• Tidak ada hasil yang ditemukan

Green Road Construction dan Prospek Pene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Green Road Construction dan Prospek Pene"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Konstruksi Jalan Hijau (Green Road Construction)

Prospek Penerapan Konstruksi Jalan Hijau di Indonesia

Sudirman Hi. Umar 1

1 Mahasiswa Pascasarjana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 44 Yogyakarta

Email : sudirman_hi.umar@yahoo.co.id

Abstrak

Secara global proyek konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi, 16% air dan menghasilkan limbah konstruksi lebih dari 50% dari total limbah yang ada. Secara spesifik belum ada informasi mengenai jenis proyek yang mengkonsumsi sumber daya alam paling besar dan menghasilkan limbah paling banyak. Isu menipisnya berbagai jenis sumberdaya alam yang digunakan sebagai bahan bangunan serta menumpuknya limbah konstruksi yang dihasilkan dari proses konstruksi maupun yang bersumber dari bangunan yang telah habis masa pakainya menjadi masalah besar bagi kehidupan manusia di Bumi. Tahap konstruksi merupakan tahap yang perlu mendapatkan perhatian agar tujuan utama untuk mencapai konstruksi jalan hijau dapat tercapai. Dalam tahap konstruksi, pengelola proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan negative yang akan terjadi pada tahap berikutnya, yaitu pada tahap operasional dan tahap prilaku pengguna. Namun demikian untuk kepentingan tahap-tahap sebelum konstruksi, yaitu tahap pengadaan, perencanaan, dan studi kelayakan perlu dilakukan . Pada umumnya, pemanfaatan sumber daya alam dan banyaknya limbah bergantung pada jenis proyek konstruksi. Terjadinya kecenderungan peningkatan nilai konstruksi dari tahun ke tahun berdampak pada berkurangnya cadangan sumberdaya alam dan bertambahnya jumlah limbah yang dihasilkan jika pengelolaan proyek masih menggunakan cara seperti biasanya. Berdasarkan data tahun 2011 panjang jalan nasional di Indonesia adalah 38.570 km, dengan laju pertumbuhan 2,5% pada tahun 2012 akan berdampak pada ketersediaan sumber daya alam dan limbah yang dihasilkan. Dalam aspek tepat guna lahan, jenis infrastruktur ini membutuhkan lahan yang cukup luas dan meliputi beberapa propinsi di Indonesia. Terkait dengan pemilihan tapak yang akan digunakan, seringkali jalur jalan melewati hutan lindung dan daerah yang dinyatakan sebagai cagar alam. Untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam dan mengurangi jumlah limbah akibat proses konstruksi perlu di implementasikan konsep konstruksi jalan hijau (green road construction). Konsep ini berpotensi diterapkan pada setiap jenis proyek, salah satunya adalah infrastruktur jalan. Tujuan dalam kajian ini adalah mendapatkan informasi tentang aktivitas proses konstruksi jalan baru yang ramah lingkungan dalam aspek konservasi sumberdaya alam dan bisa diterapkan di Indonesia.

Kata kunci : green road construction, limbah, ramah lingkungan, sumber daya alam.

1. PENDAHULUAN

(2)

meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatan manusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012).

2. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaiman konsep green road construction dengan mengkaji berbagai teori dan informasi serta prospek penerapanya di Negara kita sendiri, mengingat pertumbuhan panjang jalan yang terus meningkat akan berdampak pada pemakaian sumber daya alam sebagai pembentuknya, oleh sebab itu perlu dikembangkan proses konstruksi terkhusus pada konstruksi jalan yang mampu mengkonservasi sumbe rdaya agar pemanfaatannya dapat dipertanggungjawabkan.

3. KAJIAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Green Construction dan Green Road Construction

o Green Construction adalah suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan

dampak negative proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan

lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang (Ervianto, W.I., 2012)

o Green construction is a planning and managing a construction project in accordance with the contract

document in order to minimize the impact of the construction process on the environment (Suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi yang didasarkan pada dokumen kontrak untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang). (Glavinich., 2008)

o Green Construction adalah suatu tindakan yang dalam aplikasinya baik dari material dan bahanya selalu

bersifat green (Ramah Lingkungan). (PT. Jasamarga Persero, 2011)

o Green road construction atau konstruksi jalan hijau adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang

mencitacitakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya

rendah. (Mohammad Hasan, KaBalitbang Kementrian PU., 2011)

Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Green Road Construction adalah suatu konstruksi jalan yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta dalam pemeliharaanya selalu menggunakan tindakan-tindakan yang bersifat ramah lingkungan, efisien, hemat energy, berwawasan

lingkungan dan selalu menganut prinsip-prinsip berkelanjutan (Sustainable). Sudirman Hi.Umar.

Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang berperan dalam kehidupan bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Penggunaan material dan sumber daya alam tidak terbarukan dapat menjadi masalah bagi generasi mendatang. Pemberian prioritas kepada hanya satu pengguna jalan pada tahap perancangan jalan, sebelum dan sesudah pelaksanaan konstruksi jalan, akan menjadi masalah bagi pengguna jalan lainnya.

Program pembangunan yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan telah dicanangkan oleh banyak negara dan telah menjadi kesepakatan bersama sebagai pembangunan berkelanjutan. Upaya yang mengarah pada pembangunan jalan berkelanjutan di Indonesia adalah dengan mempertimbangkan prinsip pembangunan jalan berkelanjutan yang telah digunakan oleh negara-negara lain.Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa konsep berkelanjutan yang menjadi dasar adalah terpenuhinya kebutuhan generasi masa kini tanpa mengganggu kemampuan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang, meningkatkan ekonomi, kualitas lingkungan, dan kesetaraan hak. Kriteria yang menjadi dasar penyelenggaraan jalan berkelanjutan adalah efisiensi, mobilitas, selamat dan nyaman, partisipasi masyarakat, pembatasan emisi, sumber daya alam, habitat, dan ekosistem.

Penyediaan infrastruktur di Indonesia dihadapkan pada tantangan cuaca, geografi, dan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang memberikan variasi kesulitan dalam perencanaan maupun pembangunannya. Jalan adalah contoh

implikasi yang nyata dari situasi ini. Wacana green road construction pun perlahan tapi pasti mulai berembus

(3)

Green Road Constructionatau konstruksi jalan hijau adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencitacitakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah,” jelas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Mohammad Hasan

dalam sambutannya pada pembukaan “International Seminar on the Green Road Construction and

International Workshop on The Vetiver Systems” di Hotel Horizon, Bandung, awal Oktober 2011 lalu.

“Gerakan green road construction ini juga identik dengan sustainability yang mengedepankan keseimbangan

antara keuntungan jangka pendek terhadap risiko jangka panjang, dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak lingkungan, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masa depan,”

3.2. Prospek Penerapan Green Road Construction di Indonesia

Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang berperan penting di setiap negara dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dalam rentang tahun 1987 sampai dengan 2011 pertambahan panjang jalan di Indonesia rata-rata per tahun untuk jalan nasional adalah 11.313,3 km, jalan propinsi 1.082,3 km, dan jalan kabupaten/kota adalah 94.445,5 km. Data tersebut tidak termasuk jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun 1987-1992, dan tidak termasuk dalam wilayah Timor Timur sejak tahun 1999. Dengan pertumbuhan panjang jalan yang terus mengalami peningkatan tentu akan berakibat pada berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam sebagai pembentuk struktur jalan, meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proses konstruksi, meningkatnya emisi yang ditimbulkan pada tahap pembangunan maupun operasional, berkurangnya lahan produktif akibat pengalihan lahan akibat pembangunan jalan, dan berbagai dampak lain terkait dengan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka perlu dikembangkan proses konstruksi yang mampu mereduksi pemakaian sumberdaya alam dan meminimalisasi terjadinya limbah yang dihasilkan melalui konsep jalan hijau. Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakar fosil, air, polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi air, limbah padat, dan mampu memulihkan/membentuk habitat. 2. manfaat bagi manusia (antroposentris) adalah meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatan

manusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012).

Prospek penerapan green road construction di Indonesia sangatlah bermanfaat dan menarik, konsep green sudah sudah seharusnya didasarkan pada daur hidup proyek konstruksi yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasional/perawatan, dan dekonstruksi/demolisi. Seluruh aktifitas disetiap tahap dalam daur hidup proyek harus diciptakan yang berdampak pada pelesatarian lingkungan di Indonesia.

Gambar 1. Daur hidup proyek konstruksi

Dari keseluruhan panjang jalan di Indonesia (± 486.296 km), 59.1% diantaranya menggunakan jenis perkerasan lentur dengan menggunakan aspal sebagai materialnya. Hal ini berakibat pada besarnya kebutuhan aspal nasional yaitu mencapai 1,2 juta ton per tahun (Kompas, 2009). Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasan lentur juga akan mengalami penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan seiring dengan berjalannya umur rencana perkerasan. Oleh karenanya, struktur perkerasan akan membutuhkan upaya-upaya pemeliharaan untuk menjaga kinerjanya yang dapat dilakukan melalui pekerjaan overlay dan recycling. Kedua cara tersebut mempunyai karakter yang berbeda sehingga menimbulkan dampak

yang berbeda pula. Cara yang pertama adalah melakukan overlay yang akan berdampak pada keutuhan natural

resources dan terhadap utilitas yang terkait dalam struktur jalan akibat elevasi jalan cenderung bertambah. Cara

kedua adalah melakukan daur ulang (recycling) dimana dalam proses recycling, dapat menggunakan Reclaimed

(4)

pengembalian lapis permukaan ataupun pembongkaran perkerasan akibat pemasangan utilitas. Apabila

dihancurkan dan disaring secara baik, RAP mengandung agregat berlapis aspal yang berkulitas tinggi Recycling

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu surface recycling dan full depth reclamation dimana keduanya mampu

mengkonservasi sumberdaya alam.

Secara global sector konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energy, dan 16% air (Widjanarko 2009). Penggunaan sumber daya tak terbarukan, proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalah contributor dampak lingkungan. Khanna (1999) mengelompokan daya dukung lingkungan hidup dalam dua komponen yaitu, kapasitas penyedia (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Hal ini sejalan dengan konsep sustainable construction dalam dokumen konstruksi Indonesia 2030 yang bertujuan untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah/bahan sisa serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007).

Dari uraian permasalahan yang hampir kompleks inilah maka penerapan green road construction di Indonesia sangatlah penting agar kita bisa keluar dari permasalahan yang ada untuk keberlangsungan kehidupan anak cucu kita kedepan (sustanible).

3.3. Usulan Penerapan Green Road Construction di Indonesia

Dasar dari konsep pembangunan berkelanjutan berawal dari penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran untuk menaikkan kemakmuran rakyat (ekonomi) namun tanpa memperhatikan penggunaan sumber daya alam dan teknologi canggih yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan.

Kegiatan transportasi yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan antara lain konstruksi infrastruktur transportasi, perjalanan, perakitan perlengkapan transportasi, pemeliharaan infrastruktur, dan pendukung kendaraan lainnya. Jika ditelusuri pengaruh transportasi terhadap lingkungan sangat bervariasi pada berbagai aspek lingkungan dan bergantung pada jenis kegiatan transportasi tersebut (EPA, 1999). Pembangunan jalan

berkelanjutan,sebagai bagian transportasi, harus membatasi pengaruh negative terhadap lingkungan.

Pembangunan infrastruktur jalan berdampak terhadap lingkungan yang diukur dengan besarnya emisi yang ditimbulkan sejak pembukaan lahan, pengambilan material, transportasi material, proses konstruksi hingga saat operasional. Namun demikian aktivitas pembangunannya tidak dapat dihentikan begitu saja tetapi perlu direformulasi untuk menurunkan dampaknya terhadap lingkungan. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional harus berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan yang ditandai dengan naiknya emisi gas rumah kaca. Sebagai negara berkembang tentu masih membutuhkan berbagai jenis infrastruktur namun dibutuhkan cara membangun yang ramah terhadap lingkungan. Oleh karenya dibutuhkan panduan mengenai cara membangun yang seminimal mungkin menimbulkan dampak lingkungan.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-13 tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Bali pada bulan Desember 2007, Indonesia sepakat untuk menurunkan konsentrasi CO2 di udara sebesar 26% sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 dan disepakati tentang “peta jalur hijau” dengan pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah karbon (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011). Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, telah memiliki cetak

biru bagi sektor konstruksi sebagai grand design dan grand strategy yang disebut dengan Konstruksi Indonesia

2030. Salah satu agenda yang diusulkan adalah melakukan promosi sustainable construction untuk

penghematan bahan dan pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007).

Aspek pertama dalam sustainable construction adalah penghematan bahan yang digunakan dalam pembangunan. Widjanarko (2009) menyatakan bahwa secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumberdaya alam, 40% energi, dan 16% air. Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak terbarukan, proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalah kontributor dampak lingkungan.

(5)

minimalisasi pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan seperti yang dinyatakan oleh Christini dkk. (2004) bahwa implementasi manajemen lingkungan yang didasarkan pada komitmen dan tujuan yang jelas merupakan faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang bersumber dari kegiatan konstruksi.

Maka untuk penerapan green road construction di Indonesia perlu memperhatikan hal-hal berikut meliputi

enam belas faktor, yaitu:

perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi, sumber dan siklus material, rencana perlindungan lokasi pekerjaan, manajemen limbah konstruksi, penyimpanan dan perlindungan material, kesehatan lingkungan kerja tahap konstruksi, program kesehatan dan keselamatan kerja, pemilihan dan operasional peralatan konstruksi, dokumentasi, pelatihan bagi subkontraktor, pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi, kualitas udara tahap konstruksi, efisiensi air, tepat guna lahan, efisiensi energi, manajemen lingkungan proyek konstruksi.

Selanjutnya faktor tersebut diatas dapat dikelompokan menjadi tujuh aspek green construction yang mencakup:

konservasi energi, konservasi air, tepat guna lahan, sumber dan siklus material, manajemen lingkungan bangunan, kualitas udara, kesehatan dan kenyamanan dalam proyek.

Bentuk nyata dari penerpan green road construction di Indonesia menurut saya sudah terlihat dari kebijakan pemerintah dewasa ini menyangkut dengan system transportasi missal dan transportasi ramah lingkungan seperti MRT (Mass Rapid Transit), ERP (Eletronic Road Price), EST (Environmentally Sustainable Transport).

(6)

Gambar 3. Detail Green Road Construction

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari tulisan yang saya susun, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Konsep penerapan green road construction di Indonesia perlu memperhatikan hal-hal berikut:

perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi, sumber dan siklus material, rencana perlindungan lokasi pekerjaan, manajemen limbah konstruksi, penyimpanan dan perlindungan material, kesehatan lingkungan kerja tahap konstruksi, program kesehatan dan keselamatan kerja, pemilihan dan operasional peralatan konstruksi, dokumentasi, pelatihan bagi subkontraktor, pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi, kualitas udara tahap konstruksi, efisiensi air, tepat guna lahan, efisiensi energi, manajemen lingkungan proyek konstruksi

2. Green Road Construction adalah upaya sadar dewasa ini untuk menyikapi ekosistem kita yang semakin

tak terkendali demi kelangsungan hidup anak cucu kita yang akan datang dengan prinsip Green Road

Construction Sustaniable (Konstruksi Jalan Hijau Berkelanjutan).

Saran

Saran-saran dari saya sebagai berikut:

1. Mengingat sangat pentingya implementasi green road construction maka harus didasarkan pada komitmen dan tujuan yang jelas ini merupakan faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang bersumber dari kegiatan konstruksi.

2. Sudah saatnya kita Berfikir nyata tentang penerpan green road construction di Indonesia mengingat sangat penting manfaat lingkungan tarhadap kelangsungan hidup manusia.

Ucapan Terima Kasih saya yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga tulisan ini dapat terealisasi, Terima kasih juga kepada kedua Orang Tua saya atas dukungan dan doanya yang tiada henti, Terima kasih kepada ketua prodi Magister Teknik Sipil UAJY, Dr.Ir. Imam Basuki, MT, ucapan Terima Kasih Juga Kepada seluruh penulis baik buku maupun jurnal ilmiah yang saya kutip dalam tulis ini terkhusus kepada Ir Wulfram I. Ervianto, Msc atas referensi jurnal yang telah diberikan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman mahasiswa Magister Teknik Sipil UAJY atas bantuan masukan saran dan doanya kepada saya.

(7)

Alamsyah, A., (2006).,Rekayasa jalan raya, UMM Press, Malang.

BaLitbang Kementrian PU. (2011) Green Road Construction Untuk Keberlanjutan Infrastruktur

CH2MHill. (2010). Transportation Green Roads Project

Ervianto, W. I., (2012).”Studi kontribusi green construction terhadap operasional bangunan”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Ervianto, W. I., (2013).“Kajian green construction infrastruktur jalan raya berdasarkan sistem rating greenroads dan invest”. Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-7 Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, vol. 7 (2), K214

Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. dan Suryamanto, (2013).“Identifikasi indikator green construction

pada proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

FHWA. (2012a). INVEST [WWW document]. URL https://www.sustainablehighways.org/1/home.html

Frick, H & Suskiyanto B, (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Greece Maria Lawalata., (2013). Prinsip-Prinsip Pembangunan Jalan Berkelanjutan, Vol.13, 115-116

Greenroads. (2012). Greenroads [WWW document]. URL http://www.greenroads.org/1/home.html

Highfield C. L., (2011).”Sustainable pavement construction developing a methodology for integrating environmental impact into the decision making process”, Virginia.

http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfm http://www1.pu.go.id/uploads/berita/ppw021007ind.htm

IDOT, & IJSG. (2010).“I-Last-Illinois Livable and Sustainable Transportation Rating System and Guide”

Jasamarga. (2012). Kinerja Konstruksi Jasamarga

document]. URL http://www.dot.state.il.us/green/documents/I-LASTGuidebook.pdf

Kawakami, A., Nitta, H., Kanou, T., Kubo, K., (2010),Study on CO2 emisiion of pavement recycling methods.

Kazmierowski, T., (2009). “In placepavement rcycling-the playback of green”. Thirteenth Annual Minnesota

Pavement Conference, Ontario: Ministry of Transportation.

Khanna, P., P.R. Babu dan M.S. George. (1999), “Carrying capacity as a basis for sustainable development: a

case study of national capitol region in India”, India.

http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfm

Gambar

Gambar 1. Daur hidup proyek konstruksi
Gambar 2. Contoh Konstruksi Jalan Hijau
Gambar 3. Detail Green Road Construction

Referensi

Dokumen terkait

Uji coba angket merupakan tahap awal yang sangat menentukan Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas angket yang akan digunakan untuk menjaring

Selain itu, ada yang mengatakan bahwa pahlawan itu hanyalah sebuah pemaknaan, bagi kita mungkin melihat Arung Palaka sebagai pengkhianat, namun untuk rakyat dan bangsanya

Jelaslah bahwa dua state s dan s ' dalam automaton tidak dapat dibedakan jika kedua state ini menghasilkan output yang sama dan state yang sama untuk setiap

The absence of the active marker in this construction marks the verb as passive; it is most likely to be used as an agentless passive. This passive

Surat jalan ini dibuat oleh bagian pengiriman sesuai dengan SO yang telah diselesaikan oleh bagian produksi Prosedur sistem informasi akuntansi manual pada sistem persediaan

harga pasaran pada saat itu Saksi tidak dapat membeli tanah tersebut, dan tidak lama kemudian Saksi mengetahui kalau tanah sengketa sudah dibeli oleh Tergugat,

Analisis terhadap pelayanan yang baik di BPRS dan BMT UGT Sidogiri diantaranya dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang baik dan lengkap, mempunyai karyawan

Dalam penelitian yang diperoleh adalah data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar akhir aktif dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir