• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja putri saat mengai menarche di SMP Jaya Krama Kec.Biringin Kab.Deli serdang Tahun 2016"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kecemasan

Menurut Freud (2000), kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut dengan traumatik.

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting/personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2001).

Stuart (1995, dalam Direja, 2015) mengatakan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

(2)

2.2 Faktor Penyebab Kecemasan

Menurut Stuart (2006), kecemasan dapat disebabkan oleh :

1. Teori psikoanalitis dimana Sigud Freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2. Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan

takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat (Stuart, 2006).

(3)

4. Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kesemasan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga (Stuart, 2006).

5. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart, 2006).

Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu :

1. Respon fisiologi

(4)

sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan. Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini.

Adapun gejala-gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah :

a. ketegangan motorik/alat gerak seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget

b. Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis) seperti keringat berlebihan, jantung berdebar-debar, rasa dingin ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah/ pucat, denyut nadi dan nafas cepat (3). Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang seperti : cemas, takut, khwatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya (4). Kewaspadaan berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersnggung, tidak sabar (Hawari, 2004).

2. Respon perilaku

(5)

3. Respon kognitif

Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, keativitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.

4. Respon afektif

Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu. Menurut suliswati (2005) respons afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan

Menurut Trismiati (2006) kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor Internal

a. Pengalaman

(6)

pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.

b. Pendidikan

Menurut Nursalam (2003) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi sehingga semakin benyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan.

c. Tingkatan Pengetahuan atau Informasi

Pengetahuan atau informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap subyek tertentu. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, seseorang akan mengetahui mekanisme yang akan digunakan untuk mengatasi kecemasannya (Notoatmodjo, 2003).. d. Usia

(7)

kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinngi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006).

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan Keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan.

b. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan.

Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah: 1. Faktor predisposisi

a. Teori Psikoanalitis

(8)

primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada tanda bahaya.

b. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya, individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.

c. Faktor Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :

a. Faktor eksternal :

1) Ancaman integritas diri,

(9)

2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran (Stuart & Sundeen, 1998).

b. Faktor internal:

Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :

1) Potensi stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

2) Maturitas Individu

Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

3) Pendidikan dan Status Ekonomi

(10)

4) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.

5) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang.Sedangkan orang dengan kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.

6) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati.

7) Umur

(11)

2.4 Tingkat Kecemasan 1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. 2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.

3. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

4. Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu.

(12)

1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan area persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan beraktivitas.

2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memustakan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.

3. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi area persepsi seseorang, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada sesuatu yang lain.

4. Kecemasan Panik

(13)

terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional (Dalami, 2009).

2.5 Remaja

2.5.1 Pengertian Remaja

Remaja bersal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, sosial dan fisik (Proverawati dan Misaroh 2014).

Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki (Proverawati dan Misaroh 2014).

2.5.2 Ciri-ciri Umum Masa Remaja a. Sebagai Periode Peralihan

(14)

b. Periode Mencari Identitas Diri

Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa, apakah siap menjadi suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar belakang berbeda (Pieter dan Namora, 2011).

2.5.3 Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja a. Perkembangan Nonfisik

Pieter & Namora (2011), masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

b. Perubahan Fisik

(15)

1) Perubahan Eksternal a) Tinggi dan Berat Badan

Penambahan tinggi badan remaja putri rata-rata pada usia 17-18 tahun dan penambahan tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19 tahun. Sementara untuk perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama dengan tinggi.

b) Organ Seks dan Ciri-ciri Sekunder

Perkembangan organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang ketika masa remaja akhir namun fungsinya belumlah matang hingga beberapa tahun. Untuk perkembangan ciri-ciri seks sekunder akan matang pada remaja akhir.

c) Proporsi Tubuh

Beberapa bagian anggota tubuh secara perlahan-lahan akan mencapai perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, dimana badan akan melebar dan memanjang sehingga bentuk tubuh mereka tidak lagi kelihatan panjang seperti masa pubertas.

2) Perubahan Internal a) Sistem Pencernaan

(16)

b) Sistem Peredaran Darah Dan Pernafasan

Remaja memasuki usia 17-18 tahun perkembangan jantung sangat cepat. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah akan meningkat dan mencapai kematangan seiring dengan bertambah matangnya kekuatan otot-otot jantung. Bagi remaja perempuan kapasitas paru-paru akan meningkat ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang dibandingkan dengan kematangan paru-paru remaja putra.

c) Sistem Endokrin dan Jaringan Tubuh

Pada masa remaja sistem kerja gonad meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan sementara pada seluruh sistem endokrin. Kondisi ini menyebabkan kelenjar seksual berkembang pesat dan semakin berfungsi hingga tahap remaja akhir dan dewasa awal. Untuk jaringan otot dan tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika usia 18 tahun. 3) Perubahan Kejiwaan

Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi :

1) Perubahan emosi yaitu : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.

