orang-orang pengikut Yesus Kristus yang di dalamnya melakukan pujian dan penyembahan kepada Yesus Kristus. Tiap gereja adalah ungkapan dari yang kudus dan am, hal ini berarti persekutuan orang percaya, pria dan wanita, tua dan muda, di segala tempat dan di sepanjang jalan.1 Jika kita lihat asal kata gereja yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ekklesia”

(dari kata kerja “Kaleo”) mula-mula berarti: mereka yang dipanggil keluar, yaitu orang-orang merdeka yang oleh seorang bentara dipanggil berhimpun untuk menghadiri rapat rakyat. Jadi dapat dikatakan bahwa Gereja terdapat dimana ada yang dipanggil, mereka dipanggil untuk berhimpun, yaitu oleh Allah.2

Lebih lanjut menurut Boland dan Niftrik, untuk memahami apa artinya Gereja, ada baiknya juga memperhatikan kata-kata untuk “Gereja” dalam beberapa bahasa barat, misalnya kata Inggris “Church”, kata Belanda “Kerk” dan

kata Jerman “Kirche”. Agaknya kata-kata itu berasal dari kata

Yunani kyriake. Kata sifat ini dipakai untuk apa yang tergolong kepada Kyrios, apa yang menjadi milik Kyrios. Itulah Gereja yakni orang-orang yang mengaku menjadi milik Yesus Kristus. Jika Gereja bukanlah Gereja Kristus, ia sama sekali tidak dapat disebut Gereja.3

Gereja pada dasarnya tidak lain dari pada menghayati dan mengamalkan hakikatnya sebagai suatu tanda misteri penyelamatan Allah. Kita semua sudah mengetahui bahwa gereja adalah hasil karya penyelamatan Allah yang mencapai puncaknya dalam hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus.4 Hal ini juga tidak lepas dari peran murid-murid dan Yesus Kristus dan Rasul Paulus yang melakukan pemberitaan Injil Kristus setelah Yesus Kristus naik ke surga.

Setelah itu gerejalah yang berperan aktif untuk melanjutkan tugas dan tanggungjawab serta mengingat akan perkataan Yesus Kristus sebelum naik ke surga supaya menjadikan bangsa murid-murid ku. Tugas yang melibatkan seluruh

1

Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. 9

2

G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 359.

3

Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 361.

4

(14)

2

gereja itu mencakupi tiga tugas Kristus sebagai nabi, imam dan raja. Seluruh gereja sebagai umat Allah dalam segala tinggkatnya mengambil bagian dalam ketiga tugas Kristus tersbeut.5 Tugas dan tanggungjawab gereja tambah berat ketika gereja harus membantu orang-orang yang berasal dari luar gereja. Ditambah lagi adanya perkelahian antar saudara seiman, akibat dari kurang sepikir dalam proses pengembangan gereja, membuat gereja menjadi pecah dan lupa akan tugas yang akan di lakukan di bumi ini.

Secara umum kita telah mengetahui tugas dan tanggung jawab gereja adalah melayani. Pelayanan yang diberikan oleh gereja terhadap warga jemaat, membuat ajaran Yesus Kristus nyata dalam kehidupan jemaat. Seorang pelayan memiliki tugas untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Banyak motivasi dan alasan bagi seseorang untuk melayani, baik karena tugas dan tanggungjawab maupun karena paksaan dari pihak lain. Seorang pelayan harus membiarkan dirinya terbuka, berani mengambil resiko dan memberikan hidupnya bagi sesama.6 Dalam pelayanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu mengajar, berkhotbah, membimbing dan mengorganisasi. Oleh sebab itu, pelayanan memiliki hubungan erat dengan spiritualitas.

Roh Kudus memiliki peranan penting dalam pelayanan, hal ini didukung oleh beberapa alasan, yaitu Pertama, pelayan bertanggung jawab untuk menunjukan ketergantungan gereja pada Yesus Kristus. Kedua, pelayan dapat menetapkan sebuah fokus bagi kesatuan gereja. Ketiga, gereja tidak pernah hadir tanpa orang-orang yang memegang otoritas khusus dan tanggungjawab. Peran dari pelayan-pelayan yang ditahbiskan adalah untuk melayani sebagai pewarta injil, pemimpin persekutuan, guru dan gembala.7

Salah satu tugas berat yang diemban oleh gereja hanya dapat dimengerti dalam terang rencana keselematan Allah dan tidak boleh dibatasi oleh kegiatan-kegiatan atau program-program pelayanan Kristen yang akhirnya bermuara kedalam kehidupan gerejawi itu. Tugas pengutusan gereja bermaksud supaya sekalian warga gereja menggunakan fungsinya sebagai kawan sekerja Allah dan

5

Kirchberger. Gereja Yesus Kristus Sakramen Roh kudus ((Flores-NTT: Nusa Indah 1988),151

6

Henri J. M Nouwen, Pelayanan yang Kreatif (Yogyakarta: KANISIUS, 1986), 7.

7

(15)

3

dengan demikian ikut serta dalam tindakan Allah yang tertuju kepada segala sesuatu, gara tercapai keselamatan dari segala sesuatu.8

Pembinaan warga gereja yang diberikan dapat menumbuh kembangkan iman jemaat dan membuat mereka tidak dapat terpecahbelahkan. Dalam melakukan pembinaan gereja, perlu memperhatikan konteks warga jemaat, sehingga pembinaan yang dilakukan dapat meningkatkan spiritualitas. Pembinaan dilakukan secara teratur dan efektif dapat membuat warga gereja paham akan pentingnya kehadiran gereja. Terlebih-lebih apabila rencana pembinaan yang digariskan oleh gereja, dapat terlaksana dalam waktu yang sangat panjang maka persiapan yang dilakukan oleh gereja harus secara tepat. Pembinaan harus disampaikan kepada jemaat dan setiap generasi jemaat, agar rencana jangka panjang itu dapat sampai kepada tujuan.9

Gereja-gereja di Indonesia sangat perlu melakukan pembinaan bagi warga jemaatnya. Ditambah lagi gereja-gereja yang ada di Indonesia tersebar sampai pelosok desa, sehingga gereja harus melakukan pembinaan bagi warga jemaatnya karena itu merupakan bagian dari tanggungjawab gereja. Terkhususnya GPIB (Gereja Prostestan di Indonesia bagian Barat) yang memiliki ratusan pospelkes (Pos Pelayanan dan Kesaksian) harus mampu menciptakan pembinaan bagi warga jemaatnya yang tersebar diduapuluhtujuh provinsi di Indonesia.10

Tersebar di duapuluhtujuh provinsi, yang berbeda-beda konteks serta karakter yang dimiliki dari setiap jemaat, ditambah dengan budaya yang dimiliki oleh jemaat setempat dan latar belakang sosial-ekonomi, membuat GPIB secara sinodal harus dengan cermat, disiplin dan teliti dalam melihat perkembangan yang terjadi disetiap anggota jemaatnya. Bukan hanya sekedar perkembangan fisik yaitu dari bentuk bangunan gerejanya, melainkan sumberdaya insani yang terdapat dalam gereja tersebut perlu diperhatikan.

Sampai saat ini jumlah GPIB terus bertambah, baik dari segi pembangunan maupun dari kemandirian gereja yang tersebar di duapuluhtujuh Provinsi Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari perkembangan yang terjadi di

8

D.R. Maitimoe, Pembangnan Jemaat Misioner (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1978), 26

9

A.a. Sitompul, Di pintu gerbang pembinaan warga gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 46

10

(16)

4

Provinsi Kalimantan. GPIB yang terdapat di Provinsi Kalimantan pada tahun 1948-2008 secara keseluruhan memiliki lima mupel yaitu Mupel Kalimantan

Timur I (Kaltim I), Mupel Kalimantan Timur II (Kaltim II), Mupel Kalimantan Timur III (Kaltim III), Mupel Kalimantan Tengah-Selatan (Kaltengsel), Mupel Kalimantan Barat (Kalbar).11

Pada saat ini ada terjadi penambahan mupel yang berada di Kalimantan yaitu Mupel Kalimantan Utara Berkat. (Kaltara - Berkat) seiring dengan pemekaran provinsi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah setempat, sehingga pada tahun ini mupel yang berada di Provinsi Kalimantan sebanyak enam mupel.12 Ini tidak bisa dipungkiri bahwa ada kemajuan dan perkembangan yang terjadi dalam GPIB.

Secara khusus yang berada di Kalimantan Utara, pada tahun ini terdapat sepuluh jemaat GPIB yang tersebar di Kabupaten Malinau, Pujungan, Kabupaten Nunukan, Tanjung Selor, Pulau Bunyu, Tarakan, Tarakan Utara, Kabupaten Bulungan, Berau, dan Apau Kayan. Ada yang tidak memiliki pospelkes dan ada gereja yang memiliki pospelkes bahkan tersebar sampai pedalaman dan didaerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.13 Melihat perkembangan yang terjadi di GPIB, GPIB secara sinodal kembali mengevaluasi diri apakah sudah melakukan pembinaan warga jemaatnya dengan terstruktur, baik dan benar.

Mengingat kembali bahwa hadirnya GPIB sebagai Gereja mandiri ditengah situasi revolusi, tentunya banyak tantangan dan masalah-masalah yang timbul, baik dalam bentuk eksternal maupun internal.14 GPIB hadir ditengah-tengah masyarakat bukan sebagai rutinitas tempat peribadahan saja, melainkan GPIB hadir dan dapat membina warga jemaat agar jemaat dapat bersaing diera globalisasi yang sangat maju ini. GPIB bertanggungjawab untuk membina sumberdaya insani yang berada ditempat pelayanan sehingga dapat menjadi gereja misioner.

Disini penulis lebih memperhatikan bentuk pembinaan yang dilakukan oleh GPIB terhadap jemaatnya. Hal ini bukan berarti yang lainnya tidak penting,

11

Henry Jacob, Data Jemaat GPIB tahun 1948-2008 (Majelis Sinode GPIB) 13-34

12

Majelis Sinode, Agenda 2017 (Majelis Sinode GPIB)

13

Ibid.

14

(17)

5

namun ketika melihat GPIB bertumbuh sangat pesat harus diimbangi juga dengan jemaat yang bertumbuh dalam Kristus. Artinya GPIB harus memperhatikan jemaat dengan membina jemaat agar tidak menyimpang melainkan membuat jemaatnya menjadi siap dalam menghadapi kemajuan globalisasi diera ini.

Memang selama ini bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan GPIB secara sinodal sudah ada, misalnya dalam pelayanan kategorial dari anak hingga lansia, ibadah minggu maupun ibadah keluarga, dan katekisasi. Semuanya ini merupakan bentuk-bentuk ibadah yang harinya telah ditetapkan dan didalamnya dapat membina warga jemaatnya, namun tentunnya harus memperhatikan konteks jemaat. Maksudnya ialah bagaimana dengan jemaat yang hanya memiliki waktu ibadah dihari minggu saja, sedangkan dihari yang lainnya jemaat sibuk bekerja. Hal ini berarti semua bentuk-bentuk pembinaan yang telah ditentukan oleh GPIB secara sinodal, dilaksanakan dalam satu hari yaitu pada hari minggu saja.

Fenomena ini dapat dilihat disalah satu Jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes (Pos Pelayanan dan Kesaksian) Maranatha Nawang Baru. Jemaat rata-rata memiliki pekerjaan sebagai petani ladang. Mereka juga tidak hidup dengan berladang, tetapi memiliki keahlian yang lain seperti berburu binatang liar di hutan, menangkap ikan dengan menggunakan jala atau tembakan ikan, dan pukat (perangkap ikan yang terbuat dari tali pancing yang diletakan dipinggir sungai).

Dalam melakukan pekerjaan sebagai petani ladang, meninggalkan anak-anaknya dirumah sendirian dan tinggal dipondok yang berada di ladang mereka adalah hal yang biasa bagi orang tua. Bahkan apabila ada anaknya yang sudah remaja, terpaksa untuk tidak masuk sekolah dikarenakan menjaga adiknya yang masih kecil. Hal ini berdampak pada pendidikan anak-anak mereka yang terbukti dengan adanya anak-anak mereka yang tidak naik kelas, bahkan ada pula yang putus sekolah dikarenakan orangtua yang hanya sibuk mengurusi ladang mereka.

(18)

6

Komunikasi yang terbatas ini membuat GPIB secara khusus Jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan Pospelkes Maranatha Nawang Baru harus memikirkan cara lagi dalam melakukan pembinaan bagi warga jemaatnya.

Hanya mengandalkan hidup dari alam tentunya tidak bisa terus menerus menjadi sumber pencaharian mereka. Hidup yang tidak menentu dengan mata pencaharian yang hanya mengandalkan alam, memaksakan mereka menjalani kehidupan ini dengan apa adanya. Tidak berani keluar untuk mencari pekerjaan yang mempunyai penghasilan tetap, karena mental yang belum dibentuk. Ekonomi, pendidikan dan waktu merupakan masalah dan tantangan yang serius, yang dihadapi oleh GPIB dalam melakukan pembinaan bagi warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru.

Pospelkes Marantha Nawang Baru berada di pedesaan dan perbatasan, tentunya pemikiran mereka sangat berbeda dengan warga jemaat yang berada di perkotaan. Keberanian untuk mengubah pola hidup dan keluar dari zona nyaman adalah hal yang perlu diperhatikan. Miskin ilmu pengetahuan dan motivasi yang selalu menjadi penghalang mereka untuk berkembang. Jika dibiarkan akan mengakibatkan generasi-generasi yang baru sehingga membuat persekutuan yang ada disitu menjadi tidak berkembang dan efektif.

Melakukan pembinaan dengan kreativitas untuk menjalani kehidupan dan tidak lupa juga peranan dari gereja yakni GPIB, untuk dapat melakukan pembinaan yang tepat bagi warga jemaatnya yang memiliki pekerjaan petani ladang sangat diperlukan. Dengan demikian penelitian ini kemudian akan difokuskan pada pembinaan pekerja ladang bagi warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru, yang berada di kabupaten Malinau, kecamatan Kayan Hulu desa Nawang Baru provinsi Kalimantan Utara, berdasarkan pergumulan iman yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. 1. 2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah diajukan dalam penelitian ini adalah

(19)

7

2. Apa masalah-masalah dalam melakukan pembinaan khususnya isi dan metode pembinaan bagi warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru ?

1. 3. Tujuan Penelitian

Mendiskripsikan bentuk-bentuk pembinaan yang di lakukan oleh GPIB pada warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes GPIB Nawang Baru di Kalimantan Utara dan mengindentifikasi maslah-masalah dalam melakukan pembinaan khususnya isi dan metode pembinaan.

1. 4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam kajian terkait pembinaan bagi warga jemaat GPIB pospelkes Marantha Nawang Baru di Malinau Kalimantan Utara. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran yang baru bagi Gereja Prostestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dalam menciptakan bentuk-bentuk pembinaan khususnya isi dan metode bagi warga jemaat GPIB pospelkes Marnatha Nawang Baru di Malinau Kalimantan Utara.

1. 5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian yakni deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antara fenomena yang di selidiki.15 Desain analisis yang digunakan bertujuan untuk menganalisis pembinaan bagi warga jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan pospelkes Maranatha Nawang Baru, di Malinau Kalimantan Utara

1. Unit Analisa dan Unit Pengamatan :

Unit Analisa dalam penelitian ini adalah Gereja Pospelkes Maranatha Nawang Baru. Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah warga jemaat pospelkes Maranatha Nawang Baru di Malinau Kalimantan Utara.

