• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KARAKTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KARAKTER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

9

PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KARAKTER

Handoko Santoso

Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

E-mail: handoko.umm@gmail.com.

Abstrak: Banyaknya peristiwa buruk di tengah-tengah kehidupan bangsa mendorong banyak pihak memperbincangkan tentang karakter bangsa. Telah terjadi kemerosotan karakter dikalangan bangsa yang ditunjukkan oleh munculnya berbagai peristiwa yang menyedihkan. Penyebab munculnya keadaan demikian kemudian dialamatkan kepada dunia pendidikan. Disadarai pendidikan memiliki peran sentral dalam pengembangan karakter bangsa, oleh karenanya dipandang sangat mendesak meninjau kembali pendidikan nasional kita. Diharapkan, melalui pendidikan (berkarakter) ini akan dihasilkan generasi berkarakter. Pendidikan berkarakter menghendaki pendidik yang berkarakter. Kata Kunci: pendidik, karakter, pengembangan

Pendahuluan

Karakter, belakangan ini, paling tidak sejak lima tahun ini menjadi bahasan aktual oleh banyak pihak. Aktualnya karakter ini menunjukkan paling tidak dua kemungkinan. pertama, sedang menunjukkan suatu kelompok atau masyarakat yang menunjukkan bagusnya karakter. Kedua, sebaliknya dari kemungkinan pertama, yaitu menunjukkan bahwa ada masalah terkait dengan karakter itu, karakter sedang ditunjukkan tidak bagus/jelek, dan ini banyak terjadi sehingga karakter menjadi perbincagan yang hangat. Tidak bagusnya karakter suatau masyarakat atau bangsa, kemudian kesalahannya dialamatkan kepada pendidikan.

Terkait dengan kondisi tersebut, Nugroho (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter kunci kemajuan bangsa, dan dunia pendidikan di Indonesai dinilai belum mendorong pembangunan karakter bangsa. Senada dengan pernyataan tersebut, menurut Mendikbud RI bahwa sejalan dengan meningkatnya keluhan masyarakat tentang menurunnya tatakrama, etika, perilaku bangsa, maka pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu dimasukkan dalam kebijakan pembangunan pendidikan nasional.

Secara commonsense banyak yang menyatakan bahwa pengembangan karakter ini telah lama tidak lagi memperoleh perhatian memadai. khususnya dalam dunia pendidikan. Pengembangan intelektual memperoleh perhatian yang luar biasa, ini dapat ditunjukkan diantaranya dengan penetapan mutu suatu sekolah hanya dilihat dari tingginya nilai hasil belajar, misalnya nilai ujian nasional. Bahkan penetapan sekolah vaforit di suatau wilayah hanya didasarkan pada tingginya nilai ujian nasional atau banyaknya siswa lulusannya yang diterima di jenjang pendidikan berikutnya, tanpa memperhatikan aspek sikap dan perilaku masyarakat sekolah tersebut.

(2)

10

Kurangnya perhatian dunia pendidikan terhadap pengembangan karakter peserta didik selama ini telah banyak diungkapkan banyak pihak. Keadaan demikian disadari oleh para ahli dan pemerhati pendidikan bahkan disinyalis sebagai salah satu penyebab munculnya peristiwa atau keadaan bangsa Indonesi seperti saat ini. Keadaan itu misalnya kasus korupsi yang sangat luar biasa segalanya, perhelatan permusuhan dan perlawanan, saling memukul dan menendang oleh para wakil rakyat. Bahkan kasus yang masih hangat karena berlangsung belum begitu lama, terjadi dalam dunia pendidikan kita di Jawa Timur, yaitu kasus mencontek saat ujian nasional. Orang yang melaporkan kecurangan dalam peristiwa itu justru ditentang, dicemooh, bahkan diusir dari tempat tinggalnya.

Sudah menjadi kesadaran bersama, untuk mengatasi kondisi demikian itu segera dilakukan reorientasi dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan harus memperhatikan bahkan mengutamakan pengembangan karakter peserta didik. Untuk melakukan upaya ini, pendidik (guru dan dosen) memegang peranan penting. Untuk pengembangan karakter peserta didik, maka pengembangan atau peningkatan karakter guru dan dosen juga harus dilakukan agar bisa menjadi sosok pendidik berkarakter sehingga dapat mewujudkan pendidikan berkarakter. Dalam makalah ini akan dibahas secara singkat tentang pendidikan karakter: pengertian karakter, pentingnya karakter, dan peran pendidik dalam mengembangkan karakter peserta didik.

Hasil dan Pembahasan 1. Pengertian Karakter

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Dalam bahasa Arab, karakter diartikan sebagai khuluq, syajiyyah, thob’u (budi pekerti, tabiat atau watak) Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi secara spontan tanpa ada lagi pertimbangan-pertimbangan yang lama.

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakaan sesorang dengan orang lain, tabiat dan watak. Karakter, merupakan totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku seseorang yang berfifa khas, yang beraarti ciri tersebut bisa membedakan antara seseorang dengan orang lain.

Hajam (2012) menyatakan bahwa karakter atau watak adalah suatu sifat yang tampak dalam perilaku sehari-hari sebagai pengaruh dari ligkungan, sifatnya tidak permanen. Pengertian ini menunjukkan bahwa karakter bisa berubah, dikembangkan.Istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut

(3)

11

orang yang berkarakter (a person of character) apabila prilaku sesuai dengan kaidah moral/akhlak. Orang yang berkarakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, ikhlas, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain (Mulyasa, 2012)

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Sedangkan menurut Whynne (Mulyasa, 2012) “karakter berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada usaha menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh karena itu orang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagain orang yang berkarakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia. Ada juga yang menggolongkan karakter, ada karakter lemah (penakut, pemalas, cepat putus asa, dll), karakter kuat (tangguh, ulet, pantang menyerah, dll), karakter jele (licik, egois, serakah, sombong, ambil muka,dll), dan karakter baik (jujur, terpercaya, rendah hati, suka menolong,dll).

Pendidikan karakter tidak hanya berhubungan dengan masalah benar dan salah, tetapi lebih kepada upaya menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga seseorang memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta komitmen untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan keseharian. Karakter, dengan demikian, merupakan sifat alami seseorang dalam merespon dengan baik keadaan lingkungan yang diwujudkan dalam perilaku baik, jujur, bertanggungjawab, hormat pada orang lain, menolong, dan sebagainya.

Karakter mengalami perkembangan secara bertahap sehingga menjadi masak, matang dan dewasa. Faktor yang mendukung perkembangan karakter antara lain (Hajam,2012): usia, wawasan, pengalaman, stimulasi, lingkungan, pola asuh, pendidikan, dukungan sosial, dan biologis.

2. Pentingnya Karakter

Dalam Islam, karakter disebut sebagai akhlaq, ada akhlaq karimah (baik, terpuji, mulia) dan akhlak sayyiah (jelek, tercela). Pentingnya karakter dalam Islam dapat dirujuk sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa dirinya diutus adalah untuk menyempurnakan akhlaq (karakter). Dalam hal mendidik anak, Islam memerintahkan agar orang tua mendidik/memperbaiki adab (akhlaq) anak, anak akan hidup pada zamannya (zaman anak nanti, bukan saat ini) sehingga harus punya karakter mulia dan kuat sehingga mampu menjalani hidup dengan benar. Seseorang yang memiliki karakter baik akan memberikan banyak manfaat bagi orang lain, Islam mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat pada sesama manusia.

(4)

12

Ajaran Islam selain meliputi aqidah, ibadah, muamalah, juga akhlaq. Pengamalan ajaran Islam yang meliputi empat aspek itu secara utuh (sering disebut sebagai “kaffah”) merupakan model karakter seorang muslim (muslim yang sebenarnya). Seseorang yang mampu menjaga hubungan baik dengan Allah (habllumminallah) dan sesama manusia (hablumminannas). Agar hidup didunia dapat memperoleh kebahagiaan, keberhasilan, diperintahkan untuk mencotoh karakter Rosulullah Muhammad SAW yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah

Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan bukan pada sumberdaya alam (SDA). Ketersediaan SDA tidak menjamin kesejahteraan penduduknya tanpa disentuh oleh SDM yang mumpuni/berkualitas. Indonesia, Negara yang kita cintai, yang kita hidup di dalamnya, dikenal sebagai negara yang kaya akan SDA, tanahnya subur, bahkan ada yang mengatakan bagaikan surga dunia. Sekalipun bigitu kenyataannya (SDA) tidak berdampak pada kesejahteraan bangsanya sebagaimana yang kita nikmati saat ini. Bahkan berbagai macam krisis, dan peristiwa kejahatan, kemaksiyatan selalu menghiasi berbagai mass media dan dihadapi bangsa. Banyak yang menyampaikan apa penyebab munculnya krisis dan peritiwa itu, dan pada akhirnya disimpulkan bahwa itu semua disebabkan oleh krisis moral. Krisis moral ini berarti menunjuk pada jeleknya (kurang baiknya) karakter bangsa.

Mulyana (2012) menyebutkan ada dua tantangan besar yang dihadapi Indonesai, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah dan globalisasi. Kunci sukses untuk menghadapi tantangan itu adalah kualitas SDM. Dengan demikian peningkatan kualitas sumberdaya manusia sejak dini merupakan hal penting yang harus dilakukan dengan baik dan terencana. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kulaitas sunmberdaya manusia. Agar sumberdaya manusia berkualitas, maka pengembangan karakter menjadi kuncinya.

Pentingnya karakter dalam kehidupan ini juga pernah diungkapkan oleh seorang ahli yang menyakatakan bahwa karakter seseorang itu ada hubungannya dengan nasib orang tersebut. Pentingnya karakter itu diungkapkan dalam suatu pernyataan “berhati-hatilah dengan pikiran Anda, karena pikiran Anda akan menentukan apa yang akan Anda ucapkan. Berhati-hatilah dengan ucapan Anda, karena ucapan Anda akan menentukan apa yang anda lakukan. Berhati-hatilah Anda dengan yang Anda lakukan, karena apa yang Anda lakukan akan menentukan karakter atau watak anda. Dan berhati-hatilah dengan karakter/watak Anda, karena karakter Anda akan menentukan nasib Anda”. Dari pernyataan ini juga dapat kita ambil pengertian bahwa karakter sesorang itu muncul dimulai dari apa yang ada pada pikiran seseorang, dan akan berpengaruh terhadap nasib hidupnya.

(5)

13

3. Peran Pendidik

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa karakter itu bisa berubah (berkembang) diantaranya oleh pendidikan. Pendidikan menjadi satu cara yang tepat untuk mengembangkan karakter peserta didik. Disadari bahwa mewujudkan karakter pada seseorang tidaklah mudah, memerlukan waktu yang panjang. Menurut filosof terkenal Al-Ghazali, akhlak (karakter) merupakan tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang baik. Mendidik karakter anak, dengan demikian, merupakan usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak terukir sejak dini, sehingga dapat mengambil keputusan dengan benar dan mempraktekan dalam kehiudpan sehari-hari. Keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh konsistensi perilaku sesorang yang sesuai dengan apa yang diucapkan dan harus didasari atas ilmu dan pengetahuan dari sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan.

Peran pendidikan dalam mengembangkan karaketr peserta didik dapat diperhatikan adai hasil penelitian di suatu tingkat sekolah di Texas ysng telah mengimplementasikan kurukulum Lessons in Character. Kurikulum ini lebih banyak mengajak siswa untuk berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kepekaan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kurikulum tersebut memberi dampak positif terhadap perubahan cara belajar, kepedulian, dan rasa hormat terhadap para staf sekolah, dan meningkatkan keterlibatan siswa secara sukarela dalam kegiatan-kegiatan kemanausiaan. Hal serupa juga terjadi di negara Jepang dan Cina, yang sangat memperhatikan pendidikan karakter bagi para siswa, bahkan di Cina dijalankan pendidikan karaketr ini sejak prasekolah sampai perguruan tinggi. Dampak dari upaya itu sebagaimana yang dapat ditemukan pada karakter bangsa ke dua negara tersebut. Beberapa ungakapan para pemikir dunia misalnya “salah satu kesalahan fatal adalah pendidikan tanpa karakter; kecerdasan plus karakter itu adalah tujuan akhir dari pendidikan; mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman marabahaya kepada masyarakat”. (muslich, 2012)

Peran guru merupakan titik sentral dalam proses belajar mengajar, guru akan menjadi panutan dan tuntunan. Semua perilaku dan sikap guru akan menjadi model bagi siswa. Teori Social learning dari Bandura menyebutkan bahwa proses belajar terjadi melalui observation learning dan vicarious learning. Dalam observation learning, siswa meniru perilaku gurunya dalam banyak nilai melalui pengamatannya seperti kedisiplinan, kejujuran, komitmen, tanggungjawab, religiusitas, kerja keras, kedemokratisan, rasa ingin tahu dan kesabaran. Dalam vicarious learning, siswa meniru perilaku siswa lain yang memperoleh reinforcements/penguat dari guru atau lingkungan sosialnya.

(6)

14

Oleh karena begitu besar peran guru dalam pengembangan karakter peserta didik, maka seorang pendidik harus menjadi sosok manusia yang berkarakter juga. Pendidik yang profesional adalah pendidik yang berkarakter. Apakah kenyataannya sudah demikian? Jawabnya terpulang kepada kita sebagai pendidik. Kalau sudah, tentu tetap harus dipertahankan dan dikembangkan, kalau belum maka segera berbenah diri, berupaya dengan sungguh-sungguh agar menjadi sosok yang berkarakter. Guru yang berkarakter akan menjadi tauladan posisitif bagi peserta didiknya, yang pada akhirnya akan ditiru oleh pesertata didiknya. Apalagi bagi peserta didik pendidikan dasar atau usia balita, adalah lebih pandai meniru katimbang sebagai pendengar yang baik.

Pendidik harus pandai (tepat) dalam mimilih metode pembelajaran yang dapat mengembangkan karakter peserta didik. Untuk mengembangkan karakter tersebut dituntut pembelajaran yang membuat siswa aktif mengalami. Sehingga peran sentral pendidikan dalam pembelajaran juga berarti memegang peran yang penting dalam pengembangan karakter peserta didik, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas karakter bangsa. Guru adalah pendidik karakter (sering tidak disadari oleh yang bersangkutan).

Kesimpulan

Karakter sesorang akan menentukan nasib sesorang, begitu juga karakter suatu bangsa akan menentukan nasib bangsa. Buruknya karakter bangsa berakibat munculnya berbagai perisitwa atau keadaan yang merugikan bangsa. Membangun karakter menjadi tanggungjawab bersama, secara formal pendidikan memiliki peran yang sangat strategis. Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang berkarakter, pendidikan berkarakter memerlukan pendidik berkarakter, sehingga membangun karakter pendidik sangat penting. Daftar Pustaka

Elfindri, dkk. Indrayani (Editor). 2012. Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidikan dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.

Fitri, Zaenul, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hajam, Nurrohman. 2011. Pendidikan Karakter: Materi pada Pertemuan dan Seminar Nasional LPTK Muhammadiyah di Babel.

Koesoema, Doni. 2011. Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta: PT Grasindo Muslich, Masnur. 2012. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.

Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Prayitno. Manulang, Belferik. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta: Grasindo.

Wiyani, Ardy, Novan. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya di Sekolah. Jakarta: Pedagogia.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang

Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran pra siklus pada pembelajaran penjas dengan materi kayang diperoleh refleksi bahwa penggunaan metode pembelajaran yang

Karena digembleng hampir tiap hari, dan Teyi sendiri punya tekad besar untuk menjadi perempuan Jawa dari kerajaan Surakarta Hadiningrat, maka belum genap setahun ia

Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji penerapan alternatif penyelesaian sengketa di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk mewujudkan

penelitian selanjutnya, serta saran yang berkaitan dengan manfaat praktis yang dapat dilakukan dan ditujukan oleh para ibu yang memiliki anak thalasemia, suami dan

Dari hasil assessment belum sama ada kegiatan habilitasi dan rehabilitasi sosial yang dilakukan terhadap para penyandang disabilitas di desa. Peran pemerintah daerah