• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITY BRANDING TERHADAP CITY IMAGE DAN KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KOTA WISATA BATU (Survei pada Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Wisata Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CITY BRANDING TERHADAP CITY IMAGE DAN KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KOTA WISATA BATU (Survei pada Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Wisata Batu)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

82

PENGARUH CITY BRANDING TERHADAP CITY IMAGE DAN KEPUTUSAN

BERKUNJUNG KE KOTA WISATA BATU

(Survei pada Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Wisata Batu)

Amellia Fatimatus Saputri Achmad Fauzi

Ari Irawan

Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya

Malang

Email: amelliafatimatus@gmail.com ABSTRACT

This research aimed to determine the effect of city branding toward city image, determine to effect of city branding toward visiting decision, determine to effect of city image toward tourits’ visiting decision who were visiting Kota Wisata Batu. This study uses explanatory research by using purposive sampling method for sampling technique. Data collecting technique were conducted by using questionnaires that were distributed to 100 respondents, they are visitors who were visiting KWB, such as tourism places and restaurants that take place in KWB. In this research, path analysis is used for data analyze technique. The result of this research shows that City Branding variable (X) significantly affects toward City Image (Y1)

with Beta coefficient value is 0,762 and probability rate is 0,000 (0,000 < α = 0,05). City Branding variable (X) significantly affects toward Visiting Decision (Y2) with Beta coefficient value is 0,522 and probability

rate is 0,000 (0,000 < α = 0,05). City Image variable (Y1) has the influence but insignificantly toward

Visiting Decision (Y2) with Beta coefficient value 0,122 and probability rate is 0,326 (0,326 > α = 0,05).

Therefore, for the next researchs are recommended to do research with different variable to Kota Wisata Batu

Keywords : City Branding, City Image and Visiting Decision

АBSTRАK

Tujuan dari penelitian in adalah: Menjelaskan pengaruh City Branding terhadap City Image, Menjelaskan pengaruh City Branding terhadap Keputusan Berkunjung, Menjelaskan pengaruh City Image terhadap Keputusan Berkunjung pada wisatawan yang sedang berkunjung ke Kota Wisata Batu. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada wisatawan yang sedang berkunjung ke Kota Wisata Batu diantaranya tempat-tempat wisata dan rumah makan yang ada di Kota Wisata Batu sebanyak 100 responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam peneltitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel City Branding (X) berpengaruh signifikan terhadap City Image (Y1) dengan nilai koefisien beta sebesar 0,762 dan tingkat probabilitas sebesar 0,000 (0,000 < α = 0,05). Variabel City Branding(X) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung (Y2) dengan nilai koefisien beta sebesar 0,522 dan tingkat probabilitas sebesar 0,000 (0,000 < α = 0,05). Variabel City Image (Y1) berpengaruh tetapi tidak signifikan dengan variabel Keputusan Berkunjung (Y2) dengan nilai koefisien beta sebesar 0,122 dan tingkat probabilitas 0,326 (0,326 > α = 0,05). Dengan demikian, untuk peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda pada Kota Wisata Batu

(2)

PЕNDAHULUAN

Merujuk data World Travel and Tourism Council (WTTC) tahun 2016, sektor pariwisata Indonesia memberikan kontribusi 10 persen dari total PDB, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Pertumbuhan PDB pariwisata sebesar 4,8 persen dan memiliki potensi untuk mencapai 7 persen. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan industri pertanian, otomotif, manufaktur, dan pertambangan. Target untuk tahun 2019 sektor pariwisata menyumbang 15 persen pendapatan domestik bruto (PDB), setara senilai 20 miliar dollar AS (kompas.com).

Indonesia sendiri mempunyai berbagai potensi pariwisata yang unik dan dapat ditonjolkan, mulai dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai keindahan dan keunikan yang dimiliki masing – masing daerah. Daerah – daerah di Indonesia berusaha menonjolkan dan mengelola sendiri potensi wisatanya agar dapat meningkatkan perekonomian daerah masing-masing. Berbanding lurus dengan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mengemukakan bahwa “Otonom daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata di Asia termasuk Indonesia, persaingan antar kota maupun antar negara di seluruh dunia dalam memperkenalkan potensi wisatanya dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi yang dimiliki dalam mengenalkan potensi wisata adalah dengan membuat branding kota yang kemudian disebut dengan city branding.

Menurut Prasetyo (2012:72) city branding adalah proses atau usaha membentuk merek dari suatu kota untuk mempermudah pemilik kota memperkenalkan kotanya kepada target pasar dengan menggunakan kalimat positioning, slogan, icon, eksibisi dan berbagai media lainnya. Beberapa kota di Indonesia mulai mengadopsi strategi city branding untuk mempromosikan potensi wisatanya. Kota – kota di Indonesia yang menerapkan city branding diantarannya Yogyakarta adalah salah satu pelopor kota yang melaksanakan city branding dengan slogan “Never Ending Asia”, Solo dengan “Spirit of Java”, Jakarta dengan “Enjoy Jakarta”, dan Banyuwangi dengan “The Sunrise of Java”. Strategi city pbranding yang telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia bertujuan untuk

memperkenalkan sekaligus untuk menonjolkan ciri khas suatu daerah melalui slogan mau pun tagline yang berbeda dengan kota-kota lainnya sehingga memunculkan image dari kota tersebut.

