• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAYYATAKADA. Bara s Life Line. Penerbit unlimited room

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RAYYATAKADA. Bara s Life Line. Penerbit unlimited room"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RAYYATAKADA

Bara’s Life Line

Penerbit

(2)

BARA’s Life Line Oleh: Rayyatakada Copyright © 2012 by Rayyatakada Penerbit Unlimited room Desain Sampul: Dea Amanda Sugiarti

Diterbitkan melalui:

www.nulisbuku.com

(3)

Ucapan Terimakasih:

Terima kasih untuk Allah YME, kedua orang tuaku,

keluargaku, kawan-kawanku semua.

Hidup adalah sebuah perjalanan, mencari ketenangan

bersama, mencari pengertian bersama. Dengan

bantuan orang di sekelilingku aku bisa mencari

pengertian dari sesuatu yang aku tulis dalam novel

ini.

Just enjoy it. Hidupmu terus melangkah apapun yang

sedang kau pikirkan

(4)

S A T U

alam terasa panas mencekam di pinggiran kota Metropolitan. Ledakan mulai terdengar dari sebuah jurang gelap yang dikelilingi pohon-pohon lebat, terlihat begitu menyeramkan di malam itu. Semburan api tiba-tiba nampak dari sebuah mobil yang terjatuh di jurang tersebut. Sang pengemudi tak ada di tempatnya. Pengemudi itu terlempar jauh dari mobilnya sesaat sebelum mobilnya jatuh ke dalam jurang. Lambat laun, mobil pun hangus terbakar. Dan akhirnya, nyala api pun padam.

Bara sang pemilik mobil merengut kesakitan sesaat setelah jatuh dari mobilnya itu. Ia berdiri lemas meratapi mobil kesayangannya yang terbakar. Dengan susah payah, ia berlalu pergi dengan darah yang tersendat-sendat keluar dari pelipis kanannya, akibat terbentur batu besar saat ia terjatuh. Di tengah perjalanan Bara yang tanpa tujuan itu, terlihat sosok perempuan dengan mobilnya menghadang. Pandangan Bara mulai kabur, ia tak melihat mobil yang hampir menabraknya. Airin… nama perempuan itu. Ia

(5)

segera keluar dari mobilnya, dan menghampiri Bara yang ternyata teman baiknya.

“Bara....,”Airin menatap khawatir, melihat kondisi temannya.

“Aii…Airin…,”Bara tak sanggup berkata lagi. Dirinya jatuh pingsan dalam pelukan Airin yang berada tepat di hadapannya.

Spontan Airin pun panik dengan yang terjadi pada Bara. Dengan cepat ia memasukan Bara ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di sana, Bara langsung ditangani dengan cepatnya. Melihat kondisi Bara yang makin memburuk, ia dimasukan ke ruang UGD.

Sebenarnya Airin ingin menangani sendiri temannya itu. Tapi sepertinya ia tak bisa, terpaksa Airin mempercayakan temannya pada, dr. Farhan teman sesama dokter di rumah sakit itu. Lama menunggu, akhirnya dr. Farhan keluar dari ruang UGD. Tempat dimana Bara dirawat. Airin segera menghampirinya dan menanyakan keadaan temannya itu.

Airin memasang raut wajah cemas, “Gimana, Han… Bara enggak pa-pa, kan ?.”

(6)

Farhan mengerutkan dahi, “Bara…?.”

“Iya… yang tadi itu teman aku. Namanya Bara, gimana keadaannya ?,”tanya Airin lagi.

Farhan terlihat bingung, “Oh….dia udah enggak pa-pa, kok. Walaupun tadi dia sempat berada dalam keadaan kritis, karena kehilangan banyak darah. Tapi untunglah, persediaan darah di rumah sakit ini, yang sama dengan golongan darahnya masih ada. Sekarang dia hanya perlu istirahat, dia akan dipindahkan ke ruang rawat. Kamu tenang aja, ya !!,”jawab Farhan menjelaskan.

Airin tersenyum lega, “Makasih ya, Han.”

Farhan hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Airin.

*****

Airin segera menengok Bara yang telah sadar. Tadinya ia terlihat begitu khawatir pada Bara. Tapi, saat ia hendak bertanya penyebab semua yang terjadi, Airin memasang wajah kecewanya pada Bara.

“Kamu mabuk lagi, Bar ?,”Airin bertanya dengan nada lelahnya. Seolah bosan menanyakan hal yang sama pada

(7)

Bara di waktu lalu, “Apa itu penyebabnya, sampai kamu kecelakaan ?,”tanya Airin lagi.

Bara memasang raut wajah dengan penuh rasa bersalahnya, “I…iya…tapi kamu jangan marah dulu, Rin ! Aku cuma…”

Airin memotong penjelasan Bara, “Kamu cuma apa ?, kamu cuma stress gara-gara mikirin pekerjaan, sampai akhirnya kamu mutusin untuk minum lagi, apa itu yang kamu maksud untuk nenangin diri ?.”

Bara hanya bisa diam tanpa kata. Ia merasa terpojokan dengan pertanyaan Airin. Sebenarnya ia tahu kalau temannya ini memang paling tak suka dengan minum-minuman keras, atau apapun yang berbau dunia gelap malam dan suram. Sudah sering sekali Bara mendengar nasehat dari Airin karena hobinya itu. Tapi, Bara memang sepertinya sulit untuk meninggalkan semuanya. Dan mungkin, ia hanya ingin mengobati rindunya pada drugs yang terpaksa ia tinggalkan demi sahabatnya juga, Airin tersayang.

Airin duduk di samping Bara, menatapnya sendu, “Bar, kita berdua tahu masa lalu kamu. Tapi please, jangan ulangi itu lagi, Bar !. Aku sayang sama kamu, dan aku enggak

(8)

menahan jatuhnya air mata, dari mata indahnya yang tengah berkaca-kaca.

Rasa haru membuat Bara cepat memeluk Airin, “Maafin aku, Rin. Aku janji….aku enggak akan pernah ngecewain kamu lagi. AKU JANJI !,”ujarnya meneteskan air mata.

Airin melepas pelukan Bara, “Kali ini… aku mau kamu benar-benar nepatin janji kamu sama aku !,”ucapnya tegas.

Bara tersenyum lebar, “You can trust me, Airin !.” Hari demi hari berlalu. Bara pun berangsur sembuh dari sakitnya, Airin senang akan itu. Bara siap melalui harinya dan menepati semua janjinya pada Airin dengan sungguh-sungguh.

Di pagi buta itu, Bara mengendarai mobil barunya di tengah kemacetan Ibu Kota. Sejauh ia memandang, hanya ada deretan mobil dan motor yang berlomba-lomba mencari

(9)

celah untuk bisa bebas dari kemacetan yang bisa berjam-jam. Saat itu.

Bara hendak menuju kantornya yang bergerak di bidang produksi film. Ia memiliki PH yang baru saja mengeluarkan film terbarunya. Film itu cukup disukai para penikmat film. Dan hari ini rencananya, ia akan membicarakan cerita film selanjutnya yang akan digarap bersama temannya, Amanda Satya. Perempuan yang ia pilih untuk menjadi sutradara dari film selanjutnya, yang juga script writer dari ide cerita Amanda sendiri. Tapi karena macet di jalan utama menuju kantornya. Ia mengambil jalan yang jarang dilewati pengendara lain, sehingga tak menimbulkan macet.

Jalan itu tak terlalu besar seperti jalan-jalan raya yang biasa jadi langganan macet. Jalan yang melewati perkampungan terlihat sepi di setiap waktunya itu, hanya bisa dilewati satu mobil dalam satu arah. Walau begitu, Bara tetap menggunakan jalan sepi dan sempit itu. Dan mungkin, hanya Bara orang kota yang memakai dan tahu jalan itu.

(10)

Amanda melirik Bara sinis plus kecewa, yang baru saja melewati pintu ruang meeting. Bara tergesa-gesa duduk di bangku yang sejak tadi kosong seakan menunggunya.

Bara cengengesan enggak jelas, semua meliriknya jenuh. Tapi, ya udahlah…yang penting dia masih bisa ikut

meeting.

“Bisa dilanjut, kan ??,”Bara melirik Amanda. Amanda hanya tersenyum datar padanya. Pertanda bahwa

meeting pun bisa dilanjutkan. *****

Hari semakin siang, kantor terlihat sepi, pertanda jam makan siang telah tiba. Hampir semua karyawan berpergian keluar kantor. Mereka mencari tempat yang nyaman untuk makan siang. Bara yang mulai merasa cacing di perutnya berkumandang meminta jatah, segera bergegas pergi ke café dekat kantornya.

Tak disangka, Bara bertemu dengan Airin di sana. Airin terlihat begitu menikmati hidangannya, dengan alunan musik yang terus mendera di telinganya dari balik headset ipod-nya. Bara pun melangkah cepat mendatangi Airin, hendak menyapanya.

(11)

“Hai, Rin…?!,”Bara bingung melihat Airin tak menghiraukan sapaannya, yang tepat dari balik badan Airin sendiri. Airin malah makin lahap menyantap makanan di depannya.

Airin mulai menggoyang-goyangkan kepalanya sesuai alunan musik di telinganya. Ia sama sekali tak menyadari kehadiran Bara di sampingnya. Dan itu membuat Bara semakin geram. Ia terpaksa menghentakan suara dalam panggilannya untuk Airin saat itu, dengan diiringi tangannya yang menepuk bahu Airin.

Dengan rasa kagetnya, Airin tersenyum nervous

menatap wajah Bara yang terlihat suram, sambil melepas

headset dari kedua telinganya.

Airin mengambil nafas, menegur Bara yang langsung duduk di bangku kosong di hadapannya, “Hei…,”sapanya ragu.

Bara menatap Airin kesal, “Hei…hei…hei…!! Dari tadi dipanggilin, kamu diam aja…!!,”ucapnya nyolot.

Airin meneguk segelas air putih di depannya, “Ya maaf…aku kan, lagi dengerin musik,”sahut Airin.

(12)

Muramnya wajah Bara terlihat mereda. Pertemuan itu berlangsung singkat. Setelah makan siang, Bara harus segera ke kantornya, dan Airin pun harus segera ke Rumah Sakit tempatnya praktek. Dengan pertimbangan yang tak cukup lama, mereka memutuskan pertemuan itu dilanjut nanti malam, sesaat keduanya tak begitu sibuk dengan masing-masing pekerjaan yang kadang menyita waktu ketemuan mereka yang rutin.

Bara dan Airin melangkah keluar café.

Airin melangkah pelan menuju parkiran, dan berkata, “Sampai nanti malam, ya…!!.”

“Iya…bye…,”sahut Bara.

Airin mendapati mobilnya, ia pun melesat cepat dengan mobilnya, meninggalkan Bara yang melambaikan tangannya di depan pintu café.

*****

Dari kejauhan terlihat sosok Bara menunggu lelah Airin di depan rumah perempuan itu. Tak lama Bara menunggu, seberkas cahaya masuk ke halaman rumah Airin, melewati pagar tinggi yang membentang sepanjang halaman rumah Airin.

(13)

Seberkas cahaya itu redup, terlihat mobil sedan berwarna hitam di baliknya. Perlahan pintu tempat pengendara mobil terbuka, sosok Airin pun terlihat jelas di mata Bara. Airin melangkah perlahan tapi pasti menuju Bara yang telah menunggunya.

“Sori…lama, ya ?,”tanya Airin tersenyum jahil, menggoda Bara yang jelas-jelas terlihat lelah karena lama menunggu dirinya.

Bara mengerutkan dahinya, “Lihatnya….?!,”tanya Bara cemberut.

Airin tertawa kecil, melihat Bara yang masih memasang wajah cemberutnya itu, “Uuhhh, segitunya ?! Aku minta maaf, deh !,”Airin berusaha mengembangkan senyum Bara dengan kedua tangannya, “Nah…gitu kan, lebih enak dilihat !!,”Airin tersenyum kecil, menatap genit Bara.

Bara tersenyum lelah, “Seneng ya, bikin orang nunggu lama ?!.”

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 3 tersebut, urutan kemungkinan alternatif strategi bisnis yang bisa dilakukan oleh UMKM batik Semarang adalah pertama, strategi SO dengan skor paling

Konsentrasi asam formiat dan waktu reaksi merupakan kondisi proses yang berpengaruh terhadap yield pulp dan kadar lignin pulp. Nisbah cairan-padatan tidak

Walau ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, tetapi ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Interaktif E-Modul Berbasis Flash Untuk

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Malang Tahun 2014 mengambil tema pembangunan “Peningkatan Infrastruktur untuk mendukung Pertanian, Industri,

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1)

Kementrian Pertanian telah melepas lebih dari 233 varietas unggul yang terdiri atas 144 varietas unggul padi sawah inbrida, 35 varietas unggul padi hibrida, 30 varietas unggul