IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6
SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
IRFAN DWI ATMOKO K 7408010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT)
DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6
SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA
TAHUN DIKLAT 2011/2012
Oleh:
IRFAN DWI ATMOKO K 7408010
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September 2012
iii
ABSTRAK
Irfan Dwi Atmoko, IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING
(OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK NEGERI 6
SURAKARTA UNTUK MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. September 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja. (2) untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta. (3) untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan-hambatan dalam implementasi program On The Job Traning yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang didapatkan dari penelitian ini berasal dari informan, tempat dan peristiwa serta dokumen dan arsip. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi serta dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan metode. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif di mana reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi program OJT SMK Negeri 6 Surakarta telah sesuai dengan prosedur dan dapat mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta khususnya siswa kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran dari segi hard skill dan soft skill untuk memasuki dunia kerja. (2) hambatan yang dihadapai dalam program OJT adalah: (a) kurangnya kesiapan mental siswa dalam melaksanakan OJT, (b) frekuensi kunjungan guru pembimbing ke DUDI kurang, (c) tidak semua kompetensi dapat dilakukan oleh siswa, (d) ketidaksesuaian antara teori yang diperoleh siswa di sekolah dengan praktik kerja di DUDI. (3) usaha untuk mengatasi hambatan tersebut adalah: (a) memberikan motivasi terhadap siswa, (b) memberikan teguran dan peringatan kepada guru pembimbing, (c) melakukan sistem rolling di bagian kerja, (d) pembimbing instansi memberikan bimbingan terhadap siswa.
Kata kunci: implementasi program on the job training, siswa SMK Negeri 6 Surakarta, dunia kerja
vi
ABSTRACT
Irfan Dwi Atmoko THE IMPLEMENTATION OF THE PROGRAM OF ON
THE JOB TRAINING TO PREPARE THE STUDENTS OF STATE VOCATIONAL HIGH SCHOOL 6 OF SURAKARTA TO ENTER THE WORLD OF WORK IN THE EDUCATION AND TRAINING YEAR OF 2011/2012. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas
Maret University, Surakarta 2012.
The objectives of this research are to investigate: (1) the implementation of the program of On The Job Training to prepare the students of State Vocational High School 6 of Surakarta to enter the world of work; (2) the constraints encountered in the implementation the program of On The Job Training at State Vocational High School 6 of Surakarta; and (3) efforts taken to cope with the constraints in the implementation of the program of On The Job Training at State Vocational High School 6 of Surakarta.
This research used the descriptive qualitative research method with the single embedded strategy. The samples of the research were taken by using the purposive sampling technique and the snowball sampling technique. The data sources of the research were informants, places, events, and documents and archives. The data of the research were gathered through in-depth interview, observation, and documentation. They were validated by using the data source triangulation and data gathering method triangulation. The data were then analyzed by using the interactive technique of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing.
The results of the research are as follows: (1) the implementation of the program of On The Job Training at State Vocational High School 6 of Surakarta has been in compliance with the prevailing procedures an can prepare its students majoring in the Office Administration particularly in the expertise competencies in terms of hard skills and soft skills to enter the world of work; (2) the constraints encountered in the implementation of the program are as follows: (a) the students are not mentally ready to follow the program of On The Job Training, (b) the advising teachers have a low frequency to visit the world of business and industry, (c) not all of the competencies can be done by the students, (d) the theories accepted by the students in the class do not conform to the work practicum in the world of business and industry; and (3) the efforts taken to deal with the constraints are as follows: (a) motivating the students, (b) warning the advising teachers, (c) implementing the rolling system at the work department, (d) the advisors of the institutions give guidance to the students.
Keywords: The implementation of the program of On The Job Training, the
students of State Vocational High School 6 of Surakarta, and the world of work.
vii commit to user
MOTTO
Saya mengetahui harga dari sebuah kesuksesan adalah dedikasi dan pengabdian yang tiada henti-hentinya terhadap hal -hal yang ingin Anda lihat.
Frank Lioyd Wright
Jangan khawatir kehidupan Anda berakhir, tetapi khawatirlah apabila kehidupan Anda tidak pernah dimulai.
Grance Hansen
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan QS. Al Insyirah: 6
Pemenang adalah seseorang yang menyadari bakatnya sebagai karunia Allah, bekerja keras mengembangkannya menjadi keterampilan dan memanfaatkan keterampilannya untuk meraih cita-cita.
Peneliti
viii commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud rasa cinta, sayang dan terima kasih kepada:
Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta atas dukungan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
“Teman-teman Pendidikan Administrasi Perkantoran „08”
Terima kasih kepada Alip, Baguz, Dedy, Andis, Aish, Riana, Nur,Vee, Prita, Any dan seluruh teman-teman PAP 08 yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.
“Almamater UNS”
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK
NEGERI 6 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Ign. Wagimin, M.Si selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bimbingan pengarahan dengan bijaksana.
4. Dr. Hery Sawiji, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.
5. Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyusun skripsi.
6. Dra. Sri Supartini, MM selaku Kepala SMK Negeri 6 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mencari data dalam rangka penyusunan skripsi.
