• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan. kepercayaan dan guanxi ( 关系 ). sistem ini menjadikan kepercayaan sebagai dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I Pendahuluan. kepercayaan dan guanxi ( 关系 ). sistem ini menjadikan kepercayaan sebagai dasar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang Masalah

Bisnis cina perantauan telah lama menjadi sebuah fenomena di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia dipegang oleh pengusaha keturunan Cina yang beroperasi di berbagai kota. Industri, baik dari hulu hingga hilir juga banyak dikuasai oleh pedagang dan pengusaha Cina. Ini telah membawa beberapa dari mereka menjadi taipan yang memiliki kekayaan luar biasa. Bahkan di antaranya ada yang masuk ke dalam deretan orang terkaya di dunia.

Dalam bisnis Cina, baik di negeri Cina sendiri maupun taipan bisnis Cina perantauan, dikenal suatu sistem yang mendasarkan bisnis dengan dasar kepercayaan dan guanxi (关 系). sistem ini menjadikan kepercayaan sebagai dasar utama untuk menjalankan bisnis.1 Kepercayaan ini didasarkan pada hubungan yang terdekat seperti keluarga, klan, desa hingga kemudian dalam dunia bisnis modern meluas ke sahabat dan orang-orang kepercayaan dengan berbagai macam perluasan sistem.2

Sistem ini juga dijalankan oleh para pebisnis Cina perantauan dan menjadi salah satu tulang punggung ekonomi mereka. Masing-masing negara biasanya memiliki ciri dan bentuk guanxi masing-masing. Misalnya, selain guanxi dalam bentuk tradisional seperti biasa, di Thailand terjadi juga guanxi antara pebisnis Cina dengan pihak penguasa dengan bentuk patron-klien. Sementara di Taiwan terjadi perluasan jaringan antara perusahaan yang berhubungan erat yang saling mendukung. Sementara di Indonesia sendiri Cina perantauan menjadi kekuatan ekonomi yang penting berkat kerjasama mereka dengan penguasa, terutama pada masa orde baru. Pada saat itu, militer, di bawah komando Jenderal dan Presiden Soeharto memberikan hak pengelolaan dan berbagai konsesi dan kemudahan

1Kao Cheng Shu,. “Unsur Kepercayaan Pribadi dalam Bisnis Skala Besar di Taiwan: Landasan Tradisional Kegiatan Ekonomi Kontemporer”, ed. Hamilton Gary (PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 1996). hlm 12

2Guanxi yang diperluas ini misalnya saja guanxi yang terjadi bukan oleh adanya kesamaan, tapi

(2)

ekonomi kepada perantauan Cina yang akan menjalankan berbagai unit bisnis untuk menjadi sumber penghasilan mereka.3

Di antara sekian banyak pengusaha dan pebisnis Cina, salah satu yang paling fenomenal adalah Liem Sioe Liong (Soedono Salim) dari Liem Group. Bermula dari seorang petani miskin dari propinsi Fujian (福建省) yang terpaksa bermigrasi ke Indonesia untuk mengubah hidup kini menjadi salah satu orang yang terkaya di dunia versi majalah Time. Liem Sioe Liong memulai bisnis hanya dengan mengikuti kakaknya yang lebih dulu pergi ke Indonesia untuk berbisnis kecil-kecilan di daerah pusat industri rokok, Kudus. Sekarang bisnis yang dia geluti telah menjadikan dia sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan pribadi yang disebut-sebut mencapai US$ 1,9 miliar4 dan aset yang menghasilkan tak kurang dari US$ 1 miliar per tahun.

Bisnis Cina perantauan sendiri bukan berkembang pada masa Orde Baru (orba) saja, tapi juga sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Pada masa kerajaan Sriwijaya (683 – 1373) pedagang-pedagang Cina telah menjadi saingan bagi pedagang penduduk asli.5Perdagangan ini dilakukan oleh berbagai perserikatan dagang dengan dasar klan-klan dari Cina Selatan, khususnya Fujian, Guangzhou dan sekitarnya.6Kedudukan dari pedagang-pedagang perantau Cina di Indonesia kemudian diperkuat lagi dengan kehadiran Belanda yang membutuhkan perantara dengan pihak pribumi, dan menempatkan masyarakat pedagang Cina sebagai makelar perdagangan yang menghasilkan keuntungan besar.

Selain Liem, memang ada juga beberapa nama yang berhasil di dunia bisnis Indonesia, akan tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa Liem adalah yang paling fenomenal. Setelah sekian lama mengikuti kakaknya, naluri bisnis Liem mulai dikembangkan dengan mendirikan perusahaan ekspor impor cengkeh yang berhasil mendatangkan kekayaan besar baginya. Dari situlah bisnisnya mulai berkembang dan merambah ke sektor-sektor lain, seperti semen, perbankan dan lain-lain hingga akhirnya ia mendapat gelar “lima raja”.

3Sterling Seagrave, Lords of the rim. Disarikan dari berbagai bab. (Pustaka Alvabet: Jakarta,

2006)

4http://toilete.blogspot.com/feeds/posts/default/7739651281750178406. Akses 15 September 2007

22:06

5W.D Soekisman. Masalah Cina di Indonesia. (Yayasan Masalah Penelitian Asia, 1975) 6

(3)

Keberhasilan dalam Liem Grup dipercaya karena adanya sistem nilai yang memungkinkan mereka untuk memperluas bisnisnya dengan menggunakan orang-orang yang sudah bisa dipercaya (xinyong / 信 用). Sistem inilah yang dikenal dengan guanxi seperti yang penulis sebut sebelumnya. Perluasan bisnis yang menggurita sangat cepat sejak zaman orde baru berkat berbagai konsesi (yang didapat dengan guanxi yang baik dengan Soeharto) yang didapatkannya melalui bantuan mantan presiden Soeharto awalnya diperluas dengan mempercayakannya pada orang-orang yang dekat dengan Liem Sioe Liong (Soedono Salim). Pola ini berlangsung di banyak dari perusahaan dan anak perusahaan di bawah naungan Grup Liem.

Akan tetapi, setelah kejayaan bisnis yang dialami oleh para pengusaha etnis Cina (Grup Liem pada khususnya) yang berafiliasi dengan militer tersebut, muncul masalah lain dalam manajemen perusahaan mereka. Perusahaan yang berjalan dengan baik dan menjadi besar, ternyata menjadi terlalu besar untuk diurus sekedar oleh keluarga dan kolega dekat. Perkembangan dan ekspansi bisnis yang dilakukan oleh para pengusaha bisnis Cina memaksa mereka untuk mempercayai orang-orang di luar lingkaran guanxi mereka tersebut, yang berarti bukanlah orang yang berafiliasi dekat dengan mereka (dan oleh karena itu kurang bisa dipercaya).

Di sinilah perbedaan mulai dilakukan grup Liem. Ada beberapa perusahaan yang sejak awal telah dikelola secara profesional ataupun direvolusi hingga menjadi perusahaan dengan manajemen (ala Barat) yang profesional. Contoh dari perusahaan-perusahaan atau bidang usaha ini adalah BCA (Bank Central Asia). Manajemen BCA diserahkan oleh Liem Sioe Liong kepada Mochtar Riady yang sejak dulu dikenal sebagai bankir handal namun tidak memiliki hubungan apapun dengan Liem.

Perubahan sistem ini memang hanya terlihat jelas di tingkatan bisnis yang besar dan bersifat konglomerasi, dan belum masuk ke setiap bagian dan tingkatan dari bisnis Cina peranakan yang berada di Indonesia. Sistem bisnis yang terjadi di tingkatan bisnis level menengah ke bawah masih berdasar pada kepercayaan dan

(4)

guanxi yang kuat, walaupun kini guanxi yang terjalin telah mengalami perluasan

dan bukan hanya didasarkan pada suatu “kesamaan tertentu” (tong /同).

Misalnya saja bisa dilihat pada sebuah kasus dari toko yang pernah terbakar habis dan dijarah saat terjadinya kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Pada saat toko itu akan dibuka kembali, sang pemilik memiliki kesulitan modal karena kehancuran dari tokonya, saat itu semua toko milik Cina peranakan yang berada di kawasan tersebut (Kota-Glodok) membantu dengan “meminjamkan” barangnya untuk dijual oleh sang pemilik toko yang terbakar tersebut tanpa bunga atau dengan bunga rendah. Ini mengingatkan kita pada Bamboo Network yang dikemukakan oleh Prof Ann Wan Seng, yang mengatakan bahwa orang Cina di seluruh dunia telah membentuk sebuah jaringan bisnis yang saling membantu.7

Akan tetapi, mengingat kekuatan ekonomi dari konglomerasi bisnis Cina peranakan, terutama grup Liem, yang menguasai berbagai bidang usaha di Indonesia, maka perubahan sistem ini tentunya akan cukup juga mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Perubahan ini ternyata juga membawa pengaruh positif dengan keberhasilannya meraih penigkatan keuntungan dengan perubahan sistem ini.

Merujuk pada perkembangan zaman dan keberhasilan yang fenomenal dari BCA, perubahan sistem dari manajemen yang mengendalkan kepercayaan mulai bergeser, walaupun masih tidak memungkinkan juga untuk melepaskan diri dari sistem tersebut secara penuh. Contoh kongkritnya adalah Anthony Salim, “putra mahkota” dari kerajaan bisnis Grup Liem yang mendapatkan pendidikan bisnis profesional dan modern melalui sekolahnya di London dan juga grup Liem yang kini memperkerjakan orang-orang yang asing dan tidak memiliki hubungan langsung dengan Grup Liem dan memiliki kemampuan untuk memegang posisi di berbagai perusahaan yang dinaungi Grup Liem.

Ini menandakan perubahan mendasar dari sistem yang menggunakan guanxi yang mengandalkan xinyong kepada profesionalitas kerja dan kapabilitas dari orang-orang yang sebelumnya tidak berafiliasi dengan keluarga Liem. Perubahan ini terjadi dalam berbagai bidang bisnis yang dilakoni oleh keluarga

(5)

Liem, dan nyatanya membawa perubahan dan kemajuan yang cukup signifikan dalam perkembangan binis keluarga Liem.

Perkembangan yang semakin baik ini kelihatannya terus dilanjutkan oleh grup Liem. Walaupun sistem guanxi masih sedikit banyak digunakan, namun sistem yang mengandalkan manajemen modern dan profesionalitas akan semakin banyak menggantikan guanxi yang dipakai oleh keluarga grup Liem tersebut.

I.2 Permasalahan

Bisnis Cina yang sejak dulu mengandalkan pada koneksi untuk menjalankan bisnisnya dengan sistem nilai guanxi dan kepercayaan (xinyong) yang dulu dipegang kuat kini mulai berangsur bergeser ke manajemen profesional. Apabila dulu bisnis diserahkan kepada keluarga dan perluasan serta ekspansi bisnis dilangsungkan dengan mendasarkan pada sistem keluarga kini mulai diserahkan kepada orang lain yang notabene tidak memiliki hubungan langsung dengan keluarga inti, atau bahkan hubungan klan, dari pimpinan usaha konglomerasi tersebut.

Sejauh ini, perubahan sistem nilai ini memang baru terlihat jelas dalam bisnis yang dikendalikan dan dikepalai oleh para pengusaha konglomerasi besar. Pengusaha Cina peranakan tingkat menengah dan kecil masih sangat mengandalkan hubungan keluarga dan klan dalam mengembangkan bisnisnya. Orang-orang Indonesia non-Cina paling banter hanya menjadi sebatas pegawai saja dalam hierarki usaha mereka, sedangkan posisi yang tinggi dan strategis akan diserahkan kepada mereka yang dekat dengan mereka.

Sistem inilah yang kini mulai bergeser ke dalam payung manajemen usaha profesional. Nilai-nilai profesionalitas mulai dihargai dan dipakai dalam bisnis Cina peranakan, terutama dalam konglomerasi besar seperti yang ditunjukkan oleh grup Liem. Mereka sering kali menggunakan jasa dari orang-orang yang tidak memiliki hubungan dekat dengan personal Liem Sioe Liong ataupun dengan keluarga maupun klan Liem.

Perubahan ini bisa dilihat dari perekrutan terhadap Mochtar Riady untuk BCA. Mochtar bukanlah orang yang berafiliasi/ber-guanxi dekat dengan Liem, akan tetapi mereka diberikan posisi yang tinggi dalam perusahaan. Dengan contoh

(6)

ini, bisa dilihat bahwa perubahan dalam bisnis etnis Cina memang terjadi dan kelihatannya akan terus berjalan, seiring dengan globalisasi.

Contoh lain dari perubahan itu adalah pemisahan dari kepemilikan dengan manajemen. Orang yang menjadi pemilik dan pemegang saham boleh saja masih berada dalam lingkungan keluarga, tapi untuk manajemen sudah diserahkan kepada orang luar. Sebaliknya, penggabungan dari kepemilikan dan manajemen ini masih banyak juga dilakukan oleh berbagai bisnis keluarga, baik dari keluarga keturunan Cina ataupun bukan, sehingga dalam hal bisnis keluarga, langkah grup Liem sudah bisa dianggap sebagai sebuah langkah yang modern.

Perubahan itu tentu saja membawa dampak terhadap perkembangan bisnis mereka sendiri. Masuknya orang-orang di luar “ring” terdalam mereka membawa berbagai latar belakang ilmu dan sistem yang dianut oleh masyarakat profesional. Ini ternyata membawa pengaruh positif terhadap perkembangan bisnis Liem, di samping keuntungan dari nilai-nilai tradisi lama yang terus dianut hingga kini. Perpaduan dan pergeseran dari dua penggunaan dua sistem nilai dalam bisnis yang cukup bertolak belakang ternyata berhasil membawa keberhasilan yang cukup besar dan menggembirakan dalam grup Liem dan berhasil membuat Liem Sioe Liong menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Salah satu titik berat tulisan ini adalah BCA. Kasus ini diambil karena dianggap merupakan titik krusial dari proses transisi dari keluarga (guanxi) menuju profesional. Kalaupun sebelumnya sudah ada penggunaan dari orang-orang “non-Liem”, maka ini adalah puncak dari penerapan profesionalitas dan pemisahan kepemilikan dan manajemen dari grup Liem. Perlu diingat juga bahwa perubahan sistem itu belum selesai pada masa itu, namun hanya merupakan kecenderungan-kecenderungan belaka, mengingat sistem guanxi hampir tidak mungkin menghilang sepenuhnya dari manajemen dan sebaliknya, dalam penggunaan nilai guanxi juga memungkinkan untuk menggunakan unsur-unsur dalam manajemen profesional. Penekanan dalam skripsi ini juga bukan sepenuhnya pada perubahannnya, melainkan pada kejadian dan sejarah dari BCA dan grup Liem juga, dengan kemudian menggunakan kejadian tersebut sebagai dasar untuk analisa.

(7)

Pembatasan masa penelitian dilakukan sejak bergabungnya Mochtar Riady pada 1975 hingga akhir 1980-an di mana bisnis BCA mengalami peningkatan yang sangat signifikan di bawah kepemimpinannya. Hanya dalam kira-kira 10 tahun dipegang oleh Mochtar, BCA sudah bisa menjadi bank swasta terbesar nasional dan memiliki omset terbesar pula. Masa 1990-an tidak diambil karena akhir 1980-an dianggap cukup untuk melihat ke-“tahanbanting”-an dari BCA terhadap krisis karena pada akhir 1980-an terjadi krisis ekonomi, terlebih lagi pada krisis 1998 BCA akhirnya terlepas dari tangan Liem dan kini Anthony Salim hanya memiliki sekitar 1% saja saham BCA.8Namun perlu diingat bahwa contoh yang diambil bukan hanya dari BCA saja, mengingat beraneka ragamnya guanxi maupun profesionalitas yang ada di Liem dan tersebar di berbagai anak usahanya.

