INTERNAL
AUDIT ABAD 21
OLEH :
MUH. ARIEF EFFENDI, SE, MSI, AK. QIA
(INTERNAL AUDITOR PT. KRAKATAU STEEL &
DOSEN LUAR BIASA FE UNIVERSITAS TRISAKTI
SERTA STIE TRISAKTI JAKARTA )
DISAMPAIKAN PADA
SEMINAR / KULIAH UMUM
SENIN , 11 DESEMBER 2006
A. PENDAHULUAN
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiiring dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian internal auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
1. Pengertian Menurut Sawyer
“ Internal auditing is an independent appraisal function establised
within an organization to examine and evaluate its activities as a service to organization”
(Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi).
2. Pengertian Menurut Institute of internal Auditor
“ Internal auditing is an independent , objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process”.
(Internal audit adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen resiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi).
B. PARADIGMA BARU INTERNAL AUDIT
Bertolak dari definisi tersebut diatas, dalam perkembangannya penekanan dan mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai ‘watchdog’ dalam perusahaan, sedangkan pada masa kini dan mendatang proses internal auditing modern telah bergeser menjadi ‘konsultan intern’ (internal consultant) yang memberi masukan berupa pikiran-pikiran untuk perbaikan (improvement) atas sistem yang telah
ada serta berperan sebagai katalis (catalyst). Fungsi internal auditor sebagai ‘watchdog’ membuat perannya “kurang disukai” kehadirannya oleh unit organisasi lain. Hal ini mungkin merupakan konsekuensi logis dari profesi internal auditor yang tugasnya memang tidak dapat dilepaskan dari fungsi audit (pemeriksaan), bahwa antara pemeriksa (auditor) dan pihak yang diperiksa (auditee) berada pada posisi yang saling berhadapan.
Fungsi konsultan bagi internal auditor merupakan peran yang relatif baru. Peran konsultan membawa internal auditor untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehinga dapat membantu manajemen dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan untuk merekomendasikan pemecahan suatu masalah (problem solver) bagi internal auditor dapat diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi di perusahaan.
Pada saat ini, konsultasi internal merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh manajemen yang perlu dilakukan oleh internal auditor. Selain sebagai konsultan, internal auditor harus mampu berperan sebagai katalisator. Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut reaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran yang bersifat konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional di perusahaan.
Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat ini tidak sekedar audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance audit), tetapi perhatian lebih ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan aspek resiko bisnis / manajemen. Perubahan orientasi audit dari teknik-teknik pengendalian intern ke arah pengendalian bisnis perusahaan yang didasarkan atas risiko bisnis (business risk) atau rmanajemen risiko (risk management) ini akan terus berjalan seiring dengan kebutuhan perusahaan yang semakin kompleks di masa mendatang. Oleh karena itu saat ini berkembang pendekatan teknik audit dalam internal auditing yang berbasiskan risiko (risk based internal auditing).
Perbedaan antara paradigma lama dan paradigma baru internal auditor sebagai berikut :
TABEL 1
INTERNAL AUDITOR : PARADIGMA LAMA VS PARADIGMA BARU
NO. URAIAN PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
1 Fungsi • ‘Watchdog’
• Mengungkap temuan • Mengganggu obyek • Reaktif
• ‘Watchdog’, konsultan dan katalisator
• Memecahkan masalah • Proaktif
2 Sifat Audit /
Rekomendasi • Post audit • Korektif • Post audit dan Pre audit • Korektif, Preventif, Prediktif
3 Sikap • Kaku
• Pasif • Fleksibel dan konstruktif • Aktif dan komunikatif
4 Pendekatan • Subyek - Obyek
• Menang - Kalah • Subyek - Subyek • Menang - Menang 5 Type Staf • Setengah – setengah • Tuntas / Paripurna
6 Organisasi • Pelengkap / memenuhi
persyaratan
• Tools management • Pusat keunggulan
7 Ukuran Sukses • Jumlah temuan • Jumlah bantuan / manfaat • Pencapaian tingkat Good
Corporate Governance (GCG)
C. STANDAR
The Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA)
tahun 2002 yang ditetapkan oleh The institute of Internal Auditors mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2002 merupakan revisi dari Standar Profesi Auditor Internal tahun 1999.
TABEL 2
STANDARDS PROFESSIONAL PRACTICE OF INTERNAL AUDITING
ATTRIBUTE STANDARDS 1000 Purpose, Authority &
Responsibility 1100 Independence & Objectivity 1110 1120 1130 Organizational Independence Individual Objectivity
Impairments to Independence or Objectivity
1200 Professional Proficiency & Due Professional Care
1210 1220 1230
Proficiency
Due Professional Care
Continuing Professional Development
1300 Quality Assurance &
Improvement Program 1310 1320 1330 1340
Quality Program Assesments Reporting on the Quality Program
Use of “Conducted in Accordance with the Standards” Disclosure of Non compliance
PERFORMANCE STANDARDS
2000 Managing the Internal
Audit Activity 2010 2020 2030 2040 2050 2060 Planning
Communication & Approval Resource Management Policies & Procedures Coordination
Reporting to the Board & Senior Management
2100 Nature of Works 2110 2120 2130 Risk Management Controls Governance 2200 Engagament Planning 2201 2210 2220 2230 2240 Planning Consideration Engagament Objectives Engagament Scope
Engagament Resources Allocation Engagament Work Program
2300 Performing the
Engagament 2310 2320 2330 2340
Identifying Information Analysis & Evaluation Recording Information Engagement Supervision 2400 Communication Results 2410 2420 2430 2440
Criteria for Communication Quality of Communication
Engagement Disclosure of Noncompliance With the Standards
Disseminating Results
2500 Monitoring Progress 2600 Management’s Acceptance
Tujuan dari standar SPPIA adalah :
• Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan internal audit diterapkan.
• Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit yang lebih luas dengan nilai tambah.
• Menetapkan basis pengukuran pada pelaksanaan internal audit. • Membantu perkembangan organisasi dalam proses dan operasinya.
Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang menjunjung tinggi standar terhadap mutu pekerjaannya. Kepatuhan terhadap SPPIA adalah sangat penting supaya terdapat kesamaan dalam wewenang, fungsi dan tanggungjawab para internal auditor.
Konsorsium Orgainsasi Profesi Audit Internal pada tanggal 12 mei 2004 telah menetapkan Standar Profesi Audit Internal dan wajib diterapkan semua anggota organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2005. Konsorsium merekomendasikan anggota IIA Indonesia Chapter, FK SPI BUMN/BUMD, YPIA, Dewan Sertifikasi QIA dan PAII agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir-butir standar ini kedalam Audit Charter, pedoman, kebijakan serta prosedur audit internal yang ada pada organisasi masing-masing.
D. KODE ETIK
Selain standar, profesi internal auditing juga memiliki kode etik profesi yang harus ditaati dan dijalankan oleh segenap auditor. Kode etik memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik auditor internal. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah menetapkan kode etik bagi para auditor internal yang terdiri dari 10 hal sebagai berikut :
1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektivitas dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menibulkan koflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya secara obyektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertibangan profesionalnya.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesikan dengan menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hokum, (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan semua fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.
10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.
E. RUANG LINGKUP AUDIT.
Ruang lingkup atau cakupan (scope) pekerjaan internal audit adalah seluas fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang finansial dan non finansial.
1. Audit Finansial
Audit finansial merupakan jenis audit yang lebih berorientasi (focus) pada masalah keuangan. Sasaran audit keuangan adalah kewajaran atas laporan keuangan yang telah disajikan manajemen. Pada saat ini orientasi internal auditor tidak pada masalah audit keuangan saja, namun titik berat lebih difokuskan pada audit operasional di perusahaan. Hal tersebut disebabkan audit atas laporan keuangan perusahaan telah dilakukan oleh eksternal auditor pada waktu audit umum (general audit) tahunan. General audit dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) atau Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Audit Operasional
Istilah lain dari Audit Operasional adalah audit manajemen (management
audit) atau audit kinerja (performance auditing).
Sasaran dari audit operasional adalah penilaian masalah efisiensi, efektivitas dan ekonomis (3E). Pada saat ini dan kemudian hari, audit operasional (audit manajemen) semakin penting perannya bagi organisasi usaha. Bagi perusahaan, yang penting dari hasil audit bukan semata-mata masalah kebenaran formal, tetapi manfaatnya untuk meningkatkan kinerja organisasi. Selain internal auditor, audit operasional juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP).
3. Compliance Audit
Audit ketaatan / kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang bertujuan untuk menguji apakah pelaksanaan / kegiatan telah sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku. Paraturan / ketentuan yang dijadikan kriteria dalam compliance audit antara lain :
• Peraturan / Undang-undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau Badan / Lembaga lain yang terkait.
• Kebijakan / Sistem & Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan (Direksi).
Selain internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP). Bagi perusahaan yang telah mendapatkan ISO 19000 dan sejenisnya, compliance audit perlu dilakukan oleh auditor ISO dalam rangka mempertahankan sertifikat ISO yang telah diraih perusahaan tersebut.
4. Fraud Audit
Audit kecurangan (Fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk mengungkap adanya kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merugikan perusahaan / negara dan menguntungkan pribadi maupun kelompok (organisasi) atau pihak ketiga. Istilah lain dari fraud audit adalah audit khusus atau audit investigasi (investigative audit). Dalam fraud audit, internal auditor perlu membuat bagan arus (flow chart) serta modus operandi berupa uraian tentang cara-cara melakukan tindak kejahatan (tindak pidana korupsi). Perkembangan Fraud audit pada saat ini cukup pesat, misalnya untuk mengungkap adanya fraud dibidang keuangan diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik (forensic accounting) dalam kejahatan keuangan di perusahaan, seperti halnya dalam ilmu kedokteran terdapat bedah forensik untuk mengungkap penyebab terjadinya kematian seseorang. Saat ini telah berkembang juga
forensic audit, hal ini terkait dengan upaya pemenuhan bukti audit yang
akan dipakai untuk kepentingan sidang di Pengadilan sehingga bukti audit tersebut dapat berkekuatan hukum.
F. INTERNAL AUDIT VS EKSTERNAL AUDIT
Secara jujur harus diakui bahwa profesi auditor internal jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan profesi eksternal auditor, seperti akuntan publik ataupun auditor pemerintah.
1. Jenis-jenis Auditor Eksternal a. Akuntan Publik
Akuntan publik telah memiliki organisasi profesi yang dikenal sebagai IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sejak tahun 1957. Akuntan Publik dalam melaksanakan tugas profesinya berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) serta Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh IAI. Akuntan Publik biasanya berpraktek melalui Kantor Akuntan Publik (KAP) yang secara organisatoris berada dibawah koordinasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Publik serta pengawasan dari Direktorat Akuntan & Jasa Penilai Departemen Keuangan.
b. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK merupakan eksternal auditor bagi Pemerintah yang dibentuk berdasarkan UUD 45. Berdasarkan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23E pada Sidang Umum MPR tahun 2002, dinyatakan :
1). Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan suatu BPK yang bebas dan mandiri. 2). Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sesuai dengan kewenangannya.
3). Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan / atau badan sesuai dengan undang-undang.
c. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 31 tahun 1983, merupakan internal auditor bagi Pemerintah serta eksternal auditor bagi BUMN/BUMD dan Instansi Pemerintah. Kepres tersebut telah
diperbaharui dengan keluarnya Kepres No. 103 tahun 2001. Berdasarkan ketentuan tersebut tugas BPKP adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi BPKP antara lain :
1). Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
2). Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.
3). Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP. 4). Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap
kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan.
5). Penyelenggaraan, pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persediaan, perlengkapan dan rumah tangga.
d. Perbedaan
Terdapat beberapa perbedaan pokok antara audit internal dan audit eksternal. Apabila diperbandingkan antara profesi audit internal dengan audit eksternal dari berbagai aspek pelayanan menurut Barlow (1995) akan nampak sebagai berikut :
TABEL 3
PERBEDAAN ANTARA INTERNAL AUDIT DAN EKSTERNAL AUDIT
NO. ASPEK INTERNAL AUDIT EKSTERNAL AUDIT
1 Konsumen Manajer (manager) /
Komite Audit (Audit committee)
Pemegang saham (Stock holder)
2 Fokus Risiko usaha (Business Risk) Risiko laporan keuangan (Financial statement risk) 3 Orientasi Saat ini dan yang akan datang
(current & future oriented)
Yang lalu sampai saat ini (Historical to current)
4 Pengendalian Langsung (Direct) Tidak langsung (Indirect)
5 Kecurangan Langsung (Direct) Tidak langsung (Indirect)
6 Kebebasan Obyektivitas (Objectivity) Berdasarkan status
7 Kegiatan Proses yang sedang berjalan
G. SERTIFIKASI INTERNAL AUDITOR 1. Tingkat Nasional
Sertifikasi internal auditor tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Standar Qualified Internal Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi auditor yang telah memiliki persyaratan tertentu. Gelar QIA dapat diperoleh oleh seorang auditor setelah menjalani serangkaian pelatihan / ujian sertifikasi yang dilaksanakan oleh Institut Pendidikan Audit Manajemen / Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang terdiri dari 3 (tiga) jenjang, sebagai berikut :
♦ Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I & II ♦ Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I & II ♦ Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial.
Setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat. Khusus pada Tingkat Manajerial selain auditor harus menempuh ujian komprehensif serta wajib membuat paper (makalah) yang dipresentasikan dihadapan Dewan Penguji dari dewan sertifikasi QIA. Apabila peserta telah berhasil lulus untuk ketiga jenjang yang disyaratkan tersebut, maka yangbersangkutan berhak memperoleh gelar QIA (Qualified Internal Auditor).
Apabila setelah 3 tahun sejak internal auditor tersebut memperoleh gelar QIA, namun belum memenuhi perolehan / kewajiban PPL minimal 180 jam, maka gelar QIA tersebut dapat dicabut kembali oleh Dewan Sertifikasi QIA.
Ketentuan tentang Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) diatur oleh Dewan sertifikasi QIA sebagai berikut :
• Kredit PPL untuk memenuhi kewajiban tersebut dapat diperoleh nelalui 3 (tiga) jalur kegiatan sebagai berikut :
a. Pendidikan / pengajaran : kuliah pada lembaga pendidikan tinggi, peserta seminar / konferensi / pelatihan / workshop, moderator /
pembicara, pengajar pelatihan bidang auditing, kegiatan pembinaan dan pengembangan auditor di kantor sendiri (inhouse).
b. Publikasi : penulisan artikel, makalah / diktat (modul) / buku , penterjemahan buku, editor / penyunting penulisan buku.
c. Praktisi : praktek sebagai auditor dalam 1 (satu) tahun penuh sesuai jam penugasan (maksimum kredit 30 jam per tahun).
• Kredit PPL tersebut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi pada organisasi profesi, partisipasi dalam riset serta kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh YPIA, Perguruan Tinggi ataupun lembaga-lembaga lain yang diakui mutunya oleh Dewan sertifikasi QIA.
• Kredit PPL diberikan pada kegiatan yang berkaitan dengan bidang audit, manajemen, bisnis, keuangan dan sejenisnya.
• Setiap pemegang QIA diwajibkan melaporkan pengumpulan kredit PPL-nya kepada Dewan Sertifikasi QIA pada setiap akhir tahun.
• Dewan Sertifikasi QIA secara periodik mengadakan rapat untuk menilai kredit PPL yang diperoleh masing-masing QIA.
2. Tingkat internasional
Sertifikat yang dapat diperoleh oleh para internal auditor pada tingkat internasional antara lain sebagai berikut :
a. Certified Internal Auditor (CIA)
CIA merupakan gelar profesi internal auditor yang dikeluarkan oleh Institute of Internal Auditors. Seorang internal auditor yang telah lulus ujian sertifikasi CIA berhak memperoleh gelar CIA.
b. Certified Information System Auditor (CISA)
Gelar tersebut diberikan kepada auditor yang mengkhususkan pada bidang audit Sistem Informasi / EDP audit yang telah lulus dalam ujian sertifikasi.
c. Certified Fraud Examiner (CFE)
Gelar CFE diberikan kepada auditor yang telah lulus sertifikasi dibidang fraud audit dan telah lulus ujian sertifikasi.
d. Certified Bank Auditor (CBA)
Gelar CBA diberikan kepada auditor yang mengkhususkan di bidang audit perbankan dan telah lulus ujian sertifikasi.
H. ORGANISASI PROFESI. 1. Tingkat Nasional
a. Forum Komunikasi SPI
Organisasi profesi auditor internal dilingkungan BUMN / BUMD ini baru muncul pada tahun 1985 dengan dibentuknya FKSPI (Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern) BUMN / BUMD . Angota dari FKSPI BUMN/BUMD adalah para internal auditor yang bekerja di Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN maupun BUMD. Saat ini organisasi tersebut berubah menjadi Forum Komunikasi Satuan pengawasan Intern (FK SPI) karena anggotanya bukan hanya internal auditor yang bekerja di BUMN/BUMD, namun termasuk internal auditor yang bekerja di perusahaan swasta dan perusahaan multi nasional / perusahaan asing.
b. Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)
PAII (Perhimpunan Internal Auditor Indonesia) baru dibentuk pada tahun 1999. Pembentukan wadah ini untuk menampung / mengorganisasikan para pemegang gelar QIA yang berasal dari berbagai perusahaan.
2. Tingkat internasional
Organisasi profesi internal auditor tingkat internasional adalah Institute of Internal Auditors (IIA). Anggota IIA tersebar di beberapa negara dan masing-masing negara dibentuk IIA Chapter. Indonesia juga memiliki IIA Chapter yaitu IIA Indonesian Chapter. IIA secara periodik mengadakan pertemuan / kongres / konferensi tingkat dunia yang tempatnya di suatu negara secara bergantian. Pada waktu kongres / konferensi tersebut dapat berkumpul lebih dari 1000 anggota IIA di seluruh dunia dan biasanya sekaligus diadakan seminar ilmiah yang membahas tentang perkembangan profesi internal audit serta current issues seputar internal audit.
I. PERAN INTERNAL AUDITOR DI ERA GLOBAL
Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi internal audit untuk lebih responsif terhadap kebutuhan manajemen dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif di pasar bisnis. Di era globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan yang lebih berat terutama adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi informasi serta lingkungan yang turbulensi.
Menurut Hery (2004), berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan terhadap fungsi internal audit. Auditee sering kali merasa bahwa keberadaan Divisi Internal Audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibandingkan benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekspresi tertinggi dalam peran pengawas internal). Seringkali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan bagi auditee, bahkan terkesan formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi auditee nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal tersebut.
Terdapat 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh Internal Auditor agar dapat berperan dalam peningkatan kinerja perusahaan, yaitu :
1. Value Added Internal Auditing
Pada awal abad 21, perkembangan profesi internal auditing sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peran internal auditor dalam assurance
& consulting activity. Salah satu hal yang cukup penting yang terkait
dengan peran tersebut adalah adanya control self assesment (CSA). Selain itu saat ini internal auditor telah melakukan pendekatan audit secara sistematis & multi disiplin (systematic & multydiciplined approach) serta melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control &
governance processes. Adanya peran tersebut diatas, maka keberadaan
internal auditor dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi organisasi (perusahaan). Value added auditing adalah suatu audit dalam rangka meningkatkan profitabilitas serta kepuasan pelanggan (customer
Internal auditor perlu membangun & menjaga hubungan baik (relationship) dengan pihak auditee melalui monitoring tindak lanjut serta menerima umpan balik (feedback) yang dilakukan oleh auditee. Ruang lingkup dari value added internal auditing meliputi :
1. Audit sistem informasi (Information System Audit). 2. Audit kepatuhan (Compliance audit).
3. Audit laporan keuangan & pengendalian (Financial reporting & control audit).
4. Audit program & kinerja (Program & performance audit).
Agar internal auditor dapat berfungsi sebagai auditor yang bernilai tambah, maka para internal auditor hendaknya dapat melakukan assesment atas :
1. Operational & quality efectiveness. 2. Business risk.
3. Business & process control. 4. Process & business efficiencies. 5. Cost reduction opportunities. 6. Waste elimination opportunities. 7. Corporate governance efectiveness.
Tujuan dari value added audit adalah agar internal auditor dapat : a. Memberikan analisis operasional secara obyektif & independen. b. Menguji berbagai fungsi, proses dan aktivitas suatu organisasi serta
external value chain.
c. Membantu organisasi dalam merancang strategi bisnis yang obyektif. d. Melakukan assesment secara sistematis dengan pendekatan
multidisiplin.
e. Melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control & governance processes.
2. Risk Based Internal Auditing
Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit
approach) yang dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap
audit plan.Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu internal auditor untuk menyusun risk audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal auditor apabila
menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor akan lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen / Bagian Internal Audit.
Terdapat tiga aspek dalam Risk Based Auditing, yaitu penggunaan faktor risiko (risk factor) dalam audit planning, identifikasi independent risk &
assesment dan partisipasi dalm inisiatif risk management & processes.
Cakupan dari risk based internal audit termasuk dilakukannya identifikasi atas inherent business risks dan control risk yang potensial. Departemen Internal Audit dapat melakukan review secara periodik tiap tahun atas risk based internal audit dikaitkan dengan audit plan. Manajemen puncak (Board of Director) dan Komite Audit dapat melakukan assessment atas kinerja (performance) dari risk based internal audit untuk mengetahui realibilitas, keakuratan dan obyektivitasnya. Profil risiko (Risk profile) atas risk based internal audit didokumentasikan dalam audit plan yang dibuat oleh Departemen Internal Audit. Risk profile tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi apakah metodologi risk assesment telah rasional. Manfaat diterapkannya pendekatan risk based internal audit antara lain dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas internal auditor dalam melakukan audit, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal audit. Penjelasan lebih lanjut tentang Risk Based Internal Auditing, dapat dibaca artikel penulis pada Media Akuntansi, Edisi April 2003.
J. INTERNAL AUDIT DI PERGURUAN TINGGI
Mulai era tahun 1990-an di beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia sudah mulai dimasukkan mata kuliah internal auditing pada kurikulum pendidikan S1 Akuntansi, misalnya Universitas Pajajaran Bandung, Universitas Indonesia Jakarta. Selain itu di beberapa perguruan tinggi lain, misalnya UGM Yogyakarta, Universitas Airlangga Surabaya juga sudah memasukkan mata kuliah internal auditing, meskipun masih berupa mata kuliah pilihan.
Baru pada awal abad 21 sebagian besar perguruan tinggi baik negeri maupun swasta telah memasukkan pemeriksaan intern (internal auditing) sebagai mata kuliah wajib pada program studi S1 Jurusan Akuntansi. Pengajaran materi tentang internal auditing menjadi penting, karena pengetahuan mengenai ilmu internal auditing perlu diketahui oleh para mahasiswa secara dini, sehingga pada saat lulus dan bekerja di perusahaan sudah memahami profesi internal audit). Pada saat ini hampir seluruh perusahaan baik swasta, asing maupun BUMN/BUMD memerlukan tenaga internal auditor dalam rangka membantu kerja Top Management dalam bidang pengendalian / pengawasan perusahaan, sehingga kebutuhan tenaga auditor dapat dipastikan cukup besar. Selain itu instansi Pemerintah juga memerlukan tenaga internal auditor, misalnya di Badan pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen atau Unit Pengawasan Lembaga / Badan Pemerintah serta Badan Pengawasan Daerah (Bawasda). Oleh karena itu diharapkan perguruan tinggi dapat mempersiapkan lulusannya siap pakai atau terdapat link & match antara dunia usaha / Pemerintahan dengan kalangan perguruan tinggi.
K. KESIMPULAN & SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa profesi internal audit abad 21 di Indonesia sudah cukup pesat, antara lain ditunjukkan dengan : 1. Terbentuknya beberapa organisasi profesi yang menghimpun para
internal auditor, yaitu Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) serta Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesian Chapter.
2. Para internal auditor pada saat ini sedang berupaya untuk menuju paradigma baru serta bernilai tambah (value added) bagi peningkatan kinerja perusahaan.
3. Respon dari kalangan perguruan tinggi terhadap perkembangan internal audit juga cukup baik, internal auditing saat ini sudah menjadi mata kuliah wajib pada kurikulum Program S1 Akuntansi.
2. Saran
1. Organisasi profesi internal auditor (FK SPI, PAII dan IIA Indonesia Chapter) agar secara rutin melakukan kegiatan Lokakarya / Seminar untuk selalu meningkatkan profesionalisme para anggotanya.
2. Mengingat abad 21 merupakan era globalisasi , maka diharapkan para internal auditor agar selalu meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme melalui pendidikan profesi berkelanjutan (PPL).
3. Kalangan Perguruan Tinggi agar selalu melakukan updating atas Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah Internal Auditing disesuaikan dengan perkembangan praktik di perusahaan / pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M. Arief, ”Komunikasi Komite Audit : Antara Harapan dan
Kenyataan”, Majalah Media Akuntansi, Jakarta, Edisi Juli – Agustus
2002.
_______________ , “Paradigma Baru Internal Auditor”, Majalah Auditor, Jakarta, Edisi No. 5, 2002.
_______________ , “Risk Based Internal Auditing”, Majalah Media Akuntansi, Jakarta, Edisi April 2003.
________________ , “Value Added Internal Auditing”, Majalah Auditor, Jakarta, Edisi No. 8, 2003.
Hery, “Menuju Reposisi Peran Internal Audit dala Era Globalisasi”, Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi (LPFE) Universitas Trisakti, Jakarta, Volume 4, No. 3, Desember 2004,
Hoesodo, Soekardi, Peran Internal Auditor Abad 21, Materi Training Internal Audit Tingkat Manajerial, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Jakarta, 1999.
Konsorsium Organisasi Audit Internal,”Standar Profesi Audit Internal”, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Jakarta, 2004.
Sawyer, Lawrence B., “Sawyer’s Internal Auditing : The Practice of Modern
Internal Auditing”, The Institute of Internal Auditors, 2003.
The Institute Internal Auditors, The Standards For The Professional Practice