• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pt Riau Sakti United Plantations Terhadap Perkembangan Wilayah Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir-Riau (1985-2001)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pt Riau Sakti United Plantations Terhadap Perkembangan Wilayah Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir-Riau (1985-2001)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat

tumbuh di daerah tropis. Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos

dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir.

Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Ada tiga teori yang

menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori yang pertama memperkirakan tanaman

kelapa adalah tanaman yang tumbuh di Amerika, teori yang kedua beranggapan bahwa tanaman

kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dan teori yang ketiga beranggapan

bahwa tanaman kelapa tumbuh dan berasal dari suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia,

atau mungkin daerah Pasifik Barat1.

Kelapa adalah tanaman serbaguna. Seluruh bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi

kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah ratusan tahun dikenal di seluruh

kepulauan nusantara. Kelapa dapat tumbuh di semua jenis tanah. Hal ini terbukti dengan adanya

tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di

pematang sawah dan di kebun bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat

juga tumbuh di sungai dan lain-lain2. Bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan

1

Setyamidjaja, Djoehana, Bertanam Kelapa. Yogyakarta: Kanisius, 1982, hal. 7. 2

(2)

tanaman kelapa cukup baik dan menguntungkan serta dapat menghasilkan buah dengan kualitas

yang baik.

Perkebunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perkebunan inti rakyat (PIR) yang

dikelola oleh perusahaan inti, perkebunan rakyat dan perkebunan besar (plantation). Perkebunan inti rakyat merupakan bentuk usaha pertanian dengan skala kecil, tidak padat modal, tenaga kerja

dikelola oleh sekelompok keluarga, serta penggunaan lahan pertanian yang terbatas, sementara

perkebunan besar (plantation) merupakan bentuk usaha pertanian dengan skala besar dan

kompleks, modal yang besar, areal pertanian luas, memiliki manajemen organisasi yang baik,

jumlah tenaga kerja besar, dan sudah menggunakan teknologi yang modern seperti PT Riau Sakti

United Plantations yang berada di Pulau Burung.

Pulau Burung merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Pulau Burung,

Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Memiliki struktur topografi berupa dataran rendah dan

pesisir pantai dengan tekstur tanah gambut dan endapan sungai serta rawa-rawa serta berada

pada ketinggian sekitar 1 sampai 4 meter di atas permukaan air laut. Sebagian besar daerah ini

sebelum menjadi perkebunan kelapa hibrida pada tahun 1985 merupakan wilayah hutan dan

rawa-rawa yang mana di tepian sungai dan muara parit-parit banyak terdapat tumbuhan seperti

pohon nipah dan pohon bakau dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Adapun mayoritas

penduduk yang mendiami wilayah ini adalah suku Melayu yang merupakan suku asli di Propinsi

Riau dan juga terdapat beberapa suku pendatang yang merantau dari luar daerah yang kemudian

bermukim dan akhirnya menetap di Wilayah Pulau Burung. Di antara beberapa suku perantau

tersebut adalah suku Jawa, Minang, Batak, Bugis, Banjar Kalimantan, dan beberapa suku lainnya

yang kemudian berasimilasi dengan kebudayaan setempat3. Penduduk Melayu yang merupakan

suku asli Pulau Burung menyambut baik kedatangan para pendatang tersebut, karena mereka

(3)

beranggapan bahwa para pendatang tersebut akan membawa perubahan pada kehidupan di

wilayah mereka. Keberagaman suku dan budaya di Pulau Burung berlangsung dengan damai dan

jarang terjadi pertentangan antara satu suku dengan suku yang lainnya.

Secara historis, masuknya perusahaan perkebunan kelapa hibrida di Wilayah Pulau

Burung berawal sekitar tahun 1985, yang diprakarsai oleh sebuah perusahaan swasta yaitu PT

Riau Sakti United Plantations yang berada di bawah naungan PT PULAU SAMBU. Perusahaan

ini bergerak dibidang pengelolaan perkebunan dan pengembangan produksi hasil-hasil

perkebunan seperti tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit yang menggunakan media

lahan gambut dengan kondisi lahan basah berpori. Dengan melihat kondisi alam yang

mendukung untuk perkebunan kelapa hibrida yang memerlukan banyak persediaan air, pihak

perkebunan kemudian melihat efisiensi dan kompetensi lahan di daerah Pulau Burung untuk

dikembangankan sebagai lahan perkebunan kelapa hibrida yang produktif.