1.3. Kerangka Teori

Bangsa Tionghoa adalah bangsa yang sangat mengutamakan moral dan kekeluargaan seperti halnya yang diajarkan oleh sang filsuf klasik besar mereka, Konfusius (孔子). Dengan adanya ajaran ini, mereka mengutamakan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang bertanggung jawab terhadap segala hal. Keluarga juga menjadi tempat untuk mengembangkan ekonomi dengan aturan adat dan tradisi tertentu yang telah berlaku di masyarakat Cina sejak berabad-abad lalu.

Sistem ekonomi dan bisnis yang berlaku di masyarakat Cina meletakkan keluarga sebagai unit terpenting dan vital dalam pengembangan bisnis. Sistem bisnis Cina membagi perluasan bisnis mereka ke dalam keluarga. Sistem ini sudah diterapkan sejak lama dan berlaku juga untuk bisnis cina perantauan, bahkan untuk konglomerasi besar seperti grup Liem. Sistem nilai yang berbasis xinyong ini bahkan sudah menjadi sebuah trademark dari bisnis keluarga, terutama bisnis dari keluarga Cina, baik di perantauan maupun, menurut beberapa literatur, dilakukan juga di Cina daratan.

Sistem guanxi yang dilakukan oleh grup Liem di Indonesia ini mengalami perluasan dengan berbagai jenis guanxi yang lainnya (akan dijelaskan di bab berikutnya) dan juga mengalami pergeseran ke dunia profesional. Grup Liem juga

(8)

menggunakan sistem manajemen profesional dan bukan hanya berpegang pada keluarga saja. Mereka memasang Mochtar Riady pada BCA9padahal beliau bisa dibilang tidak memiliki hubungan dengan grup Liem sebelumnya. Keputusan inilah yang menjadi dasar pemikiran dari skripsi penulis.

Pergeseran guanxi juga terjadi karena bisnis yang dilakukan oleh Liem memang sudah terlalu besar untuk dikelola sendiri. Menurut siklus yang dirumuskan oleh AB Susanto dalam bukunya, perusahaan keluarga akan mengalami fase “Mr Outside Influx” pada periode ketiganya. Pada masa 1970 dan 1980-an, bisnis Liem mengalami peningkatan yang sangat besar dan untuk mempertahankannya tidak cukup hanya dengan extended family saja, namun membutuhkan juga orang luar. Inilah yang menjadi Influx tersebut.10

1.4. Metode Penelitian dan Penulisan

Tulisan ini dibuat dengan melakukan studi pustaka yang dilakukan dari berbagai sumber, baik buku maupun warta media cetak dan elektronik. Penulisan dilakukan dengan berdasarkan pada data-data dan hasil-hasil penelitian tersebut. Data-data utama adalah berbagai literatur ilmiah dan buku-buku yang mendukung teori dan berisikan data tentang bisnis keturunan Cina secara umum, sejarah Cina keturunan di Indonesia dan bisnis dari Grup Liem pada khususnya. Dengan metodologi seperti ini, maka diharapkan keilmiahan dari tulisan ini bisa tetap terjaga dan mendukung argumen yang diberikan.

Akan tetapi melimpahnya bahan bukan berarti kemudahan dalam penulisan. Banyak dari bahan tersebut bukan memberikan sebuah gambaran utuh, namun hanya sebuah bagian potongan puzzle dari puzzle yang lebih besar lagi.banyak dari teori yang ada malah memberikan perspektif yang sangat jauh berbeda dari apa yang diharapkan penulis, dan oleh karena itu perlu juga dipertimbangkan. Misalnya saja dalam pemilihan definisi guanxi yang sangat luas dan beraneka ragam. Perlu waktu yang lama untuk merumuskan guanxi hingga akhirnya penulis membuat sebuah subbab khusus untuk membahas definisi

9Eddy Soetriyono, Kisah Sukses Liem Sioe Liong. (Indomedia: Jakarta 1989). Hlm 47-48

(9)

tersebut, walaupun akhirnya subbab tersebut tidak juga berhasil memuaskan keinginan penulis.

Berbagai permasalahan teknis juga ditemui oleh penulis, misalnya saja kesulitan melakukan studi lapangan karena keterbatasan waktu. Masalah lain adalah kesulitan wawancara langsung dengan anggota keluarga Liem (terutama yang diharapkan dengan Liem Sioe Liong sendiri atau Anthony Salim) karena tempat tinggal mereka di Singapura. Sumber literatur sendiri cukup banyak dan memadai untuk menunjang penulisan ini, walaupun pemilihan selektif diperlukan, terutama dalam menyeleksi pengertian guanxi yang sangat luas.

1.5. Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan memuat 5 bab yang akan menjabarkan tentang masalah guanxi, profesionalitas, grup Liem dan berfokus pada penggunaan dan penggabungan serta transisi sistem dalam bisnis grup Liem pada kasus yang diambil (BCA). Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, permasalahan, kerangka teori dan sistematika penulisan. Bab ini akan memberi pandangan umum tentang hal-hal yang akan dibahas secara umum. Selain itu bab ini juga akan membatasi permasalahan, serta menjelaskan tentang kerangka teori dan dasar pemikiran yang digunakan oleh penulis.

Bab kedua akan memberikan penjelasan mengenai sistem-sistem bisnis yang digunakan, termasuk sistem profesional dan guanxi. Dalam bab ini akan dibahas pengertian dan penerapan dari guanxi maupun sistem profesional. Diharapkan dengan memahami bab kedua ini, pembaca akan bisa memahami tentang kedua sistem bisnis yang dimaksud dengan baik. Dengan memahaminya, maka perbedaan antara kedua sistem bisnis bisa dilihat dengan jelas.

Bab ketiga akan menjelaskan tentang grup Liem. Bab ini memuat sejarah tentang etnis Cina di Indonesia serta sejarah singkat dan komprehensif dari grup Liem (hingga BCA tahun 1980-an akhir). Dengan membaca bab ini, diharapkan pembaca akan bisa mengetahui dan mengerti tentang grup Liem sebagai “tokoh utama” dari skripsi ini. Selain itu, bab ini juga akan membahas tentang profil dari anak usaha grup Liem yang menjadi fokus dari skripsi ini, yaitu bank BCA.

(10)

Bab keempat akan berisikan tentang sistem bisnis yang dipergunakan oleh grup Liem dalam kegiatan bisnis kesehariannya. Baik sistem guanxi maupun sistem profesional akan coba dibahas oleh penulis dalam bab ini. Selain itu, penulis juga akan mencoba memaparkan pergantian sistem yang dilakukan oleh grup Liem, yaitu dari sistem guanxi yang mengandalkan kepercayaan kepada sistem profesionalitas yang mengandalkan kompetensi dengan batasan masalah pada kedua kasus tersebut. Sedangkan bab terakhir adalah kesimpulan dari semua tulisan penulis yang akan merangkum semua hal yang termuat dalam tulisan ini.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan upaya meningkatkan hasil teknik mendarat pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan permainan melompati siswa pada siswa

Selain itu dengan software SimMechanics yang mana digunakan pada penelitian ini untuk membuat virtual reality dan simulasi maka dapat diperoleh informasi- informasi secara

Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, profitabilitas, gross domestic product¸ tingkat pajak, dan aset tetap berwujud sebagai variabel independen, sedangkan variabel

Simpulan : Masa kerja mempunyai hubungan terhadap kejadian gingival lead line , namun hubungan tersebut tidak signifikan. Masa kerja merupakan salah satu faktor dari banyak

Pembelajaran Seni Budaya (Seni Musik) yang hanya bepusat pada teori, hal ini tentu merupakan sebagai sebuah masalah yang harus ditindaklanjuti yang membuat semakin berkurang

Ketika melihat konteks dari percakapan antara Bara dan Velin diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tuturan Bara mengandung implikatur berupamaksud untuk memberikan

1. SRI RUSMINAH,SKM., MMKes. SRI PATMIATI, SSTGz.. 2) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. SDM Dinas Kesehatan memenuhi standart sesuai Kep. Jumlah Puskesmas yang memenuhi

Untuk itu perlu dilakukan kajian yang lebih terperinci hingga pada tingkat subsektor atau bahkan komoditas yang menjadi kontribusi terbesar dalam mendukung