7. Drs. Arif Suhardi, M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Industri SMK Negeri 6 Surakarta yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
x
8. Siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 6 Surakarta yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Institusi pasangan yang telah banyak membantu dalam penyediaan informasi. 10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti. Namun peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, September 2012
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 12
1. Pengertian Pendidikan ... 12
2. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda ... 20
3. Pengertian On The Job Training ... 27
4. Pengertian Kesiapan Kerja Siswa SMK... 35
5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39
B. Kerangka Berpikir ... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44 xii
C. Data dan Sumber Data ... 46
D. Teknik Sampling ... 47
E. Teknik Pengumpulan Data ... 48
F. Uji Validitas Data ... 50
G. Analisis Data ... 51
H. Prosedur Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/ Objek Penelitian ... 55
1. Sejarah SMK Negeri Surakarta ... 55
2. Visi, Misi, Tujuan SMK Negeri 6 Surakarta ... 56
3. Kondisi Fisik SMK Negeri 6 Surakrta ... 57
4. Kondisi SDM SMK Negeri 6 Surakarta ... 58
5. Kurikulum SMK Negeri 6 Surakarta ... 59
6. Kebijakan Mutu SMK Negeri 6 Surakarta ... 60
7. Struktur SMK Negeri 6 Surakarta ... 61
B. Deskripsi Temuan Penelitian ... 64
1. Implementasi Program On The Job Training dalam Mempersiapkan Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Memasuki Dunia Kerja ... 64
2. Hambatan yang Dihadapi dalam Implementasi Program On The Job Training ... 109
3. Usaha yang dilakukan untuk Mengatasi Implementasi Program On The Job Training ... 113
C. Pembahasan ... 118
Bab V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 127 B. Implikasi ... 129 C. Saran ... 130 DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN ... 134 xiii commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 42 Gambar 2. Model Analisis Interaktif ... 52 Gambar 3. Prosedur Penelitian ... 54
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daya Serap SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2010/2011 dengan Masa Tunggu 2 Bulan Setelah Lulus ... 8 Tabel 2. Jumlah Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat
2011/2012 ... 58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 136
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan ... 137
Lampiran 3. Field Note ... 142
Lampiran 4. Struktur Organisasi SMK Negeri 6 Surakarta ... 162
Lampiran 5. Nota Kesepakatan Bersama (MoU) ... 163
Lampiran 6. Sinkronisasi Kurikulum ... 171
Lampiran 7. Surat Permohonan Peserta OJT ... 184
Lampiran 8. Blangko Permohonan Peserta OJT ... 185
Lampiran 9. Surat Permohonan Pembekalan OJT ... 186
Lampiran 10. Jadwal Kegiatan Pembekalan OJT ... 187
Lampiran 11. Surat Penyerahan Peserta OJT ... 188
Lampiran 12. Daftar Peserta Praktikan OJT ... 189
Lampiran 13. Buku Pelaksanaan OJT ... 194
Lampiran 14. Blangko Monitoring dan Evaluasi OJT ... 230
Lampiran 15. Lembar Penilaian Kompetensi Siswa di Institusi Pasangan ... 231
Lampiran 16. Sertifikat OJT ... 232
Lampiran 17. Daftar Nilai Peserta OJT ... 234
Lampiran 18. Keterserapan Siswa SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Diklat 2011/2012 ... 237
Lampiran 19. Dokumentasi ... 238
Lampiran 20. Perizinan Penelitian ... 240
xvi commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui Kawasan Perdagangan Bebas Asean (Asean Free Trade Area/AFTA) dan pasar bebas dunia tahun 2020 telah menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi atau komoditas maupun jasa. Dengan demikian Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk menghadapi persaingan. SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai demgam kebutuhan industri atau dunia usaha. Salah satunya upaya penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan nasional. Pada negara berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pencipta SDM yang berkualitas. Pendidikan sangat penting artinya, karena tanpa pendidikan manusia akan terbelakang dan sulit berkembang. Penyelenggaraan pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang terencana, terstruktur dan sistematis untuk memberdayakan potensi individu yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan pada keberdayaan masyarakat dan bangsa. Melalui pendidikan setiap orang mempunyai kesempatan yang lebih untuk memperoleh, mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dimanfaatkan untuk menumbuhkan kreatifitas dengan kepribadian yang lebih mantap.
Pada dasarnya penyelenggara pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab setiap warga negara terhadap kelanjutan hidupnya terhadap lingkungan masyarakat dan negara. Sekarang ini pendidikan nasional sedang menghadapi tiga tantangan besar yaitu :
1. Tantangan atas dampak krisis moneter yang beberapa tahun yang lalu, sehingga pendidikan dituntut untuk mempertahankan hasil-hasil pendidikan. 2. Tantangan untuk dapat mengantisipasi era globalisasi dunia, sehingga
pendidikan dituntut untuk mempersiapkan SDM yang berkompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global.
3. Tantangan yang terjadi sebagai konsekuensi diberlakukannya otonomi daerah yang dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keanekaragaman kebutuhan, keadaan daerah, dan peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
Oleh karena itu, sistem pendidikan tidak cukup hanya mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, akan tetapi juga memerlukan aspek keterampilan untuk menerapkan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan dari masa ke masa senantiasa disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan zaman seiring dengan perkembangan iptek serta mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan siswa. Meskipun keberhasilan seseorang dalam meraih kemampanan hidup tidak sepenuhnya ditentukan oleh pendidikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa jalur pendidikan merupakan jalan terbaik bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan. Secara empiris, telah terjadi ketidaksesuaian antara supply dan demand keluaran pendidikan. Dalam arti lain, adanya kekurangcocokan antara kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mengungkapkan bahwa jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2011 mencapai 7,7 juta orang atau 6,56 % dari total angkatan kerja. Secara umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, TPT bulan Agustus 2011 sebesar 6,56 % turun dari TPT bulan Februari 2011 sebesar 6,80 % dan TPT bulan Agustus 2010 sebesar 7,14 %. Jika dibandingkan keadaan bulan Februari 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD ke bawah naik 0,19 %, Sekolah Menengah Pertama (SMP) naik 0,54%, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang juga mengalami kenaikan sebesar 0,43%. Pada commit to user
bulan Agustus 2011, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 10,66 % dan 10,43 %. (Laporan BPS, 2011)
Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingginya jumlah pengangguran yang berasal dari SMA dan SMK. Hal ini membuktikan masih rendahnya daya adaptasi lulusan dari sekolah formal untuk memenuhi tuntutan pasar kerja. Persaingan di dunia kerja semakin hari semakin ketat, di mana untuk memperoleh pekerjaan yang memadai atau sesuai dengan yang diinginkan dibutuhkan kemauan pendidikan yang cukup. Pendidikan yang relevan memberikan kontribusi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan harus difokuskan terhadap pembinaan generasi muda yang bakal masuk ke pasar kerja sejak mereka masih sekolah. Mereka sangat berpotensi dan mampu menyerap berbagai hal yang bisa meningkatkan kompetensi dan keahliannya sesuai kebutuhan pasar kerja. Jika tidak, maka lembaga pendidikan hanya menghasilkan pengangguran baru yang tidak terserap di dunia kerja.