Kelapa hibrida memiliki perbedaan dengan kelapa yang tumbuh dengan sendirinya atau

sering disebut kelapa kampung ataupun kelapa dalam. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari

bentuk fisik kelapa itu sendiri, seperti batang, daun, buah, sampai pada pola perawatannya.

Secara singkat kelapa hibrida merupakan kelapa hasil persilangan antara kelapa dalam (tall)

dengan kelapa genjah (dwarf). Sederhananya, kelapa hibrida memerlukan perawatan yang lebih

intens daripada tanaman kelapa dalam. Tanaman kelapa sendiri termasuk dalam jenis tanaman

perdagangan (commercial crops), karena hasil dari olahan kelapa seperti minyak kelapa, santan

kelapa, hingga arang dapat diekspor hingga ke mancanegara.

Pada awalnya bibit-bibit kelapa hibrida yang pertama kali ditanam dan diusahakan oleh

(4)

Lampung4. Bibit-bibit kelapa hibrida tersebut dibeli oleh PT Riau Sakti United Plantations untuk kemudian diusahakan dan dikembangkan sendiri oleh mereka. Perusahaan perkebunan kelapa

hibrida ini pada awalnya hanya memproduksi buah kelapa hibrida saja yang kemudian

dipasarkan ke luar daerah di antaranya ke daerah Kalimantan dan Sulawesi dan juga ke luar

negeri seperti Malaysia, Singapura, Inggris, Jerman, hingga Amerika Serikat, dan dalam

perkembangannya kemudian menghasilkan kopra, santan kelapa, minyak goreng, nanas kaleng,

dan beberapa produk lainnya yang dikelola sendiri oleh pabrik yang juga berada di bawah

naungan perusahaan yang sama.

Dengan dibukanya perkebunan ini pada tahun 1985, Wilayah Pulau Burung yang pada

awalnya hanya dihuni oleh penduduk dalam jumlah yang sedikit perlahan berkembang dengan

ditandai oleh semakin ramai para perantau dari berbagai suku dan daerah yang datang ke Pulau

Burung untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak sehingga kondisi demografi di

Pulau Burung semakin padat dan ramai. Dengan semakin berkembangnya perusahaan

perkebunan tersebut, tentu saja memerlukan lahan tanam yang cukup luas untuk produksi yang

semakin besar, demikian pula halnya dengan kuantitas serta kualitas tenaga kerja yang

diperlukan untuk mengolah lahan tersebut semakin bertambah pula. Sebagian besar atau hampir

keseluruhan wilayah dari Pulau Burung saat ini merupakan daerah perkebunan kelapa hibrida,

nanas, dan kelapa sawit. Di mana perkebunan tersebut ada yang milik perusahaan dan ada yang

diusahakan oleh masyarakat (plasma).

Sebelum masuknya perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations tahun

1985, Wilayah Pulau Burung merupakan daerah yang ditutupi hutan, rawa-rawa dan lahan

gambut dan berpenduduk sedikit. Dengan kondisi alam yang demikian pihak perkebunan pada

4 Data Departemen Research and Advisory PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan tahun 2000, hal.

(5)

awalnya mengalami kesulitan untuk melakukan pembukaan lahan tanam. Tahun 1985

merupakan awal dari pendirian perkebunan kelapa hibrida di daerah ini. Proses awal dari

pembukaan lahan ini dimulai dengan mendatangkan ahli-ahli topografi untuk membantu

memetakan daerah tanam bibit-bibit kelapa hibrida. Penggarapan lahan dilakukan oleh para

kontraktor yang diberikan wewenang oleh pihak perkebunan, adapun pada proses penggarapan

lahan ini dikerjakan dengan menggunakan bantuan alat berat seperti excavator dan bulldozzer. Lahan yang berupa hutan tersebut ditebang dan dilakukan land clearing serta sisa-sisa

penebangan kemudian dibakar hingga lahan benar-benar bersih dan siap untuk proses

selanjutnya. Karena merupakan daerah rawa-rawa, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah

proses kanalisasi atau pembuatan kanal5. Hal ini bertujuan untuk mengeringkan genangan air

pada lahan yang akan ditanam bibit kelapa, selain itu, fungsi kanal di sini merupakan jalur

transportasi yang kemudian digunakan untuk mengangkut hasil produksi kelapa hibrida tersebut.

Pada tahun 1986 mulai dilakukan penanaman bibit-bibit kelapa hibrida setelah semua lahan

selesai dan masuk pada tahap siap tanam. Adapun luas daerah tanam yang pertama kali berhasil

ditanami bibit kelapa hibrida adalah 112 ha dan jumlah pohon kelapa hibrida yang berhasil

ditanam sekitar 18.243 batang pohon (1986)6. Keberhasilan pertama tersebut kemudian berdampak pada masuknya para transmigran dari Pulau Jawa pada tahun 19877. Transmigran ini

didatangkan langsung oleh pihak perkebunan. Mereka kemudian bermukim di tempat yang

disebut sebagai Kampung Produksi8. Para transmigran ini kemudian dipekerjakan menjadi buruh perkebunan.

5Kanal merupakan sungai buatan yang berfungsi sebagai jalur transportasi pengangkutan hasil produksi

kelapa hibrida di Wilayah Pulau Burung.

6 Data Departemen Plantation Administration PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan tahun 2000,

hal 1. 7

Wawancara, Bu Rum, Pulau Burung, tanggal 19 Nopember 2013.

8 Kampung Produksi merupakan wilayah perkebunan yang dihuni oleh penduduk yang bekerja sebagai

(6)

Perubahan demi perubahan mulai tampak di Desa Pulau Burung setelah berdirinya

perkebunan kelapa hibrida (PT Riau Sakti United Plantations). Perkembangan perkebunan yang

semakin pesat mendorong bertambahnya kepadatan penduduk Desa Pulau Burung, yang semula

hanya dihuni oleh penduduk lokal, namun sejak berdirinya perkebunan di wilayah ini mendorong

penduduk baik dari daerah sekitar Pulau Burung maupun dari luar daerah untuk bermigrasi ke

Pulau Burung demi mencari penghidupan yang layak. Dengan berdirinya perkebunan kelapa

hibrida di Pulau Burung, kondisi demografi di Pulau Burung menjadi ramai padat dan mulai

tumbuh menjadi salah satu daerah produsen kelapa hibrida yang memiliki tingkat pertumbuhan

penduduk cukup tinggi di Kabupaten Indragiri Hilir yang sebelumnya daerah ini hanya daerah

pelosok dengan jumlah penduduk yang sedikit dan sangat terisolir dari daerah-daerah di

sekitarnya. Keberadaan perkebunan ini pada intinya menjadi penopang kehidupan sebagian besar

penduduk yang tinggal di Pulau Burung dan daerah di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari

pertumbuhan perekonomian di Pulau Burung yang semakin membaik, ditandai dengan

munculnya pertokoan sebagai sarana distribusi kebutuhan masyarakat yang tinggal di Pulau

Burung. Keberadaan pertokoan ini juga sebagai pengganti peran dari pasar seperti pada

umumnya yang menyediakan kebutuhan hidup masyarakat. Adapun kegiatan pasar seperti pada

umumnya di Pulau Burung dapat dijumpai pada saat penerimaan upah atau gajian para

karyawan. Selain itu, keberadaan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung juga mendorong

perubahan fungsi admnistratif pemerintahan di Pulau Burung. Perkembangan penduduk serta

semakin padatnya pemukiman penduduk mendorong perubahan sistem administrasi yang pada

awalnya Desa Pulau Burung merupakan sebuah desa yang cukup luas dan merupakan bagian dari

Kecamatan Kateman menjadi sebuah kecamatan yang berdiri sendiri dan menjadi Kecamatan

Pulau Burung pada 26 Mei 20019.

(7)

Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi yang semakin baik di suatu wilayah, daerah,

maupun kawasan tertentu akan diikuti oleh perubahan-perubahan yang mendasar pada

aspek-aspek kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah atapun kawasan tersebut. Kebutuhan

penduduk dalam beberapa aspek secara perlahan mulai terpenuhi dengan dibangunnya

sekolah-sekolah baik sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang diperuntukkan bagi anak-anak karyawan

perkebunan maupun untuk umum, puskesmas dan balai-balai pengobatan, tempat-tempat ibadah

dan beberapa sarana prasarana penunjang kebutuhan masyarakat lainnya seperti pasar, sarana

transportasi, dan jaringan komunikasi dibangun dan diperuntukkan untuk masyarakat yang

bermukim di Pulau Burung.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengkaji mengenai peranan perusahaan

perkebunan kelapa hibrida yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan

wilayah di Pulau Burung. Adapun alasan pemilihan judul tersebut adalah ingin memaparkan

perkembangan serta pengaruh perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations

terhadap perkembangan wilayah Pulau Burung. Pulau Burung pada awalnya adalah wilayah yang

dihuni oleh masyarakat melayu yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Pola

kehidupan mereka masih sangat sederhana dan bersifat tradisional. Mereka masih bercocok

tanam dengan sistem berladang. Adapun pada sistem ini penduduk yang akan bercocok tanam

maupun berladang akan merambah atau membuka lahan yang baru yang kemudian digunakan

sebagai lahan perkebunan dan perladangan mereka. Makanan utama dari penduduk pada saat itu

adalah sagu. Setelah berdirinya perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations di

