• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di bursa Efek Indonesia untuk periode Berikut. gambaran umum perusahaan yang akan diteliti:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di bursa Efek Indonesia untuk periode Berikut. gambaran umum perusahaan yang akan diteliti:"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. Gambaran Umum Perusahaan

Dalam penelitian ini digunakan sampel perusahaan-perusahaan kosmetik yang terdaftar di bursa Efek Indonesia untuk periode 2010-2014. Berikut gambaran umum perusahaan yang akan diteliti:

1. PT. Martina Berto Tbk

PT. Martina Berto merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC. Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional.Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang merupakan kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semipadat, cairan, dan aerosol. Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung dengan partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya PT. Sari Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995 mereka melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group menjadi PT. Martina Berto.Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.

(2)

2. PT. Mustika Ratu Tbk

Awal pendirian PT. Mustika Ratu Tbk (MRAT) pada tahun 1975, dimulai dari garasi kediaman Ibu BRA. Mooryati Soedibyo. Tahun 1978 PT. Mustika Ratu Tbk mulai menjalankan usahanya secara komersial, yaitu dengan memproduksi jamu yang di distribusikan di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Medan. Dalam perkembangannya permintaan konsumen semakin meningkat, hingga pada tahun 1980-an MRAT mulai mengembangkan berbagai jenis kosmetika tradisional.

Pada tanggal 8 April 1981 pabrik MRAT resmi di operasikan.Dalam rangka memperkokoh struktur permodalan serta mewujudkan visinya sebagai perusahaan Kosmetika dan Jamu Alami Berteknologi Tinggi Terbaik di Indonesia.MRAT melakukan penawaran umum perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1995. MRAT memulai menerapkan standar internasional ISO 9002 tentang Sistem Manajemen Mutu serta ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan sejak tahun 1996. Ruang lingkup kegiatan MRAT meliputi pabrikasi, perdagangan dan distribusi jamu dan kosmetik tradisional serta minuman sehat, dan kegiatan usaha lain yang berkaitan. Selama tahun 2005 Perseroan telah mnegadakan training “The Power of Motivation and Personality”. Training yang dihadiri oleh 77 karyawan yang terdiri dari level Supervisor, Superintendent dan manajer tersebut bertujuan untuk memperbaiki karakter karyawan sehingga dapat berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Di samping itu, Perseroan juga mengadakan training “Kiat jitu mengoptimalkan Performa Karyawan dengan prinsip Empati”.Training yang

(3)

khusus ditujukan bagi para manajer ini menginformasikan tentang kiat-kiat untuk meningkatkan performa karyawan dengan prinsip empati. Dalam training tersebut dibahas cara-cara jitu untuk mengelola anak buah dan mempertahankan loyalitas bawahan dengan pendekatan empati. Selama tahun 2005 Perseroan telah mengirim 23 karyawan untuk mengikuti barbagai pelatihan maupun seminar dan workshop yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kerja dari karyawan. PT. Mustika Ratu Tbk berdomisili atau berkantor pusat di Jalan Gatot Subroto Kav. 74 – 75, Jakarta Selatan dan pabrik berlokasi di Jalan Raya Bogor KM 26,4 Ciracas Jakarta Timur.

3. PT. Mandom Indonesia, Tbk

PT Mandom Indonesia Tbk ini didirikan di Jakarta pada 5 November 1969. Pertama kali didirikan dengan nama PT Tancho Indonesia. Bergerak di bidang usaha industri kosmetika, wangi-wangian, perbekalan kesehatan rumah tangga, toiletries dan kemasan plastik.Sebagai Perusahaan yang menjalankan usaha di Indonesia, PT Mandom Indonesia Tbk telah menetapkan komitmennya untuk melayani dan memberikan kontribusi bagi pasar domestik dengan produk-produk terbaik Mandom.Setiap Brand PT Mandom Indonesia Tbk secara khusus diciptakan dengan keunggulan dan keunikan masing-masing yang ditargetkan untuk konsumen yang berbeda-beda. Sejak didirikan pada tahun 1969 sampai saat ini PT Mandom Indonesia Tbk mengalami perkembangan yang cukup pesat. Terbukti dengan kenaikan penjualan PT Mandom Indonesia Tbk pada setiap tahunnya dan pada 7 Desember 2007 penjualan PT Mandom Indonesia Tbk mencapai 1 triliun yang sesuai dengan Rencana Manajemen Jangka Menengah

(4)

Tahap ke-1 (MID-1). Pencapaian ini merupakan suatu lembaran sejarah tersendiri bagi Perseroan dan merupakan batu pijakan menuju Perusahaan yang berskala lebih besar. PT Mandom Indonesia Tbk bergerak di bidang usaha industri kosmetika, wangi-wangian, perbekalan kesehatan rumah tangga, toiletries dan kemasan plastik. Usaha kosmetika dan toiletries merupakan suatu usaha yang cukup menjanjikan di era globalisasi terbukti dari peningkatan penjualan yang konsisten selama 5 tahun terakhir ini, apalagi sekarang ini di Indonesia semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan merawat tubuh dan penampilan baik laki-laki dan perempuan. Untuk itu PT Mandom Indonesia Tbk melakukan beberapa program marketing seperti Launcing produk baru Pixy, Mensponsori acara Lets Dance Contest yang sesuai dengan segmentasi Gatsby yang memiliki ciri khas ”Gaya” dan ”Aktif” dan untuk lebih mendekatkan lagi dengan konsumen, Gatsby mensponsori acara musik dengan konsep baru, yaitu ”MTV Monday Soundsation” yang tayang secara live. PT Mandom Indonesia Tbk juga melakukan promosi dengan cara Mandom Fair, dimana PT Mandom Indonesia Tbk memperkenalkan produk-produknya kepada target market lewat lomba, pameran, atau event.

4. PT. Unilever Indonesia Tbk

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22

(5)

Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 . Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadiPT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2- 1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998.Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No.SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan

(6)

No.C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933. Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.

Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte.Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte.Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004.Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham

(7)

(pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004. Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industry minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.

5. PT. Akasha Wira International, Tbk

PT Akasha Wira International Tbk (dahulu Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta 12520 – Indonesia. Telp : (62-21) 2754-5000 (Hunting), Fax : (62-21) 7884-5549.

Pemegang saham mayoritas Akasha Wira International Tbk adalah Water Partners Bottling S.A. (91,94%), merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water Partners Bottling S.A. diakuisisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum Singapura, Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Kegiatan utama Akasha

(8)

International adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan (merek Nestle Pure Life dan Vica) serta perdagangan besar produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada tahun 1986, sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2010 dan produksi produk kosmetika dimulai pada tahun 2012. Pabrik pengolahan air minum dalam kemasan berlokasi di Jawa Barat dan pabrik produk kosmetik berlokasi di Pulogadung.

Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp3.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994. B. Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan

Rumah Tangga

Salah satu usaha mengetahui perkembangan posisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan membandingkan angka-angka (trend) rasio periode yang lalu dengan periode saat ini kemudian rasio-rasio tersebut dibandingkan satu sama lain sehingga diketahui kinerja perusahaan terbaik setiap tahunnya. Analisis keuangan yang merupakan teknik utama dalam pengukuran kinerja perusahaan, terdiri atas analisis rasio - rasio keuangan pada perusahaan kosmetik yang terdaftar di BEI. Perusahaan yang terdaftar dalam perusahaan kosmetik di BEI

(9)

yaitu PT Unilever Indonesia, Tbk , PT Mustika Ratu, Tbk, PT Mandom Indonesia,Tbk, PT Martina Berto, Tbk. dan PT. Akasha Wira International, Tbk. 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas sebagai alat untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan jangka pendek saat jatuh tempo, berdasarkan data laporan keuangan perusahaan Kosmetik yang terdaftar di BEI periode 2010-2014, rasio likuiditas dihitung sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rasio Likuiditas

Perusahaan Industri Kosmetik di BEI Tahun 2010-2014 No Kode Perusahaan Tahun ( Dalam %) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 2010-2014 1 UNVR 85.13 68.67 66.83 69.64 71.49 72.35 2 MRAT 761.34 627.07 601.71 605.41 361.28 591.36 3 TCID 1,068.45 1,174.28 772.65 357.32 179.82 710.50 4 MBTO 158.89 408.10 371.02 399.14 395.42 346.51 5 ADES 151.14 170.88 194.16 180.96 153.53 170.13 Rata-rata Industri 444.99 489.80 401.27 322.49 232.31 378.17 Sumber: Data Diolah, 2016

(10)

Gambar 4.1 Rasio Likuiditas Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014

Berdasarkan Grafik diatas, maka dapat diuraikan sebagai berikut :

Berdasarkan Penelitian menunjukkan bahwa PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki tingkat Rasio Likuiditas Paling Rendah Pada Periode 2010-2014 dalam keadaan illikuid. Rata-rata Rasio Likuiditas sebesar 72.35% tercatat di bawah 1 atau 100%, artinya perusahaan tidak Mampu melunasi kewajiban Jangka pendek yang dimiliki pada saat jatuh tempo. Hal disebabkan karena penurunan modal kerja lebih ketat.

Pada PT. Mustika Ratu, Tbk Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Rasio Likuiditas dari Tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami penurunan, dan dalam kondisi Likuid. Rata-rata Rasio Likuiditas sebesar 591.36% tercatat di atas 1 atau 100%, yang artinya perusahaan Mampu melunasi Kewajiban Jangka pendek yang di miliki pada saat jatuh tempo.

Pada PT. Mandom Indonesia, Tbk. Rasio Likuiditas pada tahun 2010 sebesar 1.068, 45 %. Pada Tahun 2011 Mengalami peningkatan sedangkan Tahun 2012 mengalami penurunan sampai dengan tahun 2014. Namun Rasio Likuiditas

200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 UNVR MRAT TCID MBTO ADES

(11)

PT. Mandom Indonesia masih dalam Kondisi Likuid. Rasio Likuiditas sebesar 710.50% tercatat di Atas 1 atau 100 % yang artinya perusahaan Mampu membiayai Hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo.

PT. Martina Berto, Tbk. Mempunyai Tingkat Rasio Likuiditas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 Mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuaktif. Kondisi Rasio Perusahaan dalam keadaan Likuid. Rata-rata Rasio Likuiditas PT. Martina Berto, Tbk. Sebesar 346.51% tercatat di atas 100% yang artinya perusahaan Mampu membayar kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo.

PT. Akasha Wira International, Tbk Mempunyai Tingkat Rasio Likuiditas dari Tahun 2010-2014 dalam Kondisi Likuid. Rata-rata Rasio sebesar 170.13%. tercatat di atas 1 atau 100% yang artinyarasio perusahaan mampu membayar kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh Tempo.

Secara Umum dari keseluruhan ke Lima perusahaan yang telah diteliti ternyata rasio Likuiditas Perusahaan yang Paling tidak Likuid (illikuid) adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 72.35%, Hal tersebut dilihat dari jumlah kewajiban lancar yang besar digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan usaha mereka, perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk telah banyak membiayai hutang-hutangnya. Sedangkan rasio Likuiditas yang paling tinggi adalah PT. Mandom Indonesia, Tbk. Posisi PT. Mandom Indonesia, Tbk. jika di lihat dari grafik 4.1 menggambarkan RasioLikuiditas perusahaan yang paling mendekati posisi PT. Unilever Indonesia, Tbk. Adalah PT. Mustika Ratu, Tbk. Berdasarkan grafik posisi yang berada di atas Rata-rata Industri adalah PT. Unilever Indonesia,

(12)

Tbk. Dan PT. Mustika Ratu Tbk. Sementara PT. Martina Berto, Tbk dan PT. Akasha Wira International, Tbk menggambarkan posisi Rasio Likuiditas berada di bawah rata-rata Industri.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas sebagai alat ukur yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila perusahaan likuidasi, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. berdasarkan data laporan keuangan perusahaan Kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di BEI periode 2010- 2014, rasio solvabilitas dihitung sebagai berikut :

Tabel 4.2 Rasio Solvabilitas

Perusahaan Industri Kosmetik di BEI Tahun 2010-2014 No Kode Perusahaan Tahun ( Dalam %) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 2010-2014 1 UNVR 114.91 184.77 202.01 213.73 210.53 185.19 2 MRAT 14.47 17.87 18.03 16.36 29.91 19.33 3 TCID 10.41 10.82 15.02 23.92 44.39 20.91 4 MBTO 184.92 35.24 40.25 35.55 36.5 66.49 5 ADES 224.89 151.34 86.06 66.58 70.68 119.91 Rata-rata Industri 109.92 80.01 72.27 71.23 78.40 82.37 Sumber: Data Diolah, 2016

(13)

Gambar 4.2 Rasio Solvabilitas Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014

Berdasarkan Grafik diatas, maka dapat diuraikan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian PT. Unilever Indonesia, Tbk pada Tahun 2010 sampai 2011 dalam kondisi Solvable. Namun Pada Tahun 2012 sampai dengan 2014 kondisi perusahaan menjadi Unsolvable. Jika di lihat rata-rata rasio DER dari tahun 2010-2014 sebesar 185.19%, bahwa perusahaan dalam Kondisi Unsolvabel, dan paling tinggi dibandingkan ke-Lima perusahaan yang lain. PT Unilever Indonesia, Tbk. dari tahun ke tahun menunjukkan dalam penggunaan hutang mengalami peningkatan yang semakin tinggi. hal ini disebabkan karena terus meningkatnya jumlah hutang tanpa diikuti dengan penambahan modal.hal ini menggambarkan ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya bila perusahaan dilikuidasi.

PT. Mustika Ratu, Tbk memiliki tingkat Rasio DER dari tahun 2010-2014 dalam kondisi Solvable. Rata-rata 2010-2014 Rasio DER PT. Mustika ratu, Tbk sebesar 19.33%, yang artinya kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan dilikuidasi sangat tinggi.

50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 UNVR MRAT TCID MBTO ADES

(14)

PT. Mandom Indonesia, Tbk memiliki tingkat rasio DER pada periode 2010-2014 dalam kondisi Solvable. Rata-rata 2010-2014 Rasio DER PT. Mustika ratu, Tbk sebesar 20.91% yang artinya kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan dilikuidasi sangat tinggi.

PT. Martina Berto, Tbk memiliki tingkat rasio DER pada periode 2010-2014 dalam kondisi Solvable. Rata-rata 2010-2010-2014 Rasio DER PT. Martina Berto, Tbk sebesar 20.91% yang artinya kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan dilikuidasi sangat tinggi.

PT. Akasha Wira International, Tbk memiliki tingkat Rasio DER pada Periode 2010-2011 dalam kondisi Unsolvable. Sedangkan pada Tahun 2012 Rasio DER mengalami Penurunan hingga tahun 2014 Sehingga kondisi perusahan menjadi Solvabel. Yang artinya perusahaan mampu memenuhi hutangnya dengan modal yang dimiliki. Namun Rata-rata Rasio 2010-2014 sebesar 119.91% yang artinya kondisi perusahaan Unsolvable.

Secara umum dari ke lima perusahaan yang diteliti ternyata yang paling tidak solvable adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk Karena rata-ratanya paling tinggi sebesar 185.19%. selain PT Unilever Indonesia, Tbk ada perusahaan PT. Akasha Wira International, Tbk yang juga tidak solvable dengan Rata-rata sebesar 119.91%. Jika dilihat dari gambar grafik 4.2 Solvabilitas yang memiliki kemiripan adalah antara perusahaan MRAT dengan TCID. Keduanya dalam posisi paling mendekati, hal ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut dalam kondisi solvable. Dari hasil Peneltian menunjukkan bahwa pada Tahun

(15)

2010 Rata-rata Industri berada dalam kondisi yang tidak Solvable . karena angka rasionya di atas 100%. Namun di tahun 2011-2014 berikutnya angka industri semakin menurun, yang artinya kondisi Industri semakin Solvable. Rata-rata sepanjang tahun 2010-2014 adalah 82.37% yang berarti setiap Rp100,- ekuitas menanggung Rp0.82,- Total Hutang.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukan dalam laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya, berdasarkan data laporan keuangan perusahaan Kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di BEI periode 2010-2014, rasio profitabilitas dihitung sebagai berikut :

(16)

Tabel 4.3 Rasio Profitabilitas

Perusahaan Industri Kosmetik di BEI Tahun 2010-2014 No Kode Perusahaan Tahun ( Dalam %) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 2010-2014 1 UNVR 83.60 113.13 121.94 125.81 124.78 113.85 2 MRAT 7.23 7.77 7.97 1.77 - 1.92 4.62 3 TCID 13.86 13.72 13.71 13.54 13.58 13.68 4 MBTO 31.44 10.65 10.48 3.58 0.64 11.36 5 ADES 31.70 20.57 39.87 21.02 10.49 24.73 Rata-rata Industri 33.57 33.17 38.79 32.44 30.28 33.65 Sumber: Data Diolah, 2016

Gambar 4.3 Rasio Profitabilitas Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014

Berdasarkan Grafik diatas maka dapat diuraikan sebagai berikut :

-20.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 UNVR MRAT TCID MBTO ADES

(17)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio ROE PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki tingkat Rasio Profitabilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 113.85%, artinya setiap Rp 100,-. Equitas perusahaan mampu menghasilkan Rp 113,85,-. hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode 2010-2014 dapat di katakan baik. PT Mustika Ratu, Tbk Di Tahun 2010 menghasilkan Laba sebesar 7.23%. dari Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2012 mengalami kenaikan Laba. Sedangkan pada Tahun 2013 PT.Mustika Ratu, Tbk mengalami Kerugian sebesar -1.77%, Hal ini di sebabkan karena PT Mustika Ratu, Tbk mengalami penurunan kegiatan usaha dan performanya, karena laba yang dihasilkan turun sementara beban-beban operasionalnya meningkat tajam dan penjualan netto turun karena piutang usahanya meningkat. Menurut berita ( Tempo.co, Jakarta) dikatakan bahwa presiden direktur PT. Mustika Ratu, Putri Kuswisnu Wardani, mengatakan penurunan kinerja penjualan perseroan tahun lalu karena terkendala masalah distribusi. Pada 2013, distributor perseroan tidak memperluas daerah pemasarannya. Akibatnya membuat target penjualan perusahaan yang berdiri pada 1978 ini tidak tercapai. Pada tahun lalu, Mustika Ratu membukukan penurunan penjualan sebesar 21,84 persen menjadi Rp 358 miliar dibandingkan 2012. Penurunan itu, kata Putri, terjadi penjualan dan distribusi produk kosmetik dan produk jamu masing-masing Rp 107 miliar dan Rp 17 miliar. Peran distributor sangat penting bagi keberlangsungan Mustika Ratu. Sejumlah distributor mengalami kesuliatan keuangan. Hal itu berdampak pada kosongnya produk Mustika Ratu di pasar, karena distributor terlambat melakukan pembayaran dan

(18)

re-order produk. Produk-produk kecantikan dari cina juga membuat konsumen mulai berpaling untuk mencoba produk asal Negeri Panda. Kenaikan harga bahan bakar minyak, upah minimum provinsi dan melemahnya rupiah, juga turut menghambat Mustika Ratu. “Melemahnya nilai rupiah hingga Rp 12.128 perdolar Amerika Serikat pada 2013, berdampak signifikan bagi perseroan, terutama untuk pengadaan bahan baku impor, penurunan penjualan juga disebabkan beberapa faktor lain seperti berkurangnya produktivitas dana program iklan, keterlambatan pemasaran produk baru, terhambatnya pengambilan kebijakan dan keputusan bisnis, serta tidak optimalnya produktivitas konter.

( https://m.tempo.co/read/news/2014/06/11/088584236/penjualan-mustika-ratu-terkendala-distribusi). Namun demikian pada tahun 2014 mustika ratu mengalami Recovery yang artinya sudah tidak negative lagi dan menghasilkan Laba sebesar 1.92%. secara umum apabila dibandingkan Rasio Profitabilitas PT Mustika Ratu, Tbk paling kecil labanya.

PT. Mandom Indonesia, Tbk. Pada tahun 2010 sampai 2014 mengalami sedikit penurunan laba tiap tahunnya. Rata-rata ROE sebesar 13.68%, artinya setiap Rp 100,- Equitas perusahaan mampu menghasilkan Rp 13,65,- hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode 2010-2014 dapat di katakan baik.

PT. Akasha Wira International, Tbk memiliki tingkat Rasio Profitabilitas dari tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami peningkatan dan penurunan keuntungan laba secara fluktuaktif pada tiap tahunnya. Rata-rata ROE PT. Akasha Wira International, Tbk sebesar 24.73%.- artinya setiap Rp 100,- Equitas

(19)

perusahaan mampu menghasilkan Rp 24.73,- hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba.

secara umum dari kelima perusahaan Industri kosmetik di tahun 2010-2014 rata-rata rasio profitabilitas yang di ukur dengan ROE yang paling tinggi adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. kemungkinan Perusahaan Unilever mampu menggunakan hutangnya dan tetap menghasilkan laba paling tinggi . berdasarkan grafik menunjukkan PT. Unilever Indonesia, Tbk berada di Atas rata-rata Industri dan juga Rasio ROE berada di atas antara Industri kosmetik lainnya. sedangkan nilai Rasio Profitabilitas yang menghasilkan laba terendah adalah PT. Mustika Ratu, Tbk sebesar 4.62%. hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba.

4. Rasio Aktivitas

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang,dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, berdasarkan data laporan keuangan perusahaan Kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di BEI periode 2010-2014, rasio aktivitas dihitung sebagai berikut :

(20)

Tabel 4.4 Rasio Aktivitas

Perusahaan Industri Kosmetik di BEI Tahun 2010-2014 No Kode Perusahaan Tahun ( Kali) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 2010-2014 1 UNVR 2.26 2.24 2.28 2.30 2.42 2.30 2 MRAT 1.00 0.96 1.01 0.81 0.87 0.93 3 TCID 1.40 1.46 1.47 1.38 1.25 1.39 4 MBTO 1.70 1.20 1.18 1.05 1.08 1.24 5 ADES 0.67 0.95 1.22 1.14 1.15 1.03 Rata-rata Industri 1.41 1.36 1.43 1.34 1.35 1.38 Sumber: Data Diolah, 2016

Gambar 4.4 Rasio Aktivitas Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014

Berdasarkan Grafik diatas maka dapat diuraikan sebagai berikut :

0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 UNVR MRAT TCID MBTO ADES

(21)

Dari hasil penelitian rasio aktivitas yaitu bagaimana asset biasa mengghasilkan penjualan, semakin tinggi nilai rasio maka dapat dikatakan semakin mampu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. PT.Unilever Indonesia, Tbk sepanjang Tahun 2010-2014 mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuaktif, rata-rata Rasio Aktivitas PT. Unilever Indonesia, Tbk mencapai nilai 2.30 kali., yang artinya setiap 100% asset mampu menghasilkan 23kali penjualan.

PT. Mustika Ratu, Tbk sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan aktivitas penjualan yang semakin menurun. Rasio Aktivitas PT. Mustika Ratu, Tbk memiliki tingkat Rasio yang paling Rendah dibandingkan rasio industri kosmetik lainnya. Rata-rata Rasio Aktivitas sebesar 0.93kali. yang artinya setiap 100% asset mampu menghasilkan 0.93kali penjualan. Hal ini disebabkan penjualan semakin menurun sedangkan piutang usahanya meningkat.

PT. Mandom Indonesia, Tbk dari Tahun 2010 sampai Tahun 2012 mengalami peningkatan, namun pada Tahun 2013 sampai Tahun 2014 mengalami penurunan. Berdasarkan grafik rasio yang paling mendekati atau memiliki kemiripan dengan rata-rata industri adalah PT. Mandom Indonesia, Tbk sebesar 1.39kali yang artinya setiap 100% asset mampu menghasilkan 1.39kali penjualan. Sedangkan rata-rata Rasio Aktivitas periode 2010-2014 adalah sebesar 1.38 kali dan sangat tipis perbedaanya keduanya hampir mendekati Rata-rata Industri.

PT. Martina Berto, Tbk. Sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami penurunan secara terus menerus. Rata-rata Rasio PT. Martina Berto,

(22)

Tbk dari Tahun 2010-2014 sebesar 1. 24kali, yang artinya setiap 100% asset mampu menghasilkan 1.24kali penjualan.

PT. Akasha Wira International, Tbk. di Awal Tahun 2010 rasio Aktivitas sebesar 0.67kali namun sepanjang tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan dan terus meningkat sehingga rata-rata rasionya semakin tinggi di tahun terakhir. Rata-rata Rasio aktivitas sebesar 1.38kali yang artinya setiap 100% asset mampu menghasilkan 1.38kali penjualan.

Secara Keseluruhan Rata-rata Rasio Aktivitas yang paling tinggi adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. Yang di tunjukkan dengan grafik bahwa Rasio Aktivitas PT. Unilever Indonesia, Tbk berada di atas perusahaan lainnya dan juga diatas Rata-rata Industri kosmetik, sedangkan Rasio yang paling rendah yaitu PT.Mustika Ratu, Tbk sebesar 0.93kali penjulan. Perusahaan yang mendekati dengan rata-rata industry adalah PT. Mandom Indonesia, Tbk. Perusahaan yang berada di bawah rata-rata Industri adalah MBTO, ADES dan MRAT.

(23)

5. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga

Table 4.5

Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Kosmetik di BEI

Tahun 2010-2014

kode Perusahaan

Rata-Rata Rasio Keuangan 2010-2014 (%)

CR DER ROE TATO

UNVR 72.35 185.19 113.85 2.30 MRAT 591.36 19.33 4.62 0.93 TCID 710.50 20.91 13.68 1.39 MBTO 346.51 66.49 11.36 1.24 ADES 170.13 119.91 24.73 1.03 Rata-Rata Industri 378.17 82.37 33.65 1.38

Sumber : Data Diolah, 2016

Gambar 4.5 Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 Rata-Rata Rasio Keuangan 2010-2014 (%) CR Rata-Rata Rasio Keuangan 2010-2014 (%) DER Rata-Rata Rasio Keuangan 2010-2014 (%) ROE Rata-Rata Rasio Keuangan 2010-2014 (%) TATO

(24)

Berdasarkan Grafik diatas maka dapat diuraikan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan Likuiditas Perusahaan menunjukkan bahwa PT. Mandom Indonesia, Tbk. Dalam kondisi paling Likuid yang artinya perusahaan memiliki kemampuan membayar hutang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ke empat perusahaan lainnya Yaitu MRAT, MBTO, UNVR, dan ADES. Hal tersebut dikarenakan PT. Mandom Indonesia, Tbk. Memiliki asset yang dapat menutupi hutang jangka pendeknya, ditambah dengan kemampuan manajemen persediaan yang baik. Sehingga dalam perhitungan Rasio lancar PT. Mandom Indonesia, Tbk. Memiliki kemampuan mengonversikan kas yang lebih baik. Sedangkan berdasarkan perhitungan Rata-rata Rasio Likuiditas perusahaan yang paling tidak Likuid adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. Rasio Likuiditasnya semakin Rendah dari tahun ke tahun, karena penurunan modal kerja lebih ketat. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kewajiban lancar yang besar yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan usaha mereka dan banyak membiayai hutang-hutangnya.

Perhitungan Rasio Solvabilitas DER yaitu total hutang jangka panjang terhadap total ekuitas bahwa berdasarkan perhitungan Rasio Solvabilitas yang paling solvable rata-rata Rasio perusahaannya dari tahun 2010-2014 adalah PT. Mustika Ratu, Tbk. sebesar 19.33%, bila dibandingkan dari ke empat perusahaan Industri kosmetik dan barang keperluan rumah tangga yaitu UNVR, TCID, MBTO, dan ADES. Dan berada di bawah nilai rata-rata Industri. Sedangkan kondisi rata-rata Rasio DER perusahaan yang Unsolvable adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang

(25)

dihadapi, Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.

Berdasarkan perolehan dari hasil ROE menunjukkan bahwa kondisi perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk lebih tinggi yaitu sebesar 113.85%, yang artinya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba menggunakan modal sendiri sangatlah besar, bila dibandingkan dengan ke empat Industri kosmetik yang lainnya yaitu TCID, MBO, ADES, dan MRAT. Dan berada di atas nilai rata-rata Industri. Secara keseluruhan Rata-rata Rasio keuangan ROE perusahaan yang memperoleh laba paling kecil yaitu PT. Mustika Ratu, Tbk. Sebesar 4.62%. hal ini disebabkan pada Tahun 2013 PT. Mustika Ratu, Tbk mengalami penurunan kegiatan usaha dan performanya, karena laba yang dihasilkan turun sementara beban-beban operasionalnya meningkat tajam dan penjualan netto turun karena piutang usahanya meningkat. Namun Di Tahun 2014 PT. Mustika Ratu mengalami Recovery yang artinya sudah dapat menghasilkan laba kembali untuk biasa bertahan dalam industri kosmetik dan kecantikan karena sudah memiliki nama baik sejak lama.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa PT. Unilever Indonesia, Tbk. Memiliki perolehan rata-rata Rasio TATO dari 2010-2014 lebih tinggi jika dibandingkan dengan TCID, MRAT, MBTO, dan ADES.dan berada diatas nilai Rata-rata Industri. Hal ini menggambarkan bahwa PT. Unilever Indonesia, Tbk. Lebih baik dalam hal mempertahankan posisi ekonomisnya jika di lihat dari segi penjualan perusahaan. Sedangkan PT. Mustika Ratu, Tbk. Memiliki Rata-rata Rasio TATO paling rendah sebesar 0.93kali yang artinya

(26)

penjualan perusahaan semakin menurun dan piutang usahanya meningkat sehingga perusahaan tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Gambar

Tabel 4.1  Rasio Likuiditas
Gambar 4.1 Rasio Likuiditas Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014
Tabel 4.2  Rasio Solvabilitas
Gambar 4.2 Rasio Solvabilitas Perusahaan Industri Kosmetik Tahun 2010-2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap plan telah disajikan materi tentang media pembelajaran dan praktik LS oleh Tim, penentuan media pembelajaran IPA yang akan dibuat, dan penentuan guru model yang akan

Menurut Herlina Mustikasari selaku Ketua Komunitas Magma, program daur ulang sampah plastik yang dilakukan oleh Komunitas Magma akan dilakukan di 7 Taman Bacaan

Peserta yang mengikuti IFEST (ITN Islamic Festival), Bedug 2016, Gema Islam Gema Perubahan adalah delegasi dari sekolah dan kampus, aktif sebagai siswa/i dan

menemukan hasil yang berbeda yaitu, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Terkait dengan peningkatan penerimaan daerah seperti

URAIAN UNIT CONTRACT AMANDEMENT 8 INVOICE LALU INVOICE SAAT INI INVOICE S/D SAAT INI SISA KONTRAK.. URAIAN UNIT CONTRACT AMANDEMENT 8

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang berkerja sebagai IRT angka keberhasilan dalam Inisiasi Menyusu Dini lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkerja yaitu

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh efektivitas komunikasi petugas pabrik gula terhadap kepercayaan petani pada pabrik gula, pengaruh kualitas teknis

fungctionality yang menggunakan metode kuisioner didapatkan bahwa kualitas sistem informasi sudah sesuai atribut fungctionality, sementara untuk metode black-box