• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PADA USAHA BUDIDAYA LELE SANGKURIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PADA USAHA BUDIDAYA LELE SANGKURIANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

19

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PADA USAHA BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus var sangkuriang) DENGAN PAKAN ORGANIK DI DESA CANDISARI

KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN Nanuk Qomariyati dan Resty Dyah Ramadhani

Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan

Ikan lele adalah salah satu ikan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Lele merupakan ikan yang mampu hidup pada keadaan perairan yang miskin oksigen dan merupakan ikan pemakan segala jenis pakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar biaya, pendapatan dan kelayakan usaha budidaya lele dengan pakan organic dari ampas tahu dan limba biogas. Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu simple random sampling. Metode ini dilakukan manakala anggota populasi benar-benar memiliki karasteristik yang homogen. Analisis kelayakan usaha pada budidaya ikan lele dengan pakan organic menunjukkan hasil bahwa pakan organic dengan bahan baku limbah biogas lebih layak dilanjutkan jika di tinjau dari penerimaan atas biaya atau revenue cost ratio (R/C ratio). Pada kolam pakan limbah biogas R/C Ratio sebesar B1 1,8 dan B2 1,83. Dan untuk Analisis pada pendapatan atas biaya atau benefit cost ratio (B/C ratio) pada kolam pakan limbah biogas B1 0,8 dan B2 0,83. Sedangkan pada analisis Break event point (BEP) pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan limbah biogas B1 127,9 kg dan B2 126,4 kg. Dan BEP Rupiah pada kolam dengan pakan limbah biogas B1 Rp. 2.046.212 dan B2 Rp. 2.022.445.

Kata kunci : Lele Sangkuriang, Pakan Organik PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan lele adalah salah satu ikan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Lele merupakan ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent organ, dengan alat ini lele mampu hidup pada keadaan perairan yang miskin oksigen. Saat ini jenis ikan lele yang ramai dibudidayakan adalah ikan lele jenis lele sangkuriang. Lele dikenal sebagai ikan yang tahan penyakit sekalipun dipelihara diperairan tergenang yang biasanya menjadi sumber penyakit (Ghufran dan Kordi : 2012). Lele ini merupakan hasil perbaikan genetika lele yang di lakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan melakukan silang balik (backcross )terhadap indukan lele dumbo yang ada di Indonesia. (Warisno dan Kres Dahana : 2009)

Dengan meningkatnya jumlah permintaan pasar maka petani meningkatkan jumlah produksinya. Namun kendala yang dialami oleh pembudidaya ikan lele ada pada biaya oprasional khususnya pakan. Yang mana hasil atau pendapatan pembudidaya tidak dapat menutup biaya pakan pabrik yang dikeluarkan selama masa pembesaran hingga panen. Sehingga para pembudidaya harus memutar otak agar usaha yang dijalankan mendapatkan keuntungan. Di wilayah Selatan Kabupaten Lamongan ada seorang petani budidaya ikan lele yang bernama Bapak Humam Mawardi,

beliau memproses ampas tahu dan sludge (kotoran sapi) yang nantinya akan difermentasi dan digunakan sebagai pakan organik sekaligus sebagai pupuk alami bagi ikan. Selain itu juga bisa menekan biaya pakan dan perawatan selama proses budidaya, sehingga pendapatan petani bisa meningkat

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di usaha budidaya ikan lele milik Bapak Humam Mawardi, di Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, pada bulan Mei – Juni 2016.

Metode Pelaksanaan 1. Persiapan Kolam

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan lele adalah persiapan kolam. Kolam disiapkan untuk wadah pembesaran hingga nantinya didapatkan lingkungan yang optimal bagi kehidupan ikan. Tujuan akhirnya agar ikan lele dapat hidup dan tumbuh maksimal. Persiapan kolam pembesaran ikan lele pada umumnya meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur hitam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.

(2)

20

2. Metode Penebaran Benih

Pada penelitian kali ini, benih lele yang akan ditebar pada budidaya berukuran 5 cm – 7 cm yang mana pada setiap kolam berukuran 8m x 5m memiliki padat tebaran sebanyak 5.000 ekor/ kolam yang akan diteliti. Penebaran benih dilakukan pada jam 9 pagi.

3. Metode Pemberian Pakan

Pada penelitian kali ini jadwal pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari. Yaitu pada pukul 08.00, siang pukul 13.00, malam pukul 18.00. Pemberian pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi atau lebih tepatnya sebelum jam sembilan pagi.

4. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu simple random sampling. Penentuan sampel dilakukan secara random/acak dengan tidak memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Metode ini dilakukan manakala anggota populasi benar-benar memiliki karasteristik yang homogen (Firdaus, 2012).

5. Metode Pemanenan Ikan

Pemanenan ikan lele dilakukan setelah 2 sampai 3 bulan proses budidaya. Dengan standart ukuran ikan lele 85 gram hingga 165 gram per ekor. Pada hari pemanenan pemberian pakan dihentikan. Pemanenan dimulai dengan mengeringkan secara bertahap air didalam kolam dengan menggunakan pompa hisap hingga air tersisah disaluran kolam yang terdalam. Selanjutnya, semua lele digiring saluran tersebut hingan terkumpul. Tangkap lele secara hati-hati dengan menggunakan jaring tangkap dan dipindah kedalam kolam terpal yang airnya mengalir agar tubuh lele menjadi bersih. Pisahkan ikan lele sesuai dengan ukurannya sesuai dengan permintaan pasar atau konsumen.

Metode Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualititif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat proses dan kegiatan dalam budidaya ikan lele dengan pakan organic, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui biaya, pendapatan, dan kelayakan usaha budidaya ikan lele dengan pakan organik.

Analisis Data Finansial

Analisis finansial dalam penelitian ini meliputi penerimaan dan keuntungan usaha, analisis R/C ratio, analisis B/C ratio dan BEP untuk melihat besarnya perbedaan biaya dan pendapatan. Adapun penjelasan mengenai rumus analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan Usaha Budidaya

Penerimaan adalah pembayaran yang diterima usaha dari penjualan barang atau jasa (Soeharto, 1997). Sedangkan penerimaan total menurut Nicholson (1994) adalah hasil perkalianantara jumlah barang yang dijual dengan harga barang tersebut (yang nilainya tergantung darijumlah barang), atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = R (Q) = P (Q) X Q

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produkyang bersangkutan,maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar.Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yangditerima oleh produsen semakin kecil (Soedjarwanto dan Riswan 1994)

2. Keuntungan Usaha Budidaya

Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukanoleh dua hal yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari padaperubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jikaperubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Dengan demikian keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan samadengan perubahan biaya.

Keuntungan (π) dapat dihitung dengan rumus :

π = TR – TC Keterangan :

Π = Keuntungan usaha yang diperoleh (Rupiah) TR = Total Return = Penerimaan total (Rupiah) TC = Total Cost = Biaya total (Rupiah)

(3)

21 3. Revenue Cost Ratio (R/C Rasio)

Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:

R / C = PQ. Q / (TFC+TVC ) Keterangan: R = penerimaan C = biaya PQ = harga output Q = output

TFC = biaya tetap (fixed cost) TVC = biaya variabel (variable cost) 4. Benefit Cost Ratio (B/C Rasio)

Dalam analisis ini, data yang diutamakan adalah besarnya manfaat yang didapat. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa suatu proyek akan dipilih apabila Net B/C> 0. Sebaliknya, bila suatu proyek memberi hasil Net B/C< 0, maka proyek tidak akan diterima.

Secara matematis net benefit cost dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Bt : benefit pada tahun ke-t Ct : biaya pada tahun ke-t i : tingkat bunga yang berlaku

t : jangka waktu proyek atau usahatani n : umur proyek atau usahatani 5. Break Event Point (BEP)

BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu: a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit

Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut:

Keterangan:

BEP = Break Even Point (Titik Impas) Q = Quantities (Produksi) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel) P = Harga Produk

b. Break Even Point (BEP) Rupiah

Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP.

Keterangan:

BEP = Break Even Point (Titik Impas) TR = Total Revenue (Penerimaan) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) 6. Feed Convertion Ratio

Menurut NCR (1977) dalam Tahapari dan Suhenda (2009) konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan dengan bobot total ikan pada akhir pemeliharaan dikurangi dengan jumlah bobot ikan mati dan bobot awal ikan selama pemeliharaan. Dengan persamaan sebagai berikut:

Dengan kata lain, FCR didefinisikan beberapa jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Idealnya satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih.

PEMBAHASAN

Aspek Teknis Pelaksanaan

Budidaya ikan lele meliputi dua kegiatan, yakni pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan lele merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan benih sampai dengan ukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam khusus pemijahan. Sementara kegiatan budidaya pembesaran ikan lele meliputi: (1) persiapan kolam (2) penebaran benih ikan (3) pemberian pakan (4) pengelolaan kualitas air (5) pemberantasan hama dan penyakit (6) pemanenan.

(4)

22

Bahan – bahan Kebutuhan Harga/ Kg Biaya

Jahe merah 0,5 kg 30.000 15.000

Kunyit putih 1 kg 5.000 5.000

Temulawak 1,5 kg 6.000 9.000

Gula merah 2,5 kg 10.000 25.000

Susu segar 1 liter 20.000 20.000

Tetes tebu 2 liter 10.000 20.000

Dedak halus 0,5 kg 3.000 1.500

Markisa/ nanas 0,5 kg 7.000 3.500

Biaya Total 100.000

Sumber : Data Primer

Pakan Organik Ampas Tahu

Pada penelitian ini bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pakan adalah limbah rumah tangga yang berupa ampas tahu. Pada Kecamatan Sambeng ampas tahu masih sangat

minim pemanfaatannya. Sebagian besar yang menggunakan ampas tahu adalah kalangan peternak sapi, karena ampas tahu digunakan untuk campuran minum sapi sebagai pengganti dedak halus karena harganya yang lebih ekonomis dan kandungan gizi yang masih cukup baik.

Table 17. Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan alternative dari fermentasi ampas tahu.

Proses fermentasi memerlukan waktu minimal 3 sampai 5 hari, yang mana ampas tahu dan semua bahan tambahan lain diaduk dalam suatu wadah dan didiamkan pada wadah kedap udara. Semua yang dipergunakan dalam proses budidaya merupakan bahan organik yang ramah lingkungan sehingga sangat aman bagi tanah, air dan

kelangsungan hidup ikan.

Pakan Limbah Biogas

Pada penelitian ini, selain menggunkan ampas tahu sebagai bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pakan juga menggunakan limba biogas. Limbah biogas adalah limbah hewani yang berasal dari limbah unit gas bio yang digunakan sebagai bahan pakan ternak dan atau ikan yang

murah dan dapat tersedia secara kontinyu serta bisa meningkatkan produktivitas ternak/ikan pada tingkat penggunaan tertentu. Manfaat limbah biogas juga bermanfaat sebagai pupuk organik (kompos/humus), media tanam jamur, media ternak cacing tanah, pakan ikan, pakan ternak, dan lain lain.

Table 18. Komponen Dan Biaya Yang Diperlukan Dalam Pembuatan Pakan Organic dari Limba Biogas. Bahan Susunan Bahan (Kg) Harg Bahan Rp/ Kg Total Biaya Sludge Fermentasi 33 500 16.500 Tepung Jagung 9 3.000 27.000

Bahan Dalam 100 kg pakan Harga satuan Rp/ kg Biaya total Bahan baku : Ampas tahu 25 kg 800 20.000 Tepung ikan 5 kg 5.000 25.000 Tepung jagung 10 kg 3.000 30.000 Bungkil kedelai 10 kg 2.000 20.000 Dedak halus 25 kg 3.000 75.000 Bungkil kelapa 10 kg 1.500 15.000 Polard 15 kg 3.000 45.000 Bahan tambahan :

Pro – biotic 1 liter 4.000 4.000

Tetes tebu 3 liter 10.000 30.000

Air 10 liter 500 5.000

(5)

23 Dedak Halus 32 3.000 96.000 Tepung Tapioka 0,7 8.000 5.600 Tepung Ikan 12 5.000 60.000 Minyak Ikan 2,5 10.000 25.000 Pro-biotik 0,3 4.000 1.350 Tetes Tebu 0,5 10.000 5.000 Air 10 500 5.000 Total 241.450

Proses fermentasi memerlukan waktu minimal 3 sampai 5 hari, yang mana limbah biogas dan semua bahan tambahan lain diaduk dalam mixer, kemudian didiamkan pada wadah kedap udara. Setelah proses fermentasi selesai, kemudian dimasukkan kedalam oven untuk mengurangi kadar air. Dan setelah itu di jemur selama satu hari, pakan bisa di berikan kepada ikan. Semua yang dipergunakan dalam proses budidaya merupakan bahan organik yang ramah lingkungan sehingga sangat aman bagi tanah, air dan kelangsungan hidup ikan.

Kontribusi Pemberian Pakan

Dalam penelitian ini semua kolam budidaya ikan lele mendapatkan perlakuan dan perawatan yang sama. Mulai pemberian pakan, perawatan hama dan penyakit, dan pemberian vitamin berupa probiotik. Namun jenis pakan yang diberikan ada 3 jenis, yaitu pakan pabrik (pellet), ampas tahu, dan limbah biogas. Dalam satu kali pemanenan menghabiskan pakan pellet sebanyak 442,5 kg. Sedangkan pakan dari ampas tahu membutuhan 830 kg, dan pakan dari limbah biogas membutuhkan 902 kg pakan dalam satu kali budidaya.

Hasil Produksi dan Penerimaan Usaha

Budidaya Ikan Lele dengan Pakan Ampas tahu dan Limbah Biogas

Penerimaan ikan lele dari hasil panen pada setiap kolam berbeda-beda berdasarkan banyaknya tingkat kematian. Penerimaan yang diperoleh hanya dari total penjualan ikan lele, biasanya pembeli datang dari pedagang sekitar, mojokerto, dan pasuruan.

Table 20. Volume Produksi dan Peneriman Hasil Panen Ikan Lele

Komponen Penerimaan Volume Produksi Harga Jual Penerimaan Kolam Pellet 427 kg 16.000 6.832.000 Kolam A1 474 kg 16.000 7.584.000 Kolam A2 468 kg 16.000 7.488.000 Kolam B1 512 kg 16.000 8.192.000 Kolam B2 522,5 kg 16.000 8.360.000 Biaya Total

Biaya total merupakan pengeluaran total usaha budidaya yang didefinikan sebagai semua nilai masukann yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga. (Primyastanto dan istikharoh 2006).

Table 24. Biaya Total Budidaya Ikan Lele Dengan Pakan Pellet dan Pakan Organik dari Fermentasi Ampas Tahu dan Limbah Biogas

Kolam Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Jumlah Kolam Pellet 683.750 5.768.750 6.452.500 Kolam A1 683.750 3.932.700 4.616.450 Kolam A2 683.750 3.932.700 4.616.450 Kolam B1 683.750 3.878.330 4.562.080 Kolam B2 683.750 3.878.330 4.562.080

Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele dengan Pakan Ampas tahu dan Limbah Biogas

Pendapatan usaha budidaya ikan lele dengan pakan organik dari fermentasi ampas tahu dan limbah biogas merupakan selisih dari jumlah keseluruhan penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Analisi pendapatan atas biaya usaha dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.

Table 25. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele

Kolam Ikan

Lele Penerimaan Biaya Pendapatan Kolam Pellet 6.832.000 6.452.500 379.500 Kolam A1 7.584.000 4.616.450 2.967.550 Kolam A2 7.488.000 4.616.450 2.871.550 Kolam B1 8.192.000 4.562.080 3.629.920 Kolam B2 8.360.000 4.562.080 3.797.920

(6)

24

Analisis Penerimaan atas Biaya Total (R/ C Ratio)

Menurut Soekartawi (1995). R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Tingkat Analisis suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.

Table 26. Analisis R/C Ratio pada Budidaya Ikan Lele

No Kolam Ikan Lele R/C Ratio

1 Kolam Pellet 1,06

2 Kolam A1 1,64

3 Kolam A2 1,62

4 Kolam B1 1,8

5 Kolam B2 1,83

Analisis Pendapataan atas Biaya Total (B/ C Ratio)

Menurut Soeharto (1997) B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu satuan mta uang (dalam hal ini rupiah) yang dikeluarkan. Analisis B/C Ratio digunakan untuk membandingkan keseluruhan pendapatan dengan biaya yang telah dikeluarkan.

Table 27. Analisis B/C Ratio pada Usaha Budidaya Ikan Lele

No Kolam Ikan Lele B/C Ratio

1 Kolam Pellet 0,06

2 Kolam A1 0,64

3 Kolam A2 0,62

4 Kolam B1 0,8

5 Kolam B2 0,83

Breaki Event Point (BEP)

BEP memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan pendapatan, analisis ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit dan Break Even Point (BEP) Rupiah. Break even point unit atau volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agar tidak mengalami kerugian.

Tabel 28. Nilai BEP Unit dan Nilai BEP Rupiah Kolam Ikan

Lele BEP Unit BEP Rupiah Kolam Pellet 4.393.429 Kolam A1 1.420.196 Kolam A2 1.440.081 Kolam B1 Kolam B2

Feed Convertion Ratio (FCR)

Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan merupakan satuan untuk menghitung efisiensi pakan pada budidaya pembesaran dan penggemukan. Yang mana didefinisikan satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan satu kilogram atau bahkan lebih.

Tabel 29. Feed Convertion Ratio (FCR) No Kolam Ikan Lele Pakan Volume Produksi FCR 1 Kolam Pellet 442,5 kg 427 kg 1,03 2 Kolam A1 830 kg 474 kg 1,75 3 Kolam A2 830 kg 468 kg 1,77 4 Kolam B1 902 kg 512 kg 1,76 5 Kolam B2 902 kg 522,5 kg 1,72 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian usaha budidaya ikan lele dengan pakan organik dari fermentasi ampas tahu dan limbah biogas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Biaya pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan ampas tahu lebih tinggi dari pada dengan limbah biogas. Budidaya lele dengan pakan organic dari ampas tahu membutuhkan pakan sebanyak 830 kg dengan biaya total Rp. 4.616.450. Sedangkan Budidaya lele dengan pakan organic dari limbah biogas membutuhkan pakan sebanyak 902 kg dengan biaya total Rp. 4.562.080.

2. Pendapatan pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan limba biogas lebih tinggi dari pada dengan pakan ampas tahu. Pendapatan yang di peroleh pada masing – masing kolam berbeda karena sesuai dengan volume produksi pada setiap kolam. Kolam limbah biogas B1 Rp. 3.629.920 dan B2 Rp. 3.797.920, sedangkan kolam ampas tahu A1 Rp. 2.967.550 dan A2 Rp. 2.871.550.

3. Analisis kelayakan usaha pada budidaya ikan lele dengan pakan organic menunjukkan hasil bahwa pakan organic dengan bahan baku

(7)

25 limbah biogas lebih layak dilanjutkan jika di tinjau dari penerimaan atas biaya atau revenue cost ratio (R/C ratio). Pada kolam pakan limbah biogas R/C Ratio sebesar B1 1,8 dan B2 1,83. Dan untuk Analisis pada pendapatan atas biaya atau benefit cost ratio (B/C ratio) pada kolam pakan limbah biogas B1 0,8 dan B2 0,83. Sedangkan pada analisis Break event point (BEP) pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan limbah biogas B1 127,9 kg dan B2 126,4 kg. Dan BEP Rupiah pada kolam dengan pakan limbah biogas B1 Rp. 2.046.212 dan B2 Rp. 2.022.445.

Saran

Agar hasil usaha budidaya lele dengan pakan organik ini dapat meningkat perlu di perhatikan beberapa aspek yang mendukung, seperti :

1. Kualitas air, perlu adanya control secara berkala agar kualitas air yang mencangkup suhu, pH, dan Nh3 yang terkandung didalamnya dapat di sesuaikan dengan usia dan kebutuhan dalam kelangsungan hidup ikan sehingga mengurangi tingkat kematian pada ikan.

2. Hendaknya pembudidaya lebih memilih untuk menggunakan pakan dari limbah biogas sebagai pakan organic pada usaha budidaya lele, meskipun proses pembuatan yang cukup panjang.

Daftar Pustaka

Firdaus, M. Aziz . 2012. Metode Penelitian. Cetakan Pertama, Jelajah Nusa. Tanggerang. M. Ghufron, H. Kordi K. 2010. Nikmati Rasanya,

Nikmati untungnya – Pintar Budi Daya Ikandi Tambak Secara Intensif. Lily Publisher, Yogyakarta

M. Ghufron, H. Kordi K. 2012. Kiat Sukses Pembesaran Lele Unggul. Lily Publisher, Yogyakarta

Nicholson, W. Teori Ekonomi Mikro I. 1994. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soedjarwanto dan Riswan., 1994. PenyerapanTenagaKerjapadaIndustriBatu Bata di KabupatenDati II Banyumas. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNSOED. Purwokerto.

Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga. Jakarta.

Soekartawi, 1995.Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta

Tahapari, E., dan Suhenda, N. 2009. Penentuan Frekuensi Pemberian Pakan Untuk Mendukung Pertumbuhan Benih Ikan Patin Pasupati. Berita Biologi 9(6). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor. Warisno dan Kres Dahana. 2009. Meraup untung dari beternak lele sangkuriang. Lily Publisher, Yogyakarta.

Gambar

Table 17. Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan alternative dari fermentasi ampas tahu
Table 24.  Biaya Total  Budidaya Ikan Lele Dengan  Pakan  Pellet  dan  Pakan  Organik  dari  Fermentasi  Ampas Tahu dan Limbah Biogas
Tabel 28. Nilai BEP Unit dan Nilai BEP Rupiah  Kolam Ikan

Referensi

Dokumen terkait

Segon: en el debat català sobre la novel·la, que compta com a problema més important la pro- ducció d’una narrativa autòctona que possibiliti la creació i fidelització d’un

Upaya yang dilakukan bank untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap debitur akibat kesalahan pada SID untuk debitur yaitu

Wawancara dengan Bapak Abdullah (pewaris dan pemilik sanggar Joget Dangkong) pada tanggal 21 Mei 2016.. digemari oleh masyarakat. Masyarakat sering mengundang setiap mereka mengadakan

Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa pada umur yang sama (13 bulan pasca aklimatisasi) tanaman anggrek bunga kontrol belum memasuki masa pembungaan, sedangkan tanaman mutan

KAMIS 2 Gedung E Lantai III E-13 4 AB S1 Ekonomi Pembangunan EKU1441 MANAJEMEN KEUANGAN BANK 3 S1 Ekonomi Pembangunan Vietha Devia SS., SE.,ME 21.. KAMIS 2 Gedung E Lantai III E-16 4

b) Bagian Logistik (pengadaan) menghubungi beberapa supplier untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dengan cara mengirimkan Surat Permintaan Penawaran Harga

Menurut Fauziah (2017:7) kebijakan dividen adalah hasil penempatan laba, apoakah laba yamg didapatkan oleh perusahaan akam diberikan kepada para investor sebagal

Garis regresi yang terbentuk menunjukkan peningkatan keterampilan metakognitif yang diikuti pemahaman konsep biologi.Hubungan positif antara keterampilan metakognitif