Desa Pulau Burung telah membawa banyak perubahan pada kehidupan masyarakat yang

merupakan penduduk asli maupun penduduk yang bermigrasi dari luar Pulau Burung yang

(8)

hibrida ini mengakibatkan petumbuhan penduduk di Desa Pulau burung semakin meningkat.

Masuknya perkebunan kelapa yang ada di Desa Pulau Burung merupakan penopang

perekonomian dan kehidupan masyarakat. Naik turunnya harga kelapa hibrida di pasaran serta

melambungnya nilai jual harga kelapa sawit tidak terlalu membawa dampak yang cukup

signifikan dalam perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Wilayah Pulau Burung.

Tahun 1985 merupakan tahun berdirinya perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti

United Plantations di Wilayah Pulau Burung. Pendirian PT Riau Sakti United Plantations ini

pada akhirnya menjadi tonggak penggerak kehidupan ekonomi masyarakat di Pulau Burung, hal

ini ditandai dengan masuknya modal dan tenaga kerja dari luar daerah ke wilayah ini. Penulisan

ini diakhiri pada tahun 2001 karena pada periode tahun 2001 perubahan-perubahan yang positif

dari keberadaan perusahaan perkebunan kelapa hibrida tersebut dapat dilihat dampaknya

terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pulau Burung yang sebagian besar menggantungkan

hidupnya pada perkebunan kelapa tersebut. Hal ini ditandai dengan kemajuan infrastruktur

dibidang kesehatan, pendidikan, sosial-ekonomi, dan transportasi. Selain itu, pertumbuhan

jumlah penduduk yang tidak sehat sebagai akibat dari migrasi di Desa Pulau Burung mendorong

perubahan fungsi administratif dari yang sebelumnya Pulau Burung merupakan sebuah desa

beralih menjadi sebuah kecamatan pada tahun 2001.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan awal dari setiap proses kerja ilmiah. Tanpa adanya masalah

tidak akan ada suatu proses penelitian ilmiah. Oleh karena itu, berdasarkan argumentasi yang

dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini memfokuskan kepada beberapa hal,

(9)

1. Apa latar belakang berdirinya perusahaan PT Riau Sakti United Plantations di Desa Pulau

Burung?

2. Bagaimana perkembangan perusahaan PT Riau Sakti United Plantations di Desa Pulau

Burung sejak berdiri pada tahun 1985?

3. Bagaimanakah pengaruh perusahaan PT Riau Sakti United Plantations terhadap

kehidupan masyarakat di Desa Pulau Burung (1985-2001)?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan dari penulisan

ini adalah:

1. Mengetahui latar belakang berdirinya perusahaan perkebunan kelapa hibrida di Desa

Pulau Burung.

2. Mengetahui perkembangan perusahaan perkebunan kelapa hibrida yang ada di Desa

Pulau Burung sejak 1985.

3. Mengetahui pengaruh perusahaan perkebunan kelapa hibrida terhadap kehidupan

masyarakat di Desa Pulau Burung (1985-2001).

Adapun manfaat dari penulisan yang dilakukan adalah:

1. Diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

pembaca mengenai sejarah lokal.

2. Dapat dijadikan sumber untuk mendeskripsikan kondisi dan perkembangan sebuah

perusahaan di sebuah daerah.

(10)

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam suatu penelitian tinjauan pustaka sangatlah penting dan diperlukan sebagai bahan

referensi penulis dalam melakukan penulisan tersebut dan dapat berfungsi sebagai pendukung

penelitian sehingga hasil akhir dari penulisan tersebut tidak keluar dari rumusan-rumusan

masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi ataupun hubungan antara literatur yang akan

digunakan haruslah menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian.

Adapun buku-buku yang dipakai peneliti sebagai bahan acuan pendukung penelitian

kajian ini adalah, Djoehana Setyamidjaja dalam bukunya “Bertanam Kelapa” (1991), buku ini

menjelaskan tentang budidaya tanaman kelapa yang di dalamnya dijelaskan mengenai sejarah

perkembangan tanaman kelapa di Indonesia, sifat-sifat botani dan jenis-jenis varietas dari

tanaman kelapa, syarat tumbuh yang baik untuk tanaman kelapa sampai pada perawatan tanaman

kelapa yang baik. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di

daerah yang terbuka dengan tekstur tanah yang baik dan kandungan pH asam yang cukup.

Setyamidjaja dalam tulisannya tersebut menjelaskan tentang budidaya tanaman kelapa hibrida

yang baik dengan sistem perawatan yang memenuhi syarat untuk pertumbuhan tanaman kelapa

hibrida. Dengan memperhatikan sistem pengelolaan dan perawatan yang benar, diharapkan

pertumbuhan dan produksi buah kelapa akan semakin baik. Jadi, jelas buku ini dapat menjadi

acuan penulis yang mengkaji tentang perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung.

L. Suhardiyono dalam bukunya “Tanaman Kelapa” (1988), buku ini menerangkan secara

rinci tentang tanaman kelapa hibrida mulai dari asal-usul masuknya kelapa hibrida ke Indonesia

yang kemudian menjadi salah satu komoditas ekspor andalan pada tahun 198410, ekologi tanaman kelapa hibrida, fungsi dan bentuk organ dari tanaman kelapa hibrida, pembukaan lahan

(11)

yang baik untuk persiapan tanam, sampai pada masa panen dan hasil produksi yang bisa

dimanfaatkan dari tanaman kelapa. Secara spesifik, pembukaan lahan tanaman kelapa hibrida

dapat dilakukan 1 tahun sebelum masa tanam atau paling lambat 6 bulan sebelum masa tanam11. Diperlukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan pembukaan lahan. Tahapan

selanjutnya adalah pembibitan yang bertujuan untuk menghasilkan hasil produksi yang baik.

Tanaman kelapa hibrida yang telah siap tanam sebaiknya ditanam di areal terbuka yang

mendapat penyinaran matahari yang cukup, hal ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan

tanaman kelapa hibrida. Adapun hasil-hasil produksi dari tanaman kelapa yang lazim dikenal

oleh masyarakat seperti kopra, minyak kelapa, kelapa parut kering, santan, sabut kelapa,

tempurung kelapa, nira kelapa, hingga air kelapa dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

masyarakat. Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa buku ini dapat digunakan oleh

peneliti untuk mendukung penelitian dari kajian yang dibahas dan dapat digunakan sebagai

acuan maupun refrensi dalam penulisan selanjutnya tentang perkembangan dan pengaruh

perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung.

P. Suhardiman dalam bukunya “Bertanam Kelapa” (1999), buku ini menjelaskan tentang

seluk-beluk kelapa hibrida, mulai dari definisi hibrida, morfologi kelapa secara umum,

jenis-jenis persilangan kelapa, cara mengawin-silangkan kelapa hibrida yang baik, cara membibitkan,

menanam, merawat serta mengendalikan hama penyakit yang sering menyerang kelapa hibrida,

sampai kepada cara mengolah hasilnya. Buku ini berisi tentang gambaran umum kelapa hibrida

yang dibutuhkan oleh penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan mengenai

perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung.

Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo dalam bukunya “Sejarah Perkebunan di Indonesia:

Kajian Sosial Ekonomi” (1991), buku ini mengkaji tentang sejarah dan perkembangan

(12)

perkebunan di Indonesia sejak tahun 1200 M hingga masa kolonial dan setelah masa

kemerdekaan Indonesia. Keberadaan perkebunan pada suatu wilayah tentu saja akan

menimbulkan lingkungan yang baru. Keberadaan komunitas perkebunan melahirkan lingkungan

yang berbeda dari aspek lokasi, tata ruang, ekologi, maupun organisasi sosial dan ekonomi.

Keberadaan perkebunan pada wilayah tersebut tentu saja membawa perubahan yang baru dalam

kehidupan masyarakat sebelumnya. Jadi, buku ini akan membantu dalam rencana penelitian

mengenai Perkembangan dan Pengaruh Perkebunan Kelapa di Desa Pulau Burung. Keberadaan

perkebunan kelapa di Desa Pulau Burung membawa perubahan yang signifikan pada kehidupan

masyarakat yang tinggal dan berdiam di wilayah perkebunan tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Metode sejarah merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk memastikan dan

menganalisis serta mengungkapkan fakta-fakta mengenai masa lampau. Sistematika dalam

sebuah penulisan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan terangkum di dalam sebuah

metode penelitian sejarah yang membantu setiap penelitian dalam tujuan untuk merekonstruksi

ataupun melakukan reka ulang terhadap kejadian-kejadian ataupun peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada masa lampau.

Seorang peneliti, dalam melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu mengadakan

sejumlah pengamatan untuk membuktikan akan anggapan-anggapan dasar yang berdasarkan

pada kenyataan yang ada di lokasi penelitian. Di dalam metode penelitian sejarah, ada beberapa

teknik ataupun langkah-langkah yang akan terlebih dahulu dilakukan oleh penulis sebelum

merampungkan tulisan yang akan dibuat. Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah

(13)

1. Heuristik, yaitu metode pengumpulan data atau sumber melalui studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang akan berkaitan dengan

penelitian (pengumpulan buku, majalah, artikel, majalah, maupun surat kabar), melakukan

pengamatan lapangan (field research), ataupun studi wawancara kepada narasumber yang dapat membantu penelitian dan berkaitan dengan judul penelitian yang akan diteliti. Dalam

peneitian mengenai kajian yang dibahas, peneliti mengumpulkan sumber-sumber pendukung

penelitian dari buku-buku yang terkait dengan judul penelitian baik yang ada di Perpustakaan

Daerah Pulau Burung, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan dari Kantor PT Riau

Sakti United Plantations-Perkebunan serta dari PT Riau Sakti United Plantations-Industry.

Selain buku, data-data yang diperoleh juga berupa dokumen dan laporan-laporan dari Kantor

Camat Pulau Burung dan dari Kantor Desa Pulau Burung maupun dokumen-dokumen yang

diperoleh dari beberapa departemen di PT Riau Sakti United Plantations. Dalam metode

wawancara peneliti menggunakan interview guide sebagai pedoman dalam melakukan

wawancara kepada narasumber yang merupakan informan dalam memberikan

sumber-sumber penelitian yang dikaji. Penyebaran kuesioner dilakukan selain melakukan wawancara

langsung dengan narasumber.

2. Kritik sumber, merupakan sebuah usaha yang akan dilakukan peneliti untuk menyeleksi

sumber atau bahan-bahan yang akan dikumpulkan. Setelah sumber-sumber dikumpulkan

kemudian diverifikasi melalui kritik, baik kritik ekstern maupun kritik intern. Kritik ekstern

digunakan untuk mengetahui tentang kebenaran sumber yang diperoleh, sedangkan kritik

intern digunakan untuk menilai kelayakan sumber yang akan digunakan dalam penulisan.

3. Interpretasi, pada tahapan ini peneliti akan mencoba menafsirkan sumber-sumber maupun

(14)

kebenarannya. Dalam menganalisa sumber yang diperoleh diperlukan analisa yang lebih

bersifat objektif dan ilmiah terhadap objek yang akan diteliti. Di sini peneliti telah memiliki

konsep, ide dan gambaran kerangka acuan untuk menulis, yang selanjutnya akan dituliskan

dalam tulisan sejarah yakni pada tahap keempat.

4. Historiografi, setelah semua sumber-sumber yang diperoleh selesai diuji kebenaran dan

kelayakannya, tahap selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti adalah merampungkan

dari hasil laporan yang telah diperoleh menjadi sebuah tulisan untuk dituangkan secara

sistematis dan kronologis. Dalam melakukan penulisan sejarah aspek kronologis memang

perlu diperhatikan agar menghasilkan sebuah tulisan yang bernilai sejarah yang ilmiah dan

objektif. Dengan demikian diharapkan penulisan mengenai PT Riau Sakti United Plantations

Dalam Perkembangannya dan Pengaruhnya Terhadap perkembangan wilayah di Pulau

Burung yang mencakup beberapa aspek kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mencoba untuk membahas tentang pembuatan aplikasi multimedia, bagaimana kita memadukan gambar, teks, suara dan animasi ke dalam perangkat

Hendro Gunawan, MA

Tujuan penelitian ialah terwujudnya Sistem Informasi Geografi dengan menggunakan Mapinfo untuk mempercepat pencarian informasi pos, hidran dan rute guna membantu Suku Dinas

Hendro Gunawan, MA

Setiap individu harus memiliki interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya baik dengan guru maupun teman. Tidak ada interaksi sosial yang baik

Dalam rangka memenuhi ujian munaqasah sarjana pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara, penulis menyusun skripsi berjudul: “ Model Komunikasi Lembaga Iman dan

karimah dan adab islami dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MIN 6 Tulungagung ternyata tidaklah mudah. Adanya anggapan bahwa aqidah

Hidung Tengggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara