• Tidak ada hasil yang ditemukan

H.A. Husainie Syahrani Universitas Mulawarman Samarinda. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "H.A. Husainie Syahrani Universitas Mulawarman Samarinda. Abstract"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hal: 137 – 146

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PENGUSAHAAN KEBUN HUTAN

DENGAN TANAMAN BUAH DURIAN (Durio Zibethis Murr)

DI KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

H.A. Husainie Syahrani Universitas Mulawarman Samarinda

Abstract

The goal of the research understands the benefit level and eligibility durians (Durio Zibethinus Murr) forest garden business by financial analysis aspect in Kutai Kertanegara District East Kalimantan Province. Research methodologies we are using are field observation and interviews. Data processing by financial analysis such as payback period, NPV, Net Benefit Cost Ratio and Internal Rate of Return.

The final results shows the development forest garden business by durians (Durio Zibethinus Murr) plantation is very benefit able and eligibility to develop on community development, it could be seen in NPV, Net Benefit Cost Ratio and Internal Rate of Return value: 20,94 % where every family need 0,5 ha land for discount rate 10%.

PENDAHULUAN

Sistem pengelolaan lahan hutan yang direncanakan oleh pemerintah ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat dengan berasaskan kelestarian hasil hutan dari aspek ekosistem, kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya alam yang demokratis, keadilan sosial, akuntabili-tas publik serta kepastian hukum. Dengan tujuan untuk pemberdayaan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan dengan tetap menjaga kelestarian hasil hutan dan lingkungan hidup dalam rangka meningkat-kan kesejahteraannya.

Kegiatan pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat sebenarnya telah lama dikenal, dimana masyarakat desa menanam baik sengaja maupun tidak dengan jarak tanam yang tidak teratur disekitar pon-dok (tempat tinggal sementara) mereka pada waktu berladang atau di sekitar rumah. Hal ini pula yang terjadi di masyarakat

Kali-mantan Timur khususnya masyarakat Kabu-paten Kutai yang telah mencoba untuk me-laksanakan penanaman/pemeliharaan ber-bagai jenis vegetasi khususnya tanaman buah-buahan serta jenis tanaman lainnya dalam bentuk kebun hutan (forest garden).

Namun yang sering menjadi perma-salahan dalam pemberdayaan masyarakat pengusahaan lahan hutan adalah bagaimana cara mengubah pemanfaatan lahan sedemikian rupa, sehingga masyarakat dapat memper-oleh apa yang mereka perlukan secara berkesinambungan dari lahan yang luasnya relatif tetap atau bahkan menyusut. Hal ini hanya pengguna lahan itu sendiri yang dapat melakukan dengan usaha meningkatkan partisipasi lokal dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan kombinasi teknologi yang secara serempak dapat menstabilkan ling-kungan dan sekaligus juga meningkatkan produktifitas, karena konservasi tanpa man-faat ekonomi sulit dikembangkan. Hal ini

(2)

disebabkan kegiatan-kegiatan yang mem-berikan manfaaat ekonomi yang sangat se-suai dengan tujuan/keinginan masyarakat, mudah dilakukan dan akan memberikan cukup keuntungan, sehingga bermanfaat untuk dilakukan.

Menurut Lahjie (2000), partisipasi masyarakat lokal hanya akan terjadi jika masyarakat memiliki kemampuan berpar-tisipasi dan memiliki pengetahuan tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana caranya, ada intensif yang tepat untuk mendorong mereka dan tersedia instansi-instansi untuk mendukung dan mempertahankan kegiatan mereka.

Salah satu model pengusahaan lahan hutan sekunder dengan pemberdayaan masyarakat lokal adalah pengembangan ke-bun hutan dengan mengembangkan tanaman buah seperti durian (Durio zibethisnus Murr).

Pemilihan jenis tanaman ini didasar-kan pada nilai ekonomi yang banyak disukai dan harga yang cukup tinggi, selain itu tanaman ini cocok dengan kondisi tanah di Kalimantan Timur yang berada di sekitar katulistiwa. Namun untuk mengetahui apakah model pengusahaan hutan ini baik atau ti-dak, tentu diperlukan analisa lebih jauh ten-tang tingkat keuntungan dan kelayakan usa-hanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kelaya-kan usaha pengembangan kebun hutan de-ngan tanaman buah durian di Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk me-nentukan kebijakan baik dalam segi teknis maupun manajemen.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kecama-tan Kota Bangun Kabupaten Kutai KarKecama-tane- Kartane-gara Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan tahun 2000 hingga pertengahan tahun 2001 dengan

rin-cian kegiatan berupa orientasi lapangan hingga pengolahan data serta penulisan.

Obyek penelitian ini dititikberatkan pada aspek finansial pengusahaan lahan hu-tan sekunder dengan model pengembangan usaha berupa kebun hutan dengan produk utamanya berupa buah durian (Durio zibe-thisnus Murr) dengan jangka waktu 52 ta-hun.

Kriteria biaya yang dikaji adalah biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya tetap meliputi: perijinan, perencanaan, pajak bumi dan bangunan dan pondok. Se-dangkan biaya variabel meliputi: penyiapan lahan, pengadaan bibit, pengangkutan bibit, penanaman, penyulaman, penyiangan, pe-mupukan, pemeliharaan, pemanenan, per-lindungan, pupuk, infrastruktur dan peralatan.

Untuk menunjang kelancaran pelak-sanaan kegiatan penelitian, bahan dan alat-alat yang digunakan berupa kuesioner, data-data statistik, laporan-laporan perusahaan dan lain-lain. Peralatan lainnya seperti kli-nometer, meteran digunakan untuk mengu-kur diameter dan tinggi pohon. Kamera diperlukan untuk pengambilan dokumentasi, kalulator untuk membantu perhitungan. Ba-han dan peralatan lainnya sesuai dengan keperluan di lapangan.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder, data primer diperoleh dari pengukuran produksi kebun hutan durian yang dapat dikombinasikan dengan data sekunder. Data finansial diperoleh dari wawancara langsung atau dengan meng-gunakan lembaran kuesioner, khususnya data yang berhubungan dnegan biaya pengu-sahaan kebun hutan, diperoleh dari perusa-haan dan petani yang terlibat.

Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat diperoleh dari data sekunder di Kabupaten Kutai Kertanegara seperti kepen-dudukan, pendidikan, agama, kesehatan untuk mengetahui keadaan ekonomi masyara-kat melalui wawancara langsung dengan responden berkenaan dengan jumlah

(3)

kebu-tuhan pokok untuk kelangsungan hidup yang meliputi kebutuhan beras, gula, tepung, minyak goreng dan lain-lain.

Untuk mengetahui data pengusahaan kebun hutan di Kecamatan Kota Bangun kabupaten Kutai Kertanegara, dilakukan pengambilan sampel secara sensus dengan jumlah petani sebanyak 30 KK.

Data untuk pembiayaan pengusahaan lahan hutan sekunder yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel diperoleh dari data finansial seluruh biaya riil yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dikombinasikan dengan data yang diperoleh dari masyarakat, untuk mengetahui besarnya biaya per hektar dalam pengusahaan lahan hutan.

Data yang terkumpul berupa biaya tetap dan biaya variabel ditabulasikan dalam kelompok biaya (cost). Sedangkan kompo-nen output produksi kebun hutan berupa buah-buahan ditabulasikan dalam kelompok hasil (yield). Harga yang dipakai adalah harga yang berlaku pada saat penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial sesuai dengan Tujuan Penelitian.

Kriteria investasi yang digunakan se-bagai formula perhitungan adalah :

Payback Periods

Merupakan jangka waktu periode yang

diperlukan untuk membayar kembali

(mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Periods Payback pertahun rataan bersih Benefit ditanamkan yang modal Biaya

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara Present Value dari Net Benefit yang positif (+) dengan Present Value dari Net Benefit yang negatif. Net B/C =

(-) Benefit Net P.V. ) ( Benefit P.V.Net

Formula secara matematis Net B/C dapat dituliskan sebagai berikut :

Net B/C = ) ( i) (1 Kt -Ct -) ( i) (1 Kt -Ct -n 1 t 1 t                

  t n t Bt Bt dimana :

Bt : benefit bersih pada waktu pegusahaan tahun t

Ct : cost bersih dalam pengusahaan tahun t Kt : investasi pada awal tahun ke-0 n : umur ekonomis waktu pengusahaan

(rotasi)

i : suku bunga (nilai discount rate) Net Present Worth (NPW) atau Net Pre-sent Value (NPV)

Hal ini merupakan selisih antara Pre-sent Value Benefit dengan Net PrePre-sent Value dari Cost.

Dengan demikian:

NPV = P.V Benefit – P.V Cost NPV = B-C

dimana:

B = benefit yang sudah di-present value-kan C = cost yang sudah di-present value-kan Atau :

Di dalam analisis proyek NPV dapat difor-mulasikan secara matematis sebagai berikut:

NPV= - Kt + n nn t t i C B i C B i C B ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( 2 2 1 1          NPV=        

n t t i Kt Ct Bt 1 (1 ) Dimana :

Kt = kapital yang digunakan pada

periode investasi

B1, B2, …Bn = penerimaan pada tahun ke-1

sampai dengan tahun ke-n

C1, C2, …Cn = pengeluaran pada tahun ke-

1 samapai dengan tahun ke-n

(4)

Internal Rate of Return (IRR)

Adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the Net Present Value proyek sama dengan nol (NPV = 0), atau dapat membuat Benefit Cost Ratio dengan satu (B/C = 1).

Formula di dalam analisis proyek, IRR dapat dituliskan sebagai berikut :

IRR = - Kt + n nn t t i C B i C B i C B ) 1 ( ... ) 1 ( ) 1 ( 2 2 1 1          IRR =        

n t t i Kt Ct Bt 1 (1 ) dimana :

r = menunjukkan internal of return

Untuk mencari besarnya r yang tepat, dapat digunakan rumus interpolasi IRR se-bagai berikut : IRR =                           (-) dan ) ( NPV Selisih terendah DF dari NPV terendah Factor Discount x       DF antara Selisih IRR =        (" ') NPV" -NPV' NPV' ' i i i di mana :

i’ : discount rate factor terendah

i” : discount factor yang lebih tinggi

NPV’ : Net Present Value positif (+) NPV” : Net Present Value negatif (-) Analisis Sensitifitas

Untuk menghindari ketidakpastian perkembangan ekonomi di masa yang akan datang dan sering analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi sehingga ketidak-pastian yang akan terjadi di masa yang akan datang, seperti :

1. Terjadinya kenaikan biaya (biaya opera-sional)

2. Terjadinya penurunan harga sehingga akan menurunkan keuntungan

3. Kemungkinan karena pengaruh faktor alam seperti kemarau panjang, keba-karan, yang dapat menurunkan produksi sehingga keuntungan dapat turun. 4. Kemungkinan kesalahan dalam

tran-saksi hasil (yield) per hektar yang akan dilakukan analisis adalah jika terjadi pe-rubahan kenaikan biaya dan atau penu-runan pendapatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-HASAN

Kabupaten Kutai Kertanegara dengan ibukota Tenggarong secara geografis terda-pat disekitar khatulistiwa, beriklim tropis

basah dengan temperatur rata-rata 28 0C

dengan perbedaan temperatur siang dan

malam antara 50 C – 8 0C dan curah hujan

tahunan berkisar antara 2000 – 3000 mm/tahun.

Luas wilayah Kabupaten Kutai Ker-tanegara sekitar 13% dari luas wilayah

Ka-limantan Timur atau 23.855,21 km2, dengan

kepadatan penduduk 15,6 jiwa/km2,

persen-tase penutupan lahan masih didominasi oleh hutan sebesar 87,5%, perladangan 8,2%, perkebunan 1,3% dan HTI 1,2% atau 32.716 ha, sedangkan luas hutan primer yang belum dikelola HPH sekitar 10%. Dengan adanya kebakaran hutan dari tahun 1982 – 1988 luas hutan dan daerah yang terbakar 65% atau 1.695.900 ha, dengan demikian memberi peluang pengusahaan lahan hutan sekunder untuk memberdayakan masyarakat, hal ini didukung pula dengan adanya perpindahan masyarakat pedesaan ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten dari tahun 1990 sam-pai tahun 2000 sebesar 0,22% pertahun. La-gipula luas daerah perkebunan mencapai 1,3%.

Sebagai gambaran umum, mata pen-caharian penduduk berdasarkan angkatan kerja didominasi oleh pekerja sebagai petani sebesar 51,4% sedangkan bukan angkatan kerja didominasi oleh anak sekolah

(5)

seba-nyak 17,52% dan ibu rumah tangga sebesar 18,4%.

Dalam kehidupan sehari-hari sumber pendapatan petani diperoleh dari pertanian lahan kering secara gilir balik dan juga se-bagian kecil bekerja di perusahaan-perusa-haan kayu dan perkebunan. Diantara mereka pada umumnya pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian dan dari pekerjaan di sektor lainnya hampir sama dengan penge-luaran konsumsi rumah tangganya, besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari un-tuk per kepala keluarga dengan jumlah 5 jiwa sebesar Rp. 13.200.000,-/tahun, dengan peruntukkan kebutuhan pangan sebesar 61,8%, kesehatan 12,1%, pendidikan 8,2%, sandang 8,8% dan perumahan 9,1%.

Di Kabupaten Kutai Kartanegara pada umumnya pengusahaan lahan hutan sekunder didominasi oleh HTI dan perkebu-nan kelapa sawit juga perkebuperkebu-nan karet yang dilakukan oleh rakyat dan PT. Hasfarm Product, Ltd. Sebagian besar kebun hutan yang diusahakan secara tradisional yang mana luas keseluruhannya mencapai 4% dari luas lahan hutan sekunder, wilayah Ka-bupaten Kutai Kertanegara. Dengan demikian peluang untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat di kawasan hutan sekunder mempunyai peluang yang besar.

Biaya Pengusahaan

Rincian biaya pengusahaan kebun hutan di Kecatamatan Kota Bangun dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rincian Biaya Pengusahaan Kebun Hutan di Kec. Kota Bangun Kab. Kutai Kartanegara

Biaya Jenis Jumlah Satuan

Biaya Tetap Perijinan 10.000,00 Ha

Perencanaan 20.000,00 Ha

Pajak Bumi dan Bangunan 90.000,00 Ha/Th

Pondok 50.000,00

Biaya Variabel Persiapan lahan 600.000,00 Ha

Pengadaan bibit 900.000,00 Ha Pengangkutan bibit 30.000,00 Ha Penanaman 30.000,00 Ha Penyulaman 15.000,00 HOK Penyiangan 15.000,00 Hari Pemupukan 15.000,00 Ha Pemeliharaan 15.000,00 Ha Pemanenan 15.000,0 HOK Perlindungan 150.000,00 Infrastruktur 20.000,00 Thn Peralatan 300.000,00 Ha Sumber : Wati (2000)

(6)

Tabel 2. Produksi Durian Okulasi pada Areal Bekas Perladangan dengan Masa Bera 6-9 Tahun

Total produksi

No Tahun (buah/ha/th) (buah/phn/th) Total penda-patan (Rp.000/ha) MR (Rp. 000/ha) Rataan Penda-patan (Rp. 000/ha/th) 1 8-10 480 5,7 4800 0 533,33 2 11-13 650 7,8 6500 1700 541,67 3 14-16 820 9,8 8200 1700 546,67 4 17-19 1000 12,0 10000 1800 555,56 5 20-22 1200 14,4 12000 2000 571,43 6 23-25 1400 16,8 14000 2000 583,33 7 26-28 1600 19,3 16000 2000 592,59 8 29-31 1830 22,0 18300 2300 610,00 9 32-34 2070 24,9 20700 2400 627,27 10 35-37 2340 28,2 23400 2700 650,00 11 38-40 2640 31,8 26400 3000 676,92 12 41-43 2520 30,3 25200 -1200 600,00 13 44-46 2370 28,5 23700 -1500 526,67 14 47-49 2170 26,1 21700 -2000 452,08 15 50-52 1920 23,1 19200 -2500 376,47

Catatan : Jumlah pohon = 83 / hektar

Harga buah durian = Rp.10.000/buah Produksi dan Pendapatan Pengusahaan Kebun Hutan

Pendapatan pengusahaan kebun hutan bersumber dari produksi buah; di mana po-hon durian dapat dipanen pada usia 8 tahun. Jelasnya proyeksi produksi kebun hutan dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa

optimalisasi pengusahaan kebun hutan

khususnya durian okulasi berada pada tahun ke 38 – 40.

Analisis Finansial

Tabel 3 menunjukkan bahwa pengu-sahaan kebun hutan dengan jangka waktu usaha 52 tahun layak diusahakan dengan discount rate 14% sesuai dengan tingkat bunga deposito yang berlaku pada waktu perhitungan analisis finansial (2000/2001).

Bila indikator social discount rate berdasar-kan inflasi yang normal berlaku sebesar 10%, pengusahaan kebun hutan layak diusa-hakan.

Indikator-indikator di atas ditunjuk-kan pula pada Tabel 3 dengan model perhi-tungan NPV pada pengusahaan kebun hutan dengan tingkat bunga 15% menunjukkan kelayakan usaha pada jangka waktu mulai tahun ke-15.

Hal ini didukung pula pada model Net B/C Ratio pada pengusahaan kebun hu-tan dengan tingkat bunga 15% yang nilainya lebih besar dari 1.

Selanjutnya dengan model IRR diperoleh nilai 20,94%. Nilai IRR ini lebih besar daripada social discount rate 14% yang berarti pengusahaan kebun hutan layak untuk dilaksanakan.

(7)

52 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jang ka W ak tu 29 70 7,3 92 29 50 1,5 02 28 66 4,3 88 27 08 9,2 40 24 45 8,2 06 20 92 7,8 99 16 26 7,3 41 40 54 5,1 14 -3 69 3,9 92 -3 83 4,0 19 -6 96 8,3 95 -2 41 3,0 00 10 % 17 84 9,9 76 17 76 8,5 45 17 41 4,1 54 16 68 5,1 77 15 35 5,3 27 13 40 3,5 81 10 58 3,7 03 67 96 ,8 77 18 39 ,5 88 -4 12 4,0 78 -6 75 8,0 98 -2 41 3,0 00 12 % 79 82 ,1 75 79 61 ,2 88 78 60 ,7 48 76 25 ,0 61 71 35 ,7 41 63 16 ,6 43 49 65 ,7 20 28 96 ,7 62 -1 90 ,7 60 -4 43 3,2 21 -6 47 2,0 63 -2 41 3,0 00 15 % 28 28 ,3 02 28 22 ,7 52 27 93 ,2 51 27 14 ,7 01 25 29 ,7 17 21 77 ,7 24 15 17 ,2 68 36 7,6 48 -1 58 1,5 15 -4 63 0,2 59 -6 21 6,8 26 -2 41 3,0 00 18 % -4 6,9 51 -4 8,4 79 -5 74 ,4 17 -8 4,3 61 -1 56 ,1 10 -3 10 ,8 07 -6 39 ,9 70 -1 28 9,0 49 -2 53 5,4 16 -4 74 7,4 13 -5 98 8,1 14 -2 41 3,0 00 21 % N et P re se nt Va lu e 4,7 78 4,752 4,465 4,445 4,111 3,662 693,0 2,341 4,470 0,512 0,000 0,000 10% 3,3 63 3,352 3,305 3,209 3,033 2,774 012,4 1,900 1,244 0,454 0,000 0,000 12% 2,1 17 2,114 2,100 2,067 1,999 1,884 951,6 1,405 0,973 0,379 0,000 0,000 15% 1,4 17 1,416 1,412 1,400 1,373 1,321 241,2 1,054 0,767 0,318 0,000 0,000 18% 0,9 93 0,993 0,991 0,987 0,976 0,952 010,9 0,801 0,608 0,267 0,000 0,000 21% N et B en efi t C os t R atio Ta be l 3 . R ek ap itu la si A na lis is F in an sia l P en gu sa ha an K eb un H uta n d i K ec am ata n K ota B an gu n 20 ,9 4 20 ,9 3 20 ,9 2 20 ,8 8 20 ,7 8 20 ,5 3 19 ,9 6 18 ,6 6 14 ,6 6 - - - IR R (% ) K rite ria F in an sia l

(8)

N et B /C NP V (R p. 1.0 0 0.0 0 0.0 0 Tolok U ku r IR R 10 % 12 % 15 % 18 % 21 % 21% 18% 15% 12% 10% Suku B un ga 18 ,7 9% 3,7 50 2,6 30 1,6 50 1,1 00 0,7 70 26 05 2,3 21 14 86 7,9 85 56 21 ,6 65 84 4,7 81 -1 78 1,5 57 B ia ya N aik 2 0% 17 ,0 2% 0,610 0,880 1,320 2,110 3,200 22 39 7,2 49 11 88 5,9 93 32 61 ,1 56 -1 13 8,7 40 -3 51 6,1 60 B ia ya N aik 4 0% 16 ,6 3% 2,8 7 2,0 1 1,2 6 0,8 4 0,5 8 21 48 3,4 81 11 40 ,4 96 26 71 ,0 28 -1 63 4,6 21 -3 94 9,8 11 B ia ya N aik 4 5% 16 ,2 4% 2,7 3 1,9 1 1,1 9 0,9 7 0,5 5 20 56 9,7 13 10 39 4,9 98 20 80 ,9 01 -2 13 0,5 01 -4 38 3,4 62 B ia ya N aik 5 0% Pe nd ap ata n T eta p 18 ,3 2% 3,5 4 2,4 9 1,5 6 1,0 4 0,7 3 20 11 0,8 42 11 29 7,9 89 40 25 ,2 3 27 9,1 2 -1 77 2,1 67 B ia ya N aik 2 0% 15 ,0 6% 2,3 2 1,6 2 1,0 1 0,6 7 0,4 6 10 51 4,2 92 47 46 ,0 03 68 ,2 86 -2 27 0,0 61 -3 49 7,3 79 B ia ya N aik 4 0% 14 ,1 0% 0,4 0,58 0,87 1,41 2,02 81 15 ,1 54 31 08 ,0 07 -9 20 ,9 5 -2 90 7,2 6 -3 92 8,6 8 B ia ya N aik 4 5% 13 ,0 4% 1,7 2 1,1 9 0,7 4 0,4 8 0,3 3 57 16 ,0 16 14 70 ,0 1 -1 91 0,1 86 -3 54 4,6 52 -4 35 9,9 85 B ia ya N aik 5 0% B iay a T eta p Sim ula si Ta be l 4 . R ek ap itu la si A na lis is S en sit ifit as F in an sia l P en gu sa ha an K eb un H uta n di K ec am ata m K ota B an gu n K ab up ate n K art an eg ar a

(9)

Dari tabel 3 terlihat bahwa tingkat suku bunga (discount rate) mempengaruhi nilai perolehan NPV, selanjutnya dari hasil analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi discount rate yang dipergunakan, maka se-makin kecil (sampai menjadi negatif) NPV yang diperoleh.

Apabila dihubungkan dengan besar-nya nilai Net B/C Ratio yang lebih besar dari 1, yaitu pada suku bunga 10% adalah 1,09, maka tampaklah bahwa pengusahaan kebun hutan tersebut layak untuk dilaksanakan apa-bila tingkat suku bunga yang dikenakan tidak lebih dari 20,94%, karena akan menghasilkan nilai NPV yang positif (>0).

Berdasarkan model IRR, menunjuk-kan bahwa jangka waktu usaha di bawah 12 tahun tidak layak diusahakan sebab nilai IRR di bawah nilai social discount faktor (8,73%). Jangka waktu usaha di atas 12 tahun dengan tingkat diskonto 10%, jangka waktu usaha di atas 13 tahun dengan tingkat diskonto 12%, jangka waktu usaha di atas 15 tahun dengan tingkat diskonto 15% dari jangka waktu usaha di atas 18 tahun dengan tingkat diskonto 18%, sedangkan pada tingkat diskonto 21% tidak layak diusahakan.

Pengusahaan kebun hutan merupakan satu diantara wujud aktifitas pemanfaatan lahan secara tradisional oleh masyarakat pedalaman Kalimantan Timur yang memadu-kan prinsip-prinsip kehutanan dan perkebu-nan, pola pemanfaatan lahan semacam ini dengan meningkatkan usaha masyarakat dari usaha yang sifatnya konvensional menjadi pengusahaan komersial dengan melibatkan

masyarakat dalam pembudidayaan dan

pengelolaan kebun hutan. Jenis-jenis tanaman buah-buahan yang ditanam sebanyak 90 po-hon /ha terdiridari durian 83 popo-hon, rambutan 5 pohon dan langsat 2 pohon, masing-masing mempunyai hasil yang berbeda.Jenis durian okulasi mulai berbuah pada umur 8 tahun, produksi 8 sampai memperoleh buah 480 buah/ha/tahun dengan total pendapatan kotor sebesar Rp. 4.800.000,- /ha/tahun, produksi

optimalnya terdapat diantara umur 38 – 40 tahun dengan total buah 2.640 buah/ha/tahun. Perolehan pendapatan total Rp. 226.400.000,-/ha. Perolehan akhir tahun 50-52 dengan jumlah produksinya 19.200 buah/ha/tahun

dengan total pendapatan kotor Rp.

19.200.000,-/ha. Dari uraian di atas, diperoleh produksi optimum pada pohon durian terletak di antara 38 – 40 tahun dengan rata-rata pen-dapatan kotor Rp. 676.920,-/ha/tahun (lihat Tabel 2).

Jumlah dana yang dibutuhkan untuk kebun sebelum berproduksi (0-7 tahun) ialah sebesar Rp. 9.987.000,-, untuk pengembalian dana investasi diperlukan waktu (payback period) 10 tahun 6 bulan, jika kelayakan usaha dianalisis berdasarkan nilai social dis-count rate sebesar 14% maka pengusahaan kebun hutan akan layak dengan jangka waktu usaha di atas 15 tahun. Standar ini merupakan standar antara nilai tingkat bunga inflasi dan deposito. Standar ini dapat dipakai karena para petani telah memperoleh pendapatan sebagai buruh dalam proses produksi.

Untuk mengatasi ketidakstabilan yang disebabkan adanya perubahan biaya dan pen-dapatan maka dilakukan analisis sensitifitas finansial dengan beberapa simulasi berkisar antara 20 – 50% (lihat Tabel 4). Hasil analisis sensitifitas tersebut menunjukkan bahwa pe-ngusahaan kebun hutan tetap layak diusa-hakan meskipun terjadi kenaikan biaya hingga 50%. Namun bila simulasi sensitifitas diterapkan pada pendapatan dengan meng-asumsikan penurunan pendapatan sebesar 50%, maka pengusahaan kebun hutan tidak layak diusahakan karena menunjukkan nilai IRR 13,04 % yang lebih kecil daripada social discount rate 14 %.

KESIMPULAN

1. Tingkat produksi optimum dan pendapa-tan pengusahaan kebun hupendapa-tan berupa tanaman jenis durian menghasilkan pro-duksi optimum 2.640 buah/Ha/thn de-ngan pendapatan total Rp. 26.400.000,-

(10)

/Ha dan rata-rata pendapatan Rp. 676.920,- /Ha/thn pada tahun 38 – 40. 2. Pengusahaan kebun hutan dengan

tana-man buah durian layak untuk dilakukan dengan jangka waktu usaha 52 tahun, dengan Net Present Value sebesar Rp.

7.982.175 dan Net B/C Ratio sebesar 2,12 dinilai pada tingkat bunga 15%, se-dangkan dengan model Internal Rate of Return, diperoleh nilai IRR sebesar 20,95%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Prosiding Seminar Agroforestry untuk Pengembangan Daerah Pedesaan di Kalimantan Timur. 19-21 September 1988. Samarinda.

Anonim. 2000. Selayang Pandang Kabupaten Kutai Sukseskan Gerbang Dayaku. Kabupaten Kutai Kartanegara. Tenggarong.

Lahjie. A.M. 1996. Kajian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Kalimantan Timur. Fa-kultas Kehutanan Unmul. Samarinda.

Lahjie. A.M. 2001. Analisis Ekonomi Proyek Pengusahaan Hutan. Fakultas Kehutanan Un-mul. Samarinda.

Sardjono. M.A. 1988. “Lembo: Sistem Pemberdayaan Lahan Tradisional di Kalimantan Timur”. Prosiding Seminar Agroforestry untuk Pengembangan Daerah Pedesaan di Kali-mantan Timur. 19-21 September 1988. Samarinda.

Setiadi. 1986. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soemitro. 1978. Analisis Investasi Penanaman Hutan. Yayasan Pembina. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Sutoyo. S. 1995. Studi Kelayakan Proyek. Teori dan Praktek. Pustaka Bianam Presindo. Jakarta. Wati M. 2001. Analisis Kelayakan Finansial Model Pengusahaan Hutan Sekunder dalam

Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Program Pascasarjana Ilmu Kehutanan Unmul. Samarinda.

Gambar

Tabel 1. Rincian Biaya Pengusahaan Kebun Hutan di Kec. Kota Bangun  Kab. Kutai Kartanegara
Tabel 2. Produksi Durian Okulasi pada Areal Bekas Perladangan  dengan Masa Bera 6-9 Tahun

Referensi

Dokumen terkait