• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Popdasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo dan sekiurnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.1. Popdasi penduduk di Tarnan Nasional Komodo dan sekiurnya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Popdasi penduduk di Tarnan Nasional K o m o d o dan sekiurnya

Taman Nasional Komodo terletak secara administratif di kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Terdapat empat pemukiman di dalam Taman Nasional Komodo yaitu Komodo, Rinca, Kerora dart Papagarang. Semua pemukiman tersebut sudah ada sebelum tahun 1980 yaitu sebelum kawasan ini

dinyatakan sebagai Taman Nasional. Secara administratif ada tiga desa di dalam Taman Nasional Komodo yaitu Desa Komodo, Desa Pasir Panjang dan Desa Papagarang. Mayoritas penduduk di dalam dan sekitar TNK adalah nelayan yang berasal dari Bima (Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan dan Sulawesi Selatan. Keturunan dari penduduk asli Komodo yaitu Ata Komodo, masih berdiam di Komodo, tetapi kebanyakan sudah bercampur dengan pendata% dan kebudayaan dan bahasa mereka perlahan lahan mulai terintegrasi dengan pendatang baru.

Desa Komodo mengalami peningkatan penduduk paling tinggi di antara desa desa lain di dalam kawasan, terutama karena migrasi pendatang dari Sape, Manggarai, Madura dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di W p u n g Rinca, mayoritas penduduk adalah Komodo dan Bajo. Mgrasi masuk terutama dari BimalSape, Manggarai, Selayar dan Ende. Kampung Kerora merniliki jumlah penduduk terkecil di antara desa desa di dalam Taman Nasional. Kebanyakan penduduk kampung ini berasal dari Manggarai, Bajo dan Bima. Pulau Papagarang per& sebagai daerah pemukiman sementara bagi neIayan untuk mengeringkan ikan dan hasil biota laut lainnya, tapi sekarang sudah menjadi desa resmi. Mayoritas penduduk di sini adalah pedagang Bajau, Komodo d m Bima h beberapa di antaranya guru dari Manggarai. Pendatang di Desa Rinca sebagian besar dari Bima, Sape, Manggarai, Selayar dan Ende. Karnpung Kerora mempunyai populasi paling kecil.

Desa lain di luar kawasan Taman Nasionaf dengan mayoritas addah nelayan dan berganiung pada sumberdaya perairan. Desa Pasir putih terdiri dari dua kampung yaitu Pulau Mesa dan Pulau Seraya Besar. Labuan bajo, Gorontalo, Golomori dan Warloka semuanya terletak di Pulau Flores. Labuan bajo dan Gorontalo merupakan bagian dari Labuan bajo, ibukota kecamatm Komodo.

(2)

Labuan bajo merupakan pelabuhan utama di kawasan ini dan merupakan pusat pemerintahan kecamatan Komodo. D

i

samping itu akses bempa tranportasi darat Galan

umum) sudah membaik dan bandara udara memungkinkan tejadi peningkatan laju penduduk yang pesat. Pendatang yang datang terutama dari SuIawesi Selatan, Bima dan Jawa.

Desa desa lain yang terietak di sebelah barat kawasan Tarnan Nasional yaitu di Kecamatan Sape. Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Desa Bajau Pulau terletak di pulau kecil dan desa lainnya terletak di sepanjang pesisir pulau Sumbawa. W y a r a k a t desa Bajau Pulau dan Bugis terutama terdiri dari nelayan yang menggunakan sumberdaya di kawasan Tarnan Nasional Komodo (Pet clan Yeager, 2000a).

Labuan bajo mempunyai pertumbuhan penduduk paling cepat diantara desa desa di sekitar Taman Nasional dan Desa Kamodo rnerupakan desa dengan pertumbuhan paling tinggi di dalam kawasan.

2.2. Perekonomian lokal

Kebanyakan penduduk di dalarn dan sekitar Taman Nasional Komodo memiliici mata pencaharian dengan menangkap ikan sebagai sumber pendapatan utamanya (97%). Selebihnya adalah pedagang

dan

pegawai negeri (Pet dan Yeager, 2000a). Pertanian bukan merupakan mata pencaharian lain selain menangkap ikan di dalam Taman Nasional karena terbatasnya lahan dan tanahnya ti& subur. Ditarnbah dengan sumber air tawar dan hujan yang juga terbatas. Di Sape, Sumbawa, pertanian merupakan sumber pendapatan tambahan karena tingkat pendidikan pada umumnya rendah, clan kesempatan aiternatip ekonomi terbatas.

M e m t Sudibyo (1995) masyarakat nelayan lokal memilild ciri ciri sebagai berikut : I. Penghasilan harian dan musiman sangat bervariasi.

2. Hasil tangkapan cepat rusak dan hams cepat dijual- 3. Memerlukan modal k e j a besar dan beresiko tinggi. 4. Bagian keuntungan untuk nelayan relatip kecil. 5 . Pengolahan tradisional hasil laut bermutu rendah.

(3)

Selanjutnya menurut Pet dan Yeager (2000a) eksploitasi ekosistem alam di perairan Taman Nasional Komodo telah meningkat dengan intensif beberapa tahun ierakhir seiring dengan peningkatan kepadatan penduduk dan perkembangan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya standar hidup sejak tahun 1980. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya orang naik haji, semakin banyaknya pemilik perahu, bangunan dan televisi di kawasan ini.

Tekanan penggunaan sumberdaya perikanan semakin tinggi intensitasnya dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan uang tunai, dan berdampak negatip terhadap kualitas sumberdaya kawasan sebagai pemasok sumber perikanan daerah sekitarnya.

2.3. Produksi perikanan dari Taman Nasiond Komodo

Produksi pedcanan laut Kabupaten Manggarai tahun 1998 dan 1999 addah sebesar 5.83 1,2 ton dan 5.528,l ton. Sumbangan terbesar produksi perikanan laut di Kabupaten Manggarai adalah dari Kecamatan Komodo, yaitu sebesar 3.207,2 ton pa& tahun 1998 dm 3.316,s ton pada tahun 1999 atau sebesar 55% dan 60% dari total produksi perikanan laut di Kabupaten Manggarai (Jhbupaten Manggarai, 2000).

Potensi sumber daya laut yang demikian melimpah di perairan laut di kawasan Taman Nasional Komodo tidak hanya diianfaatkan oleh masyarakat Manggarai saja. Para nelayan dari kabupaten lain bahkan dari propinsi lain (seperti dari Selayar, Sape, Bima, Lombok, Bali dan Jawa) telah ikut serta memanfaatkan sumber daya laut dari Taman Nasional ini. Mereka datang ke perairan laut ke perairan Taman Nasional Komodo karena di daerah mereka sudah sangat berkurang hasil lautnya (Pet dan Yeager, 2000b).

2.4. Jenis biota tangkapan dan metode penangkapan ikan

Hasil laut yang bernilai ekonomis adalah cumi cumi, kerapu, lobster, teripang clan nener. Bagan merupakan jenis peralatan yang paliig umum digunakan oleh kebanyakan nelayan. Penangkapan ikan dengan bagan terutama dengan target spesies pelagis yang mengelompok, terutama cumi cumi. Dengan menurwurya cumi cumi, maka jenis ikan layang dan lemuru seperti teri, simbula (sardin) menjadi semakin penting bagi penangkapan ikan dengan bagan. Saat ini ada Iebih dari 800 bagan yang bukan hanya

(4)

berasal dari nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo tetapi juga dari Sape, Ende dan Sulawesi SeIatan (Pet dan Yeager, 2000a)

Perikanan temmbu karang, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk komersial masih memegang peranan penting bagi banyak aanggota komunitas pesisir di kawasan timur Indonesia, dimana perikanan pelagis belurn berkembang baik (Pet dan Djohani, 1996). Hanya 5% dari produksi hasil tangkapan ikan yang merupakan produk non bagan, dan 95% dikategorikan sebagai ikan demersal (Mous dan Pet, 1999).

Penangkapan ikan demersal memakai peralatan yang lebih beragam seperti kompresor hookah, pancing dasar, bubu, pukat. Jenis peralatan ini tidak banyak jumiahnya tetapi secara ekonomi berperan penting. Peralatan tersebut digunakan untuk penangkapan spesies ikan bemilai ekonomi tinggi seperti lobster dan ikan karang hidup, yang ditangkap terutama dengan peralatan kompresor hookah, sianida, pancing dasar dan bubu, dan rnernungkinkan penangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat yaitu dengan pengeboman dan pukat.

Dalam kegiatan pengambilan hasil laut, para nelayan, baik dari dalam kawasan Taman Nasional Komodo maupun dari luar, menggunakan alat tangkap dan atau alat bantu yang berpotensi merusak ekosistem dan sumber daya laut antara lain bahan peledak, sianida, racun (alami dan kirnia), pembongkaran karang (meting) dan pemakaian alat tangkap bubu, rawai dan pukat insang (Pet dan Yeager, 2000a) Saat ini alat tangkap ikan yang dinilai paling destruktif yaitu dinamit, sianida dan pukat (Pet-Soede et al.,

2000, Roberts, 2000) Temtama disebabkan selain membabat habis sumber daya biota laut juga memsak habitatnya. Tetapi hampir semua alat tangkap akan merusak jika upaya tangkapnya tinggi Terutama pada spesies ikan target yang mengeluarkan teiur dan sperma dalam air, sehingga proses reproduksi sangat tergantung pada kepadatan spesies ikan (Roberts, 2000)

Menurut Abu Bakar (1996) kegiatan penangkapan perikanan karang yang umum diiakukan nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo adalah

I . Meting

Meting adalah salah satu bentuk kegiatan nelayan dalam mengambil hasil laut yang dilakukan oleh nelayan yang bermukim di dalarn kawasan Taman Nasional. Kegiatan ini

(5)

dahulu dilakukan pada saat surut rendah dengan berjalan kaki yang dilakukan oleh laki laki, perempuan maupun anak anak Kegiatan meting tidak hanya dilakukan di siang hati tetapi juga malam hari dengan menggunakan petromaks sebagai alat penerangan (Abu Bakar, 1996)

Saat ini kegiatan ini biasanya juga dengan menggunakan alat bantu kompresor (hookah) dan batang baja Nelayan memecah dan membalik karang hingga rusak dan meninggalkan hamparan yang hampir 100% berupa reruntuhan karang mati

Jenis biota yang menjadi sasaran adalah teripang, mata tujuh (abalone) serta moluska lainnya termasuk kima Secara ekologis kegiatan meting ini berdetmpak negatip terhadap habitat terumbu karang

2. Jaring insandpukat

Jaring insang merupakan jenis peralatan tangkap yang digunakan oleh nelayan yang tinggal di dalam kawasan untuk menangkap ikan temtarna dari jenis ikan karang Selain itu biota target lainnya adalah calakang, teri, dan udang kecil Pukat menjaring semua jenis ikan tanpa pandang bulu termasuk penyu, cetacea, dugong dan semua jenis ikan karang (Pet dan Yeager, 2000a ; Khan ef d., 2000).

3 Pancing dasar /rawai dasar

Pancing dasar terutama dengan sasaran jenis ikan karang seperti katamba, kerapu, sunu. Penangkapan dengan pancing dasar menyapu semua predator dan pancing rawai dasar mengambil pula ikan hiu dan kerapu besar (Pet dan Yeager, 2000a)

4 Bubu (perangkap bambu)

Bubu dioperasikan pada daerah karang dengan sasaran adalah jenis ikan karang Proses pemasangan dan pengambilan perangkap ini dinilai berperan dalam perusakan karang Untuk menyembunyikan perangkap dalam kirrang, penyelam membongkar karang hidup untuk menutupinya Perangkap dipasang dengan menurunkan alat perangkap dari sisi perahu dengan tali berpelampung Perangkap tersebut sering digantungi alat pemberat besar, dan mampu memsak seluruh rumpun koral bercabang di paparan karang saat

(6)

pemasangan dan ~ e n g ~ l a n n y a (dengan menarik tali). Pemasangan dan pengambilan bubu biasanya menggunakan alat bantu kompresor (Pet dan Yeager, 2000a).

5. Penangkapm nener dan pukat udang kecil.

Penangkapan dengan nener umumnya difalcukan nelayan tradisional pada bulan Agustus hingga April (Abu

Bakar,

1996). Pukat udang dan nener biasanya dilakukan di tepi pantai atau perairan karang dangkal. Kegiatan menangkap nener dilaporkan banyak berkurang karena semakin sulit mendapatkan nener (Pet, 1999).

6 . Penggunaan tuba, herbisida, pestisida

Racun ikan tradisional yang digunakan pada terumbu karang di Taman Nasional Komodo adalah tuba, yang berupa bubuk terbuat dari biji jenis pohon tertentu. Bubuk tersebut kemudian dicampur air dan kemudian disebarkan terutama pada hamparan rumput laut untuk menangkap ikan baronang (Siganidae). Ikan hwya pingsan dan tidak mati. Ikan ini kemudian dikumpulkan untuk konsumsi Iokal clan dikeringkan untuk dijual (Abu Bakar,

1996 ; Pet dan Yeager, 2000b).

Karena racun alarni tidak mudah diperoleh dan h a n g efektif d i b a n d i i n racun buatan, para nelayan di kawasan Komodo dan Labuan bajo mulai menggunakan herbisida dan pestisida yang murah d m mudah didapat, yang tetap disebut sebagai tuba. Jenis racun ini dikenal untuk menangkap ikan karang kecil (Pet dan Yeager, 2000b).

7. Penggunaan sianida

Cairan sianida digunakan secara luas untuk menangkap ikan karang hidup untuk konsumsi dan ikan hias. Perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi terpusat pada ikan kerapu dan napoleon (Nurdjana, 1999 ; Mous ef al., 2000). Sedangkan perdagangan ikan hias meliputi spesies ikan karang yang beraneka warna d m dari jenis beragam. Lobster dit& dengan sianida dan termasuk dalam biota target dalam perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi. Konsentrasi racun cair tidak untuk membunuh tetapi rnembuat pingsan sehingga memudahkan penangkapan ikan sasaran.

(7)

Penangkapan ikan dengan sianida dilakukan oleh penyelam, menggunakan kompresor hookah dan selang udara. Seorang penyelam dengan kompresor hookah akan turn pada kedalaman 10-40 meter sampai terlihat ikan sasaran. Ikan diburu hingga ke cemk karang

dan kemudian sianida disemprotkam dari botol plastik ke ceruk tersebut. Pa& saat ikan mulai lemah, penyelam akan membongkar karang, menangkap dan menariknya ke permukaan (Pet

dan

Yeager, 2000b).

Penangkapan ikan hias dengatt sianida merusak terumbu karang secara luas. Terumbu karang banyak dibongkar untuk mengambil ikan yang menyelinap di antara karang. Penggunaan kompresor hookah mempakan faktor pokok dalam kegiatan penangkapan &an dengan sianida (Mous et al., 2000 ; Pet dan Yeager, 2000a).

8. Kompresor hookah

Untuk mengambil hasil h i 1 laut di air dalam masyarakat telah menggunakan kompresor (hookah) dengan sasaran teripang, mata tujuh, akar bahar, kerang mutiara dan lobster. Kompresor juga sering digunakan bersama dengan pengambilrtn mata tujuh dengan besi sebagai alat cungkil (dengan meting). Metode ini berdampak buruk dari segi kesehatan, karena banyak nelayan yang mengalami kelumpuhan akibat kegiatan ini ( Abu Bakar,

1996 ; Pet dan Yeager, 2000a).

9. Penggunaan bahan peiedak

Born ikan kebanyakan dibuat dari pupuk buatan seperti a m o ~ u m dan kaliurn nitrat - 0 3 ; K N 0 3 ) yang dicampur dengan minyak bakar di dalam botol. Nelayan pembom terutama memburu kelompok ikan terumbu karang, sehingga diperkukan beberapa bom untuk mendapatkan tangkapan yang relatip banyak. Setelah ledakan, penyeiam akan mengumpulkan ikan, yang telah mati -pun pingsan karena gelombang kejut dari ledakan. Banyak terumbu karang y m g msak oleh satu ledakan tergantung dari ukuran born dan posisi ledakan terhadap terumbu. Satu bom ukuran botol bir dapat menghancurkan terumbu h a n g dalam radius 5 meter (Pet-Soede et al., 2000)

Pemanenan berlebih dan praktek penangkapan ikan yang merusak sangat menekan kemampuan sumberdaya biota laut untuk memulihkan din. Ukunul basil

(8)

tangkapan beberapa jenis telah sangat menurun. Kegiatan penangkapan perlu dibatasi dan diatur untuk mempertahankan produktivitas ekosistem p e t dan Yeager, 2000a).

2.5, Peraturan tentang jeais jenis perslatan penangkapan ikan karang di Taman Nasional Komodo

Dengan adanya otonomi

daerah

maka Balai Taman Nasional Komodo dan

Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai merupakan sfakeholder kunci dalam

pengelolaan kawasan Taman N a s i o d Komodo. Untuk melindungi sumberdaya dan habitat perairan di kawasan Taman Nasional Komodo rnaka dikeluarkan suatu peraturan yang mengatur tentang pemakaian alat tangkap dan alat bantu pengambilan hasil laut. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai no. 11 tahun 200 1 tentang pemakaian alat tangkap d m alat bantu pengambilan hasil laut dalam wilayah perairan laut Kabupaten Manggarai menyebutkan jenis-jenis alat tangkap dan atau alat bantu pengambilan hasil laut yang dapat dipakai dalam wilayah perairan laut Taman Nasional Komodo adalah :

1 . bagan perahu (mobile lifr net) 2. pancing ulur (M line)

3. huhat e @ole and line)

4. payang dan 5. pancing tonda

Jenis-jenis alat tangkap dan atau &at bantu pengambilan hasil laut yang dilarang di wilayah laut Taman Nasional Komodo adalah :

bahan peledak seperti amonium clan potasium nitrat atau bom, bahan kimia, racun alarni seperti tuba, racun kimia seperti potasium sianida, herbisida dan pestisida, kompresor hookah dan alat selam lainnya, selang kompresor, jarum suntik, penyemprot, linggis, ganco dan sejenisnya, sodo/sonder/tangkar/soduldarilsodok @ush net), songko (skimming net), bubu dasar @ortabIefisk-pot), pakaja ( d h f r i n g g f i s - f ) , sero besar/dalam

(guiding barriu), togo ganda (multiple tidal frap), jermal/bubu jermal ( t i h i trap), bagan tancap (stcTtonew lrj? net), muroami (murarmi*e-in-&), soma dampar/gosea/redi

(beach seine), pukat tepikakat, dogoVcantrang/dapang/potol (vanish seine), lampara

(9)

(tramel net), jaring insang hanyut (&~frgillnet), jaring lingkar ikan hias (encircling net of ornamentalfish), pancing rawai dasar (bottom Iang line).

Dan

alat-alat lainnya yang dianggap berpotensi merusak sumber daya laut Kabupaten

2.6. Zonasi drerah perlindungan laut sebagai sarana manajemen perikansn

Banyak literatur yang menyatakan jika stok ikan karang dilindungi, maka ikan akan hidup lebih lama dan tumbuh lebih besar dan menjadi lebih matang (Russ et al.,

1992 ; Roberts, 2000). Meningkatnya fekunditas akan mempertinggi rekrutmen pada daerah penangkapan. Stok ikan di daerah yang dilindungi akan menyuplai d w a h penangkapan ikan sekitarnya karena larva ikan karang dapat tersebar dalam jarak yang jauh dalam ratusan kilometer (Russ et al., 1992). Pemtupan suatu daemh penangkapan ikan terbukti memperbaiki kondisi dimana tejadi peningkatan biomasa ikan dalam waktu 3 hingga 5 tahun (Rodwell dan Roberts, 2000). Jaminan ketersediaan stok ikan komersiai dan bemilai penting bagi perairan sekitarnya akan berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi nelayan lokal.

Pengaruh biologi dari daterah perlindungan laut dl lapangan telah banyak dipelajari tetapi pengaruh terhadap kegiatan perikanan banyak dipelajari melalui pernodelan (RodweH dan Roberts, 2000 ; Sanchirico dan Wilen, 2000). Sejumlah model bioekonomi yang bertujuan untuk menguji efektivitas suatu daerah perlindungan laut terhadap produktivitas perikanan telah dilakukan. Hal ini terutarna disebabkan adanya oposisi terhadap pembentukan daerah pertindungan laut dari sektor perikanan.

Dukungan rnasyarakat lokal terhadap upaya perlindungan sistem ekologis sangat vital,

hal ini membutuhkan kesadaran bahwa upaya perlindungan ini akan berkontribusi terhadap kegiatan perekonomian masyarakat.

Tujuan dari daerah perlindungan laut menurut WCN ( Kelleher, 1999) adalah melindungi keanekaragaman hayati dan produktivitasnya termasuk kehidupan ekologis yang mendukung sistem kehidupan di laut. Konservasi harus seimbang dengan kebutuhan penduduk lokal, yang menggantungkan hidupnya pada laut. Penduduk akan terus membutuhkan ikan dari terumbu ka.rang, seperti juga kayu dari mangrove, akses ke pantai untuk rekreasi, tepi pantai untuk peru- dan tempat pembuangan sampah di taut.

(10)

Tujuan konservasi adalah untuk memuaskan kebutuhan ini disamping juga menjamin ketersediaan sumberdaya dalam jangka panjang.

Menurut Kelleher (1999), daerah perlindungan laut biasanya lebih menekankan pada kebutuhan untuk mefindungi habitat yang penting terutarna bagi spesies komersial yang memiliki nilai tinggi dalam perdagangan, rekreasi atau kekhususan seperti mempertahankan keanekaragaman spesies yang langka. Hat ini berbeda dengan daerah perlindungan darat, yang biasanya menekankan pada perlindungan terhadap habitat kritis dimana hidup spesies endemik atau langka yang terancam punah.

Konservasi laut dan penggunaan berkelanjutan sering diartikan sebagai dua ha1 yang berbeda. Pada kenyataanya mereka saling berhubungan mat. Beberapa daerah perlindungan laut terbukti gaga1 karena hanya bertujuan untuk melindungi biodiversitas sementara penggunaan oleh komunitas lokal terhadap sumberdaya yang juga tinggi tidak dipertimbangkan. Kedua tujuan ini dapat dimasukkan dalam suatu daerah perlindungan laut, tetapi hams terdapat klarifikasi bagaimana kedua tujuan ini saling berhubungan (Kelleher, 1999).

Jika tujuan utarna adatah melindungi spesies tertentu atau ekosistem, maka suatu zona tanpa pemanenan yang luas dikembangkan sebagai pilihan yang terbaik, tetapi jika tujuan utama sebagai daerah dengan pengelotaan berkelanjutan, maka zona inti yang lebih kecil akan &pat memaksimumkan rekrutmen ikan terhadap perairan sekitarnya.

Menurut Keileher (1999), pengalaman menunjukkan, ada dua pendekatan dalarn mendisain sistem daerah perlindungan laut yang melindungi biodiversitas dari ekosistem yang lengkap yaitu ;

a. mendesain zonasi dengan membagi beberapa daerah perlindungan yang relatip kecil sebagai bagian dari kerangka pengelofaan ekosistem terpadu yang luas, atau

b. mendesain zonasi perlindungan berganda yang luas terdiri dari ekosistem Iaut yang lengkap atau sebagai suatu daerah yang luas sebagai satu kesatuan.

Zonasi d a d perlindungan Iaut didisain secara khusus sehingga beberapa penggunaan yang berkelanjutan dan terkonirol dalam daerah diperkenankan di dalam batas kawasan ini. Tetapi juga ada beberapa penggunaan kawasan yang hams disesuaikan dengan zona tertentu sehingga tidak menimbulkan konflik.

(11)

Sebagai kompensasi atas hilangnya akses pemanfaatan di zona inti, yang b e h n g s i sebagai ternpat pemulihan populasi ikan atau zona non pemanfaatan, maka nelayan lokal memiliki hak eksklusif untuk menangkap ikan di dalam kawasan (Salm e b ad., 2000).

2.7. Zonasi dan peraturan dalam Taman Nasional Komodo 2.7.1. Sistem zonasi dalam Taman Nasional Komodo

Zonasi di TNK didasarkan pada SK Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam no 74/Kpts/Dj-W1990 yang diperbarui Iagi dengan SK Dirjen PHKA no 65/Kpts/Dj-V/2001 tentang zonasi Taman Nasional Komodo Pengefolaan kawasan di dalam Taman Nasional dengan sistem zonasi tunggal mencakup kawasan daratan dan lautan, dengan total 7 tipe zona. Zona zona yang meliputi kawasan darat dan laut merniliki peraturan khusus untuk kedua tipe lingkungan tersebut

Tipe zonasi dalam kawasan Taman Nasional sesuai dengan SK Di j e n PHKA tersebut adalah sebagai berikut

1 Zona inti 2 Zona rimba

3 Zona pemanfaatan wisata daratan 4. Zona pemanfaatan wisata bahari 5. Zona pemanfaatan tradisional daratan 6 . Zona pemanfaatan tradisional bahari 7. Zona pernukiman masyaakat tradisional

8. Zona pemanfaatan khusus penelitian dan pendidikan 9. Zona pemanfaatan khusus pelagis

Tabel 1. Ringkasan sistem zonasi Taman Nasional Komodo (Pet dan Yeager, 2000a)

ijin), pemulihan lingkungan.

2 . %om rimba

I-

[ Wisata terbatas dengan ijin

/

Semua kegiatan lain dilamng

Zona Kegiatan yang diijinkan KegiPtan yang dilarang

(12)

Kegintan yang dilaraag

Semua kegiatan lain di1-g

Semua kegiatan lain diiarang

Ditambah penmgkapn spesies

dasar laut dilarang, penangkapan Nautilidae, Sepiidae,

Octopodidae dan invertebrata laut disamping mliginidae dilarang, semua kepiatan lain dilarang Semua kegiatan lain dilarang

Pendatang dilarang, semua kegiatan lain &arang

Zona

3. Zona pemanfaata~~ wisata

4. Zona peananfairtan tmdisional

5. Zona pelagis

6. Zona khusus penelidan dan pelatihan

7. Zona pemukiman tradisional

Kegiatsui yamg diijinkan Wisata dengan ijin (akomodasi sementara dii- tergantung

dari hasil AhlDAL),

pe.mbangmm fasilitas untuk pengelolaan Taman Nasional (t~~&annurg pada

hasil AMDAL)

Ditambah wisata (akomodasi

semenraraf, marikultur, budidaya, penangkapan ikan di tempt

tempat yang ditunjuk dengan alat

ukutan kecil dan CtengaLl pembatasan (semua memerlukan

ijin dan tergantung hasil AMDAL)

Dengan pnambahan ikan untuk

rekreasi, untuk kebutuhan s e h i

hari, dan ikan pehgis komersial, dengan pembatasao jenis alat, spesies yang dipanen dan lokasi

(semua memerlukan ijin dan terganxung h a d AMDAL) Disambah penelitian clan

pelatihan (semua memerlukan ijin clan bergimtung hasil AMDAL) Ditambah peme1ih;traan binatang piaraan, pengambilan pasir atau

batu kapur, pnpenggunaan pestisida

di rumah, pertanian terbatas (tanpa pestisida atau pupuk),

penggunaan air bersih secara terbatas clan kegiatan bidup sehari hari lain.

(13)

Zonasi di dalam Taman Nasional Komodo didasarkan pa& data ekologi yang ada, pemahaman prinsip prinsip ekologi dan konservasi, kebutuhan sosial ekonomi clan

budaya masyarakat lokal dan ketayakan peneraparmya.

Zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan wisata dan w n a khusus penelitian dan pelatihan mentpakan zona di mana semua perbuman dan atau penambangan sumberdaya hayati maupun non hayati dilarang keras. Pernanenan sumberdaya perairan hanya diijinkan di zona pemanfaatan tradisional dan zona pemanfaatan pelagis di Taman Nasional ini. Wisata dilarang k e r a hanya di zona inti Taman Nasional Komodo. Persturan khusus dan sub-zone akan dirancang untuk wisata di zona rimba dengan wisata terbatas. Keluar masuknya kapal secara bebas ke daa metalui Taman Nasional hanya diijinkan di zona pemanfkatan pelagis dan tradisional. Ijin khusus diperlukan bagi kapal yang akan masuk ke zona rimba Taman Nasional.

2.7.2. Ketenturn pernturan untuk zona di Taman Nasional Komodo

Peraturan peraturan yang sesuai disusun secara khusus untuk setiap zona di dalam Taman Nasional. Pelanggaran peraturan akan dikenai sanksi. Peraturan untuk masing masing zona adalah seperti di bawah ini :

1. Zona inti

a. Zona inti Taman Nasional adalah kawasan tanpa pemanenan, tertutup untuk p a g u n j u g .

b. Kegiatan yang diijinkan di daiam zona ini adalah pemantauan oleh petugas Taman Nasional. penelitian (dengan ijin khusus) dan restorasi lingkungan jika tejadi bencana.

c. Ijin penelitian diberikan oleh otoritas TNK, tergantung pada terpemhinya semua persyaratan yang ditetapkan, termasuk persetujuan atas usulan penelitian tersebut secara terhdis oleh Kepala Nasional Komodo atau pejabat yang ditunjuk.

d. Dilarang untuk mengarnbil, rnenggali, mengganggu atau memindahkan setiap sumberdaya alam (hayati maupun non-hayati).

(14)

a. Zona rimba Taman Nasional tidak diperbolehkan adanya pemanenan dan hanya diijinkan untuk penefitian, pemantauan, pendidikan dan kunjungan wisata dam

terbatas.

b. Semua kegiatan wisata di zona ini memerlukan ijin khusus dari otoritas pengelola TNK.

c. Dilarang keras mengambil atau mengganggdmerusak setiap bagian/komponen baik hidup maupun mati dari sumberdaya alam dan ekosistemnya.

d. Ijin khusus dapat diberikan untuk tujuan rehabilitasi dan penelitian.

e. Ijin penelitian diberikan oleh otoritas pengelola TNK, setelah rnemperhatikan dan memenuhi semua persyaratan yang diperlukaddipersyaratkan, termasuk persetujuan oleh Kepala Taman Nasional Komodo atau pejabat yang ditunjuknya.

f. Operator wisata hams rnendapatkan ijin dari otoritas TNK wtuk membawa/mernandu wisatawan berdasarkan ketentuan persyaratan ijin dan dibatasi jumlah dan aktivitasnya berdasarkan perkiraan daya dukung.

g. Akomodasi pennanen untuk wisata tidak diijinkan. Akomodasi sementara (dalam bentuk tenda) dapat diijinkan, bergantung gada hasil AMDAL dan dengan ijin khusus dari Kepala Taman Nasional Komodo.

h. Penutupan musintan atau minimisasi tekanan wisata diterapkan jika diperlukan untuk mencegah gangguan terhadap proses alam termasuk proses pembiakan atau pemijahan sarwa.

3. Zona pemanfaatan wisata bahari

a. Zona pemanfaatan wisata Tarnan Nasional adalah kawasan wisata intensif, tanpa pemanenan.

b. Wisatawan hams mendapatkw karcis masuk clan membayar pungutan yang berlaku. Jumlah maksimum wisatawan pada saat tertentu ditentukan melalui AMDAL dan daya dukung.

c. Dilarang kerns memanen segala surnbwdaya alam hayati di zona pemanfaatan wisata d. Marikultm atau pemeliharaan ikan hidup atau organisme hidup lain ddam lcurungan

dilarang di zona ini.

(15)

Ijin penelitian diberikan oleh otoritas TNK, tergantung pada dipenuhinya semua persyaratan yang diperlukan, tennasuk persetujuan oleh Kepafa Taman Nasional Komodo atau pejabat yang mewakilinya atas usulan penelitian tertulis.

Penambatan kapal dilarang k d i pa& mooring bouy yang dipasang khusus atau di perairan dengan dasar 100% pasir atau di perairan yang lebih dalam dari 30 meter. Akomodasi permanen untuk wisata diijinkan hanya untuk mendukung pengelolaan Taman Nasional. Akomodasi sementara (dalam bentuk tenda) dapat &jinkan, tergantung pada hasil

AMDAL.

d m ijin khusus dari Kepala Taman Nasional.

Zona pemanfaatan tradisionai bahari

Semua kegiatan wisata pada zona pemanfaatan tradisional bahari hams mengikuti peraturan yang berlaku seperti pada zona pemanfaatan wisata bahari, termasuk

Larangan penangkapan ikan.

Akomodasi permanen tidak diijinkan.

Akomodasi sementara (rnisalnya tenda) hanya diijinkan apabiia sesuai dengan hasil kajiadstudi AMDAL dan dengan ijin khusus dari Kepala Tarnan Nasional.

Ijin terbatas dikeluarkan untuk penangkapan ikan tradisional, wisata, penelitian, pemantauan dan rehabilitasi lingkungan oleh Taman Nasionai Komodo dengan para pemimpin desa setempat.

Perusakan habitat darat dan perairan dilarang, tennasuk pengambilan karang mati, baht dadatau pasir, atau penebangan mangrove.

Dilarang untuk menangkap, mengumpulkan, memelihara atau mengganggu semua spesies dilindungi.

Dilarang untuk menangkap, mengumpuikan, memelihara atau mengganggu semua ular, penyu (atau telur penyu), burung ( atau tefur atau sarangnya), mamalia seperti lumba lumba, paus.

Marikultur atau pemeliharaan ikan hidup atau organisme hidup lain dalam lcurungan di m a ini hanya diijinkan bila disetujui AMDAL dan daya dukung positip dan atas persetujuan Kepala Taman Nasional Komodo.

Penangkapan ikan dengan peralatan skala kecil seperti pancing dan lalu lintas perahu diijinkan bagi penduduk setempat zona pemukiman tradisional

(16)

Jumlah terbatas lisensi penangkapan ikan dikeluarkan secara gabungan antara pemilik perahu dan perahunya, berdasarkan kmepakatan antara otoritas Tarnan Nasional dan para pemimpin masyarakat mengenai jumlah lisensi yang dapat menjarnin kelestarian

sumberdaya.

Lisensi hanya diberikan untuk jenis peralatan tradisional seperti perahu bagan, pancing dasar, pancing tonda, pukat nener dan pukat udang b l u s . Pengelola Taman Nasional secara bertahap akan melarang penggunaan pukat, pukat insang atau jaring insang dlsemua kawasan Taman Nasional Komodo.

Jumlah dan alokasi lisensi didasarkan pada suatu anatisis keadaan perikanan sekarang, survai tentang armada perikanan yang ada dan konsensus para pemimpin desa setempat.

Dilarang menangkap ikan dengan bahan peledak atau kimia (alami atau sintetis). Dilarang membawa segala jenis bahan peledak atau bahan kimia (alami atau sintetis) yang digunakan untuk menangkap ikan di dalam batas Taman Nasional, baik di darat maupun di perairan.

Tipe perdatan penangkapan ikan yang dilarang termasuk SCUBA, kompresor hookah dan peralatan selam tain.

Penangkapan &an komersid di zona pemanfaatan tradisional hanya diijinkan untuk kegiatan kegiatan tradisional oleh masyarakat setempat yang merniliki ijin.

Ijin akan dicabut jika peraturan Taman Nasional dilanggar.

m s i m tertutup mulai 1 September sampai 1 Maret &berlakukan selama musim bertelur kerapu (EpinepheZus

spp),

sunu (Plectropornus spp) dan napoleon (Cheilinus undulalus).

Hak hak khusus pernanfaatan ekslusif akan diberikan kepada penduduk asli yang bennukim dalarn Taman Nasional Komodo (Komodo, Rinca, Kerora dan Papagaran), zona penyangga (Mesa) dan desa desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional (Labuan bajo, Warloka, Golohmori, Sape). Pemberian hak pemanfaatan diberikan atas kerjasama dengan para pemimpin desa setempat.

(17)

a.

Semua kegiatan wisata di Zona pemanfsatan pelagis mengikuti peraturan yang berlaku pa& zona pemanfaatan wisata, kecuali dalam ha1 penangkapan ikan.

b. Penangkapan ikan untuk rekreasi diijinkan pada zona pemanfaatan khusus pelagis, berdasarkan analisa dampak lingkungan dan &ya dukung.

c. Pemancing rekreatif harus mengikuti ketentuan mengenai tipe umpan dan peralatan, yang ditetapkan oleh Kepala Taman Nasional Komodo, dan hanya diijinkan untuk menangkap spesies pelagis tertentu.

d. Memancing rekreatifklah raga untuk spesies pelagis pada zona pemanfaatan pelagis Taman Nasional dilakukan pada jarak minimum 500 meter dari garis zsodepih 20 meter sekeliling batas karang dan pulau.

e. Ijin terbatas dikeluarkan untuk perikanan pelagis tradisional (terutarna bagan dan pancing tonda), wisata dan penelitian oleh Kepala Taman Nasional Komodo.

f. Dilarang melakukan kegiatan yang &pat merusak habitat perairan dilarang, termasuk penambangan karang mati, batu atau pasir.

g. Dilarang menangkap, mengumpulkan, memelihara atau menganggu semua spesies yang dilindungi.

h. DiIarang menangkap, mengumpulkan, memelihara atau menganggu penyu, burung laut atau segala mamdia laut (misalnya sapi laut, cetacea), lumba lumba.

i. Penangkapan ikan dengan alat tradisional dan falulintas perahu diijinkan di w n a ini. j. Dilarang menangkap ikan dengan bahan peledak atau bahan kimia, alami atau sintetis.

k. Dilarang membawa bahan peledak atau kimia (alami atau sintetis) yang dipakai untuk untuk penangkapan ikan di kawasan TNK, baik di darat maupun di perairan.

1. Penangkapan ikan demersal dilarang.

m. ~ N perdatan ikan yang ditarang meliputi SCUBA, hookah S dan peralatan selam lain, pancing dasarlrawai, pukavjaring insangljaring gondrong, bubu/sero/jermal, lamparafdogol, muroarni dan jaring kepiting.

n. Penangkapan komersial di zona pemanfaatan pelagis hanya diijinkan bagi kegiatan tradisional oleh masyarakat lokal dengan ijin.

o. Ijin komersial &Earn jumlah terbatas diieluarkan oleh gabungan pernilik perahu dan perahunya, berdasarkan konsensus antara otoritas Taman Nasional dan para

(18)

Pemimpin masyarakat setempat menyangkut jumlah ijin yang menjamin kelestarian sumberdaya.

Jumlah clan alokasi lisensi didasarkan pada suatu analisis keadaan perikanan sekarang, survai tentang armada perikanan yang ada dan konsensus dengan para pemimpin desa setempat.

Ijin a hdicabut apabila peraturan Taman Nasional dilanggar.

Lisensi diberikan untuk j e ~ s peralatan pelagis tradisional seperti bagan perahu, pancing tonda, huhate, pukat cincin, dan pukat perahu pelagis lain (payang).

Hak pemanfaatan eksklusif akan diberikm kepada penduduk TNK ( Komodo, Rinca, Kerora dan Papagaran), zona penyangga (Mesa) dan desa desa sekitar yang tergantung pada sumberdaya Taman Nasional (Labuan bajo, Warloka, Golohmori, Sape). Alokasi hak pemanfaatan tersebut akan dilakukan bekejasama dengan para pemimpin desa setempat.

Lisensi penangkapan ikan komersial untuk zona pemanfaatan pelagis TNK meliputi spesies ikan pelagis dan invertebmta tertentu.

Ijin penangkapan ikan komersial di zona pemanfaatan khusus pelagis meliputi jenis ikan pelagis dan invertebrata (yang boleh ditangkap, dipelihara dan dijual) sesuai dafiar yang terdapat pada SK Dijen PHPA no 65/KptslI)J-V/2001.

Dilarang menangkap atau menyimpan, mengangkut, menjual atau memperdagangkan segala invertebrata laut, hidup atau mati, selain cephalopoda dari famili Loligonidae (cumi cumi) di zona pemanfaatan pelagis Taman Nasional.

Cephalopoda dari famili Nautilidae, Sepiidae dan Octopodidae tidak boleh dipanen atau dig- di zona pemanfaatan pelagis, demikian pula invertebrata lain seperti ubur-ubur, hidrozoq anemone but, karang, cacing crustacea seperti kepah, udang kepiting, lobster, juga kerang laut, kijing, nudibranch, siput laut, bryozoa, bintang laut, holothuria atau ascidia.

Zona khusus penelitian dan pelatihan

Zona khusus penelitian dan pelatihan Taman Nasional mempakan kawasan penmdaatan terbatas, tanpa pemanenan.

(19)

Jumlah maksimum orang yang diijinkan di zona ini akan ditentukan melalui suatu d i s i s dampak lingkungan dan daya dukung.

Marikultur atau memelihara ikan hidup atau organisme hidup lain dalam kurungan diijinkan hanya untuk kegiatan penelitian dan pelatihan.

Ijin khusus diterbitkan untuk penelitian, pelatihan dan rehabilitasi. Ijin penelitian diberikan hanya jika ada persetujuan Kepala Taman Nasional Komodo atas usulan penelitian tertulis.

Menambat kapal di dalam zona khusus penelitian dan pelatihan dilarang kecuali di tempat mooring buoy yang dipasang khusus atau di perairan dasar 100% pasir atau di perairan yang lebih dalam dari 30 meter.

Zona pemukiman tradisional

Pendatang dilarang pindah ke daiam kawasan. Perkawinan dengan warga pemukim dalam kawasan tidak memberikan hak tinggal atau hak pemanfaatan di dalam kawasan kepada pasangan non-warga atau anggota keluarganya.

Akomodasi untuk wisata tidak diijinkan.

Pemanfaatan air dibatasi dengan ketat. Pembelokan air dari sungai atau anak sungai

dm pengambilan air dari sumur pada tingkat yang melebihi tingkat pemulihannya dilarang. Sistem pengumpulan air hujan (saluran, tangki penampungan dll) akan dipasang di zona ini.

Dilarang membakar kecuali pembakaran dengan pengawasan sebagai alat pengelolaan.

Penggunaan pup& dilarang di dalam kawasan.

Pembuangan limbah diatur ketat. Jika dimungkinkan toilet umum ditempatkan paling sedikit pada jarak 150 meter

dari

air.

Pemungutan kayu bakar dilarang. Altematif untuk menggantikan kayu bakar seperti memasak dengan tenaga matahari dan angin, dianjurkan dm didukung.

Pemungutan batu kapur atau pasir di luar zona pemukiman tradisional dilarang keras. Pembuangan sampah diatur ketat. Sampah perh dipisah menjadi sampah untuk kompos, daur ulang, berbahaya dan tidak berbahaya. Sampah berbahaya diimpulkan

(20)

dan dibawa ke Flores untuk dibuang. Sampah tak berbahaya dikumpulkan dan ditanam di dalarn zona pemukiman tradisional.

j. Anjing dan kucing di1arang di dalam TNK. Karnbing dibatasi hanya di wna pemukiman tradisional.

k. Hewan temak nlrnah tangga, seperti kambing dan ayam dibatasi hanya di zona pemukiman tradisional. Hanya ternak yang sehat boleh dibawa masuk.

1. Satwa liar, selain spesies perairan yang disetujui, diiarang untuk ditangkap untuk pemanfaatan setempat. Ini termasuk untuk dipelihara sebagai piaraan misalnya memelihara kera.

Referensi

Dokumen terkait

Persaman dan perbedaan lainnya adalah (1) V-TO dan V-BA digunakan untuk menyatakan pengandaian biasa; (2) V-TARA dan V-BA bisa diikuti oleh S2 yang menyatakan kejadian di masa

Hasil penelitian menunjukkan (1) Ada perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang berada di kelas yang menerapkan model tutor sebaya kooperatif dan siswa yang

Kelas sawah menjadi kelas yang dibedakan selanjutnya, sebab dari analisis keterpisahan dipisahkan dengan baik terhadap kelas lainnya kecuali terhadap kelas asil

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas maka peneliti mengemukakan beberapa saran yaitu: guru diharapkan selalu memberikan kegiatan, alat, media yang

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Menurut Biro Pusat Statistik (2017), mendefinisikan industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah barang dasar menjadi barang belum

Dilihat dari hasil uji t di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Pengaruh current ratio dari rasio likuiditas terhadap harga saham. Sehingga dapat diketahui bahwa.. Hal ini