Di Indonesia tuntutan publik terhadap pelayanan pendidikan yang adil dan berkualitas semakin meningkat sejak masa reformasi. Tuntutan publik tersebut antara lain tuntutan mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Kompas.com (2008) menuliskan bahwa Pemerintah menargetkan pada tahun 2015 nanti persentase perbandingan antara jumlah murid SMK dan SMA di seluruh Indonesia mencapai 70% banding 30%, atau berbalik dari 30% banding 70% pada tahun 2005. Untuk mencapai rasio tersebut, pemerintah menargetkan persentase perbandingan jumlah murid SMK dan SMA pada tahun 2010 bisa mencapai 40% banding 60%. Sekarang baru berjalan tiga tahun dari 2005, perbandingan SMK dan SMA sudah mencapai 44% banding 56%.
Perubahan SMA ke SMK ini dikarenakan jumlah pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA. Pada dasarnya SMA diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill untuk siswa SMA bisa dikatakan, tidak ada. Berbeda dengan dunia SMK, siswa dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan commit to user
sendiri. SMK dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dari segi keterampilan kerja. Oleh karena itu, saat ini banyak perusahaan yang membutuhkan lulusan dari SMK.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasonal No. 20 Tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa SMK sebagai satuan bentuk pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang tertentu. Ditegaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, bahwa SMK merupakan pendidikan jenjang pendidikan menengah kejuruan yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk suatu jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian, konsep SMK lebih menekankan pada pendidikan yang mengantarkan peserta didik untuk memiliki suatu keahlian tertentu agar mendapatkan jenis pekerjaan tertentu pula. Diharapkan dengan pendidikan kejuruan, lulusan SMK mempunyai kecakapan hidup (life skill) yang sejalan dengan kebutuhan pasar kerja (demand driven).
Harapan untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bersaing di dunia kerja ternyata belum sepenuhnya terpenuhi. Hasil penelitian yang dilakukan Setyaningsih, dkk. (2008) menyatakan bahwa ketidakterserapan tenaga kerja lulusan SMK di pasar kerja Kota Surabaya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja lulusan SMK, baik kuantitas maupun kualitas.
2. Banyak program keahlian SMK yang dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
3. Sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja lulusan SMK belum dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk memasuki dunia kerja.
4. Tenaga kerja lulusan SMK di Surabaya belum memenuhi standar kompetensi dunia kerja.
5. Belum ada tanggung jawab dan koordinasi bersama antara dunia pendidikan dengan DUDI, sehingga mengalibatkan ketidaksiapan dalam memasuki dunia kerja.
6. Kompetensi tenaga pendidik sebagian besar SMK di Surabaya belum memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan sebagai trainer.
Dari hasil tersebut, maka dapat dibandingkan antara keadaan sesungguhnya di pasar kerja dengan kompetensi tenaga kerja lulusan SMK yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Kota Surabaya. Kompetensi tenaga lulusan SMK yang dibutuhkan tersebut meliputi tenaga kerja yang berkualitas, siap pakai dan dapat memenuhi standar kompetensi serta mempunyai skills sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, memiliki sertifikat hasil dari uji kompetensi dengan standar dunia kerja serta memiliki sertifikat kompetensi tingkat nasional atau internasional.
Menyadari akan kelemahan sekolah kejuruan tersebut, maka untuk dapat menghasilkan lulusan yang unggul. Oleh karena itu, pemerintah membuat suatu kebijakan untuk menghasilkan lulusan SMK yang siap bersaing di dunia kerja yaitu melalui kebijakan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) yang dimulai pada tahun 1994. Kebijakan link and match adalah adanya keterkaitan dan kesepadanan antara lembaga pendidikan dan dengan kebutuhan dunia kerja dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai keterampilan dan keahlian. Sebagai realisasi kebijakan link and match, maka pendidikan menengah kejuruan melakukan perubahan sistem pendidikan dan perubahan pola pikir, sikap dan nilai pelakunya yaitu dengan dilaksanakannya pendidikan sistem ganda (dual system). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai keterampilan dan keahlian. PSG mempunyai 2 tempat kerja pembangunan yang dilaksanakan berbasis sekolah (school based learning) dan berbasis kerja (work based learning).
Untuk lebih meningkatkan kompetensi lulusan SMK maka pada tahun 1999/2000 pemerintah melaksanakan Uji Kompetensi Produktif (UKP). UKP merupakan suatu sistem pengujian kompetensi (competency test) yang dilakukan untuk komponen mata diklat produktif dalam bentuk ujian tertulis serta praktik secara komprehensif dan integratif. Mulai tahun 2007 istilah UKP berubah menjadi Uji Kompetensi Keahlian (UKK). UKK adalah suatu proses evaluasi commit to user
yang bertujuan mengumpulkan data untuk mengukur kompetensi siswa. Untuk mengukur kompetensi yang dimiliki siswa maka perlu dilakukan metode penilaian (assesmen) UKK yang tepat salah satunya melalui pengalaman praktik. Dengan pengalaman praktik ini setiap siswa mengalami proses belajar secara langsung (learning by doing) yang dilaksanakan melalui pelatihan dalam bentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan yang sesungguhnya di dunia kerja melalui program On The Job Training (OJT). Program On The Job Training ini terlaksana dengan kerja sama institusi pasangan sebagai wadah atau tempat terjun langsung siswa dalam melaksanakan pengalaman praktik langsung dengan bantuan instruktur dari pihak institusi pasangan serta guru pembimbing di sekolah.
Melalui program On The Job Training ini, manfaat yang didapat berupa dapat memperkenalkan siswa dengan lingkungan dunia usaha dan dunia industri yang sebenarnya sehingga siswa mampu mempersiapkan diri memasuki dunia usaha apabila telah lulus. Selain itu, siswa akan memiliki standar kompetensi yang sesuai dengan persyaratan dunia kerja. Kemudian siswa dapat menyerap teknologi dan budaya kerja yang ada di dunia industri untuk pengembangan dirinya serta dapat menjadikan siswa setelah lulus menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu. Oleh karena itu, program On The Job Training sangat penting dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan On The Job Training tentunya masih ditemukan beberapa masalah, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2005) dan Nurhajadmo (2008). Hasil penelitian yang dilakukan Adi menemukan bahwa pelaksanaan On The Job Training di SMK N 2 Surakarta masih ditemukan masalah seperti belum adanya kesamaan persepsi antara sekolah dengan industri pasangan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan. Hasil penilaian selama On The Job Training belum dilakukan konversi ke dalam mata diklat terkait, kemudian penilaian siswa peserta On The Job Training yang dilakukan hanya sebatas prestasi selama bekerja langsung di industri dengan menggunakan format penilaian dari sekolah.
Sementara itu, Nurhajadmo menemukan bahwa pelaksanaan On The Job Training di SMK N 2 Klaten menunjukkan keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah untuk melaksanakan program On The Job Training, menyebabkan pihak commit to user
siswa harus membayar biaya tambahan. Kemudian terdapat siswa yang kurang serius siswa dalam memandang On The Job Training, menyebabkan pelaksanaan On The Job Training tidak bisa memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Meskipun jumlahnya kurang dari 5%, akan tetapi masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa On The Job Training sebagai suatu hal yang dilakukan secara santai saja.
SMK Negeri 6 Surakarta merupakan salah satu SMK unggulan di Kota Surakarta yang sejak tahun 2008 telah menerapkan SMM ISO 9001: 2008 yang salah satu tujuan untuk menciptakan lulusan yang dapat diserap oleh dunia kerja dengan mengembangkan sikap profesional. Hal ini berarti bahwa siswa SMK Negeri 6 Surakarta harus dipersiapkan menjadi lulusan yang siap memasuki dunia kerja dengan kemampuan yang kompetitif dalam hal prestasi akademik maupun keterampilan dan pengalaman kerja. Upaya yang dilakukan SMK Negeri 6 Surakarta yaitu dengan mempersiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja adalah melalui program On The Job Training. Program On The Job Training merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) yang digunakan untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki siswa SMK serta bagian dari program Pendidikan Sistem Ganda yang berupa belajar dengan melakukan (learning by doing) di dunia kerja. On The Job Training merupakan program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan di dunia kerja dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah untuk mempersiapkan siswa atau lulusan dalam memasuki dunia kerja.
Dalam pelaksanaan program On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta dilandasi adanya sinkronisasi kurikulum yang berdasarkan kebijakan link and match yang diterapkan pemerintah pada tahun ajaran 1994/1995 yang dilaksanakan antara pihak sekolah dan dunia industri berdasarkan dengan peraturan pemerintah yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 29 Tahun 1990 tentang Sistem Pendidikan Menengah Kejuruan, PP No. 39 Tahun 1992 tentang Peran Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 80/U/1 Tahun 1993 tentang Kurikulum SMK. commit to user
SMK Negeri 6 Surakarta telah berhasil mencetak lulusan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang daya serap tamatan SMK Negeri 6 Surakarta dengan masa tunggu bekerja 2 bulan setelah lulus.
Tabel 1. Daya Serap Tamatan SMK Negeri 6 Surakarta Tahun 2010/2011 dengan Masa Tunggu 2 Bulan Setelah Lulus
Program Keahlian Jumlah Siswa
Bekerja Melanjutkan Wirausaha Belum Bekerja Akuntansi 116 48 24 1 43 Administrasi Perkantoran 114 54 11 - 49 Pemasaran 77 35 12 - 30 Usaha Perjalanan Wisata 91 40 15 - 36 Multimedia 68 28 10 2 28 466 205 72 3 186
(Sumber : SMK Negeri 6 Surakarta, Juli 2011)
Dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa daya serap tamatan SMK Negeri 6 Surakarta yang masuk di dunia kerja menunjukkan hasil yang cukup baik. Sebagian besar lulusan langsung mendapatkan pekerjaan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan juga berwirausaha sendiri.
Secara teknis program On The Job Training dilaksanakan pada jangka waktu tertentu yaitu dengan mengirimkan siswa ke dunia usaha dan dunia industri untuk bekerja sesuai dengan profesi tertentu yang sesuai bidangnya. Pelaksanaan On The Job Training di SMK Negeri 6 Surakarta dilaksanakan pada kelas XI dengan jangka waktu selama 2 bulan. Sedangkan kelas XII tidak diadakan On The Job Training karena lebih difokuskan untuk persiapan Ujian Nasional.
Program On The Job Training dilaksanakan dengan cara siswa terlebih dahulu dididik teori dan diberikan keterampilan di sekolah serta mendapatkan pelatihan sesuai dengan keahlian dan menurut standar kebutuhan kerja di institusi pasangan. Selama pelaksanaan On The Job Training siswa sepenuhnya menjadi commit to user
tanggung jawab pihak institusi pasangan baik dalam hal pemberian tugas, pembimbingan, dan penilaian sehingga siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat mempraktikkan teori yang didapat selama belajar di sekolah ke dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya. Selama On The Job Training siswa dibimbing dan dimonitor oleh guru pembimbing dan instruktur pembimbing. Kemudian pada akhir pelaksanaan On The Job Training siswa akan menerima sertifikat On The Job Training yang meliputi hasil penilaian kerja siswa selama melaksanakan On The Job Training. Keberhasilan pelaksanaan program On The Job Training sangat bergantung pada keterlibatan dunia usaha dan dunia industri sebagai institusi pasangan tempat penyelenggaraan pelatihan kerja siswa. Institusi pasangan yang kurang selektif dalam penempatan siswa, akan berdampak pada keberhasilan pelaksanaan program On The Job Training.
Bertolak pada pelaksanaan program On The Job Training SMK Negeri 6 Surakarta pada tahun diklat 2010/2011, ternyata masih banyak ditemukan hambatan–hambatan yang terjadi. Misalnya kurangnya sikap mental dan keberanian siswa dalam berinteraksi selama bekerja, kurangnya intensitas pembimbingan yang dilakukan oleh guru pembimbing serta tidak semua pekerjaan di DUDI dapat dikerjakan oleh siswa.
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan implementasi On The Job Training. Penelitian tersebut tentang : “IMPLEMENTASI PROGRAM ON THE JOB TRAINING (OJT) DALAM MEMPERSIAPKAN SISWA SMK
NEGERI 6 SURAKARTA MEMASUKI DUNIA KERJA TAHUN DIKLAT 2011 / 2012”.
B. Rumusan Masalah
Iskandar (2008) berpendapat, “Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan” (hlm.166). Rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat pertanyaan atau pernyataan yang jelas dan padat. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : commit to user
1. Bagaimana implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja ? 2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi dalam implementasi program On
The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta ?
3. Usaha-usaha apakah yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan-hambatan yang ada dalam implementasi program On The Job Traning yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang dijadikan pedoman dan arahan. Iskandar (2008) berpendapat, “Tujuan penelitian adalah tujuan untuk menjawab pertanyaan masalah yang diteliti secara spesifik, untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan” (hlm.167). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui implementasi program On The Job Training dalam mempersiapkan siswa SMK Negeri 6 Surakarta memasuki dunia kerja.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta. 3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam menanggulangi
hambatan-hambatan yang ada dalam implementasi program On The Job Training yang diterapkan di SMK Negeri 6 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil pelaksanaan penelitian ini, diharapkan peneliti memperoleh manfaat, baik manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat Teoritis
Dapat mengembangan khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama tentang Pendidikan Sistem Ganda atau hal-ihwal tentang Pendidikan Sistem Ganda. commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Memberikan masukan yang bermanfaat dalam usaha menghasilkan model dan implementasi yang ideal, sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja sesuai tuntutan dunia kerja.
b. Bagi siswa
Memberikan motivasi bagi siswa SMK agar mampu mengembangkan diri dan mampu meningkatkan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki agar siap memasuki dunia kerja.
c. Bagi dunia kerja
Memberikan masukan dalam meningkatkan peran sertanya dalam kerjasama dengan sekolah demi kelancaran program On The Job Training.
d. Bagi akademisi Memberikan sumbangan pemikiran agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia tentang pengembangan sumber daya daya manusia yang berkualitas dan unggul
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
Ilmu pengetahuan yang ada sekarang tidak lepas dari pengetahuan yang ada sebelumnya. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan baru ataupun menguji pengetahuan yang telah ada. Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan di mana posisi pengetahuan yang diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap bahan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dengan topik masalah.
1. Tinjauan tentang Pendidikan Kejuruan a. Pengertian Pendidikan Kejuruan
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang–Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian tersebut, maka dapat diambil sebuah makna bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan secara sadar dan terencana agar
12
peserta didik mempunyai kecakapan intelektualitas dan emosional yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara melalui kegiatan pelatihan serta pengajaran. Dalam pendidikan terdapat hubungan antara pendidikan dan peserta didik yang memiliki kedudukan berbeda tetapi memiliki daya yang sama yakni saling mempengaruhi agar proses pendidikan terlaksana dengan baik. Proses pendidikan dalam diri manusia dapat berlangsung seumur hidup. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia karena manusia terlahir dengan memiliki berbagai potensi. Potensi-potensi tersebut perlu untuk dikembangkan sehingga dapat dikatakan menjadi manusia yang sesungguhnya.
Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Penyelenggara pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar (SD, MI, SMP, MTs), pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK), dan pendidikan tinggi (Akademik, Politeknik, Institut, Sekolah Tinggi, Universitas). Sedangkan jalur pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Di samping itu, jalur pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Jenis pendidikan formal menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa “Jenis pendidikan commit to user
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus”. Salah satu jenis pendidikan formal yang mampu menghasilkan tenaga kerja dengan kemampuan menengah adalah pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan merupakan bentuk pendidikan yang membekali anak didik dengan suatu keterampilan tertentu agar mereka siap memasuki lapangan kerja.
Ninghardjanti (2003) menyatakan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan suatu bentuk pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu” (hlm.171). Hal senada juga disebutkan Slamet (1991) menyatakan bahwa “Pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau untuk arah persiapan tambahan karir seseorang” (Adi,2005:204). Sedangkan pendidikan kejuruan menurut Ayurai (2010) menyatakan bahwa “Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang tertentu, serta mempersiapkan mereka agar dapat memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang membantu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebagai persiapan untuk bekerja atau pendidikan tambahan dalam bekerja, selain itu mempersiapkan peserta didik agar mendapatkan kehidupan layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing serta norma-norma yang ada.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari jalur pendidikan kejuruan, dimana pendidikan ini selalu berusaha mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang yang dipilih dan setelah lulusan dipersiapkan sebagai tenaga kerja menengah yang mempunyai pengetahuan, wawasan, keahlian, keterampilan dengan kualifikasi standar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan dunia kerja.
b. Tujuan Pendidikan Kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 15, “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Wena (1996) mengemukakan tujuan dari pendidikan kejuruan sebagai berikut :
1) Membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
2) Menghasilkan tamatan yang siap pakai
3) Mengembangkan potensi yang ada pada diri anak
4) Mempersiapkan peserta didik utuk mampu memasuki lapangan kerja (Adi,2005:206)
Tujuan pendidikan kejuruan menurut Ayurai (2010) menyatakan bahwa “Selain memiliki tugas pendidikan secara umum, Pendidikan kejuruan mempunyai misi khusus yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat”.
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan kejuruan mempunyai suatu tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang mampu menjadi tenaga tingkat menengah yang siap pakai, terampil, luwes, menguasai teknologi, efektif dan efisien dalam bekerja. Upaya untuk menghasilkan siswa yang terampil (siap pakai) dan relevan dengan kebutuhan serta mampu menguasai teknologi, maka pihak sekolah harus bekerja sama dengan pihak industri atau usaha jasa sebagai institusi pasangan dalam pengembangan ketrampilan kerja siswa, dikarenakan sekolah menengah kejuruan dapat menghasilkan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja. Hal ini dikarenakan tujuan pendidikan kejuruan sendiri yaitu menyiapkan siswa memasuki dunia kerja baik industri maupun jasa.
c. Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Kurikulum yang dipakai pendidikan kejuruan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 37, di dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan kewarganegaraan 3) Bahasa
4) Matematika
5) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 6) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 7) Seni dan budaya
8) Pendidikan jasmasi dan olah raga 9) Keterampilan/kejuruan, dan 10) Muatan lokal
Isi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Direktorat Pembinaan SMK (2008) dalam Bimtek KTSP SMK menyatakan penyusunan struktur kurikulum SMK dikelompokkan sebagai berikut :
1) Program Normatif, berperan dalam pembentukan watak manusia Indonesia. Program normatif memuat bahan kajian dan pelajaran berupa: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta Seni Budaya.
2) Program Adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program adaptif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja. commit to user
Kelompok program adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), dan Kewirausahaan.
3) Program Produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), standar kompetensi dan level kualifikasi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Kelompok program produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan.
4) Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang kompetensinya tidak dapat diwadahi dalam mata pelajaran yang telah ada, maka setiap satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran. Ruang Lingkup muatan lokal terdiri atas :
a) Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah
(1) Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya.
(2) Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan.
b) Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa bahasa daerah, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah dan selaras dengan kompetensi keahliannya.
5) Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik dan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan lainnya yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran. Pengembangan diri pada SMK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir.
a) Pengembangan kreativitas
Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, paskibra, PMR, karya ilmiah siswa, pameran hasil karya siswa, Lomba Karya Ilmiah siswa (LKS), dan pentas seni.
b) Pengembangan karir
Pengembangan karir dapat dilakukan melalui pemberian informasi lapangan kerja, bimbingan tata cara mencari pekerjaan, bimbingan profesi, pengenalan serta pengembangan kepribadian.(hlm. 17-20)
Pada dasarnya penyusunan kurikulum SMK merupakan suatu proses dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keseluruhan kegiatan pembelajaran baik di sekolah, maupun di institusi pasangan. Pengelompokkan kurikulum di atas diartikan sebagai upaya SMK dalam menempatkan kompetensi yang harus dikuasai tamatannya sesuai dengan tuntutan dunia kerja, menentukan materi pembelajaran yang harus sesuai dengan kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilalui oleh peserta didik.
Agar siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai tuntutan pekerjaan, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri, maka struktur kurikulum SMK diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Model Pendidikan Kejuruan
Pemerintah memainkan peranannya dalam proses pendidikan kejuruan yang bermutu bagi sebagian besar warganya. Hadi (2004), mengemukakan model-model dalam pendidikan kejuruan yaitu sebagai berikut :
1) Pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan.
2) Pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol pendidikan kejuruan.
3) Pemerintah menyiapkan atau memberikan kondisi yang relatif komprehensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya. (hlm.17)
Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut :
1) Model pertama bersifatnya liberal, namun kita dapat mengatakanya sebagai model berorientasi pasar (market oriented model) permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama berhak menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan pemerintah tidak dapat ikut campur karena yang menjadi sponsor, dana dan lainnya adalah dari perusahaan. Beberapa negara penganut model ini adalah Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
2) Dalam model kedua ini lebih bersifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan jenis pendididikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Meskipun model ini disebut juga model sekolah (school model), pelatihan dapat dilaksanakan di perusahaan sepenuhnya. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.
3) Model ketiga disebut model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang disebut model sistem ganda (dual system) sistem pembelajaran yang dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang keduanya bahu membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang handal bagi para lulusan pelatihan tersebut. Negara yang menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria dan Jerman.
Dari ketiga model pendidikan kejuruan tersebut kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah model pasar dikontrol pemerintah (state
controlled market), dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di industri dengan berbagai perkembangan.
2. Tinjauan tentang Pendidikan Sistem Ganda
a. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda
Pendidikan Sistem Ganda (dual system) merupakan strategi pokok yang dikhususkan untuk SMK dalam rangka operasionalisasi link and match. Konsep link and match merupakan keterkaitan dan kecocokan tersebut, maka diharapkan lulusan pendidikan mampu memenuhi kebutuhan kerja. Pada dasarnya konsep link and match sama halnya dengan konsep supply-demad. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dunia pendidikan sebagai penyedia sumber daya manusia (supply) serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan atau penggunaan sumber daya manusia tersebut (demand).
Menurut Badeni (2002) “Pendidikan Sistem Ganda adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di SMK dan pelatihan industri yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai tingkat yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja” (hlm.712). Sedangkan simpulan Bukit (1997) lebih mengartikan “PSG sebagai sistem pendidikan kejuruan yang melaksanakan pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri, yang mana pembelajaran di sekolah dan pelatihan di industri merupakan dua komponen yang berasal dari program yang tidak terpisahkan” (Anwar,2002:423).
Pengertian lain mengenai Pendidikan Sistem Ganda menurut Pramukantoro (2004), “PSG adalah melaksanakan pendidikan yang mengintegrasikan kegiatan belajar di sekolah dengan kegiatan bekerja di industri yang diyakini akan mampu meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan” (hlm.200). Sementara itu, Papahan (2002) menyimpulkan Pendidikan Sistem Ganda sebagai berikut:
Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. (Soeprijanto,2010:278)
Dari pengertian di atas, tampak bahwa Pendidikan Sistem Ganda mengandung beberapa pengertian, yaitu:
1) Pendidikan Sistem Ganda terdiri dari gabungan subsistem pendidikan di sekolah dan subsistem pendidikan di DUDI.
2) Pendidikan Sistem Ganda merupakan program pendidikan yang secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional. 3) Penyelenggaraan program pendidikan di sekolah dan di DUDI dipadukan secara sistematis dan sinkron, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
4) Proses penyelenggaraan pendidikan di DUDI lebih ditekankan pada kegiatan bekerja sambil belajar (learning by doing) secara langsung pada keadaan yang sesungguhnya.
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Sistem Ganda
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan menjadi salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan kejuruan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut sesuai:
1) Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. UUSPN No. 29 Tahun 1989, Bab IV, pasal 10, ayat (1)
2) Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerjasama dengan masyarakat terutama dunia usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan.
PP No. 29 Tahun 1992, Bab XI, pasal 29, ayat (1)
3) Pengadaan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan di lakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan atau keluarga peserta didik. UUSPN No. 29 Tahun 1989, Bab VIII, pasal 33
4) Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan Nasional.
UUSPN No. 29 Tahun 1989 , Bab XIII, pasal 47, ayat (1)
5) Peran serta masyarakat dapat berbentuk pemberian kesempatan untuk magang dan atau latihan kerja.
PP No. 39 Tahun 1992, Bab III, pasal 4, butir (8)
6) Pemerintah dan Masyarakat menciptakan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam Sistem pendidikan Nasional.
7) Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru yang diperlukan dalam rangka pengembangan pendidikan menengah.
PP No. 29 Tahun 1992, Bab XIII, pasal 32, ayat (2)
8) Sekolah Menengah Kejuruan dapat memilih pola penyelenggaraan pengajaran sebagai berikut:
a) Menggunakan unit produksi sekolah yang beroperasi secara profesional sebagai wahana pelatihan kejuruan.
b) Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan di sekolah, dan sebagian lainnya di dunia usaha atau industri.
c) Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya di masyarakat, dunia usaha dan industri.
Kepmendikbud, No. 080/U/1993, Bab IV, butir C.I kurikulum 1994, SMK. (Syaifudin,2009)
Pada dasarnya tujuan pokok dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan. Seorang lulusan SMK yang berkualitas, lebih mengacu dimilikinya kemampuan atau keterampilan kerja oleh para lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri. Menurut Anwar (2002), tujuan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan tenaga kerja yang dengan keahlian profesional yaitu, yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, keahlian dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan.
2) Meningkatkan dan memperkokoh link and match antara lembaga pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. 3) Meningkatkan efesiensi dan efektivitas pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja berkualitas profesional.
4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.(hlm.423)
Dengan adanya dasar dan tujuan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang jelas tersebut, maka pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan mampu menciptakan lulusan yang berkualitas, dan mampu terserap di dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang profesional.
c. Komponen Pendidikan Sistem Ganda
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di SMK dan di DUDI. Oleh karena itu, diperlukan komponen-komponen untuk mendukung kelancaran pelaksanaan PSG. Anwar (2002) menjabarkan mengenai komponen-komponen dalam program Pendidikan Sistem Ganda yang diselenggarakan oleh SMK adalah sebagai berikut :
1) Institusi pasangan
2) Program pendidikan bersama 3) Kelembagaan kerjasama 4) Nilai tambah dan insentif
5) Jaminan keberlangsungan (hlm.423)
Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut : 1) Institusi pasangan
Institusi pasangan adalah dunia usaha/dunia industri (DU/DI) yang digunakan sebagai tempat pelatihan siswa SMK, atas dasar program kerja yang formal. Kegiatan peserta di institusi pasangan merupakan kegiatan bekerja langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya, untuk menguasai kompetensi keahlian yang benar dan terstandar, sekaligus menginternalisasikan sikap dan etos kerja profesional pada bidangnya. Peran institusi pasangan dalam kegiatan pelatihan siswa terbatas pada rekruitmen, penempatan, pendelegasian, pembimbingan, dan evaluasi 2) Program pendidikan bersama
Program bersama merupakan merupakan program pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan bersama antara SMK dan dunia kerja, dimana SMK yang melaksanakan program pendidikan dan pelatihan harus mengatur berapa jumlah waktu belajar siswa yang akan digunakan belajar di sekolah dan dipergunakan di dunia kerja agar sesuai dengan kebutuhan pencapaian penguasaan kemampuan yang telah disepakati.
3) Kelembagaan kerjasama
Pendidikan Sistem Ganda sebagai program kerja sama antara sekolah sebagai penyelenggara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha sebagai mitra usaha dalam membentuk peserta didiknya supaya menguasai keahlian profesi. Pola hubungan kelembagaan dalam PSG dikoordinasikan melalui Majelis Sekolah. Majelis Sekolah dibentuk oleh SMK sebagai wadah kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dalam mendayagunakan semua potensi yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya DUDI untuk menunjang peningkatan efektivitas pencapaian tujuan SMK. Peran majelis sekolah dalam hal ini sebagai organisasi yang ikut menentukan kebijaksanaan penyelenggaraan PSG di SMK. Keanggotaan majelis sekolah meliputi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PSG, yaitu unsur SMK, KADIN, asosiasi perusahaan, organisasi pekerja, dan tokoh masyarakat.
4) Nilai tambah dan insentif
Dalam rangka mensukseskan pembangunan perlu adanya kerjasama yang erat dan permanen antara dunia pendidikan dan DUDI pada umumnya dalam rangka memenuhi tenaga kerja yang cakap dan terampil bagi keperluan pembangunan di berbagai bidang tanpa merugikan DUDI. Melalui PSG diharapkan memiliki nilai tambah tiga segi antara DUDI, sekolah dan peserta didik itu sendiri. Kerjasama antara SMK dan DUDI, khususnya dalam pelaksanaan PSG, dikembangkan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan PSG akan memberi nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama. Serta adanya insentif yang diberikan oleh pihak DUDI bagi siswa dan sebagai bentuk penghargaan hasil kerja siswa selama melaksanakan PSG.
5) Jaminan keberlangsungan
Dalam pelaksanaan PSG merupakan proses pembelajaran yang dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan industri. Untuk itu perlu adanya jaminan keberlangsungan selama pelaksanaan yaitu penyediaan fasilitas commit to user
pendidikan dan latihan, sumber daya (instruktur) yang memiliki wawasan dan kualitas mutu. Serta sebagai tempat untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan pada tingkat sekolah.
d. Model Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
Model pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda adalah pola yang menyangkut tentang tata cara pelaksanaan PSG mulai dari tahapan persiapan, pelaksanan dan tahap penarikan siswa dari industri dengan alokasi waktu yang telah terstruktur. Menurut Soeprijanto (2010), menjabarkan model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda adalah sebagai berikut :
Dalam penyelenggaraan days release disepakati bersama, dari 6 hari belajar satu minggu, beberapa hari di perusahaan dan beberapa hari di sekolah. Dalam penyelenggaraan block release disepakati bersama bulan/caturwulan/semester mana di perusahaan, dan bulan/caturwulan/ semester mana di sekolah. Sedangkan dalam penyelengaraan days release disepakati jam-jam belajar yang harus dilepas dari sekolah dan dilaksanakan di perusahaan. (hlm. 279)
Dengan adanya model pengaturan pelaksanaan program, khususnya yang menyangkut tentang kapan dilaksanakan di lembaga pendidikan (di SMK) dan kapan di institusi pasangannya. Secara garis besar model atau pola penyelenggaraan itu dapat berbentuk day release, berbentuk block release, berbentuk hour release, atau kombinasi dari ketiganya.
Keistimewaan model day release adalah selain melaksanakan praktik di DUDI, siswa juga masih bisa mendapatkan materi sesuai tuntutan kurikulum walaupun prosentasenya rendah. Model block release mempunyai keistimewaan yang hampir sama dengan day release sama-sama mempunyai waktu yang dibagi antara di sekolah dan di DUDI, namun jangka waktu diberikan pada siswa berada di DUDI untuk berkonsentrasi dalam PSG lebih besar. Sedangkan model hour release mempunyai kelebihan siswa tidak melupakan materi di sekolah dan tetap dapat mengikuti PSG di DUDI.
Namun ketiga model pelaksanaan PSG tersebut mempunyai kelemahan. Dalam bentuk penyelenggaraan day release mempunyai kekurangan yaitu konsentrasi siswa akan terbagi antara kegiatan PSG di DUDI dengan pembelajaran di sekolah. Dalam betuk penyelenggaraan block release siswa difokuskan melaksanakan praktik di DUDI 6 hari dalam seminggu dengan waktu pelaksanaan 8 bulan. Bentuk block release tidak cocok diterapkan karena materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak tercapai dan pelaksanaan evaluasi secara tatap muka oleh sekolah juga sulit dilakukan. Sedangkan untuk model hour release akan konsentrasi siswa akan terbagi karena proses pembelajaran yang terbagi dengan PSG di DUDI dalam hari yang sama.
e. Nilai Tambah Pendidikan Sistem Ganda
Kerjasama SMK dengan dunia usaha/dunia industri, dilaksanakan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, maka diharapkan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda akan memberikan nilai tambah bagi para pihak yang bekerjasama. Anwar (2002) menjabarkan tiga nilai tambah dari Pendidikan Sistem Ganda sebagai berikut :
1) Nilai tambah bagi dunia usaha
a) Dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja dan bekerja di perusahaan.
b) Pada batasan-batasan tertentu selama masa pendidikan peserta didik adalah tenaga yang memberi keuntungan.
c) Selama proses pendidikan melalui bekerja di industri, peserta didik dapat lebih mudah diatur dalam disiplin, seperti kepatuhan dalam terhadap aturan perusahaan.
d) Dunia usaha dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan. e) Memberi kepuasan bagi dunia usaha karena ikut serta
menentukan hari depan bangsa melalui Pendidikan Sistem Ganda.
2) Nilai tambah bagi sekolah
a) Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik.
b) Tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan.
c) Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. commit to user
d) Memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan. 3) Nilai tambah bagi siswa.
a) Hasil belajar akan lebih bermakna karena setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri setelah tamat mereka memiliki keahlian sebagai bekal untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan.
b) Waktu untuk mencapai keahlian menjadi singkat.
c) Keahlian profesional yang diperoleh melalui PSG dapat mengangkat harga diri dan percaya diri tamatan.(hlm.425-426) Program pendidikan pada Pendidikan Sistem Ganda diarahkan pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan yang berlaku di dunia kerja. Program ini dapat tercapai apabila terdapat kerja sama yang saling membutuhkan antara dunia pendidikan khususnya SMK dengan dunia kerja. Tanpa adanya peran keduanya dalam pendidikan maka untuk mencapai kemampuan profesional tidak dapat tercapai, karena hanya dunia kerja yang paling mengerti tentang standar tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana cara mendidik calon tenaga kerja tersebut sehingga mampu memenuhi standar yang dibutuhkan dunia kerja.
3. Tinjauan tentang On The Job Training a. Pengertian On The Job Training
On The Job Training menurut pendapat Damin (2008) merupakan “metode-metode praktis sebagai wahana pengembangan kemampuan profesional dan keterampilan teknikal peserta pelatihan”(hlm.35). Sedangkan On The Job Training menurut Sedarmayanti (2010) adalah “metode pelatihan praktis yang dilaksanakan dengan melakukan praktek kerja sesuai dengan jabatan/pekerjaan dan alat yang digunakan sebenarnya (di tempat kerja yang sebenarnya), sasarannya adalah peningkatan keterampilan kerja” (hlm.181). Pengertian lain menurut Hasibuan (2011), On The Job Training merupakan “latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah pimpinan seorang pengawas” (hlm.77).
Berdasarkan uraian di atas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa On The Job Training merupakan pelatihan secara langsung yang commit to user