2. Lokasi Penelitian

15

(20)

8

Lokasi penelitian adalah GPIB Pospelkes Maranatha Nawang Baru di Malinau Kalimantan Utara.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber yakni hasil wawancara terkait dengan persoalan penelitian dan didukung dengan hasil observasi peneliti.Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth-interview). Tipe wawancara bersifat terbuka dan intens demi memperoleh informasi yang representatif dan valid tentang pokok penelitian. Informan dipilih secara sengaja dengan pertimbangan keterlibatan dan relevansi yang bersangkutan terhadap persoalan dan tujuan penelitian.

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur16 atau wawancara terbuka.17 Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan-mengacu pada perumusan masalah. Pada konteks wawancara yang akan dilakukan, peneliti memberikan kebebasan kepada informan (subyek penelitian) dan mendorongnya untuk berbicara secara luas dan mendalam.

1. 6. Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi tulisan ini kedalam lima bagian. Bagian pertama

pendahuluan yang berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dam sistematika penelitian.

Bagian kedua yaitu landasan teori, yang berisikan teori pembinaan warga gereja.

Bagian ketiga yaitu hasil penelitian, yang berisikan pertama bagaimana

bentuk-bentuk pembinaan GPIB terhadap warga jemaat yang ada di jemaat GPIB

Immanuel Apau Kayan Pospelkes Maranatha Nawang Baru. Kedua masalah dan

tantangan yang dihadapi dalam melakukan pembinaan bagi warga jemaat GPIB

Immanuel Apau Kayan Pospelkes Maranatha Nawang Baru. Bagian keempat

yaitu analisa, yang berisikan pengolahan data dan teori. Bagian kelima yaitu

penutup, berisi kesimpulan dan saran yang akan diberikan.

16

Sugiyono, MemahamiPenelitianKualitatif (Bandung : Penerbit CV.Alfabeta,2005), 74-75

17

(21)

9

2. LANDASAN TEORI

Gereja tidak hanya menghadirkan dan membangun persekutuan dalam suatu jemaat dengan baik, namun sekarang gereja dituntut untuk membina warga jemaatnnya untuk bisa menjawab kebutuhan warga jemaatnya sesuai dengan melaksanakan misi Allah ditengah-tengah dunia ini atau mewujudkan Gereja Misioner.18 Kebutuhan itu hanya bisa dilakukan ketika gereja membangun ruang kebersamaan bersama jemaatnya, sehingga mewujudkan pembinaan warga jemaat dalam gereja.

Kita mengakui bahwa Allah turut bekerja dalam pembangunan Gereja. Roh Allah bekerja bersama para anggota umat dan pejabat gereja. Kesadaran akan panggilan Allah diperluas bukan hanya seorang melainkan banyak orang telah terpanggil, bukan hanya mereka yang meninggalkan ayah dan ibunya termasuk pengikut Yesus, akan tetapi mereka yang tinggal dirumah seperti kawan-kawan Yesus di Betani. Suara Allah yang memanggil banyak orang dalam hati harus didengarkan dan diberi ruang dalam persekutuan orang beriman. Persekutuan tersebut menghadirkan spiritual dan itu merupakan dasar dalam melakukan pembinaan. Hal ini berarti melakukan pembinaan warga jemaat berarti tidak lepas dari pembangunan warga jemaat yang ada di gereja, sehingga sepatutnya kita mengetahui akan pentingnya pembangunan warga jemaat (pembangunan jemaat).19

Jemaat orang beriman lokal tidak hanya sesama subjek, melainkan juga objek pembangunan jemaat yang terjadi di gereja. Dapat diartikan bahwa jemaat lokal adalah objek pembangunan gereja, yang berarti pembangunan jemaat melalui dan melewati jemaat lokal ini, mengarahkan diri kepada perwujudan karya penyelamatan Allah sebagaimana dikatakan dalam Perjanjian Lama dan Baru. Karya penyelamatan itu tertuju pada manusia. Sebagai sesama subjek karya penyelamatan Allah, kita bertindak sesuai dengan kehendak Allah, jika dalam

18

Widi Artanto M.Th, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia

(Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen, 2008), 19.

19

(22)

10

pembangunan dan pembinaan jemaat kita mengarahkan diri kepada dunia dan menganggap dunia sebagai tujuan akhir usaha kita.20

Dapat dilihat diatas bahwa dalam melakukan pembinaan jemaat tentunya memiliki tujuan. Didalam gereja tujuan dalam pembinaan jemaat yaitu mengantarai terjadinya keadilan Allah sebagai pristiwa eskatologis dalam dan lewat jemaat lokal dan dalam serta lewat sejarah manusia yang actual. Adanya pembinaan jemaat yang dilakukan menjangkau tujuan akhirnya bukan dalam gereja ini melainkan di dunia ini.21 Melakukan pembinaan terhadap jemaat berari membangun jemaat atau umat Allah dengan kesadaran dan penuh tanggungjawab.

Pendekatan pembangunan jemaat secara sistematis, metodis, dan empiris termasuk persyaratan modern. Selanjutnya pembangunan jemaat memperhatikan beraneka wujud jemaat seetempat secara spesifik. Pembangunan jemaat akan mendapatkan wajah baru karena kedewasaan orang beriman. Telah lama gereja mengatur jemaat-jemaat setempat menurut sistem paroki. Tujuan sistem paroki seperti ini masih menimbulkan pertanyaan karena seharusnya dalam melakukan pembangunan jemaat seharusnya bertujuan mengantarai peristiwa (eskatologis) dalam mana keadilan Allah diwujudkan di sini dan sekarang, dalam jemaat dan paroki.22

Pertumbuhan jemaat dalam arti modern, yaitu bekerja sistematis, metodis, dan empiris, ditujukan kepada pertumbuhan jemaat setempat. Pertumbuhan ekstensif mengandaikan perluasan paroki dengan bertambahnya warga baru. Pertumbuhan jemaat setempat atau paroki bukanlah tujuan pada dirinya. Tujuan umum pembangunan jemaat ialah menjadi perantara bagi keadilan dan kasih Allah. Tolak ukur yang digunakan adalah jika jemaat diperkuat sebagai tanda dan sarana keadilan serta kasih bagi dunia. Tujuan umum itu lebih daripada sekedar memikirkan jemaat itu sendiri. Kalau pembagunan jemaat mengejar tujuan umum itu, maka terulanglah polaritas antara berkaryanya manusia dan berkarnya Allah.23

(23)

11

mengantarai. Keyataan paroki sebagai tanda dan keefektifan paroki sebagai alat akhirnya disebabkan oleh kedatangan Allah di dunia ini. Tujuan akhir dalam bentuk eskatologis tidak hanya dihasilkan oleh karya pembangunan manusia. Maka tujuan akhir pembangunan jemaat tidak saja merupakan hasil serangkaian tindakan, melainkan juga merupakan kepenuhan yang dihadiahkan Allah kepada kita24 seperti diungkapkan oleh Kitab Suci :

Dan aku telah melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun

dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan penagntin perempuan

yang berdandan untuk suaminya. (Wahyu 21 : 2)

Pembangunan jemaat digerakan oleh kuasa Roh Kudus yang berdiam dalam diri orang beriman. Dinamikanya tergantung pada keterbukaan jemaat dan pemimpinnya dalam hal mendengarkan dan membaca. Dipandang dari dinamika itu, pembangunan jemaat penting sebagai tempat di mana orang beriman dapat belajar.25

Pembinaan jemaat dalam gereja merupakan suatu tanggungjawab, untuk menciptakan gereja atau jemaat yang missioner, yang telah terwujud dalam Yesus Kristus yang sesuai dengan pelaksanaan misinya di dunia ini dalam rangka kedatangan Kerajaan Allah pada masa kini dan masa mendatang sampai kegenapan pemerintahan Allah itu tiba. Hal ini berarti Gereja bersedia dan berani berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas panggilan gereja yang tidak berubah di semua tempat dan disepanjang zaman yaitu bersaksi, mewujudkan kasih Allah dalam pelayanan dan mewujudkan keesaan sebagai tubuh Kristus.26

Tentunya lewat pembinaan terhadapat warga jemaatnya, gereja bisa menjadi gereja misioner. Dalam melakukan pembinaan tersebut, tidak bisa ditinggalkan aspek dasar yaitu pembangunan jemaat sendiri. Pembangunan jemaat sebagai teori atau ajaran merupakan hasil refleksi atas pengetahuan praktek dan

24

Ibid., 16

25

Ibid., 27.

26

Pdt. Widi Artanto M.Th, Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia

(24)

12

pengolahan teori fundamental ilmiah sehingga terjadinya proses pembinaan jemaat.27

Ada lima aspek dasar pembangunan jemaat yaitu, 1. Bertindak Imani dan rasional.

Pembanguan jemaat tidak bisa dilihat sebagai usaha beriman saja dan juga tidak bisa dilihat sebagai usaha rasional belaka. Melainkan harus dikombinasikan dengan cara bertindak dengan iman dan bertindak dengan rasional. Adanya kombinasi antara bertindak dengan iman dan bertindak dengan rasional akan mengajak jemaat adanya kebijakan dan perundingan dalam berwarga gereja.28

2. Bertindak fungsional, terarah kepada tujuan dan hasil

Bertindak fungsional berarti berpikir secara instrumental atau fungsional tentang gereja. Gereja adalah sarana manusiawi, lembaga manusia, organisasi sosial yang dapat dituntut kualitas manusiawi tertentu di bidang kepemimpinan dan manajemen. Terarah pada tujuan dan hasil perlu mengadakan tinjauan yang baik tentang pertanyaan dan kebutuhan masa kini. Dengan demikian pembangunan jemaat ingin meningkatkan pelayanan Gereja, jemaat local agara dapat bergerak secara efektif dalam situasi saat ini. Gereja diminta untuk berkarya dan juga meninjau keadaan mereka sendiri. Sarana-sarana yang digunakan oleh gereja seperti pastoral dapat digunakan untuk memperluas usahanya kepada kelompok baru, dan memenuhi kebutuhan baru dalam pembangunan jemaat.29

3. Bertindak menurut tata waktu atau secara proses.

Dalam pembangunan jemaat ada proses yang dilalui yaitu melalui dua tahap, yang pertama adalah meninjau kembali sejarah dan melihat pembangunan jemaat sebagai proses hitoris yang berlangsung hingga pada saat ini. Kedua melihat keadaan sekarang dan hari depan sehingga melihat pembangunnan jemaat sebagai tindakan intervensi untuk mempersiapkan, melaksanakann dan menstabilisasikan. Intervensi didasarkan pada kekurangan yang dilihat, kebutuhan yang tidak terpenuhim dan cita-cita yang tidak terealisasi. Intervensi ini terarah

27

Dr. P.G van Hooijdonk, Batu-Batu Yang Hidup (Yogyakarta : Kanisius dan BPK Gunung Mulia, 1996), 67-68

28

Hooijdonk, Batu-Batu Yang Hidup, 69

29

(25)

13

pada perubahan dan pembaharuan agar kekurangan diatasi dan cita-cita terealisasi.30

4. Bertindak menurut tata ruang atau pengembangan organisasi.

Kebanyakan orang belum bisa memakai kategori ilmu sosial dalam pembangunan jemaat. Padahal organisasi jemaat dianggap sebagai fungsi yang paling penting dalam pembangunan jemaat. Organisasi diambil dari ilmu sosial yang dapat menolong agar pikiran kita lebih bernuasa sehingga perlawanan kita terhadap organisasi gerejawi berkurang dan ternetralisir. Didalam organisasi tersebut bagian vital dan menjadi prioritas bagi jemaat adalah usaha menciptakan relasi yang baik antarmanusia, menciptakan komunikasi terbuka yang memungkinkan orang dapat berkembang menurut apa adanya. Komunikasi tersebut memungkinkan jemaat mengembangkan bentuk kepemimpinan yang mendukung orang sesuai dengan jati diri dan pengertian hidupnya.31

5. Mengaktifkan partisipasi.

Adanya metode ilmu sosial seperti pembangunan masyarakat dan pengembangan organisasi akan membuat jemaat mempunyai inisiatif dalam kelompoknya sehingga menjadikan jemaat tersebut selalu aktif berpartisipasi dalm proses perubahan. Dalam proses pengaktifan jemaat ini lebih rumit daripada yang dikira. Ada kerja sama antara ilmu sosial dan teologi dalam pengaktifan partisipasi dalam jemaat. Sebagai proses agogis pembangunan jemaat harus dan mau bekerja dengan manusia yang beriman. Agogi ini tidak mau memaksa atau menekan, melainkan mau mengadakan relasi kerja sama yang fungsional untuk mencapai sesuatu dalam gereja.32

Pembinaan jemaat sudah terjadi dalam beribu-ribu tahun yang lalu. Hal ini dapat dilihat dari kesaksian dalam Alkitab pada Perjanjian Baru. Pada hari Pentakosta pertama jemaat di Yerusalem terdiri dari 120 orang (Kis 1:15). Pengikut Kristus menjadi bertaburan ketika mempraktekan Amanat Kristus dalam Matius 28:18-20 itu, sehingga dalam waktu yang sangat singkat, jemaat bertumbuh menjadi 3000 jiwa (Kis 2:41). Penginjilan dan pembinaan yang terus

30

Ibid., 70-71

31

Ibid., 71-72.

32

(26)

14

dilakukan terutama disekitaran penduduk Yerusalem dan sekitarnya dan Tuhan membertkati usaha ini, sehingga membuat mereka bertammbah banyak tiap harinya. Hingga saat ini pertumbuhan jemaat terus dirasakan. Pertumbuhan suatu jemaat merupakan suatu proses berkesinambungan dalam membina warga jemaat. Warga jemaat sendiri merupakan sarana tetapi sekaligus juga pelaksana dari Amanat Kristus.33

Pada Kisah Para Rasul 2-9, pembinaan jemaat yang efektif merupakan suatu kualitas yang selalu dapat diukur dengan kuantitas. Kuantitas berarti bentuk pertumbuhan dan jumlah pertambahan warga jemaat baru. Tidak hanya dari kuantitas saja, melainkan pembinaan warga jemaat dapat diukur dengan hasil yang dapat dilihat dari sikap dan perbuatan warga gereja yang bersangutan. Hal ini merupakan suatu prinsip Perjanjian Baru yang perlu difungsikan lagi dalam membina jemaat di Indonesia.34

Dalam pembinaan warga jemaat dengan kegiatan pemberitaan (kesaksian), pelayanan, peribadahan, pendidikan sehingga pembinaan selalu ada sasaran yang kongkret. Prinsip pembinaan warga jemaat dalam Perjanjian Baru, pengijilan itu tidak terbatas melalui beberapa tahap pertama, mencapai orang-orang dengan kabar baik, kedua mengabarkan Injil secara masal dihadapan umum, ketiga menambah waga jemaat baru pada jemaat melalui baptisan, pendidikan, dan pembinaan, keempat membentuk jemaat-jemaat baru yang anggota-anggotanya adalah bukan hanya anggota Kristen lama, tetapi terutama anggota Kristen Baru.35 Keempat tahap tersebut merupakan jaminan tentang dinamika warga jemaat serta pembinaannya secara berkesinambungan. Menurut kesaksian Perjanjian Baru ini, maka pembinaan dalam suatu jemaat tidak bersifat misioner dan karena itu hanya bersifat prokial bila tahap keempat tersebut tidak terlaksana melalui program pembinaan, karena justru tahap keempat itulah sasaran ganda dalam membina warga jemaat.36

Membina warga jemaat dengan baik, tentunya memiliki tujuan. Hal ini juga tidak lepas dengan peranan dari gereja tersebut dalam melihat apa yang

33

Pdt. D.R. Maitimoe, Membina Jemaat Misioner (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1984), 12

(27)

15

terjadi terhadap warga jemaatnya. Gereja dalam membina warga jemaatnya tentunya memiliki tujuan. Vitalisasi merupakan tujuan segala bentuk dan proses pembangunan jemaat sedangkan vitalitas merupakan hasli dari vitalisasi. Vitalitas itu tergantung pada apakah dan sejauh manakah jemaat beriman menemukan dirinya dalam penghayatan Injil, sehingga vitalitas yang dimaksudkan disini untuk menjawab kejelasan mengenai idenntitas jemaat. Bagi vitalitas tentunya relasi-relasi intern, tugas-tugas, dan kompetensi-kompetensi diorganisasikan secara efesien. Pembangun dan membina jemaat hanya memperhatikan pengorganisasian itu.37

Gereja dalam melakukan pembinaan jemaat harus bisa menggerakan dan memiiki program dalam tindakan-tindakan yang sistematis dan metodis untuk mengubah situasi. Tindakan-tindakan yang dilakukan mengandaikan pengakuan iman yang tidak ambigu tentang kebebasan dan pembebasan. Disetiap pembinan jemaat yang terjadi ada pemikiran struktur, perubahan struktur, dan perwujudannya melalui proses. Jemaat yang didirikan akan bertitik tolak dari tanggungjawab semua orang yang bersangkutan terhadap keberadaan dan pembentukan jemaat Kristiani dalam situasi ruang dan waktu.38

Jemaat tidak lepas dari tanggungjawab gereja. Dalam membina warga jemaat tentunya tidak hanya jasmani saja yang terjawab melainkan juga pembinaan rohani perlu dilakukan, yaitu dengan adanya gereja dapat terbina akan pemahaman dan penghayatan warga gereja berdasarkan Firman Tuhan dalam Alkitab dengan demikian terciptanya tentang hakikat gereja sepanjang masa yakni melayani.39

Dalam membina jemaat secara praktis kita mau memperkembangkan dan membina tiga pola, yaitu pola datang (mobilisasi warga gereja), pola pergi (kegiatan misioner dunia) dan pola pengemban (pembinaan menuju kepada kedewasaan). Maksud dari membina jemaat dengan ketiga pola ini adalah untuk memperoleh hubungan yang relevan dan komunikatif antara injil dan dunia.

37

Rob van Kessel, 6 Tempayan Air : Pokok-pokok Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 7

38

Ibid., 26

39

(28)

16

Pembinaan dengan tiga pola ini bila diterapkan akan memiliki ke khasan yang khusus yaitu konsepsi misioner yang dioperasikan secara metodis dan krearif, tetapin juga luwes dengan kepelbagian corak atau cara kegiatan pelayanan dimana untuk segenap warga jemaat, kecil dan besar, tua dan muda, pria dan wanita, ada tempatnya dan peranannya. Selain itu akan terlibat juga jemaat-jemaat dari organisasi-oraganisasi sinode lain.40

Membina jemaat berarti upaya membantu dan mengajak segenap warga jemaat untuk memperkembangkan pemikiran-pemikiran teologis yang mendukung dan mengendalikan praktek-praktek jemaat kita. Membina jemaat adalah upaya mengatasi suatu cara bersama yang tradisional-parokal, yang tidak lagi memadai, sebab cara dan bentuk parokial dapat menghalangi warga gereja untuk mendengar dan mengerti Injil. Hal ini juga menghalangi warga gereja untuk mendekati dan mengerti penderitaan dan kebutuhan serta harapan manusia masa kini. Tidak hanya demikian, ini juga bisa menjadi penghalang bagi warga gereja untuk memahami masalah-masalah dan tantangan-tantangan dunia masa kini, bahkan dapat juga menghalangi warga gereja untuk menaati Missio Dei.41

Membina jemaat berarti upaya memperkembangkan cara-cara dan bentuk-bentuk berjemaat serta pemahaman teologis yang relevan agar orang Kristen sungguh-sungguh dapat hidup untuk dan bersama dengan yag lain, dan kemudian bersama dengan yang lain membangun masyarakat dan dunia ini untuk kesejahteraan bersama yang siap menyambut Hari Tuhan.42

3. HASIL PENELITIAN

Disini berisi gambaran tentang mengenai GPIB Immanuel Apau Kayan Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru, pemahaman mengenai pembinaan, metode-metode pembinaan gereja Pos Pelkes Maranatha, tantangan dalam menjalani pembinaan di Pospelkes Maranatha Nawang Baru.

3. 1. GPIB Immanuel Apau Kayan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Apau Kayan, merupakan salah gereja yang terdapat di Desa Long Nawang, Kecamatan

40

Pdt. D.R. Maitimoe, Membina Jemaat Misioner, 85

41

Ibid., 86

42

(29)

17

Kayan Hulu, Malinau Kalimantan Utara. GPIB Immanuel Apau Kayan masuk dalam Mupel (Musyawarah Pelayanan) Kaltara-Berkat. GPIB Immanuel Apau Kayan memiliki 3 sektor dan 5 pelayanan kategorial yaitu Pelkat PA (Persekutuan Anak), Pelkat PT (Persekutuan Teruna), Pelkat GP (Gerakan Pemuda), Pelkat PKP (Persekutuan Kaum Perempuan), dan Pelkat PKB (Persekuuan Kaum Bapak).

Setiap pelkat sudah memilki pengurusnya masing-masing dan mempunyai hari yang sama dalam beribadah yaitu minggu dan waktu beribadah yang telah dijadwalkan. Ibadah Umum di mulai pada pukul 09:00 WITA, Ibadah Keluarga pada pada pukul 16:00 WITA, Ibadah Pelkat PA pukul 07:00 WITA, Ibadah Pelkat PT pada pukul 14:00 WITA, Ibadah Pelkat GP pada pukul 19:30 WITA, Ibadah Pelkat PKP pada pukul 14:00, Ibadah Pelkat PKB pada pukul 19:30 WITA.

Gereja yang berdiri sejak tahun 1960 dan memiliki gedung gereja yang baru pada tahun 1998-1999, hingga saat ini mempunyai empat Pos Pelkes, yaitu

Pos Pelkes “Talitakum” Lidung Payau, Pos Pelkes “Marantha” Nawang Baru dan Pos Pelkes “Petutui” Long Betaoh dan Pos Pelkes Meanda Metun. Diantara ke

empat Pos Pelkes yang dimiliki oleh GPIB Immanuel Apau Kayan, Pospelkes Marantha Nawang Baru yang paling terdekat dan Pospelkes Meanda Metun merupakan jarak yang paling jauh untuk ditempuh.

3. 2. Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru

Pospelkes Maranatha Nawang Baru berada di desa Nawang Baru, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Jemaat yang berjumlah enampuluhenam (66) keluarga dan rata-rata memiliki pekerjaan petani ladang. Jemaat dari tahun 1970 bergereja dirumah panjang yang merupakan rumah salah satu jemaat. Pada tahun 1997 membangun gedung gereja yang baru dengan terbuat dari kayu atau sering disebut oleh jemaat gereja kayu yang digunakan hingga pada saat ini.43 GPIB Pos Pelkes Marantha Nawang Baru memiliki 13 Majelis Jemaat yang terdiri dari 7 Penatua (6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan) dan 6 Diaken (3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan). Dari

43

(30)

18

13 orang Majelis Jemaat ini, ditunjuk dua orang untuk menjadi Koordinator jemaat dan Bendahara jemaat GPIB Pos Pelkes Nawang Baru.

Secara umum sinode GPIB menetapkan 6 Pelayanan Kategorial (Pelkat) yaitu Pelalayan Kategorial Persekutuan Anak (Pelkat PA), Pelayanan Kategorial Persekutuan Teruna (Pelkat PT), Pelayanan Kategorial Gerakan Pemuda (Pelkat GP), Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Perempuan (Pelkat PKP), Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Bapak (Pelkat PKB), Pelayanana Kategorial Persekutuan Kaum Lanjut Usia (Pelkat PKLU). Begitu juga yang diterapkan oleh GPIB Posp Pelkes Marantha Nawang Baru.

Mempunyai 6 Pelayanan Kategorial, namun ada yang dijadikan satu atau bersamaan yaitu Pelkat GP dan PT jadi satu pengurus yang beribadah setiap sabtu dan minggu pukul 20:00 WITA dan 14:00 WITA, sedangkan Pelkat PKLU beribadah bersama dengan jemaat GKII atau biasanya mereka menyebutnya dengan ibadah oikumene yang diadakan setiap jumat pada pukul 14:00 WITA. Ibadah Umum GPIB Pos Pelkes Marantha Nawang Baru pada pukul 09:00 WITA. Pelkat PA beribadah pada pukul 07:00 WITA. Pelkat PKP dan PKB dihari yang sama yaitu Minggu jam 14:00 WITA ditempat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Ibadah Keluarga berlangsung setiap minggu jam 16:00 WITA.

3. 3. Apa Pembinaan Itu ?

Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh gereja untuk jemaat dalam melihat perkembangan yang terjadi dalam kehidupan jemaatnya.44 Biasanya dilakukan ketika melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam jemaat dan disitu gereja hadir untuk bersama-sama mencari jalan keluar dari permasalahan-permasalahan tersebut.45 Disetiap ada persoalan yang terjadi dalam jemaat, jemaat melaporkan kepada majelis dan akan dirapatkan bersama pendeta dan mejelis sehingga didapatkan keputusan bersama.46 Pembinaan bukan hanya teori-teori saja melainkan atas keterlibatan langsung antara gereja dengan

44

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Ajan Ngrung, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

45

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Bilung Laing, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

46

(31)

19

jemaat.47 Permasalahan-permasalahan yang dimaksudkan adalah permasalahan yang bersifat individu dan sama seperti Konseling Pastoral.

Peran gereja selama adanya pembinaan berlangsung ketika adanya masalah yang terjadi. Ketika ada laporan yang masuk ke salah satu Majelis Jemaat pada itu juga gereja akan berperan dalam menghadapi permasalahan tersebut.48 Jadi gereja itu bisa diam saja dikarenakan jika tidak adanya permasalahan yang terjadi dalam jemaat. Pembinaan akan dilakukan jika ada permasalahan yang terjadi dalam jemaat. Gereja ibaratnya menunggu bola dan tidak menjemput bola, sehingga jarang sekali terjadi pembinaan.

Peran gereja dalam membina jemaat sudah sangat membantu pada jemaat yang ada disini. Namun ketika adanya perpindahan pendeta dan lambatnya gereja (Sinode) untuk mengisi kekosongan membuat jemaat kecewa dengan gereja. Hal ini dikarena banyaknya jemaat yang tidak datang gereja dan bahkan pergi menuju gereja yang memiliki pendeta.49

3. 4. Bentuk-bentuk Pembinaan

Secara umum bentuk-bentuk pembinaan yang terjadi dalam Pos Pelkes GPIB Maranatha Nawang Baru melalui peribadahan semata. Peribadah yang dilakukan setiap malam minggu dan minggu dengan mencangkup segala aspek usia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Adanya pembinaan lain seperti konseling pastoral dan apabila adanya kelas katekisasi. Pembinaan dilakukan dengan khotbah-khotbah disaat peribadahan berlangsung.50 Bentuk-bentuk pembinaan yang lain tidak ada seperti adanya lokakarya dan kerajinan tangan, atau pelatihan-pelatihan yang melatih jemaat guna bertujuan untuk mendapatkan penghasilan dari usaha-usaha yang telah mereka buat.

47

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Ding Usat, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

48

Hasil Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Ibu Dkn. Elvi Surang, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

49

Hasil wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Din Usat, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

50

(32)

20

3. 5. Masalah-masalah dalam melakukan Pembinaan

Permasalahan yang terjadi dalam melakukan pembinaan adalah waktu. Waktu selalu menyesuaikan dengan jemaat karena melihat konteks yang terjadi pada jemaat. Jemaat yang hanya memiliki waktu luang pada hari minggu saja hal ini disebabkan karena selain dari pada hari itu jemaat berada di ladang mereka. Tentunya pembinaan yang hanya dilakukan satu kali tatap muka dengan jemaat sangatlah tidak relevan karena pembinaan tersebut seharusnya terjadi berulang-ulang.51

Masalah pendidikan dengan rata-rata hanya lulusan SMA bahkan ada yang tidak lulus sekolah merupakan permasalahan serius dalam melakukan pembinaan yang terjadi di Pso Pelkes GPIB Maranatha Nawang Baru. Butuh pembinaan yang ekstra dalam menyadarkan mereka ketika melakukan pembinaan warga jemaat. Nilai-nilai yang mereka dapatkan dalam pembinaan harus mudah dimengerti sehingga bisa mereka terapkan dalam kehidupan mereka. Keberhasilan dalam melakukan pembinaan jemaat dalam konteks Pospelkes Nawang Baru adalah melihat kesadaran dan inisiatif mereka dalam kepanitiaan (organisasi). Itulah ukuran yang digunakan oleh gereja untuk melihat perkembangan yang terjadi pada warga jemaat Pos Pelkes .52

Jemaat tidak bisa mendapatkan pembinaan yang maksimalkan dikarenakan tempat ini yang masih terisolir. Hal ini menyebabkan segala materi-materi pembinaan terkadang datang terlambat diakibatkan akses pesawat yang jarag sekali ada atau terbang menuju bandara Long Ampung (Apau kayan).53 Materi pembinaan seperti Sabda Bina Umat dan Sabda Gunda Dharma Krida masih sulit dipahami. Terkadang susah untuk dimengerti dari setiap kata-kata, sehingga membuat pembaca untuk sudah menyampaikannya kepada jemaat.54

51

Hasil wawancara dengan pendeta jemaat yaitu Pdt Uleh , 20 Januari 2017, pukul 19:37 WITA.

52

Hasil wawancara dengan pendeta jemaat yaitu Pdt. Uleh, 20 Januari 2017, pukul 19:37 WITA.

53

Hasil wawancara dengan KMJ GPIB Immanuel Apau Kayan Pdt Dian Soumahu Titing, 13 Januari 2017, pukul 17:25 WITA.

54

(33)

21

Keadaan sosial masyarakat yang tidak mau berkembang dan sangat nyaman pada dirinya sampai pada saat ini. Hal ini merupakan masalah besar bagi GPIB Pos Pelkes Marantha Nawang Baru dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang memotivasi jemaat. Hidup yang selalu ikut-ikutan kepada sesama dan masih belum bisa berelasi dengan baik kepada pendatang, tidak mau belajar dan tidak ada rasa keingintahuan yang timbul dari mereka.55

Dilihat dari pemahaman majelis jemaat tentang pembinaan, penulis menemukan bahwa pembinaan yang mereka mengerti hanya sebatas pembinaan rohani saja yang berarti meningkatkan spiritualitas dan keimanan mereka kepada Tuhan. Pospelkes Maranatha Nawang Baru telah melakukan semua bentuk-bentuk pembinaan yang telah ditetapkan bersama dalam sinode GPIB yang mencangkup segala usia didalamnya, namun masih ada kendala yaitu kurikulum pembinaan yang telah dibuat oleh sinode, sehingga materi-materi tersebut dapat diberikan oleh gereja (pelayana setiap Pelkat).

4. ANALISA

Bagian ini akan menganalisa pemahaman tentang pembinaa, bentuk-bentuk pembinaan dan masalah-masalah dalam melakukan pembinaan di Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru.

4. 1. Pemahaman Pembinaan

Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan, majelis jemaat mempunyai definisi pembinaan sebagai suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh gereja untuk meningkatkan keimanan mereka kepada Tuhan. Hal ini menanamkan nilai-nilai Kristiani kepada jemaat sehingga jemaat dapat hidup dalam ajaran Kristus dan tidak menyimpang. Berharap pula jemaat menghidupi ajaran Kristiani ini dengan tindakan mereka sehingga dapat memancarkan Injil kebenaran Kristus. Hasil wawancara pembinaan lebih bertujuan untuk menjawab setiap permasalahan-permasalahan yang ada. Adanya pembinaan yang dilakukan berarti membantu jemaat agar keluar dari setiap permasalahan-permasalahan yang dimiliki. Kehidupan sehari-hari menyangkut hidup pribadi, masyarakat, keluarga, peribadahan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan aneka segi kehidupan yang lain

55

(34)

22

merupakan kegiatan atau permasalahan yang sering kali jemaat hadapi. Alkitab menampakkan kaitannya dengan setiap segi kehidupan yang kongkret, baik yang menyangkut batin maupun yang kena mengena dengan hidup bersama dan hasil usaha.56 Namun jika permasalahan itu tidak ada maka pembinaan juga tidak akan dilakukan.

Gereja memang perlu berperan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tiap individu jemaat. Perlu diingat bahwa gereja hadir bukan hanya menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam jemaat, namun gereja bisa melihat kebutuhan jemaat untuk kedepannya. Kebutuhan tidak hanya memuaskan dalam perut saja, melainkan otak juga, sehingga semua bisa terjawab dan gereja sukses dalam menjalankan misinya di bumi ini yaitu melayani.

4. 2. Bentuk-bentuk Pembinaan

Dilihat dari bentuk-bentuk pembinaan yang telah dilakukan oleh Pos Pelkes Maranatha, perlu adanya pemimpin yang berperan dalam melakukan semua pembinaan tersebut. Namun yang menjadi persoalan apabila pendetanya tidak ada, sehinga gereja tidak bisa melakukan apa-apa kepada jemaatnya. Perlu diingat bahwa ada suatu prinsip yang sangat menentukan dalam membina jemaat adalah Gereja membangun, membina dan bertumbuh karena dan melalui warganya dan tidak karena atau melalui pemimpinnya dalam hal ini pendeta.57

Pembinaan yang dilakukan oleh Pos Pelkes Maranatha seharusnya dikombinasikan, maksudnya bertindak dengan cara iman dan bertindak dengan cara rasional. Bertindak secara iman berarti mengimani Roh Kudus berkarya dalam Gereja dan bertindak secara rasional memngatur jemaat dengan membina jemaat serta mengarahkannya kepada tujuan yang dapat terjangkau dan disamping itu merancang dan menguji metode serta sara untuk mencapai hasil yang lebih memungkinkan.58

56

Pdt. O.E.CH. Wuwungan, D.Th, Bina Warga : Bunga Rampai Pembinaan Warag Gereja

(Jakarta : Gunung Mulia, 1997), 203.

57

Pdt. D.R. Maitimoe, Membina Jemaat Misioner (Jakarta : BPK GUnung Mulia, 1984), 44

58

(35)

23

4. 3. Permasalahan-permasalahan dalam Pembinaan

Gereja dalam melakukan pembinaan tidak hanya mempersiapkan jalan bagi jemaat untuk masuk ke surga melainkan pembinaan juga mempersiapkan jalan bagi mereka untuk bersaing dengan sesama dalam mengubah kehidupan warga jemaat itu sendiri. Tentunya dalam melakukan pembinaan tidak ada yang instan. Semua membutuhkan proses yang harus dijalani, dimana didalam proses itu pasti memiliki masalahnya masing-masing.

Jemaat Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru mempunyai masalahnya sendiri ketika pembinaan jemaat diterapkan. Dengan keadaa jemaat yang sibuk dalam dunia sebagai petani ladangnya tentu susah menentukan waktu selain hari minggu, mengingat jauhnya perjalanan yang mereka tempuh. Hal ini mengakibatkan pembinaan sangat sulit dilakukan karena terbatas dengan waktu.

Melakukan pembinaan dalam jemaat yang mempunyai kesibukan sepanjang hari tentunya akan memakan waktu yang sangat lama. Jemaat tentunya tidak bisa disalahkan dalam hal ini atau karena alasan waktu jemaat kurang, mengakibatkan mereka tidak bisa dibina. Memang sulit juga bagi mereka untuk meninggalkan ladangnya, karena itu merupakan sumber kehidupan bagi mereka. Disisi lain keluarga menjadi dampak negatif akibat hanya fokus pada pekerjaan saja.

Jemaat GPIB Immanuel Apau Kayan Pos Pelkes Marantha Nawang Baru memiliki pemahaman mengenai pembinaan berbeda dengan teori yang saya miliki. Berdasarkan hasil temuan yang penulis peroleh pembinaan yang dimengerti oleh jemaat Pos Polkes Maranatha Nawang Baru hanya sebatas individu saja. Maksudnya adalah pembinaan yang dimengerti oleh jemaat adalah jika tiap-tiap anggota jemaat yang memilki permasalahan baik itu pribadi ataupun keluarga, disitulah gereja berperan untuk membina warga jemaat agar bisa keluar dari permasalahan.

(36)

24

relevan agar orang kristen sungguh-sungguh dapat hidup bersama dengan yang lain dan bersama-sama membangun masyarakat dan dunia untuk kesejahteraan bersama.59 Perbedaan pendapat antara jemaat Pos Pelkes Nawang Baru dengan teori yang saya gunakan disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki (pendidikan) oleh jemaat Pos Pelkes Maranatha masih kurang dan masih melihat gereja sebagai jawaban keimanan saja.

Bentuk-bentuk pembinaan yang telah dibentuk dan harus dilakukan oleh karena telah disepakati oleh GPIB secara sinodal sudah dilakukan oleh Pos Pelkes Marantha Nawang Baru, seperti adanya pengurus Pelkat PA (Pelayanan Kategoria Persekutuan Anak), Pelkat PT/GP (Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Teruna dan Gerakan Pemuda), Pelkat PKB (Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Bapak), Pelkat PKP (Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Perempuan), dan Pelkat PKLU (Peayanan Kategorial Persekutuan Kaum Lanjut Usia ) sudah berjalan dan ada yang bergabung menjadi satu pengurus yaitu GP/PT dan PKLU bersama-sama dengan jemaat GKII untuk melaksanakan ibadah.

Pembinaan jemaat sesuai dengan usia masing-masing masih memiliki kendala yaitu terlambatnya mendapatkan kurikulum yang dimiliki oleh setiap pelayan Pospelkes Marantha Nawang. Keterlambatan kurikulum ini membuat mereka menjadi kebingung untuk melakukan persipan sendiri dalam menentukan bacaan atau aktivitas yang akan mereka lakukan. Pembacaan mereka terkadang tidak sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh sinode. Ini dikarenakan sulitanya akses transportasi masuk dalam daerah ini karena berada dipedalaman dan perbatasan.

Dari hasil wawancara masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan pembinaan terlihat dari warga jemaat sendiri yang pengetahuan mereka masih rendah. Sumber daya manusia masih kurang sehingga tidak banyak orang yang dapat diandalkan dalam melakukan pembinaan warga jemaat. Perlu diperhatikan pendidikan warga jemaat dan diajarkan kembali secara perlahan kepada mereka sehingga dapat melakukan pembinaan dengan baik. Pendidikan dan waktu nampaknya menjadi tantangan yang besar dalam melakukan pembinaan terhadap warga jemaat yang berada di Pos Pelkes Nawang Baru.

59

(37)

25

5. PENUTUP

5. 1. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah jemaat Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru memahami bahwa pembinaan merupakan kegiatan gereja yang dapat mengatasi setiap permasalahan yang terjadi dalam waga jemaatnya. Bentuk-bentuk pembinaan hanya dilakukan dalam peribadahan yang diadakan setiap minggu. Ini berarti pembinaan yang dilakukan dalam jemaat hanya menuntunnya pada penerapan nilai-nilai Kristiani saja tidak menjawab kebutuhan mereka di era globalisasi ini.

Jemaat Pos Pelkes Maranatha Nawang Baru hanya mengetahui bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh GPIB Pos Pelkes Marantha Nawang Baru hanya sebatas hubungan personal dari tiap-tiap warga jemaat yang memiliki masalah saja. Tentu saja pembinaan tidak hanya dilakukan ketika ada masalah yang terjadi didalam jemaat saja, namun pembinaan terus menerus haru dilakukan bahkan memiliki program sendiri untuk menjawab semua kebutuhan yang terjadi dalam jemaat di era globalisasi ini.

Disinilah pendeta berperan dalam membina warga jemaatnya. Pendeta sebagai penggerak atau pemimpin tentunya bisa melihat kebutuhan dan permasalahan yang terjadi dalam jemaat, untuk bersaing di era globalisasi ini. Jemaat tidak hanya dibimbing untuk membangun relasi dengan Tuhan saja melainkan bagaimana manusia itu juga dapat berelasi denga baik antar sesama untuk mendapatkan kesejateraan bersama.

Gereja harus mengambil tindakan dengan melakukan pembinaan yang biasanya diatas mimbar dan ruangan yang tertutup menjadi gereja bisa mengeluarkan mimbar dari ruangannya untuk dibawa ke tempat kerja warga jemaat sehingga jemaat tidak merasa sendiri tetapi mereka bisa merasakan wujudnyata pembinaannya ditempat kerja mereka. Bukan saatnya lagi gereja itu diam dan menunggu bola melainkan seharusnya dia harus menjemput bola sehingga bisa terjadi pembinaan yang diinginkan.

(38)

26

ini. Hal ini memang tdak mudah melainkan butuh waktu dan proses yang sangat panjang dalam menghadapi jemaat yang sangat khusus dalam melakukan pendekatan terhadap mereka.

5. 2. Saran

Bagi Gereja :

(39)

27

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Artanto Widi. Menjadi Gereja Misioner Dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen, 2008.

Bartlett. L. David. Pelayanan dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2011.

Cole Neil. Gereja Organik : Menghadirkan Gay Hidup Allah. Yogyakarta : Andi, 2006

Data Jemaat Pospelkes GPIB Maranatha Nawang Baru.

Danim Sudarwan.Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Penerbit Pustaka Setia. 2002.

G. Kirchberger. Gereja Yesus Kristus Sakramen Roh kudus. Flores-NTT: Nusa Indah. 1988.

Hooijdonk van P.G. Batu-Batu Yang Hidup. Yogyakarta : Kanisius dan BPK Gunung Mulia, 1996.

Jacob Henry, Data Jemaat GPIB tahun 1948-2008. Jakarta : Majelis Sinode GPIB.

Jenson Ron & Stevens Jim. Dinamika Pertumbuhan Gereja. Malang : Gandum Mas. 1996

Kessel van Rob. 6 Tempayan Air : Pokok-pokok Pembangunan Jemaat. Yogyakarta: Kanisius, 1997.

Maitimoe D.R. Pembangunan Jemaat Misioner. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1978.

Maitimoe D.R. Membina Jemaat Misioner. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1984. Nouwen. J. M. HenriPelayanan yang Kreatif. Yogyakarta: KANISIUS. 1986. Niftrik G.C. Van dan Boland B.J. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2001.

Singgih E.G. Bergereja,Berteologi, dan Bermasyarakat. TAMAN PUSTAKA KRISTEN (Anggota IKAPI). 2007.

(40)

28

Sinode Majelis. Agenda 2017. Jakarta : Majelis Sinode GPIB. 2017

Sinode Majelis, Buku III PKUPPG&GRAND DESIGN PPSDI. Jakarta Majelis Sinode GPIB, 2015.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Penerbit CV.Alfabeta. 2005.

Silitonga Jekoi. Gereja Imitasi. Yogyakarta : Andi, 2013.

Tomasoa J.J. Geredja jang dewasa dan kesedjahteraan umat. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1970.

Wuwungan O.E.Ch. Bina Warga : Bungan Rampai Pembinaan Warga Gerea. Jakarta: Gunung Mulia, 1997.

WAWANCARA

Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Ajan Ngrung, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Bilung Laing, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Thomas Bilung, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Ding Usat, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Ibu Dkn. Elvi Surang, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

Wawancara dengan Majelis Jemaat Pos Pelkes Marantha Nawang Baru Bapak Pnt. Din Usat, Minggu 15 Januari 2017, pukul 10:27 WITA.

Wawancara dengan KMJ GPIB Immanuel Apau Kayan Pdt Dian Soumahu Titing, 13 Januari 2017, pukul 17:25 WITA.

Wawancara dengan pendeta jemaat yaitu Pdt Uleh , 20 Januari 2017, pukul 19:37 WITA.

Wawancara dengan pendeta jemaat yaitu Pdt. Uleh, 20 Januari 2017, pukul 19:37 WITA.

Wawancara dengan KMJ GPIB Immanuel Apau Kayan Pdt Dian Soumahu Titing, 13 Januari 2017, pukul 17:25 WITA.

(41)

29

Referensi

Dokumen terkait

Bagi warga jemaat GPIB “IMMANUEL” Balikpapan ataupun di luar warga jemaat yang hendak menggunakan Gedung Serba Guna dapat menghubungi Kantor Sekretariat Majelis Jemaat

Bagi Warga Jemaat yang ingin melaksanakan Sakramen Baptisan Kudus dan Pemberkatan Perkawinan di GPIB “IMMANUEL” Balikpapan dapat langsung menghubungi Kantor Sekretariat

Bagi Warga Jemaat yang ingin melaksanakan Sakramen Baptisan Kudus dan Pemberkatan Perkawinan di GPIB “IMMANUEL” Balikpapan dapat langsung menghubungi Kantor Sekretariat

Bagi warga jemaat GPIB “IMMANUEL” Balikpapan ataupun di luar warga jemaat yang hendak menggunakan Gedung Serba Guna dapat menghubungi Kantor Sekretariat Majelis Jemaat

Bagi bapak/ibu/saudara yang berkerinduan menjadi warga Jemaat GPIB Jemaat “Maranatha” Surabaya, warga jemaat yang ingin dilayani untuk baptis dan pemberkatan perkawinan

Struktur Komunitas Fitoplankton dan Hubungannya dengan Beberapa Parameter Lingkungan di Perairan Teluk Jakarta.. Jurnal Oseanologi dan Limnologi

Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat ruda paksa (benturan dengan suatu benda).. Dalam bahasa

Dalam rangka mempersiapkan warga jemaat untuk proses pemilihan Diaken-Penatua 2017-2022, maka GPIB secara sinodal mengadakan pembinaan bagi Warga Jemaat me- lalui Ibadah