• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap, dan Penerapan Kadarzi di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengetahuan, Sikap, dan Penerapan Kadarzi di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengetahuan, Sikap, dan Penerapan Kadarzi di Desa Pekuncen, Kecamatan

Sempor

Nur Hayati, Sigit Mulyono

Nur Hayati: Kampus FIK UI, JL. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424 Email: nur.hayati93@ui.ac.id  

 

Abstrak

Program Kadarzi yang telah dikembangkan pemerintah hingga tingkat pedesaan merupakan salah satu solusi yang dirancang untuk mengentaskan permasalahan gizi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran pengetahuan, sikap dan penerapan Kadarzi di Desa Pekuncen. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan desain cross-sectional . Sampel penelitian ini merupakan ibu di setiap RW di wilayah Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor sebesar 106 responden yang dipilih dengan teknik Non Random Sampling dengan pendekatan quota sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu di Desa Pekuncen memiliki pengetahuan dan sikap Kadarzi yang baik. Sejumlah 84% keluarga di Desa Pekuncen telah menerapkan Kadarzi.

Kata kunci: Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), ibu, pengetahuan, penerapan, sikap. Abstract

Kadarzi Program which has been developed by the government to a local level is one of solution that is designed to alleviate nutrition problems in Indonesia. This study aims to identify the description of knowledge, attitudes and application Kadarzi in the Pekuncen village. The research design was a quantitative descriptive, cross sectional reapproachment and using mother as sample in every region (RW) at Pekuncen village, District Sempor by 106 respondents who were selected by the Non-Random Sampling technique with quota sampling approach. The results showed that most of the mothers in the Pekuncen village have a good knowledge and attitudes toward Kadarzi program. A total of 84% of the families in the Pekuncen village have applied Kadarzi.

Keywords: Family Literacy Nutrition (Kadarzi), mother, knowledge, application, attitude.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih erat dengan permasalahan gizi pada warganya. Gizi buruk di Indonesia mencapai angka 40,41% dari 241.182.182 jiwa. Dari keseluruhan jumlah kasus permasalahan gizi terdapat sekitar 6 % dari total jumlah balita menderita gizi buruk, 7,3% balita dengan gizi kurang dan 14% balita dengan gizi lebih (Riskesdas, 2011).

Untuk menanggulangi masalah gizi di Indonesia, sejak tahun 1999 telah dikeluarkan Inpres nomor 8 tahun 1999 tentang gerakan nasional penanggulangan masalah pangan dan gizi yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, dan pemantapan kerjasama lintas sektor (Almatsier, 2004). Sejalan dengan Inpres tersebut, Departemen Kesehatan RI (2007) menetapkan sasaran prioritas dalam strategi utama untuk mempercepat penurunan gizi kurang pada balita adalah mewujudkan

(2)

program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No

747/Menkes/SK/VI/2007 ditetapkan bahwa target nasional untuk keluarga sadar gizi adalah 80% keluarga di Indonesia bisa melaksanakan perilaku sadar gizi atau mencapai status Kadarzi.

Keluarga dapat dikatakan mencapai status Kadarzi jika telah menerapkan lima indikator perilaku giziyaitu menimbang berat badan balita secara teratur, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada balita, makan beranekaragam makanan, mengonsumsi garam beryodium dalam jumlah yang cukup, serta mengonsumsi suplemen sesuai anjuran (Depkes RI, 2007).

Dalam penelitian ini penulis meneliti pengetahuan, sikap dan penerapan Kadarzi yang sudah dirancang pemerintah sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan gizi. Pengetahuan, sikap, dan penerapan Kadarzi perlu untuk diteliti untuk mengetahui bagaimana dampak dari sosialisasi program Kadarzi yang telah ditunjuk pemerintah sebagai salah satu program untuk menangani masalah gizi. Pengetahuan, sikap, dan penerapan seseorang terkait kadarzi merupakan komponen yang saling terkait satu sama lain. Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan

konsumsi pangan dirinya dan keluarganya. Tingkat pengetahuan ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan makan. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan (Pranadji, 1988). Pada tahun 2009, Kabupaten Kebumen merupakan wilayah dengan angka gizi buruk tertinggi di Jawa Tengah walaupun setiap wilayahnya telah terjamah program Kadarzi (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Salah satu wilayah di Kabupaten Kebumen yang angka gizi buruknya masih diatas rata-rata kabupaten adalah Desa Pekuncen walaupun program Kadarzi telah masuk wilayah ini sejak tahun 2007 sehingga penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan penerapan perilaku Kadarzi perlu untuk dilakukan. Selain itu, penelitian terkait penerapan Kadarzi di Desa Pekuncen belum pernah dilakukan.

METODOLOGI

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sadar gizi (kadarzi) ibu di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor. Populasi penelitian ini adalah ibu di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor. Sampel merupakan sejumlah ibu yang mewakili setiap RW (terdapat 8 RW) di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor dan memenuhi kriteria inklusi sampel penelitian.

(3)

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

Non Random Sampling dengan pendekatan

kuota sampling, yaitu mengambil sejumlah tertentu ibu balita disetiap RW yang memenuhi kriteria dapat menjadi responden di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor. Jumlah sampel yang diambil adalah 106 orang. Jumlah ini diperoleh berdasarkan Dahlan (2009) dalam Farida (2004), dengan Zα (tingkat kepercayaan) sejumlah 1,65, kesalahan presisi yang masih diterima atau presisi mutlak (d) sejumlah 0,1 dan P = 0,5. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang mencakup pengkajian terhadap karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan), riwayat gizi keluarga (pantangan/tradisi makan makanan tertentu, status gizi balita, serta penyuluhan dan informasi kadarzi), pengetahuan, sikap dan penerapan kadarzi.

Data yang diperoleh diolah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis univariat pada software. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel yang diteliti dengan mendapatkan besar proporsi, ukuran tengah (mean, median, dan modus), dan variasi (standar deviasi, interval, dan nilai minimal dan maksimal).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data dilakukan selama satu bulan dengan responden sebanyak 106 orang. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Ibu yang ikut dalam penelitian ini berada pada usia dewasa muda (20-40 tahun) dengan jumlah 63.2%, usia dewasa tengah dengan jumlah 31.1% dan dewasa akhir sejumlah 5.7%. Terkait dengan gizi keluarga, pada usia dewasa muda, wanita banyak belajar dan mencari tahu tentang hal apa saja yang perlu ia lakukan demi kebaikan keluarganya. Oleh karena itu mereka mudah untuk menerima dan menerapkan informasi gizi yang mereka dapat. Mereka juga akan lebih berhati-hati dalam menjaga anak mereka agar selalu sehat dengan menerapkan ilmu gizi yang telah mereka dapat (Farida, 2004). Separuh responden memiliki latar belakang pendidikan rendah dengan persentase 59.4%, sedangkan dengan latar belakang pendidikan tinggi berjumlah 40.6%. Pendidikan rendah tak menjamin seseorang untuk tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap terhadap gizi keluarga. Pengetahuan atau informasi tentang gizi tidak harus didapatkan dari pendidikan formal. Informasi tentang gizi dan pemeliharaan kesehatan keluarga dapat didapatkan dari pendidikan informal seperti di Posyandu, PKK, Dharma Wanita, dan banyak

(4)

media lain yang mengulas tentang gizi keluarga (Fauji, 2010).

Sebagian besar responden berstatus tidak bekerja yaitu sejumlah 73.6% dan responden bekerja berjumlah 26.4%. Ibu rumah tangga tentunya memiliki banyak waktu untuk memperhatikan asupan gizi keluarganya secara langsung. Menurut penelitian Munadhiroh (2009), Salah satu penyebab terjadinya masalah gizi dalam keluarga adalah karena status pekerjaan ibu, karena pekerjaan ibu dalam keluarga yaitu berperan dalam pengaturan makanan yang dikonsumsi untuk keluarganya, sehingga ibu yang bekerja di luar rumah cenderung menelantarkan pola makan keluarganya .

Lebih dari separuh keseluruhan responden memiliki penghasilan kurang, yaitu sejumlah 59.4% dan selebihnya yaitu 40.6% memiliki penghasilan yang cukup. Penghasilan memang memiliki relasi terhadap gizi dalam keluarga namun tidak menutup kemungkinan keluarga dengan karakteristik penghasilan kurang dapat memodifikasi makanan mereka agar tetap bergizi. Perbaikan gizi pada keluarga tergantung pada pola pengasuhan ibunya yaitu pada pemilihan pangan oleh ibunya sehingga dengan pengetahuan gizi, seorang ibu akan mampu memilih bahan makanan yang murah tetapi bergizi tinggi karena tidak semua harga bahan makanan yang mahal memiliki kandungan gizi tinggi (Munadhiroh, 2009).

Sebagian besar responden merupakan keluarga kecil, yaitu sejumlah 71.1% sedangkan 28.3% keluarga besar. Dengan jumlah keluarga yang relatif kecil maka tidak perlu mengabiskan uang berlebih hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok makan. Keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang jumlahnya banyak akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai lagi dengan kebutuhan anggota keluarga secara proporsional (Suhardjo, 2003).

B. Riwayat Gizi Keluarga

Berdasarkan adanya pantangan/tradisi makan makanan tertentu, mayoritas keluarga responden tidak memiliki tradisi/ pantangan makanan tertentu yaitu sejumlah 87% dan keluarga yang memiliki tradisi/pantangan sejumlah 13%. Sedioetama (2006) menyatakan bahwa adanya pandangan salah terhadap makanan dapat menimbulkan gangguan gizi yang serius di tingkat keluarga dimana salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap pola konsumsi keluarga adalah pantangan makanan atau tabu. Keluarga yang memiliki pantangangan / tradisi berpeluang besar untuk mengalami masalah kesehatan jika pantangan/tradisi makanan mereka merugikan kesehatan. Pantangan/tradisi memiliki pengaruh terhadap adanya permasalahan gizi.

Berdasarkan riwayat gizi balita, sebagian besar balita berstatus gizi normal yaitu

(5)

dengan jumlah 77.3%, disusul dengan balita dengan kategori gizi lebih yaitu sejumlah 18.9%. Jumlah terkecil diduduki oleh balita dengan status gizi kurang yaitu berjumlah 3.8%. Prevalensi gizi kurang di wilayah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi gizi kurang di Inodesia yang masih mencapai angka 17.9% pada tahun 2012 (Depkes RI, 2012). Dalam penelitian ini terdapat penemuan yang unik, dimana kondisi sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah namun nyatanya sebagian besar balita mereka berada pada status gizi balita normal. Pendidikan dan penghasilan rendah tak menjamin seseorang untuk tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap terhadap gizi keluarga karena kesadaran dan pengetahuan atau informasi tentang gizi tidak harus didapatkan dari pendidikan formal. Ibu yang aktif dalam kegiatan Posyandu misalnya akan memiliki pengetahuan yang baik terkait gizi keluarga.

Berdasarkan informasi dan penyuluhan gizi, Mayoritas responden pernah mendapatkan penyuluhan yaitu sejumlah 84.0% dan selebihnya, yaitu sejumlah 16% belum pernah. Lebih dari separuh responden telah terpapar informasi kadarzi yaitu sejumlah 58.5% dan yang kurang terpapar berjumlah 41.5%. Dengan terpaparnya ibu dengan informasi gizi tentunya akan berdampak positif terhadap penerapan dalam perilaku mereka. Dengan pengetahuan yang memadai, ibu akan lebih

yakin dalam menerapkan suatu ilmu karena mereka tahu alasan dan dampak yang akan keluarga dapat jika menerapkan perilaku kadarzi tersebut. Menurut Depkes (2007) paparan informasi kadarzi akan berdampak pada perubahan perilaku kadarzi apabila proses pemberian informasi kadarzi tersebut dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.

C. Pengetahuan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki skor total lebih dari sama dengan cut off mean, yaitu dengan jumlah 75% dan responden dengan skor kurang dari cut off mean berjumlah 24.5%. Pengetahuan yang baik ini tentunya didasari oleh kebermanfaatan dari penyuluhan yang sudah rutin dilakukan oleh kader Posyandu dan informasi kadarzi yang telah didapatkan oleh responden. Dengan adanya penyuluhan yang menyajikan informasi tentang gizi akan membuat pengetahuan ibu semakin bertambah (Soeditama, 2006). D. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar responden memiliki skor total lebih dari sama dengan cut off mean, yaitu dengan jumlah 63.2% dan responden dengan skor kurang dari cut off mean berjumlah 36.8%. Banyaknya ibu balita yang bersikap positif terhadap kadarzi disebakan karena sebagian besar ibu memiliki pengetahuan gizi yang sudah baik. Hal ini sesuai dengan

(6)

Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa komponen pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menentukan sikap.

E. Penerapan Kadarzi

Dalam hasil penelitian ini, mayoritas keluarga telah menerapkan 5 indikator perilaku kadarzi yaitu sejumlah 84.0% dan sisanya, 16% belum menerapkan 5 indikator keluarga berperilaku kadarzi. Sedang untuk setiap komponen indikator perilaku kadarzi, tingkat penerapanya tampak pada Tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Indikator Perilaku Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) Responden di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Jawa

Tengah Pada Tahun 2013 (n=106) Jenis Perilaku Kadarzi Baik (%) Belum Baik (%) Total (%) 1.Makan beraneka ragam 2.Menimbang berat badan balita secara rutin 3.Memberikan ASI ekslusif 6 bulan 4.Mengonsumsi garam beryodium 5.Mengonsumsi vitamin Vitamin A (pada balita) Kapsul besi Fe (pada bumil) 83.0% 94.3% 85.0% 92.5% 99.1% 95.3% 17.0% 5.7% 15.0% 7.5% 0.9% 4.7% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Berdasarkan hasil analisis penelitian, Desa Pekuncen Kecamatan Sempor telah mencapai target nasional 80% karena dapat dilihat persentase keluarga yang telah menerapkan Kadarzi telah mencapai 84% dan setiap indikator dari perilaku Kadarzi telah diterapkan oleh mayoritas keluarga. Penerapan setiap indikator perilaku Kadarzi yang telah diterapkan dengan baik dikarenakan oleh sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang memadai terkait gizi sehingga mereka dapat menentukan sikap gizi yang baik untuk keluarga mereka dan akhirnya berdampak positif pada pemenuhan gizi keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian Madihah (2002) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan perilaku keluarga sadar gizi.

