• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rasio Keuangan dalam Menilai Kinerja Keuangan pada PT. Astra International Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Rasio Keuangan dalam Menilai Kinerja Keuangan pada PT. Astra International Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini dengan kemunculan

berbagai perusahaan baik kecil maupun besar sudah sebagaifenomena yang biasa

dan mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat.

Persaingan bagi perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk selalu

meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga

menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, yaitu produk mereka akan

tergusur dari pasar apabila perusahaan gagal meningkatkan mutu dan kualitas

produk-produk yang dihasilkan. Selain itu penguasaan teknologidan kemampuan

komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk terus dapat bertahan dalam dunia bisnis

saat ini maupun di masa depan. Semakin ketatnya persaingan di era globalisasi ini,

perusahaan dituntut untuk dapat bertahan untuk menghadapi semakin ketatnya

persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, harus dapat meningkatkan

kinerja perusahaan melalui kinerja keuangan demi kelangsungan usahanya.

Pengukuran kinerja keuangan pada perusahaan yang memisahkan

kepemilikan dan manajemen secara tegas, merupakan hal sangat penting.

Manajemen perusahaan sering membuat keputusan yang bertentangan dengan

tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan untuk kepentingan

(2)

Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan perusahaan yang sehat dan

efisien untuk mendapatkan laba dan meningkatkan prestasi perusahaan. Oleh

karena itu, setiap perusahaan dalam melakukan usahanya harus mengambil

langkah-langkah baru serta pengelolaan usaha yang lebih baik untuk tercapainya

tujuan perusahaan(Aristyanti, 2014).

Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan

dalam periode tertentu sebagai hasil dari proses kerja selama periode tersebut

yang secara finansial ditujukan dalam laporan keuangan yang ditetapkan oleh

kebijakan manajemen bertujuan untuk mengembangkan potensi yang baik bagi

perusahaan. Hal-hal demikian dapat membantu manajemen perusahaan agar tidak

keliru dalam menghitung dan menafsirkan posisi keuangan, kinerja dan hasil-hasil

yang telah dicapai oleh perusahaan. Pihak manajemen dapat pula melakukan

perencanaan laporan keuangan bersifat historis (Batubara, 2010).

Sayangnya, terdapat pula kondisi dimana manajer melakukan tindakan

yang melampaui batas dan memberikan laporan yang diselewengkan. Misalnya,

pada kasus Toshiba di Jepang baru-baru ini memalsukan laporan keuangan

dengan dugaan kesengajaan melebih-lebihkan pendapatan perusahaan yang

dilakukan para petinggi perusahaan. Skandal akuntansi Toshiba diperkirakan

mencapai lebih dari US$ 1 miliar per Maret 2014. Di tahun 2014-2015, Toshiba

memproyeksi laba bersih sebesar 120 miliar yen atau sekitar 1 miliar dollar AS

(Panji, 2015).Kasus ini bermula atas inisiatif Pemerintahan Perdana Menteri Abe

yang mendorong transparansi yang lebih besar di perusahaan-perusahaan Jepang

(3)

Toshiba menyewa panel independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara

untuk menyelidiki masalah transparansi di perusahaannya. Betapa

mengejutkannya bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel

independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam

menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥151,8 miliar (setara dengan Rp

15,85 triliun) sejak tahun 2008. Target yang terlalu tinggi, dan tekanan atas

pencapaian target tersebutlah yang menyebabkan skandal ini terjadi. Tidak ada

yang salah sebenarnya dalam praktik akuntansi pertanggungjawaban ini, malah

dianjurkan untuk menciptakan kinerja yang lebih baik, namun kesalahannya

terletak pada tumpuan penilaian kinerja semata-mata hanya pada sisi kinerja

keuangan (Simbolon, 2015). Fenomena ini menyebabkan terjadinya praktek

manipulasi laporan keuangan yang dapat dibuat oleh perusahaan industri yang

lain guna untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan melebih-lebihkan

pendapatan perusahaan guna untuk menarik investor agar menanamkan modal

mereka.

Penilaian kinerja keuangan perusahaan merupakan analisis data serta

pengendalian bagi perusahaan yang digunakan perusahaan untuk melakukan

perbaikan atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan

lain. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan adalah kunci

keberhasilan perusahaan untuk dapat dikatakan mempunyai kinerja keuangan

perusahaan yang baik. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan

suatu informasi yang relevan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan pada

(4)

Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi (stakeholders)

investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pemerintah, pialang, dan pihak

manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa laporan posisi keuangan,

laporan laba rugi komprehensif dan laporan arus kas suatu perusahaan bila

disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata

mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama

kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja

keuangan perusahaan (Aristyanti, 2014). Penilaian kinerja keuangan perusahaan

berdasarkan laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan alat ukur

kinerja keuangan yang kadang berbeda. Untuk menilai seberapa jauh efektivitas

operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya diperlukan metode penilaian

tertentu. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dapat

dilakukan dengan menganalisis laporan keuangannya(Supit dkk, 2016).

Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) merupakan suatu

proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya dan menelaah

masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian

dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri(Shavira,

2016).

Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang meliputi kondisi

umum kinerja keuangan perusahaan, rasio keuangan berguna untuk mengevaluasi

posisi dan operasi keuangan perusahaan dan dilakukan perbandingan laporan

keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Analisis dan interpretasi dari

(5)

kinerjakeuangan perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas

data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan

dua pihak yaitu, pihak yang ada di dalam perusahaan atau pihak internal yang

bebas untuk melihat data akuntansi secara terperinci dan memperoleh laporan

keuangan dalam bentuk asli, sedangkan pihak kedua adalah pihak eksternal atau

pihak-pihak diluar perusahaan tidak berwenang melihat data secara terperinci atau

mungkin laporan keuangan yang diperoleh sudah diolah sedemikian rupa untuk

mendapatkan hasil yang baik. Bagi pihak eksternal perusahaan seperti pemegang

saham dan kreditur, penilaian kinerja perusahaan mempunyai arti sangat penting

dalam menentukan sasaran investasi modal yang dimilikinya. Dalam hal ini

peneliti merupakan pihak eksternal yaitu mengambil dan mengolah data keuangan

perusahaan yang sudah diaudit oleh kantor akuntan publik dan diterbitkan oleh

website resmi perusahaan maupun oleh Bursa Efek Indonesia.

Objek penelitian ini adalah PT. Astra International Tbk merupakan

perusahaan dengan kegiatan usahanya meliputi bidang perdagangan umum,

perindustrian, otomotif, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan,

jasa dan konsultan. Peneliti telah mengambil beberapa indikator rasio keuangan

dan laba tahun berjalan dari laporan keuangan auditedPT. Astra International Tbk

tahun 2011-2015 sebagai acuan bagi peneliti untuk melihat fenomena kinerja

keuangan PT. Astra International Tbk tahun 2011-2015 menggunakan sebagian

(6)

Tabel 1.1

Indikator Rasio Keuangan dan Laba Tahun BerjalanPT. Astra International, Tbk pada tahun 2011 – 2015

No. Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Data yang diolah dari Laporan Keuangan Audited PT. Astra International, Tbk

Gambaran pada tabel 1.1 memperlihatkan kinerja keuangan PT. Astra

International Tbk dari sebagian indikator rasio keuangan fluktuatif dan laba tahun

berjalan menurun pada tahun 2015, hal ini memotivasi peneliti untuk mengkaji

lebih lanjut kinerja keuangan PT. Astra International Tbk.

Menurut Kasmir (2012: 72) “Pada Cash Ratio menyatakan bahwa jika

kondisi rasio kas terlalu tinggi masih dapat dikatakan kurang baik karena ada dana

yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal”.Pada

Cash Debt Coverage Ratio,semakin tinggi nilai rasio, maka semakin kecil

kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi

kewajibannya. Hal ini merupakan sinyal apakah perusahaan dapat membayar

(7)

terlalu mahal. (Kieso dkk, 2011:211). Semakin kecil rasioInventory Turn Over

maka akan semakin buruk bagi perusahaan dan juga sebaliknya (Ginting,

2009)karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan lambat(Sianipar,

2009).Menurut Heri (2015:193) :

Bahwa pada ROA, semakin tinggi hasil pengembalian atas aset (ROA) berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah ROA berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

Hasil penelitian dari beberapa peneliti terdahulu atas kinerja keuangan PT.

Astra International Tbkmenunjukkan hasil penelitian yang berbeda. Penelitian

Puspitasari (2012) menunjukkankinerja keuangan PT. Astra International Tbkpada

tahun 2006, 2007 dan 2008terlihat cukup baik, pada laba usaha dan laba bersih

tahun 2007 naik sebesar 70,3% dan 75,62% dibandingkan tahun 2006, tetapi

kinerja laba usaha dan laba bersih tahun 2008 ( Rp 3.375,- milyar dan Rp 2.672,-

milyar) menurun dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar Rp 3.509,- milyar dan

Rp 2.807,- milyar karena beban usaha perusahaan meningkat dan penurunan laba

usaha perusahaan, pada rasio likuiditas dan rasio solvabilitas terlihat cukup baik

pada tahun 2007 dan tahun 2008 namun di tahun 2006 terjadi beda penyajian

laporan keuangan sehingga menyebabkan rasio likuiditas dan solvabilitas

perusahaan terlihat tidak baik. Laba usaha segmen otomotif pada PT. Indomobil

tahun 2008 meningkat sebesar 540% dibandingkan pada tahun 2007 sedangkan

PT. Astra International Tbk hanya 25,8%.Berbeda dengan hasil penelitian Faizati

(8)

dan mengalami penurunan di tahun 2012, sedangkan pada rasio solvabilitas

mengalami kenaikan pada tahun 2011-2012 yang menimbulkan dampak buruk

bagi kinerja perusahaan, pada rasio aktivitas mengalami penurunan yang

menyebabkan banyaknya persediaan yang menumpuk di gudang sehingga

membuat PT. Astra International Tbk lebih meningkatkan lagi penjualan dan

memaksimalkan aktiva yang dimiliki, dan yang terakhir pada rasio profitabilitas

juga menunjukkan penurunan namun pada laba per sahamnya setiap tahun

mengalami kenaikan dan menunjukkan manajemen berhasil dalam mencapai

keuntungan untuk pemegang saham.

Agustin (2013) dengan penelitian berjudul “Analisis Kinerja Keuangan

PT. Astra International Tbk. dengan Alat Ukur MVA (Market Value Added)”

menunjukkan nilai positif atau > 0 dalam periode 2009-2013 dari hasil

perhitungan menggunakan alat ukur MVA, berarti perusahaan dikatakan telah

berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan menciptakan kekayaan

bagi pemegang saham. Peningkatannya berada di tahun 2009-2011 sementara

ditahun 2012-2013 semakin menurun namun tidak sampai ke nilai minus

disebabkan menurunnya harga saham. Supit dkk (2016) menunjukkan rasio

likuiditas berada pada kategori kinerja cukup baik bila dibandingkan dengan

rata-rata standar industri, sedangkan pada rasio solvabilitas kecenderungan menurun

dari tahun ke tahun dan berada sedikit diatas rata-rata industri sehingga

dikategorikan berkinerja cukup baik, dan yang terakhir pada rasio rentabilitas

(9)

berada di bawah rata-rata industri, sehingga kinerja keuangan PT. Astra

International Tbk periode 2011-2015 berada pada kategori kurang baik.

Patel dan Mehta (2012) dengan penelitian berjudul “A Financial Ratio

Analysis of Krishak Bharati Co-operative Limited” menyimpulkan bahwa Gross

Profit Ratio tertinggi berada di tahun 2003 sebesar 38,25% dan sangat baik bagi

perusahaan, sementara terendah pada tahun 2008 sebesar 19,45%. Pada Earning

Per Share menunjukkan hasil sangat memuaskan disepanjang tahun kecuali pada

tahun 2002, sementara di tahun 2008 menunjukkan hasil enam kali lebih daripada

original value. Pada Return On Capital Employed menunjukkan bahwa di tahun

2005 merupakan rasio tertinggi sebsar 13% yang sangat baik bagi

perusahaan.Manurung (2013) berjudul “Analisis Laporan Keuangan Sebagai

Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Unilever Indonesia

Tbk” menunjukkan kinerja keuangan berdasarkan rasio likuiditas tahun

2009-2011 kurang baik, karena rendahnya nilai dari keseluruhan rasio likuiditas dan

rasio likuiditas mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sedangkan pada rasio

solvabilitas cenderung tidak stabil, dikarenakan rasio hutang terhadap modal

kurang baik tetapi nilai rasio utang terhadap aset sangat baik dan dari keseluruhan

rasio solvabilitas mengalami penurunan.Terakhir hasil rasio profitabilitas

menunjukkan kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2009-2011

sangat baik, dikarenakan nilai rasio profitabilitas dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan, berarti perusahaan mampu menghasilkan laba secara

optimal.Penelitian Michael (2013) berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan

(10)

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan secara serempak ROA, assets

turn over dan debt to total assets berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan.Sedangkan secara parsial ROA dan assets turn over tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan,tetapi debt to total assetsberpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan.

Pangaribuan (2015) berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Tahun Buku

2014, 2013, 2012, 2011, dan 2010 Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan

Iskandar Muda” menunjukkan akibat adanya pemisahan aset pada bulan Agustus

2011 akibat pemisahan 10 unitkantor menjadi 5 unit kantor operasional dibawah

Kantor Cabang Medan Iskandar Muda menyebabkan kinerja keuangan sulit

dianalisi secara realistis untuk tahun buku 2010 dan 2011. Total Aset, total

pendapatan, total realisasi DPK dan total biaya tahun buku 2014 mengalami

pertumbuhan dibandingkan dengan posisi yang sama tahun 2013, pada total realisasi

kredit yang diberikan dan total laba sebelum pajak pada tahun 2014 mengalami

penurunandibanding tahun 2013, pada tahun 2011 DPK menurun sebesar 18,80%

dibanding posisi yang sama tahun 2010. NPL (Non Performing Loan) meningkat dari

1.06% posisi tahun 2010 menjadi 3,82% pada tahun 2014. Posisi NPL tahun 2014

dibawah batas maksimal ketentuan Bank Indonesia (5%). LDR tahun 2010 s/d tahun

2014 berada dibawah batas minimum berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebesar

78% dengan pencapaian pada tahun 2014 sebesar 45,92%, tahun 2013 sebesar

58,15%, tahun 2012 sebesar 58,23%, tahun 2011 sebesar 44,62% dan tahun 2010

sebesar 65,24%. Rasio BOPO paling rendah (terbaik) adalah posisi tahun 2010

(11)

ROA posisi 2010 s/d posisi 2014 diatas batas minimal dan ROA tertinggi (terbaik)

adalah tahun 2010 sebesar 6,59% dan paling rendah pada posisi tahun 2011 sebesar

2,52%. Penelitian Shavira (2016) berjudul “Analisis Laporan Keuangan dalam

Mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Garuda Madju Cipta

Medan-Indonesia”menyimpulkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio

likuiditas pada tahun 2012-2014 kurang baik, karena kurangnya modal untuk

membayar hutang, sementara pada rasio leverage juga dikatakan kurang baik

akibat porsi hutang mengalami peningkatan terhadap aktiva yang ada pada

perusahaan. Rasio aktivitas juga mengalami penurunan, dikarenakan rendahnya

dana yang ditanamkan dalan aktiva tetap berputar dalam satu periode, dan yang

terakhir pada rasio profitabilitas yang juga mengalami penurunan akibat dari

banyaknya aset yang tidak produktif.

Berdasarkan uraian diatas, fenomena dan hasil penelitian terdahulu

berbeda dan tidak konsisten, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dengan judul “ Analisis Rasio Keuangan dalam Menilai Kinerja

Keuangan pada PT. Astra International Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

(12)

1. Apakah kinerja keuangan PT. Astra International Tbk yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang ditinjau dari rasio keuangan dapat dikatakan

baik?

2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kinerja

keuangan PT. Astra International Tbk tahun 2011-2015?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan PT. Astra

International Tbk yang ditinjau dari rasio keuangan.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas secara parsial terhadap

kinerja keuangan PT. Astra International Tbk tahun 2011-2015.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam mengenai analisis laporan keuangan guna menilai kinerja

keuangan suatu perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan serta dapat menjadi referensi pemecahan

masalah atas masalah yang terjadi khususnya tentang kinerja keuangan

(13)

3. Bagi perusahaan, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan dalam merumuskan kebijakan serta tindakan-tindakan ekonomi

selanjutnya dan mengetahui sejauh mana kekurangan dalam kinerja

Gambar

Tabel 1.1  Indikator Rasio Keuangan dan Laba Tahun BerjalanPT. Astra

Referensi

Dokumen terkait

Dari 4 faktor yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis usahatani padi semi organik pada Tabel 4, hanya terdapat satu variabel yang signifikan

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Ulupui (2014) yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, dimana

Artinya seluruh variabel independen yang terdiri dari independensi auditor, kualitas audit, Corporate governance dan spesialisasi industri auditor mampu menjelaskan

To the extent permitted by law, Phillip Futures, or persons associated with or connected to Phillip Futures, including but not limited to its officers,

mengetahui bahwa pengalaman auditor, independensi auditor, skeptisme profesional, kompetensi auditor, dan komunikasi interpersonal auditor berpengaruh signifikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa pendidikan formal yang terbanyak yang ditempuh oleh responden hanya pada tingkat dasar atau SD yaitu sebanyak

Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisa terhadap respon gerak struktur SSP dan Shuttle Tanker pada saat operasi tandem offloading dan tension pada tali

Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti merupakan analisis terhadap hasil pembicaraan dengan pihak-pihak yang menjadi objek