• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Tropis dalam Modernitas A.F. Aalbers.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekspresi Tropis dalam Modernitas A.F. Aalbers."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Ekspresi Tropis dalam Modernitas A.F. Aalbers.

Studi Kasus: De Driekleur

Andrew Cokro Putra andrewcp21@gmail.com

Mahasiswa Sarjana Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Abstrak

Arsitektur terus berkembang. Istilah modern telah menjadi acuan dalam setiap perubahan yang terjadi. Istilah ini muncul mewakili dunia secara internasional. Sebagai ilmu yang kontekstual, arsitektur sangat lekat akan sekitarnya. Setelah menjadi Hindia Belanda, Indonesia dahulu, para arsitek Belanda mulai datang dan menjadikan Bandung sebuah kota eksperimental. Dari sini, arsitektur dengan pemahaman barat yang baru dan tanggap iklim tropis mulai bermunculan. Albert F. Aalbers merupakan salah satunya, arsitek yang sangat modern. Dari karya-karyanya sangat terlihat pengaruh ‘International Style’ dan langgam ‘Nieuwe Bouwen’ yang dibawanya ke Indonesia. Memulai karirnya pada tahun 1930 di Bandung. Sejak saat itu, satu per satu bangunan ternama di Bandung dihasilkannya. Sebut saja, Hotel Savoy Homann, Gedung Bank DENIS, dan lain sebagainya. Pada tahun 1938, ia meninggalkan karya terakhirnya yaitu Gedung De Driekleur atau Villa Tiga Warna. Pada gedung inilah pemahamannya selama bertahun-tahun di iklim tropis Bandung terakhir kali diterapkan. Karya tulis ini menjelaskan bagaimana pemahaman Aalbers dengan ke-‘modern’-annya dalam menanggapi iklim tropis. Dengan semangat itu ia tak lupa akan iklim tropis, bahkan ia menanggapinya dengan teknologi masa itu dan kreatifitasnya.

Kata-kunci : Albert F. Aalbers, Bandung, De Driekleur, modern, tropis.

Pendahuluan

Berada di dataran tinggi, Bandung menjadi surga bagi warga Eropa di Nusantara. Pada tahun 1923, Hendrik Petrus Berlage bahkan mengatakan Bandung sebagai “prototipe” dari “Indische Koloniaal

Staad” atau kota kolonial di Hindia (Kunto, 1984:66). Tiada lain tiada bukan, pujian ini adalah

berkat pemerintahan kolonial dan para perancang dari Belanda. Para arsitek dari Belanda saat itu memanfaatkan Bandung sebagai arena berinovasi. Karena saat itu kemajuan Bandung juga diiringi kedatangan warga-warga elit Belanda, selain membangun gedung-gedung pemerintahan dan militer, hotel-hotel, beragam rumah dan vila-vila mewah juga didirikan dengan rancangan yang modern. Albert Frederik Aalbers merupakan salah satu dari sekian perancang Belanda yang dikenal saat itu. Ia memulai karirnya di Bandung pada tahun 1930 dengan temannya Rijk Arijan De Waal (Boersma, 2000). Karyanya mengingatkan akan ‘International Style’ yang sangat populer saat itu. Meskipun mencirikan ‘International Style’ yang modern, karya Aalbers tak lepas dari pengaruh lokasinya, di iklim tropis. Benar bahwa respon terhadap iklim merupakan hal wajar dalam perancangan arsitektur modern yang rasionalis, namun respon ini sangatlah beragam tergantung pada perancang.

Pendidikan arsitektur modern sampai saat ini masih terus berlanjut. Pendekatan rasionalis akan perancangan merupakan bagian dari pendidikan kita saat ini.

Dari sekian karyanya yang modern, berbeda dengan arsitek Belanda lain saat itu, adalah De Driekleur. Villa ini dibangun pada tahun 1938 di Bandung. Dalam ke-‘modern’-an De Driekleur, ia

(2)

tetap dengan baik mengekspresikan ke-’tropis’-an karyanya. Untuk itulah menarik untuk melihat bagaimana merancang arsitektur yang tak hanya kontekstual akan iklim lingkungannya namun juga jamannya melalui arsitektur De Driekleur, salah satu karya mendekati akhir dari perjalanan tropis Aalbers.

Arsitektur di Iklim Tropis

Dalam setiap masa kehidupannya, manusia selalu mencari naungan. Arsitektur pun berkembang. Arsitektur merupakan pemenuhan manusia akan naungan. Naungan tersebut merupakan respon manusia akan alamnya. Iklim suatu tempat akan sangat mempengaruhi arsitekturnya. Bukan hanya itu saja, arsitektur juga menjadi wujud dari kegiatan yang biasa atau diinginkan penghuninya. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis basah. Area tropis memiliki curah hujan yang tinggi. Untuk iklim tropis basah, kelembaban yang tinggi, perbedaan cuaca yang minimum dan cahaya matahari terjadi sepanjang tahun.

Dalam dunia arsitektur Indonesia, sudah sejak dulu tropikalitas menjadi hal utama. Dalam arsitektur tradisional Nusantara kita dapat melihat beragam konsep yang ditanamkan untuk menerima iklim tropis ini. Bukan hanya sekedar bentuk atap, penggunaan material atau lainnya namun arsitektur Nusantara juga membentuk gaya hidup penggunanya, masyarakat tropis yang khas.

Secara umum, C.P. Kukreja (1978) dalam bukunya Tropical Architecture merangkum fitur-fitur desain tropis dalam 6 poin berikut; (1)Lokasi dan Orientasi, (2)Rencana Ruang (Denah), (3)Atap, (4)Dinding, (5)Bukaan, dan (6)Ruang Dalam.

Lokasi dan Orientasi Bangunan

Pada daerah tropis basah, dataran tinggi dengan aliran udara yang cukup deras merupakan lokasi yang baik. Keberadaan vegetasi yang padat juga menjadi kebutuhan. Perhatian lebih harus ditaruh pada drainase air, menghindari terjadinya genangan air.

Rencana Ruang (Denah)

Dalam perencanaan ruang, diharapkan tersedia kemungkinan aktifitas luar ruangan sepanjang tahun. Ventilasi yang memberi kesempatan udara mengalir melewati ruang-ruang sangat diperlukan untuk mengatasi kelembaban tinggi. Susunan ruang sebaiknya tidak terlalu rapat, lebih baik terlihat ramping.

Radiasi matahari yang tinggi pada sisi timur-barat patut dihindari. Penggunaan paving harus dihindari untuk mencegah serangga, solusi lain adalah dengan peneduhan ruang yang baik. Daerah yang panas dan lembab harus memiliki ventilasi dan terpisa dari struktur bangunan. Dibutuhakan kontrol uap lembab, serangga, dan uap air pada ruang penyimpanan.

Atap

Dampak termal iklim tropis sangat kuat pada bagian atap. Atap berlapis dengan ventilasi sangat di sarankan. Kedap air, insulasi, dan tidak menyerap sinar matahari sangat diperlukan. Untuk melindungi dari hujan dibutuhkan tritisan yang cukup lebar.

Dinding

Pada musim panas, hindari kontak langsung dinding dan sinar matahari dengan menggunakan tritisan. Fungsi utama dinding adalah privasi, proteksi akan serangga, dll. bukan proteksi termal.

(3)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 127

Gambar 1, 2, dan 3 Hotel Savoy Homann, DENIS Bank (Sekarang Bank BJB) dan De Driekleur (Sekarang

Bank BTPN). Sumber: www.bonas.nl

Untuk menghindari kerusakan dibutuhkan aliran udara yang baik terutama saat diguyur hujan. Material yang digunakan pada atap dan dinding haruslah tak meresap uap lembab dan tak mudah berjamur.

Bukaan

Ventilasi dibutuhkan 85 persen setahun. Dinding yang dapat dibuka sangatlah praktis. Fitur-fitur seperti screening, louveres, jalusi, dan jeruji sangatlah berguna untuk melewatkan aliran udara dan melindungi dari sianr matahari. Kaca-kaca harus terlindung dari radiasi dan kesilauan.

Ruang Dalam

Bagian dalam bangunan harus terbayangi dan memiliki ventilalsi yang baik. Ruang yang fleksibel dengan penggunaan partisi rendah maupun yang dapat dipindah sangat menguntungkan. Pemilihan material untuk lantai juga harus kedap terhadap uap lembab.

Warna-warna pastel yang penolak cahaya sangat baik untuk menghindari kesilauan baik ke dalam maupun luar.

Kondisi-kondisi ini jauh berbeda dengan di Belanda. Namun, demi membangun sebuah kota di tanah Bandung, para arsitek Belanda tetap merancang. Berkat kondisi-kondisi ini, para arsitek belanda di Indonesia dulu dituntut membangun sesuai iklim, kontekstual, namun modern.

Albert F. Aalbers dan De Driekleur (Villa Tiga Warna)

Aalbers menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda dari arsitek ternama belanda lain di Bandung. Dari dua karya terkenal Aalbers seperti Hotel Savoy Homann dan DENIS Bank (sekarang bank BJB) dapat dilihat kuatnya pengaruh International Style dalam karyanya. Gaya Aalbers ini kemudian disebut “Nieuwe Bouwen” atau Konstruksi Baru. Inilah yang membuat karya-karya Aalbers sangatlah spesial dan patut dipelajari.

Salah satu karyanya yang menarik di Bandung adalah Villa Tiga Warna atau De Driekleur. De Driekleur terletak di Jl. Sultan Agung no.1, Bandung. Villa ini dibangun pada tahun 1938 sebagai rumah bagi Na Kiem Kiokii dan kemudian beralih fungsi menjadi kantor berita Domei di masa penjajahan Jepang. Domei merupakan bagian penting sejarah Indonesia karena dari kantor berita inilah berita kemerdekaan bangsa Indonesia disebarkan.

(4)

Gambar 4 De Driekleur sekarang Bank BTPN setelah melalui restorasi yang selesai pada tahun 2013 oleh

arsitek Budi Lim. Hasil Analisis. 2016

Gambar 5 Lokasi De Driekleur.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Selain signifikansi bangunan ini dalam sejarah Indonesia, fitur-fitur tropis De Driekleur sangatlah menarik untuk di pelajari. Pada saat perancangannya, Aalbers telah hidup selama 10 tahun dalam iklim tropis dan telah berkesperimen pada karya-karyanya sebelum De Driekleur. Oleh karena itu, ada baiknya untuk melihat lebih baik apa saja konsep—konsep yang diterapkan oleh Aalbers menanggapi isu iklim tropis pada villa tiga warna ini. Karya tulis ini akan mencoba menelaah bagaimana tropikalitas Aalbers dalam bangunan modern De Driekleur. Fitur-fitur desain arsitektur di iklim tropis menurut C.P. Kukreja akan menjadi dasar penelaahan.

Analisa Unsur Tropis De Driekleur

Pada tahap ini, dilakukan penjelasan dan penilaian fitur-fitur arsitektur De Driekleur yang menanggapi iklim tropis di Bandung. Penjelasan didasari dari studi empiris. Penilaian yang ada bersifat kualitatif. Aspek penilaian didasari oleh fitur-fitur desain Arsitektur Tropis menurut C.P. Kukreja (1984).

Lokasi dan Orientasi

De Driekleur terletak di daerah Bandung Utara. Letaknya di dataran tinggi yang memberinya udara yang sejuk. Sebagai daerah hunian Jl. Sultan Agung dan Jl. Ir. H. Djuanda yang berada di kedua sisi bangunan memiliki vegetasi yang lebih banyak dibandingkan daerah perkotaan. Letaknya yang diapit oleh dua jalan memberikan drainase yang mengitari bangunan di dua sisi.

(5)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 129 Rencana Ruang (Denah)

Aalbers menyediakan taman ditengah bangunan, sebuah ruang hijau yang memungkinkan aktiftas luar ruangan bagi penghuninya (Gambar 6). Selain itu, penggunaan atap datar juga telah menyediakan ruang-ruang luar baru bagi penghuni De Driekleur.

Gambar 7 Denah lantai dasar De Driekleur. Sumber: Bandung Heritage, 2016.

(6)

Gambar 8 (Kiri) dan 9 (Kanan) Tampak

samping bangunan dan sketsa potongan dinding tipikal. Sumber: Hasil analisis, 2016 Untuk menghindari serangga, Aalbers tidak menggunakan paving pada bagian luar. Penggunaan material aspal menjadi pilihannya dalam menata ruang luar. Ruang-ruang berubin berada dalam ruangan dan ternaungi dengan baik.

Atap

Atap-atap pada beberapa bangunan Aalbers merupakan atap datar yang mencirikan arsitektur modern (Gambar 8). Pada bangunan ini, Aalbers menggunakan atap-atap datar dengan kantilever hingga 1 meter untuk menahan air hujan kedalam ruangan. Penggunaan teknologi kedap air dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Aalbers untuk mewujudkan atap datar yang tanggap akan curah hujan tinggi.

Dinding

Atap dan balkon-balkon yang mengitari bangunan secara menerus menghindari kontak langsung dinding dengan sinar matahari (Gambar 9). Lantai pertama bangunan tidak terdapat partisi kearah taman. Dinding-dinding hanya terletak pada ruang-ruang pribadi. Setiap dinding diberi rongga ventilasi juga dinding yang menerus membiarkan udara dapat mengalir dengan baik. Dinding bangunan dilapisi dengan cat berbahan dasar kapur sehingga dinding masih dapat bernapas dan tak mudah berjamuri.

Bukaan

Setiap sisi bangunan memiliki ventilasi. Terdapat lubang-lubang angin di bagian atas dinding-dinding yang tak berjendela untuk membiarkan udara masuk. Taman yang besar dan tanpa pemisah ke dalam ruangan menyediakan suplai udara yang sangat besar pada seluruh sisi ruangan. Terdapat banyak pintu-pintu kaca dan jendela pada bangunan De Driekleur. Bahkan, Aalbers dengan kreatif menggunakan partisi kaca vertical untuk tetap memberi bukaan pada sisi lengkung bangunan. Lebih lagi, setiap jendela dilindungi oleh balkon-balkon ataupun atap.

Gambar 10 Atap datar sebagai ruang terbuka.

(7)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 131 Ruang Dalam

Setiap ruang-ruang di villa tiga warna terbayangi. Pada lantai dasar, ruang-ruang yang public tak memiliki partisi-partisi yang menghalangi, sehingga terlihat kontinu. Fleksibilitas terlihat dari penggunaan pintu-pintu kaca yang dapat dibuka pada bagian belakang bangunan. Penggunaan

Cement Tile bukan kayu membuatnya anti terhadap kelembaban.

Aalbers menggunakan warna putih pada semua sisi bangunan. Warna putih kapur menyerap segala spektrum warna sehingga tidak menyilaukan.

Kesimpulan

De Driekleur merupakan hasil karya terakhir Aalbers di Bandung. Bangunan ini menunjukkan sejauh mana pengetahuan Aalbers dalam menanggapi iklim tropis di Bandung. Dari bangunan ini, dapat dilihat bagaimana usaha Aalbers dalam merancang bangunan yang tanggap iklim namun tetap mengikuti konteks jamannya. Teknologi bangunan dipergunakan secara maksimal guna menjawab kebutuhan arsitektur di iklim tropis. Dari karya-karya Aalbers tergambarkan bagaiman ia berusaha memberi modernitas pada arsitektur Indonesia, menunjukkan citra yang benar-benar baru namun berguna sama. Usahanya sangat relevan dengan masa kini. Bagaimana kita dapat merancang secara kontekstual baik lokasi, guna, dan jamannya.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Bambang Setia Budi, ST., MT., Ph.D., Dosen pengampu Arsitektur Kolonial di Institut Teknologi Bandung atas pengetahuan, diskusi, dan kritiknya dalam penulisan ini. Penulis juga berterimakasih sebesar-besarnya kepada Bpk. Budi Lim dari PT. Budi Lim Architect yang telah sangat baik bersedia diwanwancarai dan atas pengetahuannya akan restorasi bangunan De Driekleur.

Daftar Pustaka

Adenan, K. et.al. Karakter Visual Arsitektur Karya A.F. Aalbers di Bandung (1930-1946)-Studi Kasus: Kompleks Villa’s dan Woonhuizen. Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia.

Akihary, H. (1990). Architectuur en Stedebouw in Indonesie 1870-1970. Zupthen: De Walburg Pres

Boersma, Tjeerd D.C,-H. (2000). Ondogmatisch Modernist in een Koloniale Samenleving. Rotterdam: BONAS Kukreja, C.P. (1978). Tropical Architecture. New York: McGraw-Hill

Kunto, H. (1984). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: PT. Granesia

Kusbiantoro, K. (2008). Apakah Tropikalitas dalam Arsitektur Kolonial Kota Bandung Estetis? (Studi kasus: Gereja St. Petrus Katedral Bandung). Seminar Nasional: Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis. Suryomo, A. Adaptasi Arsitektural Gedung De Drie Kleur untuk Bank BTPN Bandung. Universitas Katolik

Parahyangan, Bandung.

http://www.bonas.nl (Diakses, Februari 2017)

Gambar 11 dan 12 Dinding, pintu kaca,

lubang-lubang angin, kantilever bangunan. Sumber: Hasil analisis 2016.

(8)

Catatan Kaki

i Didasari oleh presentasi yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan arsitek restorasi Budi Lim. Restorasi selesai pada tahun 2013. Tahun 2014, proyek ini memperoleh Honorable Mention dari UNESCO. ii Stichting BONAS : De Stichting Bibliografieën en Oeuvrelijsten Nederlandse Architecten en Stedebouwkundigen : Institusi yang mencatat nama-nama Arsitek dan Perencana Kota Belanda dan karya-karyanya di seluruh dunia. Institusi ini didirikan tahun 1994 dan sudah mengarsipkan literatur mengenai biografi para desainer Belanda dan karyanya yang muncul tahun 1790. Beberapa arsipnya diterbitkan menjadi buku, dan sebagian arsip yang berupa data digital dapat diakses bebas. (www.bonas.nl)

Gambar

Gambar  4  De Driekleur sekarang Bank BTPN setelah melalui restorasi yang selesai pada tahun 2013 oleh  arsitek Budi Lim
Gambar 6 Diagram sirkulasi udara pada bangunan De Driekleur. Sumber:Hasil Analisis, 2016
Gambar 8 (Kiri) dan 9 (Kanan) Tampak  samping bangunan dan sketsa potongan  dinding tipikal
Gambar 11 dan 12 Dinding, pintu kaca, lubang- lubang-lubang angin, kantilever bangunan

Referensi

Dokumen terkait

peserta didik pada masa remaja. Guru perlu merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan.. keragaman karakteristik peserta didik, dan menciptakan iklim

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari metode perancangan arsitektur berbasis ekologi, mengidentifikasi potensi dan kendala iklim tropis dalam perancangan pembangunan

Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan dapat ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai

Dengan kata lain “Arsitektur Tropis” disini adalah bagaimana untuk merancang sebuah bangunan yang memiliki sistem penghawaan alami, sistem kenyamanan di dalam ruang yang

Meski tak pernah dinyatakan secara tegas oelh masing-masing penulis, nampaknya semakin banyak fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur dapat dipakai untuk

Melihat perkembangan teknologi ini, serta kondisi perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pertanian untuk pangan, maka riset ini bertujuan untuk merancang framework

Sebagai arsitek yang banyak berkarya Kisho N Kurokawa memiliki konsistensi dalam menghasilkan setiap karya-karyanya, oleh karena itu kiranya menarik untuk melihat karya-karya

Algoritma ini dipilih karena setelah melihat hasil penelitian-penelitian terdahulu ternyata algoritma ini lebih efektif untuk digunakan dalam kasus seperti ini karena Arsitektur