KESIMPULAN

Program Kadarzi yang merupakan upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan kurang gizi sudah tersosialisasi dengan baik di Desa Pekuncen. Penerapan Kadarzi di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor sudah mencapai target nasional yaitu 80% dan mayoritas keluarga telah menerapkan indikator perilaku kadarzi. Sebagian besar balita di Desa Pekuncen Kecamatan Sempor telah berada pada kondisi gizi normal, permasalahan gizi kurang berangsur-angsur dapat teratasi.

(7)

Pada penelitian ini juga didapatkan fakta bahwa memang kecenderungan kasus gizi lebih tidak hanya terjadi di perkotaan yang memiliki gaya hidup serba instant namun juga dipedesaan. Dalam hal ini kasus gizi lebih juga harus mendapatkan perhatian karena permasalahan gizi lebih juga dapat berakibat buruk jika tidak mendapatkan penanganan. Untuk masa yang akan datang, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan penerapan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan akan lebih baik lagi jika penelitian selanjutnya melakukan observasi terhadap penerapan perilaku kadarzi dalam keluarga sehingga hasil penelitian mengenai penerapan Kadarzi yang didapatkan lebih akurat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Alloh SWT yang selalu melimphakan rahmat Nya sehingga manuskrip ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kepada Bapak Sigit Mulyono, SKp.,MN yang selalu memberikan waktu dan kesabaran untuk membimbing peneliti. Keluarga dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan manusrip ini. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan penelitian ini. semoga dengan diaksanakanya penelitian

ini akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan dunia keperawatan.

REFERENSI

Apriadji, W. H. (1996). Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar Swadana.

. (2007). Pedoman operasional keluarga sadar gizi di Desa Siaga. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI.

. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia 2011. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes RI.

. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Depkes RI. . (2012). Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Jakarta: Kemenkes RI.

Farida, Yayu Baliwati, dkk. (2004). Pengantar pangan dan gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Fauji, Lutfi. (2010). Faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku sadar

gizi pada keluarga balita di

Kelurahan Karangbanimpal

Kecamatan Purwaharja Kota Banjar. Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

(8)

Hardinsyah. (2007). Review determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, vol 2 Juli 2007. Hurlock, E.B.(1993). Psikologi

Perkembangan: Suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga

Madihah. (2002). Faktor-Faktor Predisposisi yang Berhubungan dengan Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) di Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan Tahun 2002. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Mappiare, Andi. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional Marsigit, Wuri. (2004). Inventerisasi Jenis

Taaman Sumber Zat Gizi yang

Dibudidayakan Petani dan

Kontribusinya terhada Konsumsi Gizi Keluarga. Jurnal Akta Agrosia Vol 7 No. 1, 23 Jan-Juni 2004 .

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Munadhiroh. (2009). Model Penelitian “ 6-PSI-Sehat” bagi Ibu serta Dampaknya Terhadap Perilaku Ibu, Lingkungan Pembelajaran, Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Dini. Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). promosi kesehatan (teori dan aplikasi). Jakarta: Rineka Cipta.

Sedioetama, Achmad Djaeni. (2006). Ilmu gizi jilid untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.

Sukarni, M. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius. WHO. (2010). Obesity: Preventing and

Managing The Global Epidemic. Geneva : WHO Technical Report.

Referensi

Dokumen terkait

Berikut data peranti kohesi yang berupa konjungsi koordinatif yang ditemukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 9 Tahun 2010 tentang Desa.. (12) Untuk pencalonan

Pekerjaan : Pengadaan Peralatan Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Tahun Anggaran 2011. Nomor :

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara membandingkan antara anggaran dan keterserapan anggaran bantuan operasional kesehatan untuk setiap

Hasil diatas dapat dianalisis bahwa tanggungan orangtua di Desa Pulau Sipan Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi monyoritas memikul beban yang dikategorikan

Dimana isi dalam penelitian ini berisi pembahasan terhadap hasil penelitian yang merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang

Faktor pendukung dan faktor penghambat Penanaman Karakter Islami berbasis School branding di SMPN 3 Slahung Ponorogo adalah faktor pendukung meliputi adanya

Penanaman Modal di Kabupaten Kulon Progo yang selanjutnya disebut Tim Verifikasi dan Penilaian adalah kelompok kerja yang dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati untuk

pengujian normalitas data adalah sebagai berikut. a) Apabila nilai signifikansi (p) > 0,05 data terdistribusi normal b) Apabila nilai signifikansi (p) < 0,05 data