• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pembelajaran IPA di Kelas V SD 2.1.1 Hakikat IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari sains. Sanis (science) diambil dari kata latin scientia yang artinya harifahnya adalah pengetahuan.IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, kemudian disarankan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar.

Hakikat IPA ada 3 yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Proses IPA adalah langkah yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA, proses IPA ada 2 yaitu proses empirik dan proses analitik. Proses empirik suatu proses IPA yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses empirik adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi.

Hakikat IPA terdiri dari 3 yaitu:

1) IPA sebagai proses yaitu: proses mendapatkan IPA melalui suatu proses atau metode ilmiah

2) Hakikat IPA sebagai produk terdiri dari:

a. Fakta yaitu sesuatu yang dapat dibuktikan kebenaranya b. Konsep yaitu kumpulan dari fakta-fakta yang diberikan c. Prinsip

d. Teori/hukum

3) Hakikat IPA sebagai sikap ilmiah, sikap ilmiah yang dapat dikembangkan di SD yaitu:

(2)

a. Sikap ingin tahu

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru c. Sikap kerjasama

d. Sikap tidak putus asa e. Sikap tidak berprasangka f. Sikap mawas diri

g. Sikap bertanggungjawab h. Sikap berpikir bebas i. Sikap kedisiplinan diri

Tujuan Pembelajaran IPA menurut KTSP (Depdiknas, 2006):

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi dan masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) mengatakan bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”

Sutrisno (2007: 18) menjelaskan bahwa “IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada

(3)

sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang salah (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth)”.

Menurut Trianto (2010: 136) “IPA dalah suatu kumpulan teoti yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti, observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dam sebagainya”.

Dari pendapat diatas dapat didimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari alam dan keadaan sekitar.

2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian / ilmu, berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Gagne dalam Whandi (2007) belajar di definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman”. Slameto (2003: 5) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.Jadi dapat diartikan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

Menurut Darsono (2002: 24-25) “pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswwa berubah kearah yang lebih baik”. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut:

(4)

1) Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan).

2) Teori kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari

3) Teori gestalt, mejelaskan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi gestalt (pola bermakna) 4) Teori humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai minat dan kemampuan

Mata pelajaran IPA di SD adalah progam untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai alamiah kepada siswa serta tidak lepas dari kecintaan kepada Tuhan YME.

2.2Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (2008: 75) mendefinisikan motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah kegiatan bertindak yang disebabkan pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaanya

(5)

karena pengaruh dari luar individu.Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam penelitian ini yang peneliti tekankan yaitu pada motivasi intrinsik saja.

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Suprijono, 2009: 163). Sedangkan menurut Bhophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bias memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu siswa juga meiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Jadi peran motivasi bagi siswa dalam belajar sangat penting, dengan adanya motivasi akan meningkatkan, memperkuat, dan mengarahkan proses belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar IPA di SD

Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu :

a. Harapan guru b. Intruksi langsung

c. Umpan balik (feedback) yang tepat d. Penguatan dan hadiah

(6)

Sebagai pendukung kelima faktor diatas, Sadirman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah:

a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

b. Persaingan / kompetisi

c. Ego-invilvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan diri.

d. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui aka nada ulangan.

e. Memberikan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.

f. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

2.3Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhanya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Furdyartanto, 2002: 13)

Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan, dapat diketahui dalam penilaian yang dilakukan oleh guru. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes (http://wawan-junaidi.blogspot.com).

(7)

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Damyanti dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang berrujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sugihartono, dkk.(2007: 76-77) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model kooperatif tipe Make-a match, dengan menggunakan model ini maka siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran.

2.3.3 Pengukuran Hasil Belajar

Di dalam proses belajar mengajar selalu diperlukan adanya pengukuran hasil belajar peserta didik untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar peserta

(8)

didik di berbagai kawasan belajar dapat diukur dengan menggunakan bermacam-macam instrument, tergantung dari apa yang akan diukur. Di bawah ini terdapat contoh kawasan belajar dan instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur hasil belajar di kawasan tersebut (Thorndike & Hagen, 1977):

Kawasan Belajar Instrumen Pengukuran

Kognitif a. pilihan ganda

b. esai

c. penjodohan d. betul – salah e. pengisian

Psikomotorik Tes tertulis

Laporan

Lembar observasi

Daftar check/rating scale Lembar kerja

Afektif Kuesioner

Lembaran penilaian diri Skala sikap

Dalam pengukuran hasil belajar IPA di SD tidak hanya menggunakan satu instrument saja namun menggunakan lebih dari satu instrument, hal ini dikarenakan pengukuran hasil belajar siswa untuk memperoleh hasil yang komprehensif. Untuk penelitian ini peneliti menggunakan instrument penilaian berupa tes pilihan ganda dan observasi sehingga akan didapatkan hasil akhir.

2.4 Model Kooperatif tipe Make-a Match

2.4.1 Pengertian Model Kooperatif type Make a Match

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa.

Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe make-a match adalah adanya permainan “mencari pasangan”. Permainan “mencari pasangan” menggunakan kartu yang brisi soal dan jawaban dari kartu lain. Siswa mencoba

(9)

menemukan jawaban dari soal dalam kartunya yang terdapat pada kartu yang dipegang siswa lain. Model pembelajaran koopeerative tipe make-a match cocok digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena pada model pembelajaran ini siswa dibeli kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain, suasana belajar dikelas dapat disiptakan sebagai suasana permainan, ada kompetisi antar siswa untuk memecahkan masalah yang terkait dengan pelajaran serta adanya penghargaan (reward), sehingga siwa dapat belajar dengan suasana menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe make-a match merupakan pembelajaran yang dikembangkan oleh Lome Curran pada tahun 1994. Salah satu keuntungan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Anita Lie, 2003: 55)

2.4.2 Langkah-langkah Make-a match: 1) Guru menjelaskan materi yang ingin dicapai

2) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep / unsur yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainya adlah jawaban.

3) Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang berisi soal atau jawaban 4) Setiap siswa memikirkan jawaban-jawaban atau soal yang dipegang

5) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal-jawaban)

6) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu tiba akan mendapat poin

7) Setelah satu babak kartu di kocok lagi agar semua siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya

8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainya yang memegang kartu yang cocok

(10)

Akan tetapi ada sedikit penambahan/pengurangan oleh peniliti dengan maksud menyesuaikan materi dan menyesuaikan kondisi siswa. Adapun penerapan model kooperatif tipe Make a Match adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Kegiatan Pendahuluan

 Apersepsi

1) Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Tahap Penyampaiann dan Pelatihan

Pada tahap kegiatan pembelajaran inti menggunakan metode yang disesuaikan karakteristik siswa dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Langkah-langkah pertama dalam kegiatan inti, guru:

1) Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

2) Menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan kartu jawaban

3) Setiap siswa mendapatkan kartu yang tertuliskan soal/jawaban

4) Membunyikan peluit pertanda permainan make a match telah dimulai

5) Mengontrol kerja siswa dalam mencari pasanganya dan membantu siswa jika terdapat hal-hal yang belum dipahami

b. Kegiatan inti  Eksplorasi

Dalam kegiatan Eksplorasi:

(1) Menunjukkan kartu-kartu soal dan kartu-kartu jawaban

(2) Bertanya jawab seputar kartu-kartu soal dan kartu-kartu jawaban (3) Melalui Tanya jawab guru menjelaskan tentang materi

(4) Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran make a match

(11)

 Elaborasi

Dalam kegiatan Elaborasi:

(1) Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan

(2) Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang disampaikan

(3) Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) (4) Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada

siswa, setiap siswa mendapatkan satu kartu

(5) Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari pasangan kartu yang telah mereka dapatkan

(6) Memfasilitasi siswa dalam melakukan permainan make a match (7) Memberikan poin kepada siswayang dapat mencocokan kartu

sebelum batas waktu

(8) Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan make a match untuk babak kedua

(9) Melalui Tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing kartu soal yang telah didapat oleh masing-masing siswa

 Konfirmasi

Dalam kegiatan Konfirmasi:

(1) Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa

(2) Melalui Tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

(3) Guru memberikan siswa soal evaluasi 3. Tahap Penampilan Hasil, Kesimpulan, dan Refleksi

c. Kegiatan Penutup

(1) Melalui Tanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat

(12)

2.4.3 Manfaat make-a match:

1) Dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa baik kognitif maupun afektif 2) Karena ada unsur permainan pembelajaran ini menyenangkan

3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari 4) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

5) Efektif melatih siswa untuk menghargai waktu 6) Efektif melatih siswa untuk berpresentasi

2.4.4 Kelemahan make-a match dan Upaya Mengatasi Melalui Pembelajaran: Jika kelas terlalu gemuk (di atas 30 siswa) akan muncul suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Hal ini dapat diatasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa, sebelum dimulai permainan.

Pembelajaran kooperatif tipe make a match memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut:

1) Diperlukan bimbingan guru untuk melakukan kegiatan

2) Waktu yang tersedia dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam pembelajaran

3) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai

4) Pada kelas yang gemuk (> 30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas dikiri kananya. Apalagi jika kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bias diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum „pertunjukan‟ dimulai. Pada dasarnya mengendalikan kelas itu bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.

2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa kajian sebagai perbandingan. Acuan tersebut adalah sebagai berikut:

(13)

1) Penelitian Tindakan Kelas karya Riya Yuni Astuti pada tahun 2012, dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 1 Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Semester Genap Tahun ajaran 2011/2012. Dengan penelitian yang telah dilaksanakan terbukti terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang berjumlah 12 siswa, pada kondisi awalnya yang terdapat 5 siswa yang tuntas dari KKM atau sebesar 41,7% dan yang belum tuntas terdapat 7 siswa ataus sebesar 58,3%. Pada siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 75%, dan yang belum tuntas 3 siswa atau sebesar 25%. Sedangkan pada siklus II terdapat 12 siswa yang tuntas dalam KKM atau sebesar 100%, dan yang belum tuntas dalam pembelajaran sebesar 0 siswa atau sebesar 0%. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif type make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa SD kelas V.

2) Penelitian tindakan kelas karya Noviana Irianti S pada tahun 2012, dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester II SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara. Dari penelitian tersebut terjadi peningkatan hasil belajar yang pada kondisi awalnya sekor nilai rata-rata siswa 57,5. Siklus I dengan rata-rata nilai 66,2. Siklus II dengan rata-rata nilai 78,5. Peningkatan pada hasil belajar pada kondisi awal siklus I sebesar 61,5% dan hasil siklus I ke sklus II 88,5%. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa melalui model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara pada semester II pada tahun ajar 2011/2012.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Variabel Penelitian

No Peneliti Tahun

Variabel Penelitian Hasil Belajar Motivasi

Belajar

Model kooperatif tipe Make a Match

1 Riya Yuni Astuti 2012 √ √

2 Noviana Irianti S 2012 √ √

(14)

Dari tabel 1 terlihat ada persamaanya yaitu penggunaan variabel terikatnya tetapi ada perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, yang membedakan yaitu jika penelitian sebelumnya hanya meneliti hasil belajar yang hanya fokus pada hasilnya saja, maka dari itu peneliti menambahkan variabel yaitu motivasi belajar, jadi tidak hanya hasil belajar namun juga motivasi belajar.

2.6 Kerangka Pikir

Dalam proses belajar teching center (berpusat pada guru) sudah dianggap biasa bahkan cenderung membuat siswa merasa bosan dan membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Model kooperatif tipe Make a match akan digunakan untuk penelitian, karena model ini memiliki keunggulan untuk membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Berikut adalah bagan dari kerangka pikir:

Motivasi belajar siswa sangat rendah dan hasil belajar < KKM

Kelebihan model kooperatif tipe Make A Match:

1.Ada unsur permainan, sehingga unsur ini menyenangkan.

2.Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3.Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. 4.Dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa, baik kognitif maupun fisik. 5.Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar Pembelajaran menggunakan

model kooperatif tipe Make A Match

Motivasi belajar meningkat

Hasil Belajar > KKM

Pembelajaran IPA

Guru sebagai informator Pembelajaran konvensional Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran

Guru sebagai fasilitator

Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran

(15)

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir, maka diterapkan hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 melalui pendekatan make-a match di SDN Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang semester 2 tahun ajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir yang mengangkat judul Analisis Interpretasi Lagu After The Love Has Gone Karya David Foster Dalam Format Trio Vokal ini dapat disusun dan diselesaikan dengan

Masyarakat Jawa yang telah menyadari akan hal tersebut kemudian secara sukarela banyak yang membeli truk bak sapi, sebagai solusi tersendiri dalam menjalani tradisi tilik,

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menjelaskan tentang upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Badan Pengurus Gereja Kemah Injil Indonesia Daerah Sintang di

Metode kualitatif ini adalah menjelaskan segala permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk deskriptif dalam hal ini adalah resepsi mahasiswa Jurusan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha traktor roda empat pada pengolahan tanah lahan rawa pasang surut di daerah Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Dari hasil pengujian kecukupan data ini, nilai N lebih kecil dari jumlah data yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa variabel pada kelompok ini sudah

3.1 Memahami prosedur variasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan dalam permainan

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berdasarkan yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasi