• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK JATUHAN DEBU PABRIK SEMEN TERHADAP HEWAN TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK JATUHAN DEBU PABRIK SEMEN TERHADAP HEWAN TANAH"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK JATUHAN DEBU PABRIK

SEMEN TERHADAP HEWAN

TANAH

(2)
(3)

Abstrak

Perkembangan industri yang cepat merupakan salah satu penyebab pencemaran. Limbah industri tersebar dan mencemari lingkungan sekitarnya. Limbah pabrik semen yang sampai ke lingkungan sekitarnya dapat menyebabkan ter-pengaruhnya tumbuhan dan tanah di habitat tersebut, yang mungkin juga dapat berpengaruh pada kepadatan dan struk-tur komunitas hewan tanah yang hidup di sana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak jatuhan debu pabrik semen terhadap hewan tanah, yang dilakukan di sekitar Pabrik Semen Padang, Sumatera Barat. Contoh hewan tanah diambil pada daerah Limau Manis, Su-ngai Gayo, Ketaping, Ambacang dan Indarung yang jaraknya masing-masing 3600, 2650, 2000, 1300 dan 700 meter dari pabrik semen ke arah barat laut. Penelitian ini dilakukan dengan tiga macam metoda pengambilan contoh, perangkap-lubang untuk pengambilan contoh hewan permukaan tanah, corong Barlese-Tullgren untuk ekstraksi hewan tanah, dan metoda sortir-tangan untuk cacing tanah. Contoh hewan permukaan tanah dan cacing tanah diambil dari bulan Maret 1983 sampai dengan bulan Februari 1984, dan untuk hewan dalam tanah diambil pada bulan Mei sampai dengan Desember 1985. Pengaruh jatuhan debu pabrik semen terhadap hewan tanah ditentukan atas dasar kepadatan, struktur komunitas dan fluktuasi bulanan.

(4)

Dari penelitian ini didapat hasil sebagai berikut: Jatuhan debu pabrik semen menyebabkan berubahnya sifat fisika-kimia tanah, dan kadar debu yang jatuh ke tanah semakin sedikit dengan semakin jauh jaraknya dari pabrik. Jatuhan debu pabrik semen berkorelasi positip dengan pH tanah, sedangkan dengan kadar organik tanah berkorelasi negatip. Suhu dan kadar air tanah tidak ber-korelasi dengan jatuhan debu pabrik semen tetapi berkore-lasi erat dengan kadar organik tanah. Jatuhan debu pabrik semen menyebabkan berubahnya kepadatan, struktur komunitas dan f1uktuasi bulanan hewan permukaan dan hewan dalam tanah. Orthoptera yang merupakan hewan permukaan tanah, k epadatannya tinggi pada daerah yang terkontaminasi ( Indarung) dibandingkan dengan daerah kontrol (Limau Manis) , tetapi pada Collembola, Acarina dan kelompok hewan permukaan tanah lainnya tidak terlihat perbedaan yang berarti. Kepadatan hewan dalam tanah naik dengan semakin dekatnya lokasi ke pabrik sampai ke Lokasi Ketaping, tetapi kemudian turun lagi ke arah yang lebih dekat ke pabrik, Indarung. Kepadatan Acarina di lokasi Ketaping ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatannya di lokasi Limau Manis, Ambacang dan Indarung, tetapi tidak berbeda nyata dengan kepadatan di Sungai Gayo. Kepadatan populasi Hymenoptera, Diptera, Collembola dan Arthropoda

(5)

lainnya juga lebih tinggi di Ketaping dibandingkan dengan lokasi lainnya, tetapi pada kelompok serangga lainnya tidak tampak perbedaannya antar lokasi. Struktur komunitas hewan permukaan tanah dan hewan dalam tanah antar lima lokasi penelitian telah dibandingkan atas dasar kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks kesamaan dan indeks diversitas. Ternyata tampak perubahan pada kepadatan relatif, frekuensi, kehadiran, dan indeks kesamaan,

sedangkan pada indeks diversitas perbedaannya tidak nyata. Urutan famili Acarina dan subfamili Orthoptera yang hidup di permukaan tanah di lokasi kontrol Limau Manis ternyata tidak berkorelasi dengan yang hidup di lokasi yang tercemar Ambacang dan Indarung. Frekuensi kehadiran Collembola jenis Folsomia, Lepidocyrtus dan Homidia, Hymenoptera jenis Bothroponera, Cardiocondvla dan Pheidole sp2, Acarina famili Oribatellidae dan Perlohmanidae rendah di daerah yang terkontaminasi, tetapi Hymeni ptera jenis Lasius, Acarina famili Galumnidae, Orthoptera jenis Laxoblemus, Cvcloptilua dan Myrmecophilinar 6 tinggi dibandingkan dengan yang dari daerah kontrol. Dari indeks kesamaannya terlihat bahwa hewan permukaan tanah antar lokasi berbeda strukturnya.Urutan masing-masing kelompok hewan dalam tanah antar lokasi tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya.

(6)

Frekuensi kehadiran Acarina famili Perlohmanidae dan Macrochellidae turun di lokasi yang terkontaminasi.

Fluktuasi semua kelompok hewan permukaan tanah dan hewan tanah berbeda nyata antar lokasi. Kepadatan dan frekuensi kehadiran cacing tanah Pontoscolex corethrurua ( Fr.Mull) menurun dengan semakin dekatnya lokasi dengan pabrik. Kehadiran hewan ini tergolong absolut di lokasi kontrol Limau Manis tetapi di Ambacang dan Indarung asessori dan aksidental. Dampak jatuhan debu pabrik semen terhadap cacing tanah ini tampaknya tidak langsung, tetapi melalui perubahan pH dan kadar organik tanah. Fluktuasi cacing Pontoscolex corethrurus itu juga berbeda antar lokasi penelitian. Pengaruh debu semen terhadap cacing tanah tanah Pontoscolex corethrurus (Fr.Mull) juga diteliti di laboratorium dalam rangka melihat kemungkinan penggunaannya sebagai alat untuk memantau pencemaran debu semen terhadap tanah. Respon cacing ini terhadap debu semen terlihat pada angka natalitas yang rendah dan mortalitasnya yang tinggi dengan naiknya konsentrasi debu semen yang diberikan pada media tempat pemeliharaannya. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa cacing Pontoscolex corethrurus. (Fr.Mull) dapat digunakan sebagai

alat untuk memantau dampak jatuhan debu semen terhadap tanah.

(7)

Abstract

Rapid industrialization is one of the commonest sources of pollution. The waste materials of industry pollute the environmental component, where they are dis-charged. Cement dust contamination is a localized air pollution problem in the vicinity of a cement factory, and frequently causes changes in the character of vegeta-tion and soil, which may be followed by changes in the overall density and community structure of soil animals. This study evaluated the impact of cement dust on soil animals, and was undertaken around the Indarung Cement Factory, Padang, West Sumatera. The sample of soil animals were collected from the sites Limau Manis, Sungai Gayo, Ketaping, Ambacang and Indarung, which were located at distances of 3600, 2650, 2000, 1300 and 700 metres, respectively, in the northwest direction of the cement factory. Three methods of collection were used in this study, pit-fall trap for surface dwelling animals, Barlese-Tullgren funnel for in soil animals, and hand sorting method for earthworms. Sampling was carried out from March 1983 to February 1984 for surface dwelling animals and earthworms, and from May 1985 to December 1985 for in soil dwelling animals. The effect of the cement dust fall on soil animals were estimated in terms of population density, community structure and fluctuation.

(8)

The study showed the following results:

The dust cement fall on soil decreased with

increasing distance from the factory and changes the soi

l"s physico-chemical properties. The pH and organic

content of soil correlated positively and negatively with the dust cement fall, respectively. The temperature and water content of soil showed no correlation with the cement dust fall, but correlated with the soil organic content. The cement dust fall causes changes in the density, community structure and fluctuation of surface dwelling and in soil animals. On the surface dwelling animals, the density of Orthoptera was significantly higher in the contaminated site (Indarung) than in the control site (Limau Manis), whereas such differences in number were not observed in Collembola, Acarina and others. The density of in soil animals increased with de-creasing distance from the factory up to Ketaping followed by a decreaed in Indarung. The density of Acarina was significantly higher in Ketaping than Limau Manis, Ambacang and Indarung, but not significantly higher than and, Sungai Gayo. The Hymenoptera, Diptera, Collembola and other arthropods density were significantly higher in Ketaping than the other sites, but the other insects were not.

(9)

Community structure of the surface dwelling and in soil animal was compared between the five sites in terms of relative density, frequency of occurance, similarity and diversity. Changes in community structure were apparent

in differences in relative density, frequency of occur-ance and similarity index, but not in diversity. On the surface dwelling animals, the rank of family sequence of Acarina and subfamily sequence of Orthoptera from the control site Limau Manis did not correlate with the

contaminated site Ambacang and Indarung. The frequency of occurance of The Collembola Folsomia, Lepidocyrtus, and Homidia, The Hymenoptera Bothooponera, Cardiocondyla, and Pheidole sp2, and The Acarina Oribatellidae and Per-lohmanidae decreased at the contaminated site, but The Hymenoptera Lasius, The Acarina Galumnidae, The Ortho-ptera Baxablemnus, Cycloptilum and Myrmecophilinae 6 increased. The similarity index of the surface dwelling animals showed differences in structure community accord-ing to the locations. On in soil animals, the rank of all groups sequences of all site were not signifincatly corellated to each other. The frequency of occurance of The Acarina Perlohmanidae and Macrochellidae decreased in the contaminated area. The pattern of seasonal changes in the number of in soil animal groups at all sites was different.

(10)

abstract

The density and frequency of occurance of the earth -worm Pontoscolex corethrurus (Fr.Mull) decreased with de -creasing distance from the factory. The constancy of this soil animal was absolute on the control site Limau Manis but in the contaminated site Ambacang and Indarung was accidental. The impact of the dust cement factory on this earthworm is not direct, but occurs through the changes of pH and organic content of soil. Its fluctuation also differed according to the location of study. The cement dust effect on the earthworm Pontoscolex corethrurus ( Fr.Mull) was specifically observed in the laboratory in search for a soil animals which may be used to monitor the cement dust contamination on soil. The response of the earthworm populations was shown by de-crease in natality and an increase in mortality with increasing concentration of the cement dust. These studies indicated that Pontoscolex corethrurus (Fr.Mull) can be a suitable biomonitoring tool to assess the impact of cement dust on soil.

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

Rafi Pandya A SMP Progresif Bumi Shalawat 7 sidoarjo jawa timur 142 02-07-0081 Mayomi Zhafirah Ardani SMP Progresif Bumi Shalawat 7 sidoarjo jawa timur 143 02-07-0104 Nizar

Hasil siklus II diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh guru adalah 73,5 % dan peningkatan kinerja guru dalam manajemen pengelolaan kelas atau dari 3 orang guru baru 2

Peningkatan konsentrasi kalsium laktat berpengaruh nyata terhadap kadar air, α w , daya serap air dan warna ( lightness , redness , yellowness , dan hue ), namun tidak

Dalam hal ini, jika seorang peneliti naskah (muhaqqiq) dihadapkan pada istilah-istilah tersebut, hal pertama yang dilakukan adalah dengan memahami secara cermat

Masoreettinen jokseenkin kaoottinen kronologia vaikeampana – tosin jo siihen pisteeseen, että sen vaikeus alkaa olla pikemminkin rasite – lukutapana onkin sinänsä

Madrasah, disamping masjid dan pesantren merupakan salah satu jenis lembaga Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, meskipun sifatnya menganut pemahaman agama