(17)

4) Perkembangan Seksualitas

Menurut Monks (2002), perkembangan seksualitas pada remaja yaitu : 1) Tanda-tanda kelamin primer : menujuk pada organ badan yang

langsung berhubungan dan proses reproduksi. Jadi pada anak wanita hal tadi adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, klitoris serta terjadinya menarche. Dan pada anak laki-laki yaitu penis, testis, scrotum serta mimpi basah.

2) Tanda-tanda kelamin sekunder : tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan bersetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas wanita dan khas laki-laki. Contoh pada wanita yaitu pertumbuhan rambut yang pada wanita terbatas pada kepala, ketiak, dan alat kemaluan.

Panggul melebar dan tumbuhnya payudara. Pada laki-laki yaitu bahu yang lebar, pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada dada, dan timbulnya pergantian suara.

(18)

2.6 Menarche 2.6.1 Pengertian

Menarche adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas

seorang wanita.

Pearce (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2014) menarche adalah sebagai permulaan menstruasi pada seseorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11-14 tahun.

Menurut Konopaka (1976, dalam Monks (2002) adalah ukuran yang baik karena hal itu menentukan salah satu ciri kemasakan seksual yang pokok, yaitu suatu disposisi untuk konsepsi dan melahirkan. Disamping itu menarche juga merupakan manifestasi yang jelas meskipun pada permulaannya masih terjadi perdarahan sedikit. Masa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan terkecuali terjadi kehamilan (Pieter dan Namora, 2011).

2.6.2 Saat Menstruasi Pertama Datang

Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seseorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche). Menarche adalah suatu hal yang wajar dialami oleh wanita normal dan tidak perlu

(19)

Gejala menjelang menstuasi terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain yaitu adanya perubahan berat badan, rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, sakit kepala, pegal linu, dismenorea kongestif, perubahan nafsu makan, mucul jerawat, perubahan tidur, mual-mual dan kembung, mudah marah, dan timbul perasaan malas (Pieter dan Namora, 2011).

Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche meliputi thelarche (perkembangan payudara) terjadi pada awal usia <10 tahun, adrenarche (pubarche atau perkembangan rambut aksila dan pubis) terjadi ketika anak berusia 11 tahun, pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dan perubahan psikis (Proverawati dan Misaroh, 2014).

2.6.3 Usia terjadi Menarche

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, dan ekonomi. Di Inggris usia rata-rata untuk mencapai menarche dalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2014).

(20)

2.6.4 Menarche dan Ras

Usia rata-rata seorang anak perempuan mengalami menarche tetap pada usia 12 tahun. Penelitian oleh David S. Freeman, PhD baru menunjukkan anak perempuan kulit hitam rata-rata mengalami menstruasi lebih cepat 3 bulan dari pada anak-anak kulit putih. Dan rata-rata usia saat pertama kali mendapatkan menstruasi lebih cepat 9 bulan pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada perempuan kulit putih antara tahun 1973 dan 1994.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan lebih dari 40% anak perempuan kulit hitam mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar 10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun (menarche dini).

(21)

2.6.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche

a. Aspek Psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian dari masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu :

1) Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormon ptuitari.

2) Estrogen menstimulus pertumbuhan uterus

3) Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan suplai darah yang adekuat ke bagian endometrium.

4) Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan adanya peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.

b. Menarche dan kesuburan

Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa interval rata-rata antara menarche dan ovulasi terjadi beberapa bulan. Secara tidak teraut menstruasi terjadi sela 1-2 tahun sebelum ovulasi yang teratur. Adanya ovulasi yang teratur menandakan interval yang konsisten dari lamanya menstruasi dan perkiraan waktu datangnya kembali dan untuk mengukur tingkat kesuburan seorang wanita.

c. Pengaruh Waktu Terjadinya Menarche

(22)

d. Menarche dan lingkungan sosial

Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche, salah satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yanag

harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal di tengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya menarche dini.

e. Umur menarche dan status sosial ekonomi

Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan. Orang yang berasal dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini. Hasil penelitian menyatakan bahwa wanita yang vegetarian kejadian menarchenya 6 bulan lebih awal dari pada yang vegetarian.

f. Basal Metabolik Indek dan Kejadian Menarche

(23)

2.6.6 Ketidakteraturan Menstruasi

Gangguan dalam masa menarche meliputi menarche dini, menarche tarda, dan perdarahan. Menarche dini yaitu terjadinya menstruasi sebelum umur 10 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium yang memberikan ciri-ciri kelamin sekunder.

Hormon gonadotropin juga akan mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri. Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur setelah 14 tahun yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan dan kurang gizi (Proverawati dan Misaroh, 2014).

2.7 Menstruasi 2.7.1 Pengertian

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid (Proverawati dan Misaroh, 2014).

(24)

2.7.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang normal adalah 28 atau 30 hari dan lamanya pendarahan biasanya 3-8 hari (Pudiastuti, 2012). Dan ada juga kelainan siklus menstruasi yaitu oligomenorea yang siklus mentruasi yang memanjang lebih dari 35 hari dan jumlah perdarahan tetap sama. Polimenorea yaitu siklus menstruasi yang lebih singkat sekitar kurang dari 21 hari (Laila, 2014).

Menurut Proverawati dan Misaroh (2014), siklus menstruasi terdiri 4 fase yaitu:

a. Fase menstruasi

Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.

b. Fase Proliferasi/fase Folikuler

(25)

c. Fase Ovulasi/fase Luteal

Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebalkan dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.

d. Fase Pasca ovulasi/fase Sekresi

Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang serta berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesterone maka penebalan dinding endometrium akan berhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek, terjadilah fase perdarahan atau menstruasi.

2.7.3 Perubahan-perubahan Remaja Saat Masa Menstruasi

Adaptasi pada awal menstruasi terjadi siklus menstruasi memerlukan penyesuaian diri misalnya di dua bulan pertama siklus menstruasi terjadi setiap 28 hari kemudian tidak mendapat menstruasi selama satu bulan atau lebih. Setelah 2-3 tahun siklus menstruasi akan menjadi teratur.

a. Perubahan fisik

Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi yaitu: 1) Adanya perubahan berat badan

2) Pembengkakan pada perut, jari, tungkai, atau pergelangan kaki

(26)

4) Sakit kepala dan terkadang mengalami migraine 5) Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot

6) Dismenore kongesif, yaitu sakit pada perut atau pinggang bagian bawah 7) Perubahan nafsu makan

8) Berkurangnya air kecing

9) Perubahan kulit, seperti bisul atau jerawat

10)Perubahan tidur (kurang tidur atau tidur yang berlebihan) 11)Mual-mual dan pada sebagian orang ada yang mengalami asma

12)Kejang terutama akibat dinding-dinding otot uterus yang perlahan-lahan mengerut.

b. Perubahan-perubahan Psikologis pada saat menarche

Adapun perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat menarche yaitu :

1) Anoreksia nervosa yaitu hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor penyimpanan emosional. Gejala-gejala anoreksia nervosa ialah hilangnya nafsu makan, pura-pura tidak mau makan, tidak mau makan sama sekali, kehilangan berat badan, dan kelelahan.

(27)

3) Cemas : ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dan selalu menganggap masalahnya tidak realistis. Cemas yang lama bisa menyebabkan gangguan fisik dan psikologis.

4) Depresi : ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus perhatian, tidak mampu dalam konsentrasi, ingin bunuh diri, sulit tidur, cemas, nafsu makan kurang, berat badan menurun, merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tak mau bicara dengan orang lain, dan menutup diri.

5) Stres : keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahankan diri.

6) Disleksia (kesulitan membaca) kelainan ini diakibatkan ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan, kesulitan menghubungkan antara suara dan tulisan. Gejala dari disleksia ialah membaca lambat dan terputus-putus.

7) Ketidakmatangan emosi dipengaruhi oleh faktor hormonal dan situasional misalnya saat datang haid, wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung, atau cepat lelah.

(28)

2.7.4 Faktor yang Memengaruhi Kecemasan Saat Menarche 2.7.4.1Pengetahuan

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar “tahu” yaitu paham, maklum, mengerti.

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Ke dalam pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap sesuatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan pengalaman yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

(29)

3) Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya

4) Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6) Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo,2010).

(30)

itu sendiri baik secara formal maupun non formal. Karena siswi tersebut mengaku belum mendapatkan pelajaran khusus tentang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang menstruasi.

2.7.4.2Usia Menarche

Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Rumdasih dan Heryati, 2005).

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, dan ekonomi. Di Inggris usia srata-rata untuk mencapai menarche dalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Proverawati dan Misaroh, 2014).

Menarche biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, namun rata-rata lima hari. Secara global dan termuktahir, perempuan mengalami menstruasi dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi (Proverawati dan Misaroh, 2014).

2.7.4.3Dukungan Ibu

(31)

kepada putrinya. Sebagian ibu enggan membicarakan secara terbuka sampai remaja mengalami menstruasi pertama (menarche). Kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa mentruasi pertama (menarche) adalah sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Akibatnya, anak mengembangkan sikap negatif terhadap menstruasi pertama (menarche) dan melihatnya sebagai penyakit (Llewellyn-Jones, 2005).

Dukungan sosial yang diberikan ibu terhadap kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh terhadap tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason dalam Kuntjoro (2002) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

2.7.4.4 Sumber Informasi

Yang dimaksud sumber informasi disini adalah Seberapa besar informasi yang diperoleh pertama kali tentang menarche. Makin banyak remaja putri mendapatkan informasi tentang menarche maka makin berkurang tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche. Sumber informasi yang diperoleh remaja berasal dari teman sebaya, ibu, majalah,, televisi.

2.7.5 Cara Mengatasi Nyeri Pada Saat Menstruasi/Menarche

(32)

a. Cobalah untuk mengomperes dengan botol berisi air hangat pada bagian yang dirasakan sakit.

b. Mengusap-usap secara perlahan-lahan bagian perut atau pinggang yang sakit dengan sesuatu yang hangat.

c. Minum air hangat.

d. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah hal tersebut dapat membantu relaksasi otot saat menstruasi.

e. Tidur dan istirahat yang cukup.

f. Jika memilih menggunakan obat sebagai penetral rasa sakit, gunakanlah obat-obatan yang berdasarkan pengawasan dokter dan dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.

g. Memperbanyak mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung zat besi.

h. Memperbanyak konsumsi makanan yang sehat melakukan diet rendah lemak, garam, dan gula tapi tinggi protein.

2.8 Landasan Teori

Menurut teori Psikodinamik Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari.

(33)

sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut teori interpersonal menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.

Menurut teori Keluarga Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.

Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah: 1. Faktor predisposisi

a. Teori Psikoanalitis

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada tanda bahaya.

b. Teori Interpersonal

(34)

c. Faktor Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :

a. Faktor eksternal :

1) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan).

2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran (Stuart & Sundeen, 1998).

b. Faktor internal:

Menurut Stuart & Sundeen (1998) kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :

1) Potensi stressor

(35)

2) Maturitas Individu

Seseorang yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

3) Pendidikan dan Status Ekonomi

Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.

4) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.

5) Tipe kepribadian

(36)

kepribadian B mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena orang dengan tipe kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas.

6) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia tempati.

7) Umur

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006).

2.9 Tingkat Kecemasan 1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. 2. Kecemasan Sedang

(37)

3. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

4. Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu.

2.10 Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Stuart (2007), Proverawati (2014)

Faktor internal :

- Pengetahuan - Sumber informs - Usia menarche

Tingkat kecemasan - Ringan

- Sedang - Berat - Panik

Faktor eksternal : - Dukungan ibu

(38)

2.11 Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan saat mengalami menarche di SMP Jaya Krama terdiri dari faktor internal (pengetahuan, usia menarche, sumber informasi terdiri dari Media massa, Ibu,dan Teman Sebaya), Faktor eksternal (Dukungan Ibu).

Faktor Internal : 1. Usia

Menarche 2. Sumber

informasi 3. Pengetahuan

Faktor eksternal: -Dukungan ibu

Kecemasan remaja putri saat mengalami

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Racun yang masuk ke dalam tubuh, dalam hal ini adalah logam berat akan mengalami proses detoksikasi di dalam hati oleh fungsi hati (hepar).. Senyawa toksik akan diubah

untuk membuktikan keamanan algoritma RsA maka diperlukan media sebagai data yang akan diamankan, Pengamanan data dapat dilakukan pada. semua format multimedia yang ada

Berdasarkan rincian data pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa setelah membelajarkan siswa dengan model pembelajaran experiential learning untuk memudahkan pengungkapan

Pada penelitian ini dilakukan perancangan aplikasi laporan kecelakaan berbasis web yang digunakan untuk sarana pelaporan serta penyampaian informasi dari pelapor maupun

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

Bertitik tolak daripada hal ini, lafaz tanah merupakan salah satu lafaz dalam al-Quran yang banyak ditemui dengan pelbagai lafaz yang menceritakan aspek kehidupan

Visi Unit Gizi Rumah Sakit Kartini adalah Menjadikan Unit Gizi di Rumah Sakit Kartini sebagai tempat pemberian pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak yang terbaik, dan

TABEL / Table V.3 LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN RATA-RATA PRODUKSI JAGUNG MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2009 183. Planted Area, Harvested Area,