Gilboa et al (2015) menyatakan bahwa langkah pertama dalam menuju city branding untuk menarik wisatawan dan penduduk adalah penentuan citra kota. Citra positif maupun citra negatif yang dimiliki suatu kota akan berpengaruh terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke kota tersebut, sehingga citra kota dirasa sangat berpengaruh terhadap daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Blan & Ritchie (2005) and Govers & Go (2009) dalam Hurriyati (2015) menyatakan bahwa city branding juga berfungsi untuk mengkonsolidasikan dan memperkuat memori yang menyenangkan dari pengalaman wisata, guna menciptakan sebuah citra yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen terhadap kunjungan ke suatu wisata.

Bercermin dari kesuksesan beberapa kota di Indonesia yang sudah melakukan city branding, Kota Batu pun mulai mengikuti jejak kota- kota tersebut dengan slogan “Shining Batu”. Kota Batu merupakan salah satu kota yang memiliki potensi wisata yang sebenarnya sudah cukup banyak menarik wisatawan datang ke Kota Wisata Batu dan menunjang city branding itu sendiri. Beberapa tempat wisata yang dimiliki Kota Wisata Batu diantaranya wisata yang menyuguhkan keindahan alam seperti Paralayang, Selecta dan beberapa air terjun di daerah Kota Batu, wisata budaya yang seringkali diadakan di depan Alun – Alun Kota Batu, serta wisata kuliner yang saat ini lagi booming di Kota Wisata Batu serta tidak ketinggalan icon Kota Wisata Batu yang berada di Alun-Alun Kota Wisata Batu. Letak wisata yang berdekatan ditunjang dengan fasilitas publik dan akomodasi menuju tempat-tempat wisata yang memadai, menjadi point penting yang menarik bagi kesinambungan city branding yang akan membentuk city image positif sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan terutama wisatawan luar daerah atau mancanegara.

Sinal Abidin (Kepala Disparta Kota Batu) menyatakan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota dingin terus mengalami kenaikan setiap tahunya, tahun 2015 kunjungan wisata mencapai 3,9 juta orang dan tahun 2016 naik menjadi 4,2 juta orang. Tahun 2017 ditargetkan naik 10 persen dari tahun sebelumnya. Demi menunjang kunjungan wisata, Disparta gencar melakukan sosialisasi dan investasi

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

84 potensi wisata budaya di 24 desa/kelurahan

dengan membuat beberapa pertunjukan seni dan budaya untuk wisatawan di gedung seni Kota Batu (radarmalang.jawapost.com).

Meningkatnya jumlah wisatawan setiap tahunnya, didukung dengan promosi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota hal tersebut merupakan peluang besar dalam mensukseskan strategi city branding Kota Wisata Batu. Pemerintah Kota Batu berusaha keras untuk mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun macanegara dengan mengadakan promo wisata di Malaysia pada Bulan Maret, dan mengikuti pameran bertajuk Road Show Pariwisata di Lombok pada Bulan Mei (radarmalang.jawapos.com). Branding “Shining Batu” dan kegiatan promosi yang gencar dilakukan oleh Pemerintah Kota Batu diharapkan mampu membagun city image yang positif bagi Kota Batu melalui peningkatan promosi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Dinas Pariwisata Kota Batu memaparkan bahwa kegiatan promosi akan terus ditingkatkan guna mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, karena semua daerah gencar dalam melakukan promosi wisata.

Penelitian terdahulu yang meneliti dengan konsep yang sama dengan tempat yang berbeda dari Jannah 2014 dengan judul “Pengaruh City Branding dan City Image terhadap Keputusan Berkunjung Wisata ke Banyuwangi”. Penelitian ini juga memiliki beberapa teori yang sama yaitu teori dalam menentukan indikator city branding serta keputusan berkunjung. Hasil dari penelitian Jannah 2014 yaitu variabel City Branding berpengaruh signifikan terhadap variabel City Image, variabel City Branding berpengauh signifikan terhadap variabel Keputusan Berkunjung serta variabel City Image berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap variabel Kepuusan Berkunjung.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Wandari 2014 yang berjudul Pengaruh City Branding “Shining Batu” terhadap City Image dan Keputusan Berkunjung Wisata ke Kota Batu Tahun 2014. Penelitian ini mereplikasi konsep penelitian, tempat penelitian yang berada di Kota Wisata Batu, teori dalam menentukan indikator city branding yang diambil dari Anholt, serta populasi pada penelitian ini yaitu wisatawan yang berkunjung ke Kota Wisata Batu. Ada pun hasil dari penelitian Wandari tahun 2014 adalah variabel City Branding berpengaruh signifikan dengan variabel City Image, variabel City

Branding berpengaruh signifikan terhadap variabel Keputusan Berkunjung serta variabel City Image tidak berpengaruh signfikan terhadap variabel Keputusan Berkunjung.

Branding “Shining Batu” yang

diluncurkan pada tahun 2013 dan diteliti oleh Wandari pada tahun 2014 membuat peneliti tertarik untuk meneliti ulang guna mengetahui apakah variabel City Branding ”Shining Batu” yang sudah lama diluncurkan memiliki pengaruh terhadap variabel City Image dan variabel Keputusan Berkunjung. Didukung dengan objek wisata Kota Wisata Batu yang terus bertambah, diiringi dengan fenomena media sosial beberapa tahun terakhir di alami masyarakat membuat Kota Wisata Batu lebih banyak dikenal masyarakat luas. Hal tersebut membuat kunjungan wisatawan ke Kota Wisata Batu terus mengalami peningkatan setiap tahunya. Tahun 2017 Kota Wisata Batu mendapat penghargaan Anugrah Pangripta Nusantara 2017 dengan kategori Kota dengan Perencanaan Terbaik. Hal tersebut membuktikan bahwa Kota Wisata Batu mengalami peningkatan baik dari kota itu sendiri maupun kunjungan wisatanya yang dapat mempengaruhi branding yang akan membentuk image Kota Wisata Batu dan berdampak pada kunjungan wisata ke Kota Wisata Batu.

KAJIAN PUSTAKA

City Branding

Menurut Prasetyo (2012:72) city branding adalah proses atau usaha membentuk brand dari suatu kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut memperkenalkan kotanya kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan menggunakan kalimat positioning, slogan, icon, eksibisi dan berbagai media lainnya. Kertajaya dalam Prasetyo (2012:74) yang menjadi target pasar suatu daerah terdiri dari tiga kelompok, pertama penduduk dan masyarakat daerah tersebut. Kedua Trader, Tourist, dan Investor (TTI) baik dari dalam dan luar negeri, dan ketiga adalah Talent (SDM yang berkualitas) Developer (pengembang), dan Organizer (event organizer) TDO dan seluruh pihak yang berkontribusi dalam membangun keunggulan bersaing daerah.

Menurut Anholt dalam Vary (2011) city branding hexagon terdiri dari enam elemen, yaitu: Presence, Potential, Place, Pulse, People, Prerequisite.

(4)

H2 H1 H3 City Branding (X) City Image (Y1) Keputusan Berkunjung (Y2) City Image

Citra merek atau citra kota adalah citra yang terbentuk di benak masyarakat karena ciri khas yang dimiliki kota tersebut. Citra kota juga dapat diartikan sebagai brand image, citra merek merupakan suatu persepsi dan kepercayaan pelanggan yang direfleksikan kedalam asosiasi yang terdapat dalam ingatan konsumen menurut Kotler dan Keller (2006:268). Kotler dalam Yananda dan Salamah (2014: 37) membagi citra tempat (place image) berdasarkan situasi, yaitu citra positif, citra yang lemah, citra negatif, citra campuran, citra kontradiksi, dan citra dengan daya tarik (atraksi) yang berlebihan. Berbeda dengan Kotler, Kenneth Boulding dalam Yananda dan Salamah (2014: 38-39) mengemukakan bahwa citra tempat adalah sekumpulan karakteristik tempat yang inheran dengan prespektif manusianya.

Image yang dimiliki oleh Kota Wisata Batu tercermin dalam slogan “Shining Batu” adalah sebagai kota pariwisata, pertanian serta pendidikan. Boulding dalam Yananda dan Salamah (2014:39) membagi citra tempat berdasarkan empat komponen, yaitu:

a. Kongnitif (apa yang diketahui seseorang tentang suatu tempat).

b. Afektif (bagaimana perasaan seseorang terkait tempat tertentu)

c. Evaluatif (bagaimana evaluasi seseorang terhadap suatu tempat atau tempat tinggalnya).

d. Behavioral (apakah seseorang

mempertimbangkan untuk

berimigrasi/bekerja/berkunjung/berinvesta si pada tempat tertentu).

Keputusan Berkunjung

Keputusan berkunjung adalah keputusan yang diambil seseorang sebelum berkunjungi ke suatu tempat atau wilayah dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Konsep keputusan berkunjung diambil dari konsep keputusan pembelian terhadap suatu produk, sehingga dalam beberapa katagori keputusan pembelian diaplikasikan ke dalam model keputusan berkunjung.

