• Tidak ada hasil yang ditemukan

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Seiring pengurangan konsentrasi COD yang semakin besar maka MAC yang dikeluarkan juga akan semakin besar. Dengan demikian apabila perusahaan (PT. UNITEX) berupaya untuk mengurangi konsentrasi COD sampai mencapai 0 mg/l, maka biaya tambahan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 242.996.995,00

MAC COD 0 (0;242.996.995) 0 30000000 60000000 90000000 120000000 150000000 180000000 210000000 240000000 270000000

0 Konsentrasi Parameter COD (mg/l) 375

R u p ia h (375;0) R u p ia h

Gambar 22. Kurva MAC untuk Parameter COD

(2)

7.1 Estimasi Nilai MD

Dalam penelitian ini untuk mengetahui MD masyarakat menggunakan nilai total WTA masyarakat melalui pendekatan CVM. MD merupakan tambahan biaya kerusakan karena tambahan satu-satuan (mg/l) konsentrasi parameter limbah cair yang bersifat intangibel. Oleh karena itu, menggunakan pendekatan WTA yang digunakan untuk mengestimasi nilai kerusakan dari barang lingkungan yang dapat diukur secara ekonomi (tangibel). Dengan demikian nilai MD dapat dilihat dari total WTA masyarakat. Untuk memperoleh nilai WTA masyarakat menggunakan metode CVM yang merupakan teknik survei penilaian WTA secara langsung dengan survei dan wawancara dengan kuesioner.

Hasil pelaksanaan enam langkah kerja dalam metode CVM sebagai berikut:

1. Pasar Hipotesis (Setting Up The Hypothetical Market)

Untuk memberikan gambaran responden kepada masyarakat mengenai pentingnya nilai jasa lingkungan Sungai Cibudig bagi masyarakat, responden dihadapkan pada dua kondisi aktual, sebagai berikut:

Kondisi I:

Seluruh responden diberikan penjelasan mengenai keadaan air sungai di bagian hulu sebelum terjadinya pencemaran dan kondisi Sungai Cibudig sebelum terkontaminasi pembuangan air limbah PT. UNITEX. Selanjutnya responden diminta membandingkan kerugian yang dirasakan dari perubahan kondisi air tersebut.

(3)

Seluruh responden diberikan penjelasan mengenai keadaan Sungai Cibudig yang sudah tercemar pembuangan air limbah PT. UNITEX dibandingkan dengan kondisi Sungai Cibudig sebelum terkontaminasi pembuangan air limbah PT. UNITEX. Jika ada pemberian dana kompensasi terhadap masyarakat yang merasakan perubahan kondisi air tersebut, sehubungan dengan itu, responden akan ditanyakan besarnya dana kompensasi yang dikehendaki per bulan. Dengan demikian responden memperoleh gambaran situasi pasar hipotesis mengenai dana kompensasi sebagai ganti rugi karena adanya penurunan kualitas lingkungan (pencemaran air).

2. Nilai Penawaran WTA (Obtaining Bids)

Berdasarkan nilai WTA yang didapatkan dari hasil wawancara (tatap muka) dengan responden, maka diperoleh beberapa nilai dana kompensasi yang bersedia diterima responden (WTA). Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai WTA responden sebesar Rp 86.097,56 per bulan per keluarga.

3. Rataan Nilai WTA (Estimating Mean WTA/EWTA)

Dugaan rataan WTA (EWTA) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTA responden dapat dilihat Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi WTA Responden

No. Nilai WTA (Rp/bln) Frekuensi (Orang) Frekuensi Relatif Jumlah (Rp/bln)

1. 50.000 2 0,05 2.439,02 2. 60.000 3 0,07 4.390,24 3. 70.000 6 0,15 10.243,90 4. 75.000 2 0,05 3.658,54 5. 80.000 8 0,20 15.609,76 6. 85.000 2 0,05 4.146,34 7. 100.000 16 0,39 39.024,39 8. 120.000 1 0,02 2.926,83 9. 150.000 1 0,02 3.658,54 Jumlah 41 1 86.097,56

(4)

Dari perhitungan di atas diperoleh dugaan rataan WTA (EWTA) sebesar Rp 86.097,56 per bulan per kepala keluarga.

4. Kurva Penawaran WTA (Bid Curve)

Kurva WTA merupakan kurva yang menghubungkan antara nilai WTA yang diinginkan oleh masyarakat (Rp/bulan) dengan tingkat pencemaran masing-masing konsentrasi parameter BOD dan COD (mg/l). Dalam penelitian ini kurva penawaran WTA dijadikan sebagai kurva MD masyarakat. Dengan demikian, kurva MD masyarakat merupakan kurva yang menghubungkan antara nilai kerusakan (rupiah) dengan masing-masing konsentrasi parameter BOD dan COD (mg/l). Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, didapatkan kurva MD masyarakat untuk masing-masing parameter BOD dan COD dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24 .

5. WTA Total (Agregating Data)

Tabel 16 menunjukkan hasil perhitungan total WTA dari masyarakat (TWTA). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA dari responden sebesar Rp 3.530.000,00.

Tabel 16. Total WTA (TWTA) Responden

No. Nilai WTA (Rp/bulan) Frekuensi (orang) Jumlah (Rp/bulan)

1. 50.000 2 100.000 2. 60.000 3 180.000 3. 70.000 6 420.000 4. 75.000 2 150.000 5. 80.000 8 640.000 6. 85.000 2 170.000 7. 100.000 16 1.600.000 8. 120.000 1 120.000 9. 150.000 1 150.000 Total 41 3.530.000

(5)

Tabel 17 berikut ini menujukkan ringkasan rataan WTA responden, TWTA responden, dan TWTA masyarakat beserta tingkat konsentrasi parameter ketika kondisi sebelum ada pencemaran dan kondisi Sungai Cibudig setelah tercemar pembuangan air limbah PT. UNITEX.

Tabel 17. Rataan WTA Responden, TWTA Responden, dan TWTA Masyarakat Beserta Tingkat Konsentrasi Masing-Masing Parameter

Kondisi Tingkat Konsentrasi Parameter Rataan WTA Responden (Rupiah) TWTA Responden (Rupiah TWTA Masyarakat (Rupiah)

Kondisi Sebelum Ada Pencemaran BOD = 2 mg/l 0 0 0 COD = 10 mg/l Kondisi Sungai Cibudig Setelah Tercemar Pembuangan Limbah PT. UNITEX BOD = 12 mg/l 86.097,56 3.530.000 6.026.829,20 COD = 192 mg/l

Nilai rataan WTA responden dan TWTA masyarakat terhadap kondisi sebelum ada pencemaran, masing-masing sebesar Rp 0,00 dan sebagai acuan dalam menentukan tingkat konsentrasi terhadap kondisi sebelum adanya pencemaran tersebut adalah PP RI No.82/2001 untuk klasifikasi mutu air kelas satu. Sementara itu, nilai WTA rata-rata yang diinginkan oleh responden sebesar Rp 86.097,56/KK/bulan dan TWTA responden sebesar Rp 3.530.000,00. Setelah diperoleh nilai rataan WTA responden maka dapat diduga nilai total WTA masyarakat Total WTA (TWTA) dari masyarakat sebesar Rp 6.026.829,20/bulan.

(6)

6. Evaluasi Pelaksanaan CVM

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh model WTAi sebagai

berikut:

WTAi = 85196.87– 3387,158 X1i + 55,00213X2i + 1095,041X3i – 50,14336X4i + 1334,641X5i – 0,007307X6i + 28148,90X7i +εi

dimana:

X1 = Tingkat pendidikan (tahun)

X2 = Lama tinggal (tahun)

X3 = Jumlah tanggungan (orang)

X4 = Jarak tempat tinggal dengan sungai (meter)

X5 = Jenis kelamin (bernilai 1 untuk “laki-laki” dan bernilai 0 untuk

“perempuan”)

X6 = Tingkat pendapatan (rupiah/bulan)

X7 = Pengetahuan mengenai dampak negatif limbah (bernilai satu jika

”tahu dan bernilai nol jika ”tidak tahu”)

i = Responden ke i yang bersedia menerima dana kompensasi (i=1,2,…,41)

ε = Galat

Tabel 18 menunjukkan hasil analisis nilai WTA responden. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 18. Hasil Analisis Nilai WTA Responden

Variabel Koefisien Prob. Keterangan

C (konstanta) 85196.87 0.0000 -

X1 Tingkat pendidikan (tahun) -3387.158 0.0000* Berpengaruh nyata

X2 Lama tinggal (tahun) 55.00213 0.7251 Tidak Berpengaruh nyata

X3 Jumlah tanggungan (orang) 1095.041 0.6459 Tidak Berpengaruh nyata

X4 Jarak (meter) -50.14336 0.1718*** Berpengaruh nyata

X5 Dummy jenis kelamin 1334.641 0.7877 Tidak Berpengaruh nyata

X6 Pendapatan (rupiah/bulan) -0.007307 0.1992*** Berpengaruh nyata

X7 Dummy pengetahuan

dampak negatif limbah 28148.90 0.0832** Berpengaruh nyata

R-squared 0.540419

Adjusted R-squared 0.442933

F-statistic 5.543514

Prob(F-statistic) 0.000278

(7)

Dari hasil pengolahan data pada Tabel 18 di atas diperoleh bahwa model yang dihasilkan tergolong baik karena R2 yang dihasilkan bernilai 54,04 persen artinya keragaman WTA responden sebesar 54,04 persen dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam model, sedangkan sisanya sebesar 45,96 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Nilai R2 untuk data cross section dari survei WTA seringkali tidak tinggi sebagaimana yang diberikan model-model data cross section hasil penelitian dengan menggunakan metode selain CVM. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R2 sampai 15 persen (Mitchell dan Carson, 1989 dalam Harianja, 2006). Oleh karena itu hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini, masih dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya (reliable).

Secara bersama-sama, variabel-variabel bebas berpengaruh nyata terhadap model. Data yang digunakan dalam analisis ini telah diuji normalitasnya (menyebar normal) dengan uji Jarque Bera sehingga data tersebut valid untuk diolah dengan teknik regresi berganda. Model yang dihasilkan juga telah diuji multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Dari hasil uji keduanya, tidak diperoleh pelanggaran. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Variabel tingkat pendidikan secara nyata mempengaruhi model pada tingkat kepercayaan adalah 99 persen karena masing-masing memiliki nilai P-value sebesar 0.0000 artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α= 1 persen. Nilai koefisien bertanda negatif berarti bahwa jika tingkat pendidikan responden rendah, maka responden tersebut akan memberikan nilai WTA yang lebih tinggi dan sebaliknya. Hubungan ini tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan

(8)

responden maka nilai WTA yang diinginkan semakin besar. Ketidaksesuaian tanda tersebut disebabkan sebagian responden berpendidikan rendah tidak menghitung perbandingan biaya untuk pengolahan air limbah dan dana kompensasi, responden langsung menyebut nilai dana kompensasi yang tinggi.

Variabel pengetahuan responden mengenai dampak negatif limbah berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 10 persen dikarenakan memiliki P-value sebesar 0.0832. Nilai koefisien menunjukkan tanda positif. Hal ini berarti jika responden mengetahui dampak negatif dari limbah maka mempengaruhi responden untuk memberikan nilai WTA yang lebih tinggi.

Variabel jarak dan pendapatan secara nyata mempengaruhi model pada tingkat kepercayaan 80 persen. Variabel jarak memiliki nilai P-value sebesar 0.1718 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α= 20 persen. Variabel jarak memiliki nilai koefisien bertanda negatif (-) artinya semakin dekat jarak tempat tinggal dengan sungai maka responden semakin merasakan langsung dampak negatif akibat pembuangan limbah terutama bau yang tidak sedap sehingga nilai WTA yang dikehendaki juga semakin tinggi. Selain itu, semakin dekat jarak sungai dengan rumah dapat menunjukkan responden semakin memiliki ketergantungan dengan sungai sehingga nilai WTA yang diinginkan juga semakin tinggi. Sementara itu, variabel tingkat pendapatan memiliki P-value sebesar 0.1992 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 20 persen. Nilai koefisien menunjukkan tanda negatif, yang berarti semakin besar pendapatan responden maka semakin rendah nilai WTA. Semakin besar pendapatan maka responden semakin tidak membutuhkan dana kompensasi yang tinggi karena pendapatan yang diperoleh

(9)

dianggap dapat memenuhi biaya kebutuhan hidup. Sebaliknya, jika tingkat pendapatan responden lebih rendah diduga akan memberikan nilai WTA yang lebih tinggi.

7.2 Estimasi Persamaan dan Kurva Marginal Damage (MD)

Estimasi persamaan MD untuk masing-masing parameter didapatkan dengan pendekatan persamaan garis linier dua titik. Perhitungan persamaan MD untuk parameter BOD dan COD masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 9. Untuk mengetahui nilai MD menggunakan nilai total WTA masyarakat. Persamaan dan kurva MD untuk masing-masing parameter sebagai berikut: 1. Persamaan dan Kurva MD untuk Parameter BOD

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persamaan MD masyarakat untuk parameter BOD sebagai berikut:

MD = -1.228.335,718+ 614.167,859 BOD

Pada persamaan di atas, nilai 614.168 menunjukkan apabila terjadi peningkatan konsentrasi parameter BOD dari 2 mg/l menjadi 3 mg/l maka tambahan biaya kerusakan yang diterima oleh masyarakat meningkat menjadi sebesar Rp 614.168,00. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan BOD dari 2 mg/l menjadi 3 mg/l maka biaya kerusakan yang diterima masyarakat yang awalnya sebesar Rp 0,00 menjadi Rp 614.168,00. Hal ini menunjukkan kenaikan konsentrasi BOD setiap 1 mg/l terjadi peningkatan biaya kerusakan sebesar Rp 614.168,00. Dengan demikian melalui persamaan tersebut dapat diketahui biaya tambahan kerusakan yang diterima masyarakat ketika terjadi peningkatan konsentrasi BOD setiap 1 mg/l adalah sebesar Rp 614.168,00. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi

(10)

lingkungan bahwa semakin tinggi konsentrasi BOD yang dilepaskan ke lingkungan maka semakin besar tambahan biaya kerusakannya. Persamaan di atas menunjukkan pencemaran baru terjadi ketika konsentrasi parameter BOD 3 mg/l sedangkan untuk konsentrasi BOD di bawah 3 mg/l dengan ambang batas 2 mg/l, belum terjadi pencemaran sehingga dianggap tambahan biaya kerusakan sampai mencapai ambang batas tersebut sebesar Rp 0,00.

Selanjutnya dibuat kurva MD berdasarkan total WTA masyarakat. Kurva MD ini menggambarkan hubungan nilai kerusakan (Rp/bulan) dengan tingkat pencemaran. Pada gambar tersebut dimulai di sebelah kanan titik (0,0) yang berarti bahwa pencemaran baru mulai pada sejumlah konsentrasi tertentu (mg/l) kemudian kerusakan meningkat secara linier dengan bertambahnya konsentrasi. Penentuan tingkat konsentrasi ambang, berdasarkan klasifikasi mutu air kelas satu dalam PP RI No.82/2001 mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pada kurva MD untuk parameter BOD dimulai dari konsentrasi sebesar 2 mg/l artinya kerusakan akibat pencemaran air baru terjadi setelah konsentrasi BOD sebesar 2 mg/l. Dengan demikian sampai mencapai ambang batas, tambahan kerusakan bernilai Rp 0,00 karena belum terjadi pencemaran. Seiring bertambahnya konsentrasi BOD maka tambahan kerusakan akan meningkat secara linier. Kerusakan total pada kurva tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi Sungai Cibudig setelah tercemar pembuangan air limbah PT. UNITEX untuk parameter BOD adalah sebesar 12 mg/l dengan nilai kerusakan sebesar Rp 6.026.829,20. Gambar 23 menunjukkan kurva MD untuk parameter BOD.

(11)

MD BOD 12 2 (12;6.026.829,20) (2;0) 0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000

Konsentrasi Parameter BOD (mg/l)

R u p ia h R u p ia h

Gambar 23. Kurva MD untuk Parameter BOD

2. Persamaan dan Kurva MD untuk Parameter COD

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persamaan MD untuk parameter COD sebagai berikut:

MD = -332.056,7052 + 33.205,67052 COD

Pada persamaan di atas, nilai 33.206 menunjukkan apabila terjadi peningkatan konsentrasi parameter COD dari 10 mg/l menjadi 11 mg/l maka tambahan biaya kerusakan yang diterima oleh masyarakat meningkat menjadi sebesar Rp 33.206,00. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan COD dari 10 mg/l menjadi 11 mg/l maka biaya kerusakan yang diterima masyarakat yang awalnya sebesar Rp 0,00 menjadi Rp 33.206,00. Hal ini menunjukkan kenaikan konsentrasi COD setiap 1 mg/l terjadi peningkatan biaya kerusakan sebesar Rp 33.206,00. Dengan demikian melalui persamaan tersebut dapat diketahui biaya tambahan kerusakan yang diterima masyarakat ketika terjadi peningkatan konsentrasi COD setiap 1 mg/l adalah sebesar Rp 33.206,00. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi

(12)

lingkungan bahwa semakin tinggi konsentrasi COD yang dilepaskan ke lingkungan maka semakin besar tambahan biaya kerusakannya. Persamaan di atas menunjukkan pencemaran baru terjadi ketika konsentrasi parameter COD 11 mg/l sedangkan untuk konsentrasi COD di bawah 11 mg/l dengan ambang batas 10 mg/l, belum terjadi pencemaran sehingga dianggap tambahan biaya kerusakan sampai mencapai ambang batas tersebut sebesar Rp 0,00.

Selanjutnya dibuat kurva MD berdasarkan total WTA masyarakat. Kurva MD ini menggambarkan hubungan nilai kerusakan (Rp/bulan) dengan tingkat pencemaran. Pada gambar tersebut dimulai di sebelah kanan titik (0,0) yang berarti bahwa pencemaran baru mulai pada sejumlah konsentrasi tertentu (mg/l) kemudian kerusakan meningkat secara linier dengan bertambahnya konsentrasi. Penentuan tingkat konsentrasi ambang, berdasarkan klasifikasi mutu air kelas satu dalam PP RI No.82/2001 mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pada kurva MD untuk parameter COD dimulai dari konsentrasi sebesar 10 mg/l artinya kerusakan akibat pencemaran air baru terjadi setelah konsentrasi BOD sebesar 10 mg/l. Dengan demikian sampai mencapai ambang batas, tambahan kerusakan bernilai Rp 0,00 karena belum terjadi pencemaran. Seiring bertambahnya konsentrasi COD maka tambahan kerusakan akan meningkat secara linier. Kerusakan total pada kurva tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi Sungai Cibudig setelah tercemar pembuangan air limbah PT. UNITEX untuk parameter COD adalah sebesar 192 mg/l dengan nilai kerusakan sebesar Rp 6.026.829,20. Gambar 24 menunjukkan kurva MD untuk parameter COD.

(13)

MD COD 192 10 (192;6.026.829,20) (10;0) 0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000

Konsentrasi Parameter COD (mg/l)

R u p ia h R u p ia h

Gambar

Gambar 22. Kurva MAC untuk Parameter COD
Tabel 15. Distribusi WTA Responden
Tabel  16  menunjukkan  hasil  perhitungan  total  WTA  dari  masyarakat  (TWTA). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA dari responden  sebesar Rp 3.530.000,00
Tabel  17  berikut  ini  menujukkan  ringkasan  rataan  WTA  responden,  TWTA  responden, dan TWTA  masyarakat  beserta  tingkat  konsentrasi  parameter  ketika  kondisi  sebelum  ada  pencemaran  dan  kondisi  Sungai  Cibudig  setelah  tercemar pembuangan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran JPSM “AMOR” dalam komunikasi literasi sampah adalah sebagai fasilitator antara pemerintah dan masyarakat serta sebagai agen

Apabila peraturan daerah tersebut bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berada diatasnya maka Mahkamah Agung dalam putusannya dapat menyatakan bahwa

Sebanyak 64% pegawai melihat dari perbedaan kewenangan setelah pelaksanaan desentralisasi yang memberikan kewenangan penuh pendidikan dasar dan menengah pada Dinas Pendidikan

Respon Masyarakat Terhadap Kuesioner Tentang Tanaman Cabe Jamu Di Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep: Dari hasil penelitian tentang tanaman cabe jamu

Pada kedalaman lebih dari 1300 µ m, tidak terjadi perbedaan kekerasan dengan base material yang mengindikasikan tidak ada penam- bahan Karbon selama proses karburasi sehingga

Kesimpulan dari pengukuran keuangan yang digunakan oleh PT MSIG dapat dikategorikan baik, berdasarkan rasio keuangan yang ditunjukkan oleh perhitungan diatas, hal

Untuk dapat mentransferkan limbah cair dari bagian buffer tank menuju reactor dengan baik dan memperoleh efisiensi maksimum, maka diperlukan pemakaian pompa sentrifugal yang

Diketahui pengguna ingin login ke dalam sistem BPM UII, maka akan mengirimkan data request nip dan password ke endpoint “POST /auth/login” jika berhasil makapengguna