• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi Jln. Jambi-Ma Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361 E-mail : sherlywulandari20gmail.com ABSTRAK - JUMLAH LEUKOSIT DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT ITIK PEKING PERIODE PERTUMBUHAN YANG DIBERI BAKTERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi Jln. Jambi-Ma Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361 E-mail : sherlywulandari20gmail.com ABSTRAK - JUMLAH LEUKOSIT DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT ITIK PEKING PERIODE PERTUMBUHAN YANG DIBERI BAKTERI "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JUMLAH LEUKOSIT DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT ITIK PEKING PERIODE PERTUMBUHAN YANG DIBERI BAKTERI ASAM

LAKTAT DALAM AIR MINUM

Disajikan Oleh : Sherly Wulandari (E10013021) dibawah bimbingan

drh. Anie Insulistyowati, MP1) dan Dr. drh. Fahmida Manin, MP2) Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Jln. Jambi-Ma Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361 E-mail : sherlywulandari20@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum terhadap jumlah leukosit dan diferensial leukosit itik Peking periode pertumbuhan. Materi yang digunakan adalah Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus fermentum, L. plantarum, Pediococcus pentosaceus), bahan penyusun ransum yaitu tepung ikan, jagung kuning, bungkil kelapa, ampas kelapa, dedak dan polesh serta 160 ekor itik Peking umur 2 hari yang dipelihara selama 7 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan diberikan ke dalam air minum yaitu P0 = 0% BAL (kontrol), P1 = 1% BAL, P2 = 2% BAL, P3 = 3% BAL. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila analisis memperlihatkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Duncan. Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi konsumsi air minum, konsumsi ransum, jumlah leukosit, diferensial leukosit (basofil, eosinofil, heterofil, limfosit dan monosit) dan rasio H/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BAL dalam air minum itik Peking dapat menurunkan jumlah basofil dan eosinofil sampai taraf 3% sedangkan pada rasio H/L, diantara P3 dan P0 tidak terdapat perbedaan yang nyata serta dapat meningkatkan jumlah limfosit tetapi terjadi penurunan pada monosit. Sedangkan pada konsumsi air minum, konsumsi ransum, jumlah leukosit dan heterofil tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian BAL dalam air minum itik Peking sampai taraf 2% cukup efektif dan masih dapat mempertahankan jumlah leukosit dan diferensial leukosit dalam kisaran normal.

Kata Kunci : Itik Peking, Bakteri Asam Laktat (BAL), Leukosit, Diferensial Leukosit

Keterangan : 1) Pembimbing Utama 2)

Pembimbing Pendamping

PENDAHULUAN

Daging merupakan salah satu hasil ternak yang merupakan bahan

(2)

merupakan ternak unggas penghasil daging yang cukup potensial disamping ayam. Jenis itik yang cukup dikenal dan banyak dipelihara oleh masyarakat yaitu itik Tegal, Mojosari, Magelang dan Peking. Itik Peking merupakan itik yang berasal dari China, itik ini tergolong itik pedaging yang memiliki daya produktivitas tinggi, yaitu mampu mengkonversi ransum dengan baik sehingga menghasilkan bobot badan yang tinggi dengan waktu yang relatif singkat (Assad dkk., 2016). Itik Peking memiliki postur lebar, kekar, berdaging dengan bagian dada besar, bundar dan membusung (Andoko dan Sartono, 2013). Selain itu, itik Peking juga memiliki badan yang lebih kompak dibandingkan dengan beberapa jenis itik lainnya (Rostika dkk., 2014).

Untuk meningkatkan produktivitas itik, maka dalam pemeliharaan dilakukan penambahan

feed additive untuk memacu

pertumbuhan itik yang dipelihara. Akan tetapi, penggunaan feed additive sintetis yang dilakukan tidak tepat dan terus menerus dapat meningkatkan resistensi pada mikroorganisme tersebut (Van den Bogaard et al., 2001). Maka dalam pemeliharaan itik Peking, perlu adanya feed additive alami sebagai pengganti antibiotik sintetis yaitu probiotik. Probiotik tidak menimbulkan residu, probiotik tidak diserap oleh saluran pencernaan inang dan tidak menyebabkan mutasi pada mikroorganisme yang lain (Lopez, 2000).

Salah satu kelompok bakteri yang berperan sebagai probiotik adalah Bakteri Asam Laktat (BAL). Beberapa bakteri yang termasuk kelompok BAL yaitu Lactobacillus

fermentum, L. plantarum, dan

Pediococcus pentosaceus.

Kemampuan BAL menjaga keseimbangan mikroflora usus yang dapat menciptakan suasana asam sehingga menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus halus ini dapat mencegah timbulnya infeksi saluran pencernaan dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan penyerapan nutrien. Peningkatan penyerapan nutrien-nutrien essensial akan mempengaruhi hemopoiesis (pembentukan darah) untuk menunjang proses-proses fisiologis dalam tubuh. Hal ini akan menunjang produktivitas ternak. Produktivitas ternak yang baik ditandai dengan kesehatan ternak yang baik. Kesehatan ternak dapat dilihat dengan menghitung jumlah leukosit dan diferensial leukosit. Diferensial leukosit adalah gambaran darah yang meliputi gambaran dari sel-sel darah putih (leukosit darah) yang terdiri dari heterofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit. Gambaran sel darah putih dari seekor ternak dapat dijadikan sebagai salah satu indikator terhadap penyimpangan fungsi organ atau infeksi agen infeksius, dan benda asing serta untuk menunjang diagnosa klinis (Frandson, 1992).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tentang jumlah leukosit dan diferensial leukosit itik Peking periode pertumbuhan yang diberi Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

(3)

Jambi. Penelitian dilakukan selama dua bulan, dari tanggal 28 September sampai 16 November 2016.

Materi dan Peralatan

Materi atau bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah itik Peking umur 2 hari sebanyak 160 ekor, Bakteri Asam Laktat (BAL) yang terdiri dari bakteri

Lactobacillus fermentum, L.

plantarum, dan Pediococcus

pentosaceus. Ransum yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ransum yang disusun sendiri dengan komposisi tepung ikan, jagung kuning, bungkil kelapa, ampas kelapa, dedak dan polesh. Bahan analisis untuk jumlah leukosit dan diferensial leukosit adalah darah itik Peking, antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid), larutan Briliant Cresyl Blue (BCB), methanol absolut, larutan giemsa, aquades, minyak emersi.

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kandang koloni, tempat pakan, tempat minum, lampu pijar dan timbangan. Alat yang digunakan untuk analisis diferensial leukosit darah yaitu hemocytometer, pipet pengencer leukosit, kamar hitung Neubauer improved, tabung penampung darah, objek glass, bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk pewarnaan, diferensial counter, mikroskop.

Persiapan Kandang dan Peralatan Hal pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan kandang berukuran 103 cm x 70 cm x 60 cm. Pada sekeliling kandang dipasang tirai hitam. Sebelum kandang digunakan, dilakukan sanitasi dan desinfeksi kandang agar terhindar dari bibit penyakit dan dilakukan 2 minggu sebelum itik Peking datang. Peralatan yang akan digunakan dicuci dengan air bersih dan dikeringkan. Kandang yang digunakan yaitu tipe batre dan diberi nomor perlakuan dan ulangan secara acak berjumlah 20 kandang, setiap kandang berisi 8 ekor.

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu lampu pijar, tempat pakan, tempat minum, ember, gelas ukur, gayung, label perlakuan, penomoran pada itik dan timbangan.

Ransum

(4)

Tabel 1. Standar Kebutuhan Itik Peking

Nutrisi Periode

Starter Grower Protein Kasar (%) 20 – 22* 16 – 17*

Lemak Kasar (%) 4 – 7* 3 – 6*

Serat Kasar (%) 4 – 7* 6 – 9*

Ca (%) 0,68** 0,6**

P (%) 0,40** 0,35**

EM (kkal/kg) 2800 – 3100* 3000**

Keterangan : (*) : Srigandono (1991). (**) : NRC (1994).

Tabel 2. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Itik Peking

Bahan Pakan Komposisi (%)

Starter Grower

Jagung Kuning 40 20

Tepung Ikan 20 15

Bungkil Kelapa 10 10

Polesh 15 5

Ampas Kelapa 5 15

Dedak 10 35

Jumlah 100 100

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Ransum Itik Peking

Kandungan Nutrisi Ransum Itik Peking Periode Starter Grower

BK (%) 91,23* 86,40*

Abu (%) 6,12* 6,99*

Protein Kasar (%) 22,79* 18,88*

Lemak Kasar (%) 6,45* 9,85*

Serat Kasar (%) 3,78* 8,12*

Ca (%) 0,88** 1,123**

P (%) 0,65** 0,50**

EM (kkal/kg) 3233,30** 2907**

Keterangan : (*) : Hasil analisis laboratorium nutrisi dan makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi (2016).

(**) : Hasil perhitungan berdasarkan metode Trial and Error.

Prosedur Pemeliharaan Itik yang baru datang ditimbang untuk mengetahui bobot awal, lalu diberi nomor pada itik secara acak dan sebanyak 160 ekor itik Peking umur 2 hari tersebut ditempatkan secara acak ke dalam 20

(5)

yang digunakan ditimbang terlebih dahulu dan diberikan ad-libitum sesuai kebutuhan sedangkan air minum diberikan ad-libitum. Setiap hari dilakukan penimbangan sisa ransum dan air minum.

Prosedur Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah untuk analisis jumlah leukosit dan diferensial leukosit dilakukan pada itik Peking umur 49 hari dan dilakukan pemotongan. Setiap perlakuan diambil sebanyak 2 ekor sampel. Darah ditampung ke dalam botol yang telah diberi antikoagulan untuk dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit dan diferensial leukosit.

Menghitung Jumlah Sel Darah Putih

Untuk cara kerja menghitung jumlah sel darah putih yaitu pertama hisap darah dengan menggunakan pipet pengencer untuk leukosit sampai skala 0,5. Kemudian segera hisap larutan BCB (Briliant Cresyl Blue) sampai skala 11, dengan demikian pengenceran sebesar 20 kali. Ujung-ujung pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk atau jari tengah kemudian dikocok dengan memutar-mutar pergelangan tangan membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat di dalam pipet yang menggelembung. Setelah itu buang cairan yang tidak mengandung sel darah putih (2-3 tetes). Kemudian isikan ke dalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan penutup. Hitung sel darah pada 4 sudut bujur dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x atau 40x.

Cara perhitungan total leukosit yaitu pengenceran di dalam pipet leukosit adalah 20x, ke dalam kamar hitung 1/10 mm, sel darah putih dihitung pada 4 bujur sangkar yang masing-masing berukuran 1 mm2. Untuk menghitung sel darah putih dalam 1 mm3 maka faktor pengalinya adalah : 20 x 10 x ¼ = 50. Apabila jumlah sel darah putih yang dihitung pada 4 bujur sangkar adalah L, maka total sel darah putih (leukosit) per mm3 darah yaitu = L x 50.

Diferensial Leukosit Teknik Membuat Preparat Ulas

Darah

(6)

Teknik Mewarnai Preparat dengan Zat Warna Giemsa

Preparat ulas darah yang sudah dikeringkan udara dimasukkan dalam bak celup yang berisi methanol absolute selama 5-10 menit. Kemudian diangkat dan biarkan kering diudara, setelah itu dimasukkan ke dalam larutan zat warna Giemsa selama 30 menit. Preparat dibilas (cuci) untuk menghilangkan kelebihan zat warna dengan menggunakan air kran yang mengalir. Kemudian dikeringkan di udara atau menggunakan kertas isap (preparat diletakkan diantara dua lembar kertas isap dan perlahan-lahan ditekan-tekan). Preparat yang sudah diwarnai diperiksa dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x, sebelumnya preparat ulas ditetesi minyak emersi.

Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan sehingga terdapat 20 unit kandang percobaan dan setiap unit terdiri atas 8 ekor itik, dengan perlakuan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) ke dalam air minum yaitu P0 = 0 %, P1 = 1 %, P2 = 2 %, P3 = 3 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Air Minum dan

Ransum

Pengaruh perlakuan terhadap parameter konsumsi air minum dan konsumsi ransum tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Air Minum dan Ransum Itik Peking

Perlakuan Konsumsi Air Minum (ml/ekor/hari)

Konsumsi Ransum (gr/ekor/hari)

P0 427,94 ± 40,16 68,00 ± 2,34

P1 426,65 ± 29,04 69,05 ± 3,95

P2 425,97 ± 28,71 69,15 ± 5,12

P3 408,05 ± 7,47 69,94 ± 1,88

Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum itik Peking. Konsumsi air minum pada penelitian ini berkisar 408,05 – 427,94 ml/ekor/hari. Secara umum itik akan mengkonsumsi air minum dua sampai tiga kali lebih banyak dari konsumsi ransumnya (Zahra, 1996). Menurut Supriyadi (2011), kebutuhan air minum itik umur 6-7 minggu berkisar antara 180-210 ml/ekor/hari. Tingginya

(7)

terutama untuk masuknya pakan kering ke dalam saluran pencernaannya (Rasyaf 1994).

Menurut Riswandi, dkk (2012), konsumsi air minum itik lokal umur 1-6 minggu yang diberi perlakuan EM-4 dan Starbio berkisar antara 693,58 – 789,12 ml/ekor/hari. Rendahnya konsumsi air minum pada penelitian ini dibandingkan penelitian dengan penelitian Riswandi, dkk (2012) menunjukkan bahwa pemberian BAL dalam air minum itik Peking mampu mengefisiensikan konsumsi air minum.

Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa pemberian BAL dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum itik Peking. Konsumsi ransum pada penelitian ini berkisar 68,00 – 69,94 gr/ekor/hari, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Supriyadi (2011), kebutuhan ransum itik umur 6-7 minggu berkisar antara 68 – 71 gr/ekor/hari. Sedangkan menurut Riswandi (2012), konsumsi ransum

itik lokal umur 1-6 minggu yang diberi EM4 dan starbio berkisar antara 67,89 – 84,57 gr/ekor/hari. Hal ini kemungkinan terjadi karena perbedaan bentuk pakan yang diberikan. Pada penelitian ini pakan diberikan dalam bentuk pellet sedangkan pada penelitian Riswandi (2012) pakan diberikan dalam bentuk mash. Menurut Wilson (1973) dalam Srigandono (1997), konsumsi pakan itik Peking umur 3-7 minggu dalam bentuk mash dan pellet yaitu 6,84 kg dan 5,97 kg. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pakan dalam bentuk pellet lebih sedikit dibandingkan dalam bentuk mash. Bley dan Bessei (2008) mengemukakan bahwa peningkatan konsumsi pakan pada itik dipengaruhi oleh umur dan bentuk pakan, sedangkan lama dan kecepatan konsumsi pakan seiring dengan peningkatan umur itik.

Jumlah Leukosit

Pengaruh perlakuan terhadap parameter jumlah leukosit tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Jumlah Leukosit Itik Peking (x103 sel/mm3)

Perlakuan Leukosit

P0 23,38 ± 2,44

P1 20,26 ± 0,90

P2 21,85 ± 3,06

P3 22,335 ± 2,35

Keterangan : Tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah leukosit itik Peking. Jumlah leukosit pada penelitian ini berkisar 20.260-23.380 sel/mm3, namun jumlah tersebut berada pada kisaran normal. Menurut

(8)

Jumlah leukosit yang didapatkan lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil Sturkie (1976) kemungkinan dikarenakan bibit itik Peking pada penelitian ini berasal dari bibit yang sudah dipelihara dengan kondisi lingkungan di Indonesia yang merupakan bukan habitat asli itik Peking yaitu dari Cina. Jumlah leukosit pada tiap-tiap unggas berbeda-beda dan mempunyai fluktuasi yang tinggi, keadaan ini bisa terjadi pada kondisi stress, aktivitas biologis yang tinggi, gizi, dan umur. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah jenis kelamin, lingkungan, efek hormon, obat-obatan serta sinar ultraviolet atau sinar radiasi (Hodges, 1977).

Moyes dan Schute (2008) dan Soeharsono dkk. (2010) menyatakan bahwa kesehatan fisik ternak dapat diukur melalui jumlah leukosit yang dihasilkan, dimana peningkatan jumlah leukosit menandakan adanya peningkatan kemampuan pertahanan tubuh. Sedangkan jumlah leukosit menurun menyebabkan penurunan respon kekebalan sehingga daya tahan tubuh itik menurun serta pertanda leukosit turun adanya organisme patogen yang merugikan tubuh mulai menyerang ke dalam tubuh ternak (Saputro, 2016).

Diferensial Leukosit

Pengaruh perlakuan terhadap parameter diferensial leukosit tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Diferensial Leukosit Itik Peking (%). Diferensial

Leukosit

Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Basofil 1,60 ± 1,52a 0,40 ± 0,55b 0,20 ± 0,27b 0 ± 0b Eosinofil 8,10 ± 1,60a 5,40 ± 2,07b 5,10 ± 1,75b 4,80 ± 1,64b Heterofil 44 ± 4,47 41,80 ± 6,61 34,90 ± 5,79 42,60 ± 5,27

Limfosit 35,70 ± 6,63b 46,80 ± 6,22a 51 ± 5,96a 45,20 ± 7,66a Monosit 10,60 ± 2,51a 5,60 ± 2,07b 8,80 ± 1,75ab 7,40 ± 3,05ab Rasio H/L 1,39 ± 0,44a 0,93 ± 0,29ab 0,60 ± 0,32b 1,13 ± 0,33a Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Basofil

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah basofil itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata menurunkan jumlah basofil. Tetapi, jumlah basofil antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

(9)

Eosinofil

Eosinofil berfungsi mengendalikan atau mengurangi hipersensitivitas (Kresno, 2001). Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi (Hoffbrand, 2006).

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah eosinofil itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata menurunkan jumlah eosinofil. Tetapi, penurunan jumlah eosinofil antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Jumlah eosinofil yang didapat pada penelitian ini yaitu 4,8-8,1%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Lestari (2013), rataan eosinofil itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 14,27%, 10,98% dan 11,28%. Sedangkan menurut Assad (2016), jumlah eosinofil itik Peking jantan yang diberi tambahan probiotik pada ransum dengan level 0 g/kg, 9 g/kg dan 12 g/kg masing-masing eosinofil itik tersebut berjumlah 4,88%, 5,38% dan 4,63% dan menurut Sturkie (1976), eosinofil Itik Peking yaitu 9,9% pada Itik Peking jantan dan 10,2% pada Itik Peking betina. Terjadi penurunan eosinofil pada kelompok perlakuan (P1, P2 dan P3) dapat diartikan bahwa pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum mampu mengontrol tingkat infestasi parasit seperti cacing sehingga tidak sampai terjadi peningkatan jumlah eosinofil sebagai indikasi terjadinya infeksi parasit.

Heterofil

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah heterofil itik Peking. Jumlah heterofil yang didapat pada penelitian ini yaitu 34,9-44%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Kayodae (2008), jumlah persentase heterofil itik yaitu berkisar antara 20-70%. Sedangkan menurut Assad (2016), jumlah heterofil itik Peking jantan yang diberi tambahan probiotik pada ransum dengan level 0 g/kg, 9 g/kg dan 12 g/kg masing-masing heterofil itik tersebut berjumlah 32,63%, 31% dan 42,36% dan menurut Sturkie (1976), heterofil Itik Peking yaitu 52% pada Itik Peking jantan dan 32% pada Itik Peking betina.

(10)

Limfosit

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah limfosit itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata meningkatkan jumlah limfosit. Tetapi, peningkatan jumlah limfosit antar perlakuan (P1, P2 dan P3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah limfosit yang didapat pada penelitian ini yaitu 35,7-51%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Kayodae (2008) yang menyatakan bahwa jumlah persentase limfosit itik yaitu berkisar antara 15-73%. Sedangkan menurut Lestari (2013), rataan limfosit itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 38,02%, 43,24% dan 45,53%. Assad (2016) menyatakan bahwa jumlah limfosit itik Peking jantan yang diberi tambahan probiotik pada ransum dengan level 0 g/kg, 9 g/kg dan 12 g/kg masing-masing limfosit itik tersebut berjumlah 60,50%, 60,13% dan 51,50% dan menurut Sturkie (1976), limfosit Itik Peking yaitu 31% pada Itik Peking jantan dan 47% pada Itik Peking betina.

Peningkatan jumlah limfosit itik Peking yang diberi BAL pada air minum menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekebalan tubuh. Menurut Puvadolpirod and Thaxton (2000), faktor-faktor terbesar yang mempengaruhi jumlah limfosit yaitu cekaman panas atau lingkungan dan stress, karena cekaman panas mengakibatkan berkurangnya bobot organ limfoid timus dan bursa fabrisius yang berdampak pada penurunan jumlah limfosit. Selain

itu, tingginya jumlah limfosit kemungkinan adanya benda asing berupa bakteri, virus, dan parasit yang masuk ke dalam tubuh sehingga limfosit meresponnya dengan memproduksi antibodi (Saputro, 2016).

Monosit

Monosit digolongkan sebagai sel sistem mononuklir yang berperan melakukan fagositosis, menghancurkan partikel asing dan jaringan mati kemudian mengolah bahan asing sedemikian rupa sehingga bahan asing itu dapat membangkitkan tanggap kebal (Tizzard, 1982).

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah monosit itik Peking. Jumlah monosit yang didapat pada penelitian ini yaitu 5,6-10,6 %, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Lestari (2013), rataan monosit itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 6,68%, 7,97% dan 7,07%. dan menurut Sturkie (1976), limfosit Itik Peking yaitu 3,7% pada Itik Peking jantan dan 6,9% pada Itik Peking betina.

Rasio H/L

Keberadaan stres fisiologis dapat dideteksi dengan menggunakan ratio heterofil/limfosit (Maxwell and Robertson, 1998), karena ratio heterofil/limfosit yang meningkat menunjukkan stres yang meningkat pula (Cetin et al., 2011).

(11)

(P<0,05) terhadap rasio H/L itik Peking. Uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pemberian BAL di dalam air minum nyata menurunkan jumlah basofil pada. Rasio H/L yang didapat pada penelitian ini yaitu 0,60-1,39%, namun jumlah tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Lestari (2013), rataan Rasio H/L itik Magelang, Mojosari dan Tegal masing-masing berjumlah 1,18%, 0,90% dan 0,80%. dan menurut Sturkie (1976), Rasio H/L Itik Peking yaitu 1,68% pada Itik Peking jantan dan 0,68% pada Itik Peking betina.

Pada perlakuan P2 menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini karena pemberian Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam air minum mampu menurunkan rasio H/L yang menunjukkan bahwa tidak adanya infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya stres fisiologis.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian BAL dalam air minum itik Peking sampai taraf 2% cukup efektif menurunkan jumlah basofil, eosinofil dan rasio H/L serta meningkatkan jumlah limfosit dan mempertahankan jumlah monosit masih dalam kisaran normal sehingga perlakuan yang terbaik yaitu pada perlakuan P2.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut pemberian BAL dalam air minum itik Peking dengan membedakan jenis kelamin untuk mengetahui pengaruh pemberian BAL terhadap jantan dan betina.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. dan Sartono. 2013. Beternak Itik Pedaging. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Assad, H. A., S.I.A. Rais, M.Y. Fajar dan Isroli. 2016. Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Itik Peking Jantan yang Diberi Tambahan Probiotik (Starbio) pada Ransum Kering dan Basah. Proceeding Seminar

Nasional “Peran Serta

Pendidikan Magister Ilmu Peternakan dalam Menyiapkan Sumberdaya Manusia Berkualitas, MIT FPP, UNDIP. Semarang.

Bley TAG and W. Bessei. 2008. Recording of individual feed intake and feeding behavior of Pekin duck kept in groups. Poult Sci 87:215-221.

Frandson, 1992. Anatomi dan fisiologi ternak. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.

Hodges, R.D. 1977. Normal Avian Haematology. Comparative Clinical Haematolgy. Blackwell Scientific: Oxford

(12)

Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Papua, Manokwari.

Kresno, S. B. 2001. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorim. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Larbier M, and B. Leclercq. 1994. Nutrition and Feeding of Poultry. Nottingham University Press. INRA. Perancis

Lestari, S. H. A., Ismoyowati dan M. Indradji. 2013. Kajian Jumlah Leukosit dan Diferensial Leukosit pada Berbagai Jenis Itik Lokal Betina yang Pakannya di Suplementasi Probiotik. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol 1 (2): 699-709.

Lopez, J., 2000. Probiotics in animal nutrition. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 13. Special issue : 12-26

Puvadolpirod and Thaxton. 2000. Model of physiological stress in chicken. Edisi Kelima. Quantitative Evaluation. Departement of Poultry Science, Mississipi State University. 79 : 391-395.

Rasyaf M. 1994. Beternak Itik Komersial. Edisi kedua. Penerbit PT Kanisius. Jogjakarta.

Rostika, I., Ismoyowati dan I. H. Sulistyawan. 2014.

Pengaruh Penggunaan Azolla Microphylla Dengan Lemna Polyrrhiza dalam Pakan Itik Peking pada Level Protein Yang Berbeda Terhadap Bobot dan Persentase Bagian Non Karkas. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 32-41

Saputro, B.E., R. Sutrisna, P.E. Santosa dan F.Fathul. 2016. Pengaruh Ransum yang Berbeda pada Itik Jantan Terhadap Jumlah Leukosit dan Diferensial Leukosit. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 176-181. Faculty of Agriculture Lampung University. BandarLampung

Sturkie, P. D dan Grimingger. 1976. Blood : Physical Characteristic, Formed Elements, Haemoglobin, and Coagulation. Di dalam : Editor. P. D. Sturkie. Avian Physicology. Springer-Verleg. New York.

Supriyadi. 2011. Panduan lengkap Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tizard, I.R. 1982. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi ke-2. Penerjemah: M Partodiredjo. Airlangga University Press: Surabaya.

(13)

poultry, poultry farmers and poultry slaughterers. J. Antimicrobial

Chemotherapy 47: 763 – 771.

Wilson, B.J. 1973. Effects of Diet Form on Performance of Table Ducklings. Br. Poultry Sci., 14:589-593.

Gambar

Tabel 4. Rataan Konsumsi Air Minum dan Ransum Itik Peking

Referensi

Dokumen terkait