• Tidak ada hasil yang ditemukan

T MTK 1402165 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T MTK 1402165 Chapter3"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji sebuah perlakuan yaitu pendekatan visualisasi terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis serta pencapaian self-efficacy matematis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen, karena peneliti tidak mungkin membentuk kelas baru yang akan mengganggu kegiatan pembelajaran di kelas asal siswa. Dua kelas yang digunakan dalam penelitian merupakan kelas yang sudah ada (tidak membentuk kelas baru), namun penentuan kelas yang menjadi kelas eksperimen maupun kontrol ditentukan secara acak. Sehingga, penelitian ini akan dilakukan dengan menerima keadaan subjek apa adanya. Dalam penelitian ini diambil dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan visualisasi dan kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

Sebelum pembelajaran dilaksanakan, pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan pretes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Di akhir rangkaian pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan postes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis serta skala self-efficacy. Tabel berikut menggambarkan kegiatan pretes, perlakuan, dan postes yang akan dilaksanakan.

Tabel 3.1 Pola Desain Eksperimen

Subjek

Kelas Pretes Treatment Postes

Eksperimen  Tes Pemecahan Masalah Kontrol  Tes Pemecahan

(2)

55

 Tes Komunikasi Matematis

Matematis

 Angket Self-Efficacy Dengan demikian, untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan pada aspek kognitif yaitu kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis, maka dilakukan penelitian dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005) berikut:

O X O

O O

Keterangan:

O : Pretes atau Postes (tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis)

X : Pembelajaran dengan Pendekatan Visualisasi : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Adapun desain penelitian untuk aspek afektif yaitu self-efficacy matematis siswa menggunakan desain perbandingan kelompok statik (Ruseffendi, 2005). Desain tersebut adalah sebagai berikut.

X O

O

Keterangan:

O : Postes (Skala Self-Efficacy Matematis)

X : Pembelajaran dengan Pendekatan Visualisasi : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

(3)

56

penelitian (faktor pembelajaran dan gender) sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Keterkaitan Antar Faktor

Keterangan:

PV = Pendekatan Visualisasi

PE = Pembelajaran Ekspositori

L = Laki-Laki

P = Perempuan

KPMM = Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

KKM = Kemampuan Komunikasi Matematis

SEM = Self-Efficacy Matematis

B. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 61) “Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Penelitian ini mengkaji tentang penerapan pendekatan visualisasi terhadap kemampuan pemecahan masalah , komunikasi, dan self-efficacy matematis siswa. Penelitian ini juga membandingkan peningkatan dua perlakuan antara kelompok eksperimen dan kontrol terhadap kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis serta pencapaian self-efficacy matematis siswa. Selain itu, terdapat variabel lain yang juga akan berperan penting dalam penelitian ini yaitu variabel gender.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah (1) Pendekatan visualisasi dan ekspositori dalam pembelajaran matematika sebagai variabel bebas; (2) Kemampuan pemecahan

KPMM KKM SEM KPMM KKM SEM

Laki-Laki (L) KPMMLPV KKMLPV SEMLPV KPMMLPE KKMLPE SEMLPE

Perempuan (P) KPMMPPV KKMPPV SEMPPV KPMMPPE KKMPPE SEMPPE

Gender

Pendekatan Visualisasi (PV) Pembelajaran Ekspositori (PV)

Kelompok

Siswa

Pendekatan

(4)

57

masalah, komunikasi, dan self-efficacy matematis siswa sebagai variabel terikat; (3) Gender sebagai variabel kontrol.

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis yang di maksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai soal matemats tidak rutin yang metode pemecahannya belum diketahui, sehingga menuntut siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis yang di maksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami dan menyampaikan gagasan-gagasan matematis yang disajikan secara tertulis, baik dalam bentuk gambar, simbol atau ekspresi matematis, maupun bahasa sendiri.

3. Self-efficacy Matematis

Self-efficacy matematis merupakan keyakinan diri siswa terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas matematis spesifik dengan benar yang merujuk pada dimensi magnitude/level, strength, dan generality. 4. Pendekatan Visualisasi

Pendekatan visualisasi adalah pendekatan pembelajaran dengan melalui serangkaian tahapan yang terdiri dari tahapan visualisasi, representasi, abstraksasi, dan skemasasi.

5. Pembelajaran Ekspositori

(5)

58

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Banjarsari, Ciamis dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII tahun pelajaran 2015/2016. Peneliti menggunakan kelas VII sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa siswa pada kelas VII sudah berada pada taraf operasional formal (11-15 tahun) sesuai dengan yang diungkapkan oleh Piaget, artinya pada tahap ini siswa sudah mengembangkan pemikiran abstrak dan penalaran logis untuk berbagai macam persoalan. Selain itu, terdapat materi kelas VII yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi dalam bidang aljabar (disesuaikan dengan pendekatan visualisasi) pada semester genap yaitu materi himpunan.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah, diketahui bahwa sebaran sampel secara rerata menunjukkan kemampuan yang homogen, karena setiap kelas berisi siswa mulai dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang sampai dengan siswa yang berkemampuan tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa kelas-kelas yang ada menyebar secara seimbang, sehinga kemampuan siswa pada setiap kelas diasumsikan tidak jauh berbeda. Karena peneliti tidak memungkinkan mengambil subjek secara individu dan menempatkan dalam kelas-kelas baru, maka sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sa mpling, yaitu teknik penarikan sampel yang berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013 hlm. 124). Pertimbangan dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini yakni menggunakan kelas yang memiliki karakteristik dan kemampuan akademik yang setara. Sehingga walaupun menggunakan teknik purposive sampling sampel tetap representatif terhadap populasinya. Selain itu, dengan teknik ini memungkinkan agar penelitian dapat berjalan dengan efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perizinan.

(6)

59

visualisasi sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran dengan ekspositori.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini, maka dibuat seperangkat instrumen yang meliputi instrumen tes dan non tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: perangkat pembelajaran, skala self-efficacy, skala penilaian diri, lembar observasi dan seperangkat soal tes uraian yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Berikut merupakan uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan. 1. Perangkat Pembelajaran

a. Silabus

Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan penelitian dan tes yang diberikan dengan disusun sesuai prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Pada silabus mata pelajaran matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian (meliputi jenis tes, bentuk tes, dan contoh instrumen), alokasi waktu dan sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan membantu peneliti dalam mengarahkan jalannya pembelajaran agar terlaksana dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. RPP disusun secara sistematis yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber dan penilaian hasil belajar.

(7)

60

disesuaikan dengan pembelajaran ekspositori. Sementara itu, materi, sumber belajar dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama.

c. Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan selama penelitian berlangsung terdiri dari dua macam, yaitu bahan ajar dengan menggunakan pendekatanvisualisasi untuk kelas eksperimen dan bahan ajar tanpa pendekatan visualisasi untuk kelas kontrol. Bahan ajar yang dibuat mengacu pada kurikulum yang berlaku, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis serta self-efficacy siswa. Bahan ajar pada kelas eksperimen ini disajikan dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dirancang, disusun, dan dikembangkan berdasarkan indikator, tujuan pembelajaran, dan materi yang disesuaikan dengan rangkaian tahapan pendekatan visualisasi, serta melalui pertimbangan dosen. LKS ini berisi permasalahan dan petunjuk yang harus diselesaikan siswa. Petunjuk tersebut akan mengarahkan siswa untuk menjawab permasalahan dan menemukan konsep. Pengerjaan LKS yang diberikan dilakukan dengan cara diskusi kelompok. Bahan ajar kelas kontrol berupa LKS yang disesuaikan dengan indikator, tujuan pembelajaran, dan buku sumber sekolah bersangkutan. LKS ini, berisikan sejumlah soal yang dapat membuat siswa mengusai materi himpunan. Secara rinci, instrumen bahan ajar dapat dilihat di Lampiran 4 dan 5.

(8)

61

digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian, karena dapat melihat proses berfikir siswa dengan jelas.

Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan: (1) mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan untuk memperoleh bagian dari penyelesaian dan menggunakan semua informasi yang ada dengan tepat; (2) memilih, merencanakan, dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika sebagai hasil bernalar; (3) menghitung dan menghasilkan solusi yang benar; (4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban. Sementara tes kemampuan komunikasi matematis yang diukur dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan: (1) menyatakan situasi atau ide-ide matematis dalam bentuk gambar, diagram atau grafik (kemampuan menggambar); (2) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika (kemampuan membuat ekspresi matematika); (3) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara tertulis (kemampuan menuliskan jawaban dengan bahasa sendiri).

Selanjutnya, dibuat kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis beserta pedoman penskorannya. Untuk memberikan skor terhadap jawaban dari tes, digunakan rubrik penskoran kemampuan komunikasi matematis yang diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996) dan rubrik penskoran kemampuan pemecahan masalah matematis yang diadaptasi dari Oregon Mathematics Problem Solving Official Scoring Grade (2011) yang disesuaikan dengan Holistic Scorring Rubric Development for Assessment Boston University (2015). Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8

(9)

62

ekuivelen. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisapasi kesalahan siswa dalam menjawab soal cerita pada kasus yang serupa antara pretes dan postes. Setelah instrumen tes selesai dibuat, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada siswa yang telah memperoleh materi yang berkenaan dengan penelitian ini. Uji coba ini dilakukan untuk mengecek keterbacaan soal dan untuk mengetahui derajat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal.

a. Menentukan Validitas Butir Tes

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid (absah atau sahih) jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti.

1) Validitas Teoritik

Validitas teoritik terdiri atas validitas isi dan validitas muka. Validitas isi dimaksudkan untuk membandingkan antara isi instrumen (soal) dengan indikator soal (Suherman, 2003). Sedangkan validitas muka dilakukan untuk melihat tampilan kesesuaian susunan kalimat dan kata-kata dalam soal sehingga tidak salah tafsir dan jelas pengertiannya. Jadi, suatu instrumen dapat dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya oleh siswa. Uji validitas muka dan validitas isi dapat dilakukan oleh para ahli yang kompeten, dalam hal ini dosen pembimbing, guru matematika SMP di tempat penelitian, dan beberapa orang mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI.

2) Validitas Empirik Butir Tes

(10)

63

dengan validitas butir soal dalam penelitian ini seperti dinyatakan Arikunto (2013, hlm. 89) pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi korelasi, maka koefisien korelasi yang diperoleh (rhitung) dibandingkan dengan rtabel, dengan taraf

signifikansi tertentu. Jika rhitung lebih besar dari rtabel maka soal valid dan

sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka soal tidak valid (Sugiyono, 2014

hlm. 230). Nilai rtabel dengan n=32 dan taraf signifikansi 5% diperoleh 0,349.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan softwa re Microsoft Excel 2010, berikut ini disajikan hasil uji validitas butir soal tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Data Hasil Uji Validitas Tiap Butir Soal

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

(11)

64

7 0,804 0,805 0,349 Valid Tinggi Tinggi

b. Menentukan Reliabilitas Butir Tes

Reliabilitas merupakan ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2013 hlm. 100). Hasil pengukuran harus sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan tempat yang berbeda pula. Karena instrumen dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian, maka derajat reliabilitasnya ditentukan dengan menggunakan rumus Cronba ch-Alpha (Arikunto, 2013, hlm. 122). Rumus selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Cara menginterpretasikan derajat reliabilitas dari soal-soal yang diberikan dapat menggunakan kriteria Guilford sebagaimana diuraikan pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya r11 Interpretasi

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi

0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang

0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah

r11< 0,20 Sangat Rendah

Selanjutnya, hasil perhitungan nilai koefisien korelasi (�11) yang diperoleh akan dibandingkan dengan kriteria yaitu apabila koefisien Cronbach Alpha �11 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel (Johnson & Christensen, 2012). Dengan menggunakan Microsoft Excel 2010, maka diperoleh nilai reliabilitas seperti yang terlihat di Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Data Hasil Uji Reliabilitas Tes Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Kemampuan rhitung Kriteria Interpretasi Tes I Tes II

Komunikasi 0,710 0,775 Reliabel Tinggi

(12)

65

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis yang akan digunakan reliabel, sehingga kedua tes tersebut memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan.

c. Menentukan Daya Pembeda Butir Tes

Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman, 2003 hlm. 159). Hal ini berarti daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan hasil antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi menjawab salah). Berdasarkan asumsi Galton dinyatakan bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan kurang, karena dalam satu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Oleh karena itu, dalam menghitung daya pembeda ini, siswa diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu 27% siswa kelompok atas dan 27% siswa kelompok bawah. Kelompok atas terdiri dari siswa yang mendapat skor tinggi, sedangkan kelompok bawah adalah siswa yang mendapat skor rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda pada soal uraian digunakan rumus yang dikemukakan oleh Suherman (2003, hlm 159). Rumus selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Selanjutnya, kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda (DP) adalah disajikan dalam Tabel 3.7 sebagai berikut (Suherman, 2003 hlm. 161).

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda (DP) Interpretasi

0,70 <�� 1,00 Sangat baik

0,40 <�� 0,70 Baik

0,20 <�� 0,40 Cukup

(13)

66

�� 0,00 Sangat jelek

Hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Kemampuan No. cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal-soal tes pemecahan masalah dan komunikasi matematis tersebut sudah bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

d. Menentukan Indeks Kesukaran Butir Tes

(14)

67

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran (Suherman, 2003, hlm. 169). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Cara menghitung indeks kesukaran tiap butir soal uraian dapat menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Suherman (2003). Rumus selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Selanjutnya, indeks kesukaran (IK) yang diperoleh tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria (Suherman, 2003 hlm. 170) yang disajikan dalam Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran Nilai Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

IK = 1,00 Sangat Mudah

0,70 <��< 1,00 Mudah

0,30 <�� 0,70 Sedang

0,00 <�� 0,30 Sukar

IK = 0,00 Sangat Sukar

Hasil perhitungan indeks kesukaran tiap butir soal masing-masing tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 disajikan dalam Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Kemampuan No. Soal

Nilai Indeks Kesukaran (IK)

(15)

68

e. Analisis dan Kesimpulan Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Berdasarkan hasil perhitungan analisis hasil uji coba sebelumnya, maka rekapitulasi butir soal yang akan dijadikan instrumen pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.11 dan Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.11

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Butir Soal Tes I

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Kemampuan No.

Baik Sedang digunakan

2 Tinggi Cukup Sedang digunakan

Cukup Sedang digunakan

5 Sangat Tinggi Baik Sedang digunakan

6 Sangat Tinggi Cukup Sukar digunakan

7 Tinggi Baik Sedang digunakan

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Butir Soal Tes II

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Kemampuan No.

Baik Sedang digunakan

2 Sangat Tinggi Cukup Sedang digunakan

3 Sangat Tinggi Baik Sedang digunakan

Cukup Sedang digunakan

5 Sangat Tinggi Baik Sedang digunakan

6 Tinggi Cukup Sukar digunakan

7 Tinggi Baik Sedang digunakan

(16)

69

soal tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis, baik untuk Tes I (pretes) maupun Tes II (postes) menunjukkan kedua soal tersebut valid dan reliabel. Kedua soal tersebut juga memiliki tingkat kesukaran yang sama, tujuan yang sama dengan kasus yang serupa. Oleh karena itu, kedua soal tersebut dapat dikatakan soal ekuivalen dan telah memenuhi kelayakan untuk dapat dijadikan instrumen dalam penelitian ini.

3. Skala Self-efficacy Matematis

Skala self-efficacy matematis (SEM) digunakan untuk mengukur keyakinan siswa terhadap kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas atau soal yang melibatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis dengan berhasil. Self-efficacy matematis yang diukur dalam penelitian ini difokuskan pada tiga dimensi yaitu dimensi magnitude yang berhubungan dengan tingkat kesulitan soal pemecahan masalah dan komunikasi yang dihadapi, dimensi strength yang berhubungan dengan tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuanya dalam mengatasi masalah yang muncul ketika menyelesaikan soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis, dan dimensi generality yang berhubungan dengan tingkat keyakinan siswa dalam menggeneralisasikan tugas dan pengalaman sebelumnya. Ketiga dimensi tersebut kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator dan selanjutnya dibuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur self-efficacy matematis. Aspek-aspek dan indikator self efficacy yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari aspek dan indikator self efficacy yang dikembangkan oleh Sowanto (2015). Secara lengkap, kisi-kisi dan skala SEM yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12.

(17)

70

digunakan dalam penelitian ini adalah 10, dimulai dengan 0 untuk sangat tidak yakin sampai dengan 10 untuk sangat yakin.

Skala SEM diberikan kepada siswa baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen sebelum postes dilakukan. Sebagaimana yang dilakukan pada instrumen tes, terlebih dahulu skala SEM dilakukan uji validitas isi dan muka dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan meminta beberapa pertimbangan kepada beberapa orang mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI mengenai kesesuaian isi dari instrumen dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

Selanjutnya dilakukan uji validitas butir pernyataan angket dan reliabilitasnya dengan cara diujicobakan kepada 32 orang siswa lalu kemudian dianalisis dengan menggunakan bantuan softwa re Microsoft Excel 2010. Perhitungan validitas butir pernyataan menggunakan perhitungan secara statistik. Untuk validitas butir pernyataan digunakan koefisien korelasi Pearson yaitu korelasi setiap butir item pernyataan dengan skor total. Apabila rhitung ≥ rtabel maka

item pernyataan dikatakan valid. Berikut ini disajikan rincian validitas tiap butir pernyataan skala SEM siswa pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13

Data Uji Validitas Tiap Butir Pernyataan Skala SEM Siswa

Butir Pernyataan

Koeefisien

Korelasi rtabel Kesimpulan Interpretasi Keterangan

(18)

71

Korelasi rtabel Kesimpulan Interpretasi Keterangan

33 0,519 0.349 Valid Cukup digunakan

Berdasarkan Tabel 3.13, seluruh pernyataan menunjukkan hasil yang valid sehingga seluruh pernyataan pada skala SEM siswa digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Dengan menggunakan Microsoft Excel 2010, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi (�11) yang diperoleh akan dibandingkan dengan kriteria yaitu apabila koefisien Cronbach Alpha �11 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut

(19)

72

4. Skala Penilaian Diri

Skala penilaian diri yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam bentuk skala Likert, dengan empat skala pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (ST), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Empat pilihan ini berguna untuk menghindari sikap ragu-ragu. Pernyataan-pernyataan disusun dalam bentuk pernyataan tertutup, tentang pendapat siswa yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Hal ini dimaksudkan, agar siswa tidak menjawab asal-asalan karena suatu kondisi pernyataan yang monoton membuat siswa lebih cenderung malas berpikir. Adanya pernyataan positif dan negatif menuntut siswa harus membaca dengan lebih teliti atas pernyataan yang diajukan, sehingga hasil yang diperoleh dari pengisian siswa terhadap angket diharapkan lebih akurat. Skala penilaian diri yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Sumarmo (2014). Skala penilaian diridiberikan kepada siswa kelas eksperimen pada akhir pertemuan. 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Tujuan dari lembar observasi ini adalah untuk mengetahui kekurangan-kekurangan terhadap proses pembelajaran sehingga pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih baik dan sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Pada penelitian ini, dalam melakukan observasi setiap tindakan yang diambil yaitu aktivitas atau kinerja guru dan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen. Lembar observasi digunakan pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan visualisasi karena indikator-indikator pengamatan yang dikembangkan dibuat khusus untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan visualisasi. Setelah lembar observasi dibuat, maka dilakukan validitas muka oleh ahli, dalam hal ini dosen dan dilakukan revisi jika diperlukan.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian akan dilakukan dalam empat tahapan kegiatan yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data dan tahap pembuatan kesimpulan.

(20)

73

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka persiapan pelaksanaan penelitian, diantaranya:

a. Melakukan kajian teoritis mengenai pembelajaran dengan pendekatan visualisasi, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematis serta self-efficacy,

b. Mengembangkan bahan ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

c. Menyusun instrumen tes yang mengukur kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis, serta menyusun angket self-efficacy,

d. Melakukan validitas instrumen dengan dosen pembimbing dan pakar yang berkompeten dalam bidang matematika.

e. Membuat pedoman penskoran untuk soal uraian, f. Melakukan observasi,

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

h. Menganalisis hasil uji coba dan memberikan kesimpulan terhadap hasil uji coba.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan penelitian, yang dilakukan peneliti adalah:

a. Memilih kelas eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan visualisasi) dan kelas kontrol (pembelajaran ekspositori) secara acak.

b. Melaksanakan pretes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,

c. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan visualisasi pada kelas eksperimen dan pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol serta melakukan observasi terhadap self-efficacy matematis siswa pada setiap pembelajaran di kelas,

d. Memberikan angket skala penilaian diri untuk mengetahui persepsi atau pandangan siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan visualisasi pada akhir pertemuan,

(21)

74

3. Tahap Analisis Data

Data-data yang diperoleh selama penelitian baik dari hasil pretes, postes, maupun angket dianalisis secara statistik. Selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai hasil penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti, maupun temuan-temuan yang didapat ketika melaksanakan penelitian. Pada bagian akhir dilakukan pengambilan kesimpulan atas hipotesis-hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, pemberian saran dan implikasi.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, yakni mengenai data kuantitatif dan kualitatif, kemudian menyusun laporan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yakni dengan memberikan tes (pretes dan postes), dan pengisian skala self-efficacy, skala penilaian diri serta lembar observasi. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa (pretes dan postes), sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengisian skala self-efficacy, skala penilaian diri, dan lembar observasi. Data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh kemudian diolah, berikut adalah langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti. 1. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data-data kuantitatif yang diperoleh berupa data pretes, postes, dan n-gain kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Hasil tes tersebut digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan visualisasi dan pembelajaran ekspositori. Data-data tersebut diolah dengan bantuan Microsoft Excell 2010 dan software SPSS 20 for Windows.

Tahapan pengolahan data kuantitatif tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis ini diuraikan sebagai berikut:

(22)

75

dan komunikasi matematis siswa pada kedua kelompok sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran. Selanjutnya, untuk mengetahui kriteria pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa, skor pretes dikategorikan dengan menggunakan kriteria pencapaian yang diadaptasi dari Noer (2010) dan Pujiastuti (2014), yaitu

Tabel 3.14 Kriteria Pencapaian

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis

Skor Tes (X) Kategori

� 70% Tinggi

60% �< 70% Sedang

�< 60% Rendah

b. Menentukan skor peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan rumus N-gain (gain ternormalisasi) menurut Meltzer (2002) yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Selanjutnya, skor tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi yang dinyatakan oleh Hake (1999) yaitu

Tabel 3.15

Klasifikasi Gain Ternormalisasi Nilai N-gain (<g>) Interpretasi

� 0,7 Tinggi

0,3 � < 0,7 Sedang

� < 0,3 Rendah

c. Menguji persyaratan analisis statistik parametrik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis. Pengujian persyaratan analisis yang dimaksud adalah uji normalitas dan homogenitas skor pretes, postes, dan n-gain. Adapun masing-masing pengujian dilakukan berdasarkan uraian sebagai berikut.

(23)

76

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut. H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data berdistribusi tidak normal. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

Jika nilai Sig. (p-value) < � (� = 0,05), maka H0 ditolak.

Jika nilai Sig. (p-value) � (� = 0,05), maka H0diterima.

2) Melakukan uji homogenitas varians untuk mengetahui asumsi yang dipakai dalam pengujian kesamaan dua rata-rata independen dari skor pretes, postes, dan n-gain dari kedua kelas. Uji homogenitas yang dilakukan menggunakan uji F atau uji Lavene’s.

Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut. H0 : Kedua data bervariansi homogen.

H1 : Kedua data bervariansi tidak homogen. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

Jika nilai Sig. (p-value) < � (� = 0,05), maka H0 ditolak.

Jika nilai Sig. (p-value) � (� = 0,05), maka H0diterima.

d. Melakukan uji perbedaan dua rerata terhadap skor pretes, postes dan skor n-gain keseluruhan untuk data kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis dengan menggunakan uji-t, jika data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan, jika data berdistribusi normal namun tidak homogen, dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji-tyaitu Independent Sample-Test. Selanjutnya, untuk data yang tidak berdistribusi normal menggunakan uji non-parametrik untuk dua sampel yang saling bebas yaitu uji Mann-Whitney U.

(24)

77

yaitu uji Mann-Whitney U.

2. Teknik Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket self-efficacy matematis (SEM) siswa, skala penilaian diri dan lembar observasi. Data angket skala SEM dianalisis secara deskriptif dan inferensial sedangkan skala penilaian diri dan lembar observasi dianalisis secara deskriptif. Berikut pemaparannya.

a. Skala Self-efficacy Matematis (SEM)

Data yang terkumpul dari skala SEM kemudian dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menuliskan skor hasil jawaban skalaSEM siswa.

2) Melakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan uji Levene.

3) Melakukan uji perbedaan rerata data SEM siswa secara keseluruhan dengan uji-t, jika data berdistribusi normal dan bervariansi homogen. Sedangkan jika data berdistribusi normal dan bervariansi tidak homogen, menggunakan uji-t’. Selanjutnya, jika data berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan dua rerata yang dilakukan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann Whitney-U.

4) Melakukan uji perbedaan rerata data SEM siswa berdasarkan gender dengan uji-t, jika data berdistribusi normal dan bervariansi homogen. Sedangkan jika data berdistribusi normal dan bervariansi tidak homogen, menggunakan uji-t’. Selanjutnya, jika data berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan dua rerata yang dilakukan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann Whitney-U.

(25)

78

Tabel 3.16

Klasifikasi Persentase Respon Siswa

Persentase Respon

Siswa(X%) Interpretasi

80 � 100 Sangat Baik

60 �< 80 Baik

40 �< 60 Cukup

20 �< 40 Kurang

0 �< 20 Sangat Kurang

b. Skala Penilaian Diri

Skala penilaian diri terdiri dari 34 butir pernyataan yang diberikan kepada siswa setelah pembelajaran di kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan visualisasi. Skala penilaian diri dibuat dengan menggunakan skala Likert yang bergradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Angket ini digunakan untuk mengetahui pandangan atau persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan visualisasi.

Data yang terkumpul dari angket skala penilaian diri dianalisis secara deskriptif. Data hasil angket penilaian diri kemudian dibuat dalam persentasi untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang diberikan. Selanjutnya, data ditabulasi, dianalisis dan ditafsirkan dengan menggunakan persentase berdasarkan kriteria Kuntjraningrat (dalam Mariana, 2015) sebagai berikut.

Tabel 3.17

Kriteria Persentase Jawaban Angket

Persentase Interprestasi

0% Tak seorangpun

1% - 24% Sebagian kecil

25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian besar

(26)

79

100% Seluruhnya

Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif diubah ke dalam skala kuantitatif yaitu dengan memberikan skor untuk pernyataan positif yaitu skor 1 untuk pilihan Sangat Setuju (SS), skor 2 untuk Setuju (S), skor 3 untuk Tidak Setuju (TS), dan skor 4 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pernyataan negatif berlaku sebaliknya. Selanjutnya, data tersebut diolah dengan menghitung persentase total respon setiap siswa secara keseluruhan dan setiap indikator. Selanjutnya, untuk melihat pandangan siswa terhadap pendekatan visualisasi dilakukan analisis deskriptif setiap indikator dengan meggunakan kriteria yaitu jika persentase respon siswa memiliki nilai 62,5 %, artinya siswa memiliki persepsi yang baik terhadap pendekatan visualisasi, sedangkan jika persentase respon siswa memiliki nilai < 62,5 %, maka siswa memiliki persepsi yang kurang baik terhadap pendekatan visualisasi. Hasil perhitungan kriteria tersebut diadaptasi dari panduan penilaian dan pemberian skoring dengan menggunakan pendekatan skala Likert pada kriteria objektif, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

c. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

(27)

80

Gambar

Tabel 3.1  Pola Desain Eksperimen
Tabel 3.4 Data Hasil Uji Validitas Tiap Butir Soal
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
+6

Referensi

Dokumen terkait

“Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Penemuan terbimbing dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

pretes, postes, gain kemampuan pemahaman dan komunikasi serta skala disposisi matematis siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan software ANATES ver 4.0.5 untuk

Lampiran D5 Output SPSS 22 Analisis Data Skor Pretes, Postes N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis serta Self-Regulation Siswa SMP dengan Pendekatan Metacognitive Guidance.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

model reciprocal teaching bila dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional dan perbedaan peningkatan kemampuan penalaran.. dan komunikasi

Pretes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa pada kedua kelas dan digunakan sebagai tolak ukur peningkatan

Analisis Data Gain Ternormalisasi Kemampuan Komunikasi Matematis Analisis data Gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan gain kemampuan