• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Hirarki Triple Helix Untuk Menentukan Prioritas Berkelanjutan UKM (Studi Kasus UKM D organic)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Hirarki Triple Helix Untuk Menentukan Prioritas Berkelanjutan UKM (Studi Kasus UKM D organic)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SENATEK 2015| Malang, 17 Januari 2015 565

Penyusunan Hirarki Triple Helix Untuk Menentukan Prioritas

Berkelanjutan UKM (Studi Kasus UKM D’organic)

M. Imron Mas’ud*

*) Program Studi Teknik Industri, Universitas Yudharta Pasuruan e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Salah satu prinsip dasar dalam metodologi Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah dengan penyusunan hirarki. Pada dasarnya, penyusunan hirarki mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk menyeleksi setiap elemen sistem dalam setiap tingkat. Tujuan penelitian ini untuk menyusun hirarki yang merupakan langkah awal dalam langkah metodologi AHP dalam menentukan prioritas aspek triple helix untuk berkelanjutan ukm D’Organic. Hasil penelitan didapat bahwa hirarki aspek triple helix untuk keberlangsungan ukm D’Organic tersusun atas empat level yaitu tujuan (goal), steackholder (academic, business, government), criteria (layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi, pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja), dan alternative (jangka pendek, menengah, dan panjang).

Kata kunci: Penyusunan Hierarki, AHP, UKM D’Ognanic. ABSTRACT

One of the basic principles of the methodology Analytical Hierarchy Process (AHP) is the preparation of the hierarchy. Basically, the preparation of the hierarchy reflects the natural tendency of the mind to select each element of the system in each level. The purpose of this study to develop a hierarchy which is the first step in the AHP methodology step in setting priorities for the sustainable aspects of the triple helix SMEs D'Organic. Research results obtained that the hierarchical aspect of the triple helix to the sustainability of SMEs D'Organic composed of four levels namely destination (goal), steackholder (academic, business, government), criteria (guidance services / consulting, mentoring, coaching / training, market access facilities, capital, technology assistance, help information, loan capital, technology loans, loan information, and set up a working group), and the alternative (short, medium, and long).

Keywords:Preparation of hierarchy, AHP, SMEs D'Ognanic. Pendahuluan

Dewasa ini usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, diantaranya berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja serta berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Persaingan usaha sudah merambah kesegala sektor tidak terkecuali pada sektor UKM Indonesia, negara-negara dengan ekonomi transisi berada di bawah tekanan untuk meningkatkan kegiatan usaha kecil yang akan memungkinkan pertumbuhan yang cepat dengan dampak minimal pada sumber daya alam. Meskipun tantangan spesifik ekonomi dalam transisi didepan mata, pengembangan (berkelanjutan) usaha kecil belum fokus dari penelitian akademis, sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan terkait dengan peran dari kebijakan publik, tingkat risiko dan pengaruhnya terhadap kreativitas usaha kecil, peran pengetahuan dalam

(2)

SENATEK 2015| Malang, 17 Januari 2015 566 menyebarkan nilai-nilai dan mendorong aspirasi, eksternalitas diciptakan untuk masyarakat dan hubungan antara keberlanjutan.

Saat ini Indoensia menghadapi Masyarakat Economic Asean (MEA), dengan diberlakukannya perdagangan bebas ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) pada tahun 2015 sehingga bagi pelaku usaha dituntut untuk bisa inovatif dalam menjalankan usahanya, keterlibahan para akademisi, praktisi dan birokrasi dituntut untuk bisa berperan aktif, sehingga sumber daya alam yang melimpah dan melekat pada suatu daerