Konstruksi Jalan Hijau (Green Road Construction)
Prospek Penerapan Konstruksi Jalan Hijau di Indonesia
Sudirman Hi. Umar 1
1 Mahasiswa Pascasarjana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 44 Yogyakarta
Email : sudirman_hi.umar@yahoo.co.id
Abstrak
Secara global proyek konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi, 16% air dan menghasilkan limbah konstruksi lebih dari 50% dari total limbah yang ada. Secara spesifik belum ada informasi mengenai jenis proyek yang mengkonsumsi sumber daya alam paling besar dan menghasilkan limbah paling banyak. Isu menipisnya berbagai jenis sumberdaya alam yang digunakan sebagai bahan bangunan serta menumpuknya limbah konstruksi yang dihasilkan dari proses konstruksi maupun yang bersumber dari bangunan yang telah habis masa pakainya menjadi masalah besar bagi kehidupan manusia di Bumi. Tahap konstruksi merupakan tahap yang perlu mendapatkan perhatian agar tujuan utama untuk mencapai konstruksi jalan hijau dapat tercapai. Dalam tahap konstruksi, pengelola proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan negative yang akan terjadi pada tahap berikutnya, yaitu pada tahap operasional dan tahap prilaku pengguna. Namun demikian untuk kepentingan tahap-tahap sebelum konstruksi, yaitu tahap pengadaan, perencanaan, dan studi kelayakan perlu dilakukan . Pada umumnya, pemanfaatan sumber daya alam dan banyaknya limbah bergantung pada jenis proyek konstruksi. Terjadinya kecenderungan peningkatan nilai konstruksi dari tahun ke tahun berdampak pada berkurangnya cadangan sumberdaya alam dan bertambahnya jumlah limbah yang dihasilkan jika pengelolaan proyek masih menggunakan cara seperti biasanya. Berdasarkan data tahun 2011 panjang jalan nasional di Indonesia adalah 38.570 km, dengan laju pertumbuhan 2,5% pada tahun 2012 akan berdampak pada ketersediaan sumber daya alam dan limbah yang dihasilkan. Dalam aspek tepat guna lahan, jenis infrastruktur ini membutuhkan lahan yang cukup luas dan meliputi beberapa propinsi di Indonesia. Terkait dengan pemilihan tapak yang akan digunakan, seringkali jalur jalan melewati hutan lindung dan daerah yang dinyatakan sebagai cagar alam. Untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam dan mengurangi jumlah limbah akibat proses konstruksi perlu di implementasikan konsep konstruksi jalan hijau (green road construction). Konsep ini berpotensi diterapkan pada setiap jenis proyek, salah satunya adalah infrastruktur jalan. Tujuan dalam kajian ini adalah mendapatkan informasi tentang aktivitas proses konstruksi jalan baru yang ramah lingkungan dalam aspek konservasi sumberdaya alam dan bisa diterapkan di Indonesia.
Kata kunci : green road construction, limbah, ramah lingkungan, sumber daya alam.
1. PENDAHULUAN
meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatan manusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012).
2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaiman konsep green road construction dengan mengkaji berbagai teori dan informasi serta prospek penerapanya di Negara kita sendiri, mengingat pertumbuhan panjang jalan yang terus meningkat akan berdampak pada pemakaian sumber daya alam sebagai pembentuknya, oleh sebab itu perlu dikembangkan proses konstruksi terkhusus pada konstruksi jalan yang mampu mengkonservasi sumbe rdaya agar pemanfaatannya dapat dipertanggungjawabkan.
3. KAJIAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Green Construction dan Green Road Construction
o Green Construction adalah suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan
dampak negative proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan
lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang (Ervianto, W.I., 2012)
o Green construction is a planning and managing a construction project in accordance with the contract
document in order to minimize the impact of the construction process on the environment (Suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi yang didasarkan pada dokumen kontrak untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang). (Glavinich., 2008)
o Green Construction adalah suatu tindakan yang dalam aplikasinya baik dari material dan bahanya selalu
bersifat green (Ramah Lingkungan). (PT. Jasamarga Persero, 2011)
o Green road construction atau konstruksi jalan hijau adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang
mencitacitakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya
rendah. (Mohammad Hasan, KaBalitbang Kementrian PU., 2011)
Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Green Road Construction adalah suatu konstruksi jalan yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta dalam pemeliharaanya selalu menggunakan tindakan-tindakan yang bersifat ramah lingkungan, efisien, hemat energy, berwawasan
lingkungan dan selalu menganut prinsip-prinsip berkelanjutan (Sustainable). Sudirman Hi.Umar.
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang berperan dalam kehidupan bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Penggunaan material dan sumber daya alam tidak terbarukan dapat menjadi masalah bagi generasi mendatang. Pemberian prioritas kepada hanya satu pengguna jalan pada tahap perancangan jalan, sebelum dan sesudah pelaksanaan konstruksi jalan, akan menjadi masalah bagi pengguna jalan lainnya.
Program pembangunan yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan telah dicanangkan oleh banyak negara dan telah menjadi kesepakatan bersama sebagai pembangunan berkelanjutan. Upaya yang mengarah pada pembangunan jalan berkelanjutan di Indonesia adalah dengan mempertimbangkan prinsip pembangunan jalan berkelanjutan yang telah digunakan oleh negara-negara lain.Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa konsep berkelanjutan yang menjadi dasar adalah terpenuhinya kebutuhan generasi masa kini tanpa mengganggu kemampuan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang, meningkatkan ekonomi, kualitas lingkungan, dan kesetaraan hak. Kriteria yang menjadi dasar penyelenggaraan jalan berkelanjutan adalah efisiensi, mobilitas, selamat dan nyaman, partisipasi masyarakat, pembatasan emisi, sumber daya alam, habitat, dan ekosistem.
Penyediaan infrastruktur di Indonesia dihadapkan pada tantangan cuaca, geografi, dan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang memberikan variasi kesulitan dalam perencanaan maupun pembangunannya. Jalan adalah contoh
implikasi yang nyata dari situasi ini. Wacana green road construction pun perlahan tapi pasti mulai berembus
Green Road Constructionatau konstruksi jalan hijau adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencitacitakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah,” jelas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Mohammad Hasan
dalam sambutannya pada pembukaan “International Seminar on the Green Road Construction and
International Workshop on The Vetiver Systems” di Hotel Horizon, Bandung, awal Oktober 2011 lalu.
“Gerakan green road construction ini juga identik dengan sustainability yang mengedepankan keseimbangan
antara keuntungan jangka pendek terhadap risiko jangka panjang, dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak lingkungan, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masa depan,”
3.2. Prospek Penerapan Green Road Construction di Indonesia
Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang berperan penting di setiap negara dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dalam rentang tahun 1987 sampai dengan 2011 pertambahan panjang jalan di Indonesia rata-rata per tahun untuk jalan nasional adalah 11.313,3 km, jalan propinsi 1.082,3 km, dan jalan kabupaten/kota adalah 94.445,5 km. Data tersebut tidak termasuk jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun 1987-1992, dan tidak termasuk dalam wilayah Timor Timur sejak tahun 1999. Dengan pertumbuhan panjang jalan yang terus mengalami peningkatan tentu akan berakibat pada berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam sebagai pembentuk struktur jalan, meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proses konstruksi, meningkatnya emisi yang ditimbulkan pada tahap pembangunan maupun operasional, berkurangnya lahan produktif akibat pengalihan lahan akibat pembangunan jalan, dan berbagai dampak lain terkait dengan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka perlu dikembangkan proses konstruksi yang mampu mereduksi pemakaian sumberdaya alam dan meminimalisasi terjadinya limbah yang dihasilkan melalui konsep jalan hijau. Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakar fosil, air, polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi air, limbah padat, dan mampu memulihkan/membentuk habitat. 2. manfaat bagi manusia (antroposentris) adalah meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatan
manusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012).
Prospek penerapan green road construction di Indonesia sangatlah bermanfaat dan menarik, konsep green sudah sudah seharusnya didasarkan pada daur hidup proyek konstruksi yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasional/perawatan, dan dekonstruksi/demolisi. Seluruh aktifitas disetiap tahap dalam daur hidup proyek harus diciptakan yang berdampak pada pelesatarian lingkungan di Indonesia.
Gambar 1. Daur hidup proyek konstruksi
Dari keseluruhan panjang jalan di Indonesia (± 486.296 km), 59.1% diantaranya menggunakan jenis perkerasan lentur dengan menggunakan aspal sebagai materialnya. Hal ini berakibat pada besarnya kebutuhan aspal nasional yaitu mencapai 1,2 juta ton per tahun (Kompas, 2009). Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasan lentur juga akan mengalami penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan seiring dengan berjalannya umur rencana perkerasan. Oleh karenanya, struktur perkerasan akan membutuhkan upaya-upaya pemeliharaan untuk menjaga kinerjanya yang dapat dilakukan melalui pekerjaan overlay dan recycling. Kedua cara tersebut mempunyai karakter yang berbeda sehingga menimbulkan dampak
yang berbeda pula. Cara yang pertama adalah melakukan overlay yang akan berdampak pada keutuhan natural
resources dan terhadap utilitas yang terkait dalam struktur jalan akibat elevasi jalan cenderung bertambah. Cara
kedua adalah melakukan daur ulang (recycling) dimana dalam proses recycling, dapat menggunakan Reclaimed
pengembalian lapis permukaan ataupun pembongkaran perkerasan akibat pemasangan utilitas. Apabila
dihancurkan dan disaring secara baik, RAP mengandung agregat berlapis aspal yang berkulitas tinggi Recycling
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu surface recycling dan full depth reclamation dimana keduanya mampu
mengkonservasi sumberdaya alam.
Secara global sector konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energy, dan 16% air (Widjanarko 2009). Penggunaan sumber daya tak terbarukan, proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalah contributor dampak lingkungan. Khanna (1999) mengelompokan daya dukung lingkungan hidup dalam dua komponen yaitu, kapasitas penyedia (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Hal ini sejalan dengan konsep sustainable construction dalam dokumen konstruksi Indonesia 2030 yang bertujuan untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah/bahan sisa serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007).
Dari uraian permasalahan yang hampir kompleks inilah maka penerapan green road construction di Indonesia sangatlah penting agar kita bisa keluar dari permasalahan yang ada untuk keberlangsungan kehidupan anak cucu kita kedepan (sustanible).
3.3. Usulan Penerapan Green Road Construction di Indonesia
Dasar dari konsep pembangunan berkelanjutan berawal dari penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran untuk menaikkan kemakmuran rakyat (ekonomi) namun tanpa memperhatikan penggunaan sumber daya alam dan teknologi canggih yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan.
Kegiatan transportasi yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan antara lain konstruksi infrastruktur transportasi, perjalanan, perakitan perlengkapan transportasi, pemeliharaan infrastruktur, dan pendukung kendaraan lainnya. Jika ditelusuri pengaruh transportasi terhadap lingkungan sangat bervariasi pada berbagai aspek lingkungan dan bergantung pada jenis kegiatan transportasi tersebut (EPA, 1999). Pembangunan jalan
berkelanjutan,sebagai bagian transportasi, harus membatasi pengaruh negative terhadap lingkungan.
Pembangunan infrastruktur jalan berdampak terhadap lingkungan yang diukur dengan besarnya emisi yang ditimbulkan sejak pembukaan lahan, pengambilan material, transportasi material, proses konstruksi hingga saat operasional. Namun demikian aktivitas pembangunannya tidak dapat dihentikan begitu saja tetapi perlu direformulasi untuk menurunkan dampaknya terhadap lingkungan. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional harus berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan yang ditandai dengan naiknya emisi gas rumah kaca. Sebagai negara berkembang tentu masih membutuhkan berbagai jenis infrastruktur namun dibutuhkan cara membangun yang ramah terhadap lingkungan. Oleh karenya dibutuhkan panduan mengenai cara membangun yang seminimal mungkin menimbulkan dampak lingkungan.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-13 tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Bali pada bulan Desember 2007, Indonesia sepakat untuk menurunkan konsentrasi CO2 di udara sebesar 26% sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 dan disepakati tentang “peta jalur hijau” dengan pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah karbon (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011). Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, telah memiliki cetak
biru bagi sektor konstruksi sebagai grand design dan grand strategy yang disebut dengan Konstruksi Indonesia
2030. Salah satu agenda yang diusulkan adalah melakukan promosi sustainable construction untuk
penghematan bahan dan pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007).
Aspek pertama dalam sustainable construction adalah penghematan bahan yang digunakan dalam pembangunan. Widjanarko (2009) menyatakan bahwa secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumberdaya alam, 40% energi, dan 16% air. Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak terbarukan, proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalah kontributor dampak lingkungan.
minimalisasi pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan seperti yang dinyatakan oleh Christini dkk. (2004) bahwa implementasi manajemen lingkungan yang didasarkan pada komitmen dan tujuan yang jelas merupakan faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang bersumber dari kegiatan konstruksi.
Maka untuk penerapan green road construction di Indonesia perlu memperhatikan hal-hal berikut meliputi
enam belas faktor, yaitu:
perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi, sumber dan siklus material, rencana perlindungan lokasi pekerjaan, manajemen limbah konstruksi, penyimpanan dan perlindungan material, kesehatan lingkungan kerja tahap konstruksi, program kesehatan dan keselamatan kerja, pemilihan dan operasional peralatan konstruksi, dokumentasi, pelatihan bagi subkontraktor, pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi, kualitas udara tahap konstruksi, efisiensi air, tepat guna lahan, efisiensi energi, manajemen lingkungan proyek konstruksi.
Selanjutnya faktor tersebut diatas dapat dikelompokan menjadi tujuh aspek green construction yang mencakup:
konservasi energi, konservasi air, tepat guna lahan, sumber dan siklus material, manajemen lingkungan bangunan, kualitas udara, kesehatan dan kenyamanan dalam proyek.
Bentuk nyata dari penerpan green road construction di Indonesia menurut saya sudah terlihat dari kebijakan pemerintah dewasa ini menyangkut dengan system transportasi missal dan transportasi ramah lingkungan seperti MRT (Mass Rapid Transit), ERP (Eletronic Road Price), EST (Environmentally Sustainable Transport).
Gambar 3. Detail Green Road Construction
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari tulisan yang saya susun, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Konsep penerapan green road construction di Indonesia perlu memperhatikan hal-hal berikut:
perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi, sumber dan siklus material, rencana perlindungan lokasi pekerjaan, manajemen limbah konstruksi, penyimpanan dan perlindungan material, kesehatan lingkungan kerja tahap konstruksi, program kesehatan dan keselamatan kerja, pemilihan dan operasional peralatan konstruksi, dokumentasi, pelatihan bagi subkontraktor, pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi, kualitas udara tahap konstruksi, efisiensi air, tepat guna lahan, efisiensi energi, manajemen lingkungan proyek konstruksi
2. Green Road Construction adalah upaya sadar dewasa ini untuk menyikapi ekosistem kita yang semakin
tak terkendali demi kelangsungan hidup anak cucu kita yang akan datang dengan prinsip Green Road
Construction Sustaniable (Konstruksi Jalan Hijau Berkelanjutan).
Saran
Saran-saran dari saya sebagai berikut:
1. Mengingat sangat pentingya implementasi green road construction maka harus didasarkan pada komitmen dan tujuan yang jelas ini merupakan faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang bersumber dari kegiatan konstruksi.
2. Sudah saatnya kita Berfikir nyata tentang penerpan green road construction di Indonesia mengingat sangat penting manfaat lingkungan tarhadap kelangsungan hidup manusia.
Ucapan Terima Kasih saya yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga tulisan ini dapat terealisasi, Terima kasih juga kepada kedua Orang Tua saya atas dukungan dan doanya yang tiada henti, Terima kasih kepada ketua prodi Magister Teknik Sipil UAJY, Dr.Ir. Imam Basuki, MT, ucapan Terima Kasih Juga Kepada seluruh penulis baik buku maupun jurnal ilmiah yang saya kutip dalam tulis ini terkhusus kepada Ir Wulfram I. Ervianto, Msc atas referensi jurnal yang telah diberikan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman mahasiswa Magister Teknik Sipil UAJY atas bantuan masukan saran dan doanya kepada saya.
Alamsyah, A., (2006).,Rekayasa jalan raya, UMM Press, Malang.
BaLitbang Kementrian PU. (2011) Green Road Construction Untuk Keberlanjutan Infrastruktur
CH2MHill. (2010). Transportation Green Roads Project
Ervianto, W. I., (2012).”Studi kontribusi green construction terhadap operasional bangunan”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Ervianto, W. I., (2013).“Kajian green construction infrastruktur jalan raya berdasarkan sistem rating greenroads dan invest”. Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-7 Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, vol. 7 (2), K214
Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. dan Suryamanto, (2013).“Identifikasi indikator green construction
pada proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
FHWA. (2012a). INVEST [WWW document]. URL https://www.sustainablehighways.org/1/home.html
Frick, H & Suskiyanto B, (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Greece Maria Lawalata., (2013). Prinsip-Prinsip Pembangunan Jalan Berkelanjutan, Vol.13, 115-116
Greenroads. (2012). Greenroads [WWW document]. URL http://www.greenroads.org/1/home.html
Highfield C. L., (2011).”Sustainable pavement construction developing a methodology for integrating environmental impact into the decision making process”, Virginia.
http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfm http://www1.pu.go.id/uploads/berita/ppw021007ind.htm
IDOT, & IJSG. (2010).“I-Last-Illinois Livable and Sustainable Transportation Rating System and Guide”
Jasamarga. (2012). Kinerja Konstruksi Jasamarga
document]. URL http://www.dot.state.il.us/green/documents/I-LASTGuidebook.pdf
Kawakami, A., Nitta, H., Kanou, T., Kubo, K., (2010),Study on CO2 emisiion of pavement recycling methods.
Kazmierowski, T., (2009). “In placepavement rcycling-the playback of green”. Thirteenth Annual Minnesota
Pavement Conference, Ontario: Ministry of Transportation.
Khanna, P., P.R. Babu dan M.S. George. (1999), “Carrying capacity as a basis for sustainable development: a
case study of national capitol region in India”, India.
http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfm