• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LKS BERMUATAN KECERDASAN KOMPREHENSIF DALAM MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KOMPETENSI FISIKA SISWA KELAS X MAN 2 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LKS BERMUATAN KECERDASAN KOMPREHENSIF DALAM MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KOMPETENSI FISIKA SISWA KELAS X MAN 2 PADANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pillar of Physics Education, Vol. 10. Oktober 2017, 17-24

PENGARUH LKS BERMUATAN KECERDASAN KOMPREHENSIF

DALAM MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP

KOMPETENSI FISIKA SISWA KELAS X MAN 2 PADANG

Fauzy Dwi Ardi

1)

Nurhayati

2)

Zulhendri Kamus

2)

1)

Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang

2)

Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang

fauzydwiardi@yahoo.co.id

ABSTRACT

Competences that must achieved by student based on 2013 curriculum are attitude, knowledge and skills. Unfortunately , learning process conducted at school is not totally covered these competence yet. The purpose of the research is to investigate the influence of student worksheets contain of comprehensive intelligence in Problem Based Instruction model towards the physic competence students in class X of MAN 2 Padang on the spiritual attitude, emotional and social attitude, knowledge and skills. The type of this research is Pre Experimental Design with One Shoot Case Study. The population of the research is all of student in class X MIA MAN 2 Padang that registered on the 2016/2017 period. Sampling purposive technique used to get the sample. Sample in this research is class X of MIA 2. Research instrument in the form of a final test for knowledge competence, observation sheets for attitude competence and performance sheet for skill competence. Based on the data analysis, the average value for of spiritual attitude is 78,35, competence of emotional and social is 78,38, competence of skill is 79,26 and competence of knowledge for before and after treatment are 51,39 dan 75,14 respectirely. Competence of knowledge data obtained using t-test berkorelasi which is tcaunt is 13,14 and

ttable is 1,70 at 5% significance level of the left side test. In conclution, the student worksheet that contained

comprehensive intelligence can strengthen skills and understanding of students to that physics competence of student can be increased.

Keywords : Comprehensive Intelligence, Competence, Student Worksheet, Problem Based Instruction PENDAHULUAN

Perubahan masyarakat dan kebudayaan saat ini meliputi berbagai aspek dalam kehidupan manu sia. Cepatnya perubahan tersebut disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama teknologi komunikasi dan infor masi. Perkembangan teknologi dan informasi tidak terlepas dari pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan upaya memperoleh pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu untuk mengembangkan bakat serta kemampuannya. Tujuan dari pendidikan itu sendiri untuk menciptakan manusia yang berkua litas dan berkarakter yang dapat membawa manusia ke dalam era persaingan global. Salah satu mata pelajaran yang dapat membantu mewujudkan tujuan pendidikan dan sangat berpengaruh dalam era persaingan global adalah mata pelajaran fisika.

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika banyak mempelajari tentang gejala dan fenomena alam, dengan mempelajari fisika diharapkan siswa dapat bertambah pengetahuan, keterampilan dan kekagu mannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diiringi dengan perubahan sikap spiritual, sikap (emo sional dan sosial) kearah yang lebih baik. Harapan

tersebut tidak terlepas dari upaya yang dilakukan pemerintah.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kuri kulum 2013. Tujuan Kurikulum 2013 adalah mem persiapkan manusia Indonesia agar memiliki ke mampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, kritis, efektif, mandiri serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradapan dunia.

Kurukulum 2013 dirancang secara utuh untuk mencapai tujuan tersebut, tidak hanya meliputi kompetensi pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sikap spiritual dan sikap (emosional dan sosial). Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keteram pilan dalam melakukan suatu tugas baik disekolah, masyarakat dan lingkungan yang bersangkutan dengan proses interaksi[1]. Salah satu contoh dalam fisika yaitu pengetahuan seseorang yang menyatakan bahwa mobil dapat mengantarkannya sampai ke tujuan dengan jarak 50 km, orang tersebut tentu berpikir apabila tidak ada mobil belum tentu dia dapat melakukan perjalanan sejauh itu, maka muncullah rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan mobil sehingga dapat melakukan perjalanan yang terlindung dari hujan dan panas.

(2)

Adanya pengetahuan tersebut menimbulkan rasa simpati seseorang saat melihat orang lain minta tolong untuk diantar dan menjadi salah satu usaha untuk mencari nafkah bagi yang tidak memiliki pekerjaan. Resiko seorang pengendara mobil sangat besar, sehingga dibutuhkan kehati-hatian saat menggunakannya dan memperlakukan kendaraan dengan baik. Jabaran dari contoh tersebut terlihat bahwa kompetensi harus menyeluruh/komprehensif dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri karena semua kompetensi saling terkait.

Harapan pelaksanaan pembelajaran menurut Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indo nesia yang cerdas secara komprehensif, yaitu cerdas spiritual, sosial, intelektual dan kinestetis. Guru dalam kurikulum 2013 berperan sebagai fasilitator dan siswa dituntut mampu mencapai 4 kecerdasan tersebut. Selain itu, siswa dalam kurikulum 2013 dituntut aktif dalam proses pembelajaran yang meliputi aktif dalam mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Keaktifan tersebut dapat diwujudkan dengan adanya model pem belajaran dan bahan ajar yang digunakan seperti Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pe laksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai[2]. Pentingnya LKS dalam proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemaha man dalam pembentukan kemampuan dasar yang harus ditempuh sesuai indikator pencapaian hasil belajar.

Kenyataan yang ditemukan di sekolah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hasil wawancara dengan salah seorang guru MAN 2 Padang diperoleh informasi pertama, pembelajaran berdasarkan tun tutan Kurikulum 2013 belum sepenuhnya terlaksana, karena sasaran pembelajran tidak mencakup pengem bangan seluruh kompetensi. Kedua, penggunaan model dalam pembelajaran sudah dilaksanakan namun pelaksanaannya belum optimal, karena model yang cocok untuk pembelajaran fisika adalah model yang berbasis penelitian/masalah melalui pendekatan ilmiah dengan menggunakan metoda eksperimen, sedangkan metode yang selalu digunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Ketiga, bahan ajar yang digunakan berupa bahan ajar cetak dari MGMP, karena memuat banyak latihan yang dapat dikerjakan oleh siswa. Keempat, penilaian terhadap aspek sikap dan keterampilan tidak sepenuhnya terlaksana, sikap dilihat dalam keseharian tanpa menggunakan instru ment penilaian, sedangkan keterampilan dilihat dari laporan praktikum.

Hasil analisis angket terhadap 30 orang siswa diperoleh 43% keaktifan siswa tidak menonjol, karena selalu menerapkan metode ceramah dan diskusi kelompok, siswa terbiasa menulis catatan materi yang diberikan guru serta kurangnya peng

hargaan terhadap siswa yang aktif dalam belajar, sementara 83% siswa menyatakan bahwa bahan ajar yang diberikan guru belum mencakup seluruh kompetensi. Hasil wawancara dan penyebaran angket menunjukkan bahwa pembelajaran fisika berdasarkan kurikulum 2013 belum sepenuhnya terlaksana, peng gunaan bahan ajar yang mencakup seluruh kom petensi belum ada, serta keaktifan siswa yang tidak menonjol akan berdampak pada hasil belajar yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Pernyataan ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi fisika siswa kelas X MAN 2 Padang berdasarkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Rata-rata Fisika Semester 1 Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2016/2017 MAN 2 Padang N o Kelas Rata-rata Presen-tase Tuntas Presentase tidak Tuntas 1 X MIA 1 51,88 0,00 % 100,00 % 2 X MIA 2 45,71 2,86 % 97,14 % 3 X MIA 3 46,74 0,00 % 100,00 % 4 X MIA 4 46,28 0,00 % 100,00 % 5 X MIA 5 53,78 0,00 % 100,00 %

Sumber : Guru Fisika MAN 2 Padang

Tabel 1 menunjukkan bahwa masih banyak kelas yang belum mencapai batas ketuntasan belajar dengan KKM untuk mata pelajaran fisika di MAN 2 Padang adalah 78. Hal ini disebabkan karena implementasi Kurikulum 2013 belum sepenuhnya tergambar secara menyeluruh yang meliputi aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan kete rampilan. Implementasi pembelajaran kurikulum 2013 seharusnya dilaksanakan secara komprehensif baik dari segi proses maupun produk atau hasil. Proses dan hasil pembelajaran harus mengandung unsure sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan secara holistic atau dikenal dengan kecerdasan komprehensif[3]. Kesiapan komponen pembelajaran akan menentukan keberhasilan im plementasi kurikulum 2013, salah satunya adalah LKS. Ketersediaan LKS menurut kurikulum 2013 yang isinya memuat kecerdasan komprehensif dan menggunakan pendekatan saintifik untuk semua materi fisika belum ada hingga saat ini.

Solusi yang dapat diberikan berdasarkan masalah tersebut adalah mencoba menggunakan LKS yang dapat memenuhi tuntutan dari kurikulum 2013, yaitu LKS bermuatan kecerdasan komprehensif. Kecerdasan komprehensif merupakan kecerdasan yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan sosial, dan ke cerdasan kinestetis[4]. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang bertumpu dari dalam diri manusia untuk membantu menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh serta dapat menyeimbangkan makna dan nilai kehidupan dalam

(3)

konteks yang lebih luas[5]. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan dalam meningkatkan ke imanan sehingga melahirkan manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti dan dapat menjadi manusia yang berkepribadian unggul.

Kecerdasan emosional memiliki keterkaitan dengan kecerdasan sosial. Emosi seseorang biasanya akan mempengaruhi hubungan sosialnya. Kecerdasan emosional: kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; me ngendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdo’a[6]. Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain dalam mengontrol dan mengelola emosi dengan baik sehingga akan terbentuk sikap sosial yang baik.

Kecerdasan intelektual merupakan kemampu an berpikir dan bertindak secara tepat dan belajar dari pengalaman untuk memberikan respons yang baik sebagai pemilih yang tepat, penghubung, pemecah masalah, negosiator, pelindung, penyembuh serta pembangun sinergi untuk mencapai tujuan tertentu[5]. Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan seseorang dalam menyelesaikan berbagai persoalan atau permasalah an. Kecerdasan kinestetik atau keterampilan terlihat dari kinerja yang dilakukan dalam proses pembe lajaran[7]. Kecerdasan kinestetis adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri serta keteram pilannya dalam menggunakan potensi yang ada dalam dirinya.

LKS yang digunakan sudah dikembangkan melalui penelitian terdahulu dengan hasil validitas LKS sebesar 87,00 dalam kategori sangat baik, hasil praktikalitas oleh guru sebesar 88,87 dan siswa sebesar 86,90 dalam kategori sangat praktis dan LKS ini efektif untuk digunakan dalam pembelajaran fisika[8]. LKS sebagai salah satu bahan ajar harus disesuaikan dengan kondisi sekolah, kondisi siswa serta karakteristik materi pelajaran. Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran diperlukan suatu model.

Salah satu model yang diterapkan adalah model Problem Based Instruction (PBI). Pembelajar an berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan ke mandirian dan percaya diri[8]. Diharapkan dengan menggunakan LKS bermuatan kecerdasan kompre hensif menggunakan model Problem Based Instruc

tion dapat membantu meningkatkan kompetensi

sikap spiritual, sikap (emosional dan sosial), pengetahuan dan keterampilan.

Berdasarkan latar belakang penulis berkeingin an untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh LKS Bermuatan Kecerdasan Komprehensif dalam Model Problem Based Instruction terhadap Kom petensi Fisika Siswa Kelas X MAN 2 Padang”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah

Pre-Experimental Design. Jenis penelitian ini diguna

kan karena tidak adanya variabel control dan sampel tidak dipilih secara random. Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Shoot Case Study. Desain penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Desain Penelitian

X O

Keterangan :

X = treatment yang diberikan (variabel independen) O = observasi (variabel dpenden)

Variabel independen dalam penelitian ini berupa LKS bermuatan kecerdasan komprehensif dalam model Problem Based Instruction, sedangkan variabel dependen berupa kompetensi sikap spiritual, sikap (emosional dan sosial), pengetahuan dan keterampilan.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Padang yang terdaftar pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Sampel pada rancangan penelitian One Shoot Case Study tidak dipilih secara random sehingga teknik yang peneliti gunakan adalah sampling purposive yang didasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu yaitu menyelidiki bagaimana pengaruh dari treatment yang diberikan. Berdasarkan tujuan yang peneliti ungkapkan, peneliti memilih kelas X MIA 2 MAN 2 Padang yang memiliki nilai rata-rata terendah pada ulangan harian sebelum perlakuan sebagai kelas eksperimen.

Variabel bebas dari penelitian ini adalah LKS bermuatan kecerdasan komprehensif dalam model

Problem Based Instruction. Variabel terikat dari

penelitian ini adalah kompetensi fisika siswa kelas X MIA MAN 2 Padang. Data dalam penelitian berupa penilaian sikap dari siswa diambil melalui lembar observasi, penilaian pengetahuan diambil melalui tes akhir (posttest) dan penilaian keterampilan melalui lembar unjuk kerja saat praktikum. Tiga data tersebut merupakan data primer, sedangkan data sekunder diambil dari nilai ulangan harian ke 2 semester 2 kelas X sebagai data sebelum perlakuan.

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Instrument yang digunakan pada kompetensi sikap adalah lembar observasi untuk sikap spiritual dan sikap sosial. Instrument kompetensi pengetahuan berupa tes tertulis dan kompetensi keterampilan berupa lembar unjuk kerja.

(4)

Analisis data untuk kompetensi sikap dan keterampilan melalui grafik berupa konversi skor ke nilai. Analisis t berkolerasi untuk kompetensi pe ngetahuan. Untuk membuktikan signifikansi per bedaan hasil sebelum dan sesudah diberi perlakuan perlu diuji secara statistic dengan tes berkolerasi[10]. Rumus yang dapat digunakan yaitu:

𝑟

𝑥𝑦

=

𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌

𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2 ……...(1)

Keterangan :

X = Rata-rata nilai sebelum perlakuan (ulangan harian ke 2 semester 2)

Y = Rata-rata nilai sesudah perlakuan (posttest) rxy = Koefisien korelasi nilai siswa

Setelah memperoleh nilai rxy pada persamaan (2), selanjutnya dapat ditentukan nilai t. Rumus yang digunakan untuk menetukan nilai t yaitu :

𝑡 =

𝑋1 −𝑋 2 𝑆12 𝑛 1+𝑆2 2 𝑛 2−2𝑟 𝑛 1𝑆1 𝑆2 𝑛 2 …………...………..……..(2) Keterangan : 𝑋1

= Nilai rata-rata sebelum perlakuan (UH ke 2 semester 2)

𝑋2

= Nilai rata-rata sesudah perlakuan (posttest) 𝑆1 = Standar Deviasi nilai sebelum perlakuan

𝑆2 = Standar Deviasi nilai setelah perlakuan

𝑆12 = Varians nilai sebelum perlakuan

𝑆22 = Varians nilai sesudah perlakuan

r = Korelasi antara sesudah perlakuan dan sebelum perlakuan

Harga thitung diperoleh dengan mensubtitusikan nilai r pada persamaan (1) ke dalam persamaan (2). Kemudian, bandingkan harga thitung dengan harga t pada tabel distribusi t dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil thitung diperoleh nilainya dalam harga negative (-) maka dilakukan uji pihak kiri.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Data penelitian berupa kompetensi fisika siswa kelas X MIA 2 MAN 2 Padang yang meliputi kompetensi sikap spiritual, sikap (emosional dan social), pengetahuan dan keterampilan. Data pada kompetensi sikap spiritual, sikap (emosional dan sosial) diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui format penilaian sikap. Data pada kompetensi pengetahuan diperoleh melalui tes tertulis di akhir pembelajaran dan data kompetensi keterampilan diperoleh melalui format penilaian kinerja.

Deskripsi data pada kompetensi sikap spiritual ini ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh siswa

setelah tujuh kali pertemuan tatap muka dikelas. Deskripsi data kompetensi sikap spiritual dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Data Kompetensi Sikap Spiritual

No Statistik Deskriptif Nilai

1 Rata-rata 78.35 2 Standar Deviasi 8.67 3 Varians 75.23 4 Nilai Terendah 68 5 Nilai Tertinggi 100 6 Median 75.5 7 Modus 75 8 Rentangan Nilai 32

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kom petensi sikap spiritual siswa adalah 78,35 dengan varians dan standar deviasi masing-masing 75,23 dan 8,67. Rentangan nilai siswa adalah 68-100, sehingga diperoleh jangkauan nilai sebesar 32. Kecilnya nilai standard deviasi menyatakan bahwa nilai siswa mendekati rata-rata tidak hanya terjadi pada beberapa orang siswa saja, tetapi juga diikuti oleh hampir semua siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 68, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Median dan modus berturut-turut 75,5 dan 75. Artinya, hampir semua siswa mengalami pencapaian kompetensi sikap spiritual yang mendekati rata-rata.

Deskripsi data pada kompetensi sikap emosional dan sosial ini ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh siswa setelah tujuh kali pertemuan tatap muka dikelas. Deskripsi data kompetensi sikap emosional dan sosial dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Deskripsi Data Kompetensi Sikap Emosional

dan Sosial

No Statistik Deskriptif Nilai

1 Rata-rata 78.38 2 Standar Deviasi 7.16 3 Varians 51.21 4 Nilai Terendah 69 5 Nilai Tertinggi 99 6 Median 77 7 Modus 75 8 Rentangan Nilai 30

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kom petensi sikap emosional dan sosial siswa adalah 78,38 dengan varians dan standar deviasi masing-masing 51,21 dan 7,16. Rentangan nilai siswa adalah adalah 69-99, sehingga diperoleh jangkauan nilai sebesar 30. Kecilnya nilai standar deviasi me nyatakan bahwa nilai siswa mendekati rata-rata tidak hanya terjadi pada beberapa orang siswa saja, tetapi juga diikuti oleh hampir semua siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 69, sedangkan nilai tertinggi adalah 99. Median dan modus berturut-turut 77 dan 75. Artinya, hampir semua siswa mengalami pencapaian kom

(5)

petensi sikap emosional dan sosial yang mendekati rata-rata.

Deskripsi data kompetensi pengetahuan di tunjukkan oleh data hasil tes siswa sebelum dan sesudah penggunaan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Deskripsi Data UH dan Posttest

No Statistik Deskriptif UH Postest

1 Rata-rata 51.39 75.14 2 Standar Deviasi 16.19 10.45 3 Varians 262 109 4 Nilai Terendah 25 60 5 Nilai Tertinggi 85 95 6 Median 50 75 7 Modus 70 75 8 Rentangan Nilai 60 35

Jumlah siswa yang mengikuti UH sebelum penggunaan LKS adalah 36 orang. Rentangan nilai siswa adalah 25 sampai 85, sehingga diperoleh jangkauan nilai sebesar 60. Nilai yang paling banyak diperoleh siswa adalah 70. Nilai rata-rata UH adalah 51,39 dengan varians dan standar deviasi masing-masing 262 dan 16,19.

Berdasarkan data yang didapatkan, terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah penggunaan LKS yaitu dari 51,39 menjadi 75,14. Penurunan nilai standard deviasi pada postest menyatakan bahwa kenaikan nilai siswa tidak hanya terjadi pada beberapa orang siswa saja, tetapi juga diikuti oleh hampir semua siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat mengikuti UH adalah 25 dan pada saat mengikuti postest adalah 60. Nilai tertinggi mengalami pening katan dari 85 menjadi 95. Dengan demikian terlihat bahwa hampir semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar.

Deskripsi data kompetensi keterampilan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Deskripsi Data Kompetensi Keterampilan

No Statistik Deskriptif Nilai

1 Rata-rata 79.26 2 Standar Deviasi 5.67 3 Varians 32.12 4 Nilai Terendah 69 5 Nilai Tertinggi 92 6 Median 80 7 Modus 84 8 Rentangan Nilai 23

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kom petensi keterampilan siswa adalah 79,26 dengan varians dan standar deviasi masing-masing 32,12 dan 5,67. Rentangan nilai siswa adalah 69-92, sehingga diperoleh jangkauan nilai sebesar 23. Kecilnya nilai standard deviasi menyatakan bahwa nilai siswa mendekati rata-rata tidak hanya terjadi pada beberapa orang siswa saja, tetapi juga diikuti oleh hampir

semua siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 69, sedangkan nilai tertinggi adalah 92. Median dan modus berturut-turut 80 dan 84. Artinya, hampir semua siswa mengalami pencapaian kompetensi keterampilan yang mendekati rata-rata.

Analisis data kompetensi sikap spiritual siswa dideskripsikan dalam bentuk grafik. Rata-rata sikap spiritual siswa selama tujuh kali pertemuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai rata-rata Kompetensi Sikap Spiritual Siswa

Gambar 1 menunjukkan bahwa sikap spiritual siswa untuk indikator A paling tinggi adalah pada per temuan kelima dengan nilai rata-rata 85 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 76, untuk indikator B paling tinggi adalah pada pertemuan kelima dan ketujuh dengan nilai rata-rata 83 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 78, untuk indikator C paling tinggi adalah pada pertemuan kelima dengan nilai rata-rata 86 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 77, untuk indikator D paling tinggi adalah pada pertemuan ketujuh dengan nilai rata-rata 87 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 56. Berdasarkan keempat indikator, hanya indikator A yang cenderung mengalami kenaikan.

Rata-rata sikap emosional dan sosial siswa masing-masing kompetensi selama tujuh kali pertemuan dapat dilihat pada Gambar 2.

0 20 40 60 80 100 120

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Pertemuan 5 Pertemuan 6 Pertemuan 7

N il a i I n d ik a t o r Banyak Pertemuan

Jujur Disiplin Gotong Royong Tanggung Jawab Sopan Santun Percaya Diri

Gambar 2. Nilai Indikator Sikap Emosional dan Sosial Siswa

Gambar 2 menunjukkan bahwa sikap emosional dan sosial siswa selalu mengalami peningkatan setiap

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 N il a i R a ta -r a ta Pertemuan Ke Berdo'a Menguca pka n Sa la m Membaca Al-Qur'an Menguca pka n Syukur

(6)

pertemuan. Rata-rata terendah dari keenam kom petensi untuk setiap pertemuan terdapat pada sikap percaya diri dan rata-rata tertinggi pada sikap sopan santun. Rata-rata sikap sosial setiap pertemuan mengalami perubahan dengan grafik selalu naik.

Rata-rata sikap jujur siswa selama tujuh kali pertemuan dapat dilihat pada Gambar 3.

70 75 80 85 90 95 1 2 3 4 5 6 7 N il ai R at a -r at a Pertemuan Ke A B

Gambar 3. Nilai Rata-rata Kompetensi Sikap Jujur Siswa

Gambar 4. menunjukkan bahwa sikap jujur untuk indikator A paling tinggi adalah pada pertemuan ketujuh dengan nilai rata-rata 89 dan paling rendah adalah pada pertemuan kedua dengan nilai rata-rata 80, untuk indikator B paling tinggi adalah pada pertemuan keenam dan ketujuh dengan nilai rata-rata 90 dan paling rendah adalah pada pertemuan kedua dengan nilai rata-rata 79. Indikator A dan B cenderung mengalami kenaikan dari pertemuan kedua sampai ketujuh.

Rata-rata sikap sopan santun siswa selama tujuh kali pertemuan dapat dilihat pada Gambar 4.

80 85 90 95 100 1 2 3 4 5 6 7 N il ai R at a -r at a Pertemuan Ke A B C

Gambar 4. Nilai Rata-rata Kompetensi Sikap Sopan Santun

Gambar 4 menunjukkan bahwa sikap sopan santun siswa untuk indikator A paling tinggi adalah pada pertemuan ketujuh dengan nilai rata-rata 99 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 95, untuk indikator B paling tinggi adalah pada pertemuan ketujuh dengan nilai rata-rata 99 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 95, untuk indikator C paling tinggi adalah pada pertemuan ketujuh dengan nilai rata-rata 99 dan paling rendah adalah pada pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 87. Rata-rata setiap indikator cenderung berubah, namun

pertemuan 4 dan 5 rata-rata setiap indikator adalah konstan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dan menghitung koefisien korelasi dengan menggunakan persamaan productmoment didapat nilai (r) sebesar 0,72. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis nol dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kurva Penerimaan dan Penolakan

Hipotesis Nol Kompetensi

Pengetahuan

Harga th didapat dengan menggunakan rumus t-test berkolerasi sebesar -13,14. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah 36 orang, maka derajat kebebasannya adalah 35, sementara harga kritik “t” pada taraf signifikansi 5% adalah 1,70, sehingga diperoleh tt = 1,70. Apabila th berharga ne gatif maka digunakan uji pihak kiri dan harga tt = −1,70.

Nilai th pada penelitian lebih kecil daripada tt, ini berarti hipotesis kerja diterima. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan yang berarti antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif dalam model Problem Based Instruction terhadap kom petensi penegtahuan siswa. Jadi, LKS bermuatan kecerdasan komprehensif efektif digunakan dalam pembelajaran menurut standard proses untuk me ningkatkan kompetensi siswa.

Analisis data kompetensi keterampilan siswa diberikan dalam bentuk grafik. Rata-rata kompetensi keterampilan siswa selama tujuh kali praktikum untuk setiap indikator ditunjukkan pada Gambar 6.

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 N il a i R a ta -r a ta Praktikum Ke

Merangkai Alat Pengamatan Data yang diperoleh Kesimpulan

Gambar 6. Nilai Rata-rata Kompetensi Keterampilan Siswa

Gambar 6 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk aspek merangkai alat, pengamatan, data yang diperoleh dan kesimpulan paling tinggi adalah pada

(7)

pertemuan ketujuh dengan nilai rata-rata secara berturut-turut 94, 85, 93 dan 90. Nilai rata-rata paling rendah adalah pertemuan pertama dengan nilai rata-rata secara secara berturut-turut 82, 73, 84 dan 77. Rata-rata setiap indikator cenderung mengalami peningkatan. Indikator untuk masing-masing aspek sesuai dengan langkah kerja saat praktikum berlangsung.

2. Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil belajar fisika siswa untuk kompetensi sikap spiritual, emosional dan sosial, kompetensi keterampilan dan pengetahu an terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif mem pengaruhi pencapaian kompetensi fisika siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar pada keempat kompetensi siswa yang belajr dengan menggunakan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif.

Hasil belajar siswa untuk kompetensi sikap spiritual dengan rata-rata terendah untuk keempat indikator dari pertemuan pertama sampai keenam terdapat pada indikator mengucapkan syukur setelah pembelajaran berakhir. Hal ini disebabkan karena saat pergantian jam siswa sudah mulai kasak kusuk untuk mempersiapkan diri menghadapi mat pelajaran berikutnya. Artinya, siswa belum memiliki kesadaran sendiri untuk mensyukuri ilmu yang mereka peroleh. Sehingga, untuk setiap pertemuan siswa diingatkan bersyukur setelah pembelajaran berakhir dan pada akhirnya siswa sudah terbiasa untuk bersyukur. Pernyataan itu dapat dilihat dari tingginya rata-rata indikator tersebut pada pertemuan ketujuh yaitu 87. Indikator tersebut berada pada predikat sangat baik[10]. Sementara, tiga indikator lainnya meng hasilkan rata-rata yang mendekati konstan berkisar dari 76-85 untuk setiap pertemuan. Ini menandakan bahwa rata-rata sikap spiritual telah melampaui batas KKM.

Hasil belajar siswa untuk kompetensi sikap emosional dan sosial mengalami perubahan untuk keenam sikap yaitu jujur, disiplin, gotong royong, tanggung jawab, sopan santun dan percaya diri. Sikap jujur untuk pertemuan pertama tidak diadakan kuis karena baru pertama kali masuk dan masih dalam proses penyesuaian. Pertemuan keenam tidak di adakan kuis karena minggu sebelumnya baru selesai ujian mid semester 2. Jadi, indikator tidak menyontek selama ujian/kuis pada sikap jujur tidak dinilai untuk pertemuan pertama dan keenam. Rata-rata sikap jujur setiap pertemuan selalu mengalami peningkatan dari redikat baik menjadi sangat baik. Rata-rata sikap disiplin tertinggi terdapat pada indikator masuk kelas tepat waktu dengan predikat sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah terbiasa untuk masuk kelas tepat waktu yang menandakan bahwa mereka bersungguh-sungguh untuk belajar fisika.

Sementara rata-rata dua indikator lainnya selalu meningkat dari predikat baik mnejadi sangat baik.

Rata-rata sikap gotong royong untuk setiap pertemuan mengalami perubahan dari predikat cukup, baik, menjadi sangat baik. Hal ini terbukti bahwa adanya keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas serta aktif dalam kerja kelompok. Rata-rata sikap tanggung jawab setiap indikator mengalami peningkatan yang sama dari pertemuan pertama sampai keenam dengan predikat cukup menjadi baik. Namun, pada pertemuan ketujuh indikator melak sanakan tugas dengan baik memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan. Hal ini disebabkan oleh adanya reward yang diberikan kepada siswa jika tugas tersebut dikerjakan dengan benar, sehingga siswa berbondong-bondong mengerjakannya dipapan tulis tanpa peduli untuk bertabrakan sesama teman yang menyebabkan teman kesakitan. Rata-rata terendah dari pertemuan pertama sampai keenam untuk setiap indikator terdapat pada indikator meminta izin ketika akan memasuki ruangan (kelas). Hal ini disebabkan ada beberapa orang siswa yang tidak meminta izin masuk kelas, sehingga setiap pertemuan siswa tersebut ditegur dan secara bertahap siswa sudah terbiasa melakukannya. Namun, untuk semua indikator sikap sopan santun berada pada predikat sangat baik. Rata-rata sikap percaya diri siswa setiap indikator dengan predikat kurang baik menjadi cukup baik. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa mencatat kesimpulan dalam buku catatan tanpa dikomunikasikan atau disampaikan dalam forum secara lisan dan siswa belum terbiasa mengajukan pendapat maupun pertanyaan dalam pembelajaran.

Secara keseluruhan siswa telah menunjukkan sikap dalam predikat baik dan sangat baik selama pembelajaran untuk setiap indikator penilaian, kecuali sikap percaya diri. Namun, setiap pertemuan masing-masing sikap meningkat sesuai indikator. Hal ini juga merupakan salah satu dampak positif dari penggunaan LKS bermuatan kecerdasan kompre hensif yang menambah rasa ingin tahu dan keter tarikan siswa terhadap pembelajaran karena siswa dihadapkan pada berbagai aktivitas dan media yang bervariasi. Jadi, penggunaan LKS bermuatan kecer dasan komprehensif dapat meningkatkan kompetensi sikap siswa terhadap materi fisika.

Kompetensi pengetahuan dilihat dari nilai

postest yang diperoleh siswa sesuai dengan nilai

proses pembelajaran yang mereka ikuti. Siswa yang serius dan mengamalkan kecerdasan komprehensif yang ada didalam LKS cenderung memperoleh nilai

postest baik. Harga th yang didapat dengan meng gunakan rumus ttest berkorelasi adalah sebesar -13,14, sedangkan tt -1,70. Jika harga thitung < ttabel maka hipotesis kerja diterima[11]. Artinya terdapat pengaruh berarti dari penggunaan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif dalam model Problem

(8)

Bases Instruction terhadap kompetensi pengetahuan

siswa kelas X MAN 2 Padang.

Nilai kompetensi keterampilan siswa mengala mi kenaikan dari setiap praktikum ke praktikum berikutnya. Nilai rata-rata terendah terdapat pada indikator pengamatan dari setiap pertemuan. Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian dalam mengamati objek dan melakukan pengukuran. Contohnya, pada praktikum pertama dengan materi usaha dan energi beberapa siswa tidak mengkalibrasi alat terlebih dahulu dan membaca skala dengan terjadinya kesalahan paralaks, sehingga nilai rata-rata terendah untuk indikator pengamatan terdapat pada materi usaha dan energi. Pendekatan saintifik dimulai dari mengamati, menanya, mencoba, menalar serta meng komunikasikan informasi sebagai bentuk pengetahu an yang diperoleh siswa[12]. Melalui pengalaman aktif dengan kegiatan praktikum, siswa dapat menjadikan pengetahuan baru yang diperolehnya menjadi ber makna untuk dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya penggunaan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif dapat membantu siswa meningkatkan kompetensi keterampilannya.

Pembelajaran dengan menggunakan LKS bermuatan komprehensif membuat siswa mempunyai pemahaman dan memunculkan keaktifan dalam pembelajaran. LKS berfungsi untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh[8]. Jadi, penggunaan LKS dapat mendukung proses pembelajaran.

Kendala pelaksanaan pembelajaran meng gunakan LKS bermuatan kecerdasan komprehensif adalah banyak siswa yang bertanya mengenai aspek yang ada di dalam LKS bermuatan kecerdasan komprehensif. Minggu pertama penelitian siswa belum terbiasa menggunakan LKS bermuatan kecer dasan komprehensif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa terlihat kebingungan saat melihat aspek-aspek yang ada dalam LKS bermuatan kecerdasan kom prehensif. Kendala ini dapat diselesaikan dengan menyuruh siswa membaca dan memahami

masing-masing aspek kecerdasan komprehensif dan

memberikan penjelasan pada siswa bahwa dalam kurikulum 2013 aspek yang dinilai bukan hanya aspek pengetahuan saja, tetapi juga aspek sikap dan keterampilan. Kecerdasan intelektual merupakan kompetensi pengetahuan, kecerdasan spiritual, emosional dan sosial merupakan kompetensi sikap, serta kecerdasan kinestetis merupakan kompetensi keterampilan. Jadi, LKS bermuatan kecerdasan komprehensif ini memuat ketiga aspek yang dinilai sehingga dapat membantu siswa dalam penilaian aspek yang dibutuhkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembaha san, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh berarti dari penggunaan LKS bermuatan kecerdasan

komprehensif menggunakan model Problem Based

Instruction terhadap kompetensi fisika siswa diantara

nya:

1. Kompetensi sikap spiritual dengan predikat baik dan sangat baik.

2. Kompetensi sikap emosional dan sosial dengan predikat baik dan sangat baik pada sikap jujur, disiplin, gotong royong, tanggung jawab dan sopan santun, serta predikat kurang dan cukup pada sikap percaya diri.

3. Kompetensi pengetahuan pada taraf signifikansi 0,05.

4. Kompetensi keterampilan dengan predikat baik dan sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Husmah& Setyaningrum, Yanuar. 2013. Desain

Pembelajaran Berbasis Penerapan Kompetensi.

Jakarta : Prestasi Pustaka

[2] Kamus, Zulhendri. 2015. Validitas Pengem bangan Nilai-nilai Sosial dalam Materi Fisika Kelas X SMA pada Bahan Ajar Bermuatan Kecerdasan Komprehensif. Jurnal Eksata, vol 2 Tahun XVI Juli 2015. FMIPA Universitas Negeri Padang.

[3] Ali, Muhammad. 2009. Pendidikan untuk Pem

bangunan Nasional. Jakarta: Grasindo.

[4] Masaong, Abd. Kadim. 2011. Kepemimpinan

Berbasis Multiple Intelligence (Sinergi Kecer dasan Intelektual, Emosional, dan spiritual untuk meraih kesuksesan yang gemilang).

Bandung: Alfabeta.

[5] Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

[6] Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya : Pustaka Pelajar

[7] Kamus, Zulhendri. 2016. Pengembangan Model Bahan Ajar Fisika Kurikulum 2013 Bermuatan Kecerdasan Komprehensif Menggunakan Pende katan Saintifik untuk Pembelajaran Siswa Kelas X SMA. Padang : Universitas Negeri Padang. [8] Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

[9] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta.

[10] Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Eva

luasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

[11] Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

[12] Kurniasih, Imas. 2014. Implementasi Kurikulum

2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata

Pena.

[13] Uno, Hamzah B. 2010. Mengelola Kecerdasan

dalam Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

[14] Yunus, Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajar

an dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung :

Gambar

Tabel  1.  Nilai  Rata-rata  Fisika  Semester  1  Siswa  Kelas  X  Tahun  Ajaran  2016/2017  MAN  2  Padang  N o  Kelas  Rata-rata  Presen-tase  Tuntas  Presentase  tidak Tuntas  1  X MIA 1  51,88  0,00 %  100,00 %  2  X MIA 2  45,71  2,86 %  97,14 %  3  X
Tabel 3. Deskripsi Data Kompetensi Sikap Spiritual  No  Statistik Deskriptif   Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan pada pasal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan, dengan pertimbangan bahwa jarak 100 meter (seratus meter) adalah jarak yang ideal

Berdasarkan fenomena dalam dunia surat kabar seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah menguji pengaruh brand image dan kualitas produk

Data dalam penelitian ini adalah data skor yang terdiri dari data pretest sebagai data awal, data posttest sebagai data akhir serta peningkatan dari kemampuan

Air-tanah dangkal, sebagian besar masih menunjukkan karakter air- tanah segar dan sebagian lainnya, yaitu SB-8, SB-9, dan SB-10, air-tanahnya mengalami pertukaran ion dan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Tabel 2. Ketuntasan klasikal pada siklus ini belum mencapai hasil yang diharapkan oleh peneliti dan oleh sekolah. Hal ini disebabkan oleh pola pembelajaran sebelumya. Pola

A. Dalam tata surya terdapat 8 planet yang Dalam tata surya terdapat 8 planet yang mengelilingi matahari, yang berevolusi mengelilingi matahari, yang berevolusi dan

Tulisan yang tercetak kuning merupakan SK yg baru diterima Dit... 16 KOMISI INFORMASI PROVINSI &amp; KAB./KOTA