• Tidak ada hasil yang ditemukan

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 1

TITRASI IODIMETRI

PENENTUAN KADAR VITAMIN C

Siti Masitoh

1112016200006

M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

ABSTRAK

Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin (I2) dan digunakan

untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada system iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seprti vitamin C.

Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida.

(2)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 2

Persamaan reaksi yang terjadi antara iodin dengan vitamin C adalah: I3- + 2e-⇌ 3I-

C6H6O6 + 2 H+ + 2e- → C6H8O6

Titik ekuivalen dalam titrasi kali ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi ungu kehitaman, yang menandakan bahwa vitamin C telah habis bereaksi dengan iodin, dan kemudian iodin bereaksi dengan larutan kanji sehingga menghasilkan warna ungu kehitaman.

Berdasarkan hasil praktikum didapat data bahwa volume analit adalah 25 ml dan volume titran adalah 21,5 ml. Dari data tersebut maka didapat konsentrasi vitamin C sebesar 0,0043 M.

PENDAHULUAN

Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida di mana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8) (Mei Zega, 17: 2009).

Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna, sebenarnya larutan iodin masih dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna yang terjadi tidak sejelas KMnO4. Umumnya lebih

disukai penggunaan larutan kanji sebagai indikator yang dengan iodin membentuk kompleks berwarna biru cerah. Larutan kanji yang telah disimpan lama memberikan warna violet dengan iodium. Meskipu warna ini tidak mengganggu ketajaman titik akhir titrasi, tetapi larutan kanji yang baru perlu dibuat kembali (Mei Zega, 17: 2009).

Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat dengan melarutkan iodin ke dalam larutan KI pekat. Larutan ini dibakukan dengan arsen (III) oksida atau larutan baku natrium tiosulfat (Mei Zega, 18: 2009).

Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai

antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin

(3)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 3

C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. (Anggi Pratama, 1).

Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin (I2) dan digunakan

untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada system iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seprti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, stibium (III), timah (II), dan ferosianida. daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif (Achmad Mursyidi, 250: 2007).

Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah dibanding dengan kalium kromat, senyawa serum (IV), brom, dan kalium bikromat.

I2 + 2e → 2I- E0 = 0,535 V

Walaupun demikian, iodium masih mampu megoksidasi secara sempurna senyawa-senyawa yang bersifat reduktor kuat seperti SnCl2, H2SO3, H2S, Na2S2O3 dan lain-lainnya, sedangkan

dengan reduktor lemah seperti senyawa-senyawa arsen, antimon trivalent dan besi (II) sianida dapat berlangsung sempurna jika larutan netral atau sedikit asam (Achmad Mursyidi, 249: 2007). Dalam proses-proses analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodide dipergunakan sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri). Dapat dikatan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Namun demikian, banyak agen pengoksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi secara lengkap dengan ion iodide, dan aplikasi dari proses iodometrik cukup banyak (Underwood, 296: 1998).

Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik kahir dari titrasi-titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin (Underwood, 296: 1998).

(4)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 4

BAHAN DAN METODE

a. Alat dan bahan

1. Labu Erlenmeyer 2. Buret 3. Gelas ukur 4. Statif + klem 5. Pipet tetes 6. Larutan H2SO4 7. Larutan iodin 8. Indikator amilum 9. Akuades 10.Gelas kimia 11.Corong 12.Vitamin C 13.Neraca analitik b. Metode

Metode yang digunakan dalam praktium ini adalah metode iodimetri. 1. Timbang vitamin C sebanyak 0,5 gram

2. Larutkan dalam 100 ml akuades

3. Ambil 10 ml, lalu encerkan sampai 100 ml

4. Ambil 25 ml, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 5. Tambahkan H2SO4 10% sebanyak 5 ml

6. Tambahkan 20 tetes indikator amilum/pati

7. Titrasi dengan iodin, selama proses titrasi tidak boleh terkena cahaya 8. Hentikan titrasi ketika larutan berubah menjadi ungu kehitaman. 9. Lakukan titrasi sebanyak dua kali.

(5)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 5

Persamaan reaksi

I3- + 2e-⇌ 3I-

C6H6O6 + 2 H+ + 2e- → C6H8O6

Data hasil pengamatan dan perhitungan  Titrasi pertama

Volume analit = 25 ml

Volume titran = 23 tetes atau 1,15 ml  Titrasi kedua

Volume analit = 25 ml

Volume titran = 20 tetes atau 1 ml

 Rata rata volume analit dan volume titrasn

Rata-rata volume titran = = 1,075 ml Rata-rata volume analit =

= 25 ml

Konsentrasi iodin = 0,1 M

 Penentuan konsentrasi vitamin C V1 x M1 = V2 x M2 25 ml x M1 = 1,075 x 0,1 M M1 =

= 0,0043 M

Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai titrasi iodimetri. Dalam titrasi iodimetri ini menggunakan konsep oksidasi reduksi dalam reaksinya, di mana iodin sebagai reduktor yang mengoksidasi analit dan analit sebagai oksidator yang tereduksi oleh titran.

Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2)

sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi Vitamin C dengan iodin adalah sebagai berikut :

(6)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 6

C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2I- + 2H+ (Anggi Pratama, 2).

Dalam praktikum ini kita akan mengukur kandungan vitamin C. Pada proses titrasi diberikan larutan kanji sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu kehitaman. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas, di mana setelah semua vitamin C habis bereaksi dengan iodin maka iodin akan bereaksi dengan larutan kanji yang memberikan warna ungu. Hal ini yang menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.

Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan analit,

jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan analit sehingga titik akhir lebih cepat

tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukandengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir (Mei Zega, 22: 2009).

Dalam praktikum ini untuk mengetahui kandungan vitamin C dilakukan titrasi dua kali, hal ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti berapa banyak volume iodin yang dibutuhkan untuk berekasi dengan vitamin C. Jika volume iodin yang dibutuhkan untuk bereaksi sudah diketahui, maka untuk menentuan kandungan vitamin C akan mudah diketahui.

Berdasarkan hasil praktikum didapat data bahwa volume analit pada titrasi pertama adalah sebanyak 25 ml dan volume iodin yang digunakan sebanyak 23 tetes atau 1,15 ml. Sedangkan pada titrasi kedua volume analit yang digunakan adalah sebanyak 25 ml dan volume iodin sebanyak 20 tetes atau 1 ml. Jika dirata-rata kan volume analit adalah 25 ml dan volume titran adalah 21,5 ml. Dari data tersebut maka didapat konsentrasi vitamin C sebesar 0,0043 M.

KESIMPULAN

1. Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida di mana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8).

2. Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai

(7)

JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 7

antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar.

3. Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi dengan analit,

jika titrasi cepat maka I2 tidak bereaksi sempurna dengan analit sehingga titik akhir lebih

cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukandengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.

4. Berdasarkan data hasil praktium didapat konsentrasi vitamin C adalah 0,0043 M.

DAFTAR PUSTAKA

Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Underwood dan Day JR. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Pratama, Anngi. Aplikasi LabVIEW sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan

menggunakan Metode titrasi Iodimetri. http://eprints.undip.ac.id. Diakses pada 18 April 2014. Pukul 11.09 WIB.

Zega, Mei Kristian. Penetapan Kadar Tablet Antalgin secara Titrasi Iodimetri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. http://repository.usu.ac.id. 2009. Diakses pada 18 April 2014. Pukul 11.15 WIB.

Referensi

Dokumen terkait