Menurut Kotler (2009:184) Perusahaan yang cerdas berusaha memahami proses keputusan pembelian secara penuh - semua pengalaman mereka dalam pembelajaran, memilih, menggunakan dan bahkan menyingkirkan produk. Kotler (1993:244) menyatakan perusahaan harus bertindak lebih jauh

daripada sekedar mengetahui berbagai pengaruh yang akan mempengaruhi pembelian dan mengembangkan suatu pemahaman mengenai bagaimana konsumen sebenarnya melalukan keputusan pembelian. Perusahaan haruslah mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan membeli, jenis-jenis keputusan yang terlibat dan langkah dalam proses pembelian. Terdapat lima peran yang berbeda yang mungkin terjadi dalam suatu keputusan pembelian:

Hipotеsis

Gambar 1. Modеl Hipotеsis

H1: Variabel City Branding berpengaruh signifikan terhadap City Image.

H2: Variabel City Branding berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung H3: Variabel City Image berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung.

MЕTODE PЕNЕLITIAN

Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan di beberapa tempat wisata yang ada di Kota Wisata Batu seperti Selecta, BNS, JATIMPARK1, Musium Angkut, Alun-Alun Kota Wisata Batu, Paralayang, Coban Rais. Beberapa tempat makan seperti Warung Wareg, Warung Sate Kelinci serta Café Ria Djenaka. Didapat sampеl 100 orang rеspondеn dеngan pеngumpulan data mеnggunakan kuеsionеr yang dianalisis mеnggunakan analisis jalur.

HASIL DAN PЕMBAHASAN

1. Rekapitulasi Pengaruh Langsung, Tidak langsung, dan Pengaruh Total

Total Efffect = PY2X1 + (PY1X1 × PY2X1) = 0,522 + 0,092

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

86

Tabеl 1. Rekapitulasi Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Pengaruh Total

Hub Variab el Pengaru h Langsun g Pengaru h Tidak Langsun g Total Pengaruh Ket X-Y1 0,762 - 0,762 Sig X-Y2 0,522 - 0,522 Sig Y1-Y2 0,122 - 0,122 Tida k Sig X-Y1 -Y2 - 0,762 X 0,122 0,092 0,522+0,09 2 0,614 Sumbеr : Data Primеr diolah, 2017

Pengaruh total memperoleh hasil sebesar 0,614. Hal tersebut menunjukan bahwa pengaruh total variabel City Branding terhadap Keputusan Berkunjung melalui City Image adalah sebesar 0,614. R2 = 1 – (1 – R21) (1 – R21) = 1 – (1 – 0,581) (1 – 0,384) = 1 – (0,419) (0,616) = 1 – 0,258 = 0,742 atau 74,2%

Hasil perhitungan ketepatan model sebesar 74,2%, hal ini menunjukan bahwa kontribusi model untuk menjelaskan hubungan struktural dari ketiga variabel yang diteliti sebesar 74,2% sisanya sebesar 25,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.

Berdasarkan hasil dari analisis deskriptif menunjukan bahwa dari 100 orang responden pada penelitian ini, mayoritas berusia 18-≤ 23 tahun dan terdapat 58% berjenis kelamin perempuan dan 42% berjenis laki-laki. Responden terbanyak berasal dari Kota Malang degan pendidikan terakhir S1 yang sebagian besar masih berstatus sebagai mahasiswa. Pendapatan atau uang saku per bulan yang dimiliki oleh responden terbanyak dalam penelitian ini berkisar <Rp 1.000.000.

2. Mapping City Branding Hexagon Kota Batu

Respoden kebanyakan berpedapat bahwa Kota Wisata Batu sebagai tempat tujuan wisata dilihat dari mean item sebesar 4,22. Saat ini Kota Wisata Batu terus menggali potensi wisata yang

ada di Kota Wisata Batu. Objek wisata yang semakin banyak menjadikan Kota Wisata Batu sebagai tempat yang cocok untuk membangun bisnis dilihat pada mean item 4,09. Mayoritas responden yang berdomisili di Kota Malang yang memiliki iklim tidak jauh berbeda dengan iklim yang dimiliki Kota Wisata Batu, membuat wisatawan merasa betah berkunjung ke Kota Wisata Batu dan merasakan Kota Wisata Batu sebagai kota yang menyenangkan. Penduduk Kota Wisata Batu yang ramah serta fasilitas umum yang dimiliki Kota Wisata Batu mempunyai standar yang baik menjadikan salah satu alasan wisatawan untuk mengunjungi Kota Wisata Batu.

Gambar 2 Mapping City Branding Hexagon Kota Wisata Batu

Dari data yang disajikan, mean indikator tertinggi dimiliki oleh presence dan pulse sebesar 4,12. Kota Wisata Batu sudah lama menjadi kota tujuan wisata, tidak hanya berwisata, wisatawan yang berkunjung mendapatkan ilmu pengetahuan baru seperti pengetahuan tentang sejarah, bercocok tanam serta ilmu pengetahuan alam. Hal tersebut adalah beberapa fasilitas yang dimiliki objek wisata yang ada di Kota Wisata Batu. Selain itu, wisatawan merasa senang berada di Kota Wisata Batu karena banyak hal menarik yang bisa didapatkan melalui event budaya yang sering diadakan di Kota Wisata Batu.

Hasil penelitian mengenai pengaruh City Branding terhadap City Image dan Keputusan Berkunjung memiliki tiga hasil hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: City Branding berpengaruh signifikan terhadap City Image, City Branding berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung dan City Image berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap

4,12 4,07 3,77 4,12 3,74 3,68 0 1 2 3 4 5 Presence Place Potential Pulse People Prerequisit es

City Branding Hexagon Kota Wisata

Batu

(6)

Keputusan Berkunjung. Berikut hasil uji dari ketiga pengujian tersebut:

a) Pengaruh City Branding terhadap City

Image

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel City Branding (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel City Image (Y1). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa City Branding yang dilakukan oleh Kota Wisata Batu dapat mempengaruhi City Image yang positif dimata wisatawan sejalan dengan pemikiran Yananda dan Salamah (2014:40) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan, manajemen citra kota atau lokasi dikelola dengan perangkat pemasaran, perangkat branding belakangan dimanfaatkan terhadap citra kota sebagai upaya terintegrasi untuk mengelola citra yang dimiliki. Caranya adalah dengan mengoptimalkan identitas yang dimiliki kota demi meningkatkan daya saing yang dimiliki kota tersebut. Menurut Asworth & Kavaratzis (2007) dalam Yananda dan Salamah (2014: 55) memaparkan bahwa penerapan strategi branding pada kota berawal dari asumsi bahwa individu memahami kota sebagaimana ia memahami brand. Di benak individu lah kota menemukan bentuknya dalam presepsi dan citra tentang kota tersebut.

Image suatu kota akan terbentuk dengan baik apabila semua unsur dalam City Branding mampu dikombinasikan dengan baik. City Image Kota Wisata Batu akan terbentuk dengan adanya City Branding yang terdiri dari kehadiran (presence) dimana Kota Wisata Batu merupakan kota tujuan pariwisata yang memberikan ilmu pengetahuan baru, dalam hal potensi (potential), Kota Wisata Batu memiliki potensi untuk membangun bisnis serta mendapatkan pendidikan. Dalam hal tempat (place), Kota Wisata Batu memiliki tata ruang yang menarik serta kondisi iklim yang baik, semangat (pulse) dalam hal ini Kota Wisata Batu menyenangkan bagi wisatawan dikarenakan sering mengadakan event sehingga wisatawan mendapatkan hal-hal yang menarik di Kota Wisata Batu. Dalam Hal orang (people), Kota Wisata Batu memiliki penduduk yang ramah sehingga wisatawan merasa aman berada di Kota Wisata Batu dan dalam hal prasyarat (prerequisite) di Kota Wisata Batu memiliki fasilitas umum (rumah sakit, transporasi, sekolah) yang mudah dijangkau serta mempunyai standar yang baik. Kombinasi dari unsur-unsur City Branding tersebut memunculkan dalam benak wisatawan Kota Wisata Batu sebagai kota tujuan

pariwisata. Untuk memperkuat dan mempertegas Kota Wisata Batu sebagai tujuan pariwisata, pemerintah sering mengadakan event serta promosi guna menarik dan dikenal para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Wisata Batu.

Hasil ini memperkaya dengan penelitian dari Sulistyaningtyas (2016) berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. variabel City Branding terhadap variabel City Image mempunyai hasil signifikan dan hipotesis ini diterima. Menurut hasil penelitian terdahulu Jannah (2014) menyatakan bahwa variabel City Branding “ The Sunrise of Java” memiliki pengaruh terhadap City Image Banyuwangi. Persamaan dengan penelitian Jannah dan Sulistyaningtyas variabel City Branding memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel City Image tetapi hal tersebut memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian Jannah, di mana dalam penelitiannya responden secara demografis lebih mendominasi adalah penduduk asli kota Banyuwangi. Sedangkan penelitian ini responden secara demografis berasal dari domisili yang beragam sehingga City Branding yang dilakukan Kota Wisata Batu mampu menciptakan image positif bagi kota tersebut di benak wisatawan melalui ilmu pengetahuan yang didapat wisatawan, kontribusi kota di bidang bisnis, tata ruang kota yang menarik, hal-hal menarik yang didapat wisatawan melalui event yang diadakan Kota Wisata Batu, penduduk kota Wisata Batu yang ramah serta fasilitas umum yang mudah dijangkau.

b) Pengaruh City Branding terhadap Keputusan Berkunjung

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel City Branding (X) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung (Y2). Hasil pengujian tersebut mengartikan bahwa City Branding yang semakin baik akan meningkatkan keputusan berkunjung. Dalam Keputusan Berkunjung terdapat destinasi wisata dan suasana Kota menjadi pertimbangan, di sisi lain terdapat aspek yang mendorong untuk mengujungi suatu tempat yang termasuk dalam indikator City Branding yaitu pemerintah maupun pihak terkait menyediakan tempat yang layak untuk dikunjungi, memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Kota Wisata Batu baik potensi wisata, ilmu pengetahuan, maupun budaya, sikap penduduk lokal yang ramah, adanya standar fasilitas publik yang memadai merupakan salah satu hal menarik

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

88 bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Wisata

Batu.

Hasil penelitian ini mendukung dari teori menurut Anholt dalam jurnal “Editorial Some Important Distinctions in Place Branding”(2005) memaparkan bahwa negara, kota, dan daerah yang dapat dipromosikan, negara, kota, dan daerah pasti memiliki brand dan brand tersebut akan mempengaruhi pandangan, keputusan, dan sikap rekan, musuh, dan sekutu, pengunjung, investor, dan pelanggan. Anholt (2008) menyatakan bahwa seseorang yang tinggal di suatu kota khusus atau memiliki alasan untuk mengetahui banyak hal, misalnya memikirkan sedikit kualitas atau atribut, janji, beberapa cerita dari kota tersebut. Simple, brand memiliki dampak yang besar pada keputusan seseorang untuk mengunjungi kota, membeli produk atau menggunakan jasa, melakukan bisnis di sana atau bahkan merelokasinya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Malik (2016) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel City Branding terhadap Keputusan Berkunjung. Wandari (2014) juga menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh City Branding “Shining Batu” terhadap City Image dan Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Kota Batu Tahun 2014” bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel city branding dan keputusan berkunjung. Penelitian ini memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian Wandari di mana responden yang diteliti sebanyak 102 orang responden dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling sedangkan dalam penelitian ini responden yang diteliti sebanyak 100 orang responden dengan teknik pengumpulan data mengunakan teknik kuota.

c) Pengaruh City Image terhadap Keputusan Berkunjung

Penelitian ini mereplikasi hasil penelitian Wandari (2014) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara variabel City Image terhadap variabel keputusan berkunjung namun tidak signifikan. Hasil penelitian Wandari yang berjudul “Pengaruh City Branding “Shining Batu” terhadap City Image dan Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Kota Batu Tahun 2014” bahwa hal ini terjadi dikarenakan branding “Shining Batu” baru saja dilaunching pada bulan Mei 2013 sehingga masyarakat luas belum memahami makna dari branding tersebut. Sehingga peneliti tertarik

untuk meneliti kembali mengenai pengaruh Branding Kota Wisata Batu “Shining Batu” yang sudah lama diluncurkan memiliki pengaruh terhadap image dan Keputusan Berkunjung wisatawan ke Kota Wisata Batu. Didukung dengan data wisatawan yang berkunjung ke Kota Wisasta Batu setiap tahunnya mengalami peningkatan serta objek wisata yang terus bertambah dan penghargaan yang didapat oleh Kota Wisata Batu tahun 2017 yaitu Anungrah Pangripta Nusantara 2017 dengan kategori kota dengan perencanaan terbaik mejadi salah satu alasan peneliti mereplikasi hasil penelitian Wandari 2013. Jannah (2014) “Pengaruh City Branding dan City Image terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Banyuwangi” hasil dari penelitian menunjukan bahwa City Image berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap keputusan berkunjung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel City Image (Y1) memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap variabel Keputusan Berkunjung (Y2).

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa City Image Kota Wisata Batu yang terbentuk melalui Branding “Shining Batu” berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap wisatawan yang mengunjungi Kota Wisata Batu. Hal tersebut karena sebagian besar responden dalam penelitian ini berasal dari wilayah Jawa Timur, baik dari kalangan pelajar/mahasiswa maupun pekerja. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh responden membuat responden lebih memilih Kota Wisata Batu sebagai tujuan wisata. Dikarenakan jarak tempuh serta akses seperti sarana transportasi dan jalan menuju tempat wisata yang ada di Kota Wisata Batu lebih mudah dijangkau, serta jarak antara tempat wisata satu dengan yang lainnya relatif berdekatan dibandingkan dengan destinasi wisata yang ada di kota lain. Misalnya, wisata Gunung Bromo memiliki akses untuk menujunya memerlukan transportasi khusus, jalan yang cukup sulit apabila mengunakan mobil pribadi. Serta jarak tempuh yang cukup jauh antara tempat wisata yang lain di sekitar wisata Gunung Bromo. Pantai Selatan yang ada di Kota Malang juga dirasa cukup menghabiskan banyak waktu dikarenakan akses menuju pantai yang cukup jauh dan jarak antara pantai satu dengan pantai yang lainnya berjauhan, apabila dibandingkan dengan tempat wisata yang ada di Kota Wisata Batu yang beragam serta jarak antar wisata yang berdekatan menjadikan Kota Wisata Batu sebagai Kota tujuan wisata.

(8)

Menurut Cooper dalam Astuti dan Ariani (2016) terdapat empat komponen yang harus dimiliki oleh sebuah destinasi wisata antara lain yaitu atraksi (attraction), fasilitas (Amenities), Aksesibilitas (acces), dan Ancillary. Dari hasil penelitian ini lebih berfokus pada aksesibilitas Kota Wisata Batu. Pengertian aksesibilitas sendiri yaitu tingkat kemudahan seorang wisatawan mencapai suatu objek wisata. Aksesibilitas penting diperhatikan, mengingat aspek tersebut bisa memberikan pengaruh yang besar bagi para wisatawan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat adalah transportasi lokal dan tersedianya pelayanan penyewaan mobil, kondisi jalan, jarak tempu dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu objek wisata, maka semakin banyak pula wisatawan yang berkunjung.

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian terdahulu menurut Wandari (2014) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara variabel City Image terhadap variabel keputusan berkunjung namun tidak signifikan. Dalam Jannah (2014) “Pengaruh City Branding dan City Image terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Banyuwangi” hasil dari penelitian menunjukan bahwa City Image berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap keputusan berkunjung.

Penelitian ini sejalan dengan teori

Yananda dan Salamah (2014:40). Sebuah kota membutuhkan citra karena dua alasan, yaitu kota sebagai entitas politik dan ekonomi. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, kota harus mampu membuat pelaku bisnis dan investor masuk dan tertarik untuk perusahaan dan menanamkan modalnya. Kota juga harus mampu menarik hati turis untuk datang dan berkunjung dan membelanjakan uangnya. Sebagai sebuah entitas politik, kota wajib melakukan diplomasi publik selain juga mendukung promosi produk yang dihasilkannya

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

1) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa variabel City Branding berpengaruh signifikan terhadap City Image, dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa City Branding (X) berpengaruh signifikan terhadap City Image (Y1) dapat diterima. 2) Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, didapatkan bahwa variabel City Branding berpengaruh signifikan terhadap

variabel Keputusan Berkunjung, dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel City Branding (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel Keputusan Berkunjung (Y2) dapat diterima.

3) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa City Image berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Keputusan Berkunjung dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa City Image (Y1) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung (Y2) ditolak.

Saran

1) Saran untuk Kota Wisata Batu

Diharapkan kota dapat mengimbangi pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, khususnya pada aktivitas promosi atau sosialisasi kepada wisatawan di dunia maya. Hal ini penting, mengingat segala informasi sangat cepat tersebar tanpa mengenal ruang dan waktu dalam dunia maya, sehingga Image yang terbentuk dari branding kota akan mudah dikenal maupun dipahami oleh banyak orang secara cepat. Di samping itu, pola hubungan antara pihak-pihak yang berkaitan seperti pemerintah Kota Wisata dengan masyarakat Kota Wisata Batu juga sangat penting untuk diperhatikan, mengingat masih banyaknya tempat wisata yang masih dikelola oleh masyarakat setempat tanpa campur tangan pemerintah Kota Wisata Batu menjadikan infrastruktur menuju tempat wisata kurang baik. Hal tersebut bisa berdampak pada image Kota Wisata Batu sebagai kota wisata, kota pertanian serta kota pendidikan yang berpengaruh pada keputusan berkunjung ke Kota Wisata Batu.

2) Saran untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengembangkan pengaruh masing-masing indikator dari salah satu variabel, atau melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda, sangat dianjurkan untuk melakukan penelitian dengan variabel-variabel yang berkaitan dengan branding kota, dikarenakan branding suatu kota juga menjadi sesuatu yang penting dalam mempengaruhi image kota dan keputusan berkunjung ke suatu kota. Penelitian tentang City Branding, City Image dan Keputusan Berkunjung dengan objek penelitian yang berbeda juga sangat disarankan untuk memperkaya studi.

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 54 No. 1 Januari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

90

DAFTAR PUSTAKA

Anholt, Simon . 2005. Editorial Some Important Distinctions in Place Branding. Journal Place Branding. Volume. 1, No. 2, pp. 116-121.

. 2008. The Anholt-GMI City Brands Index How the World Sees the World’s Cities. Journal Place Branding. Volume. 2, No. 1, pp. 18-31.

Astuti, Tri Marhanani dan Any Ariani Noor. 2016. Daya Tarik Morotai Sebagai Destinasi Wisata Sejarah dan Bahari. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. Volume. 11, No.1, Hlm. 1907-9419

Hurriyati, Ratih. 2015. An Analysis of Place Branding TO Enhance the Image of Bandung City and its Implication toward the Decisions to Visit Tourism Destination. Jurnal Pendidikan Sains dan Kemanusiaan. Volume. 8, No. 1, pp. 99-114.

Jakarta, Kompas.com. 02 April 2014. http://travel.kompas.com/read/2014/02/04/ 0927583/Tahun.2014.Sektor.Pariwisata.M akin.Cerah, diakses pada 7 Juni 2017. Jannah, Bidriatul. 2014. Pengaruh City Branding

dan City Image terhadap Keputusan Berkunjung Wisata ke Banyuwangi. Jurnal Aministrasi Bisnis (JAB). Volume. 17, No.1, Hlm. 1-7.

Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Alih bahasa : oleh Adi Zakaria Afiff. Edisi Tujuh. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kotler, Philip. and Kevin Lane Keller. 2006.

Marketing Management 12 th. Edition Person International Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip. dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip – Prinsip Pemasaran. Ahli bahasa: oleh Bob Sabran, M.M. Edisi 12. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip. dan Kevin Lane Keller.2009. Manajemen Pemasaran. Alih bahasa: oleh Bob Sabran, M.M. Edisi Ketiga Belas. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Lynch, Kevin. 1960. The Image of the City. Cambridge: The M.I.T Press.

Malang, radarmalang.jawapos.com. 21 April 2017.

http://radarmalang.jawapos.com/read/2017 /04/21/3839/pemkot-batu-terus-gencar-promosikan-wisata-budaya, diakses pada tanggal 7 Juni 2017

Malik, Moh. Ibrahim. 2016. Pengaruh City Branding “The Soul of Madura” dan Motivasi Wisatawan terhadap Keputusan Berkunjung ke Kabupaten Sumenep. Jurnal Aministrasi Bisnis(JAB). Volume. 37, No.1, Hlm. 73-79.

Pardede, Ratlan dan Renhard Manurung.2014. Analisis Jalur, Path Analysis, Teori dan Aplikasi dalam Riset Bisnis.Jakarta : Rhineka Cipta.

Prasetyo, Bambang Dwi. 2012. Modul Bahan Ajar UB Distance Learning Strategic Branding. Malang: Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sosial dan Politik Universitas Brawijaya.

Ramadhan, Abdurrahman Hikmah. 2015. Pengaruh City Branding terhadap Minat Berkunjung serta Dampaknya pada Keputusan Berkunjung (Survei pada Wisatawan Kota Surabaya 2015). Jurnal Aministrasi Bisnis(JAB). Volume. 28, No.1, Hlm. 1-7.

Shaked Gilboa, Eungene D. Jaffe, Donata Vianelli, Alberto Pastore, Ram Herstein. 2015. Cities. Journal Elsevier Ltd. All Right Seived. Volume. 44, pp. 50-59. Sulistyaningtyas, Wiwied. 2016. Pengaruh City

Branding terhadap City Image serta Dampaknya pada Keputusan Berkunjung Wisatawan ke Kota Malang. Jurnal Aministrasi Bisnis(JAB). Volume. 39, No.1, Hlm. 125-129.

Swasta, Basu dan T. Hani Handoko. 2012. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Ctakan ke lima. Yogyakarta: DBFE-Yogyakarta.

Vary, Arpad Papp. 2011. The Anholt-Gmi City Branding Hexagon and the Saffron European City Brand Barometer: A

(10)

Comparative Study. Journal Regional and Business Studies. Valume. 3, No.1, pp. 555-562.

Wandari, Lita Ayu. 2014. Pengaruh City Branding “Shining Batu” terhadap City Image dan Keputusan Berkunjung Wisata ke Kota Batu Tahun 2014. Jurnal Aministrasi Bisnis (JAB). Volume. 16, No.1, Hlm. 1-6. Yananda, M. Rahmat dan Ummi Salamah. 2014. Branding Tempat; Membangun Kota, Kabupaten, dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: Makna Informasi. Zikmund, William G. dan Barry J Babin. 2013.

Menjelajahi Riset Pemasaran. Alih bahasa oleh : Diana Angelica dan Hirson Kurnia. Edisi Kesepuluh. Buku 2.Jakarta : Salemba Empat.

Zulganef. 2013. Metode Penelitian Sosial & Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gambar

Gambar 1. Modеl Hipotеsis
Gambar 2 Mapping City Branding Hexagon Kota  Wisata Batu

Referensi

Dokumen terkait

Norton mengembangkan konsep Balanced Scorecard yang merupakan suatu alat pengukuran kinerja bagi organisasi atau perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru yang penting

Riset atau kegiatan tentang pemaknaan teks media melalui komunitas interpretif: studi pemaknaan dissociative identity disorder dalam novel Sybil si gadis dengan 16 kepribadian

Ada tiga bentuk stigma sosial yang diberikan pada masyarakat pada perempuan bekas narapidana yang akhirnya mendorong mereka menjadi residivis antara lain; sebutan sebagai

Nilai tersebut sebanding dengan luasan areanya, namun jika dilihat dari simpanan karbon rata-rata per piksel, hasil antara sigma naught dan gamma naught memiliki perbedaan yaitu

The principal issues in accounting for fixed assets are the recognition of the assets, the determination of their carrying amounts, the depreciation charges and

Buku Panduan ini memuat format penulisan dan menjelaskan tentang tata cara penulisan proposal penelitian dan tesis serta pelaksanaan kolokium (seminar proposal dan

Pada tampilan ini, pengguna dapat melihat hasil peringkat keseluruhan penilaian a tingkat Kesehatan a bank Umum berupa data a yang sudah diinput a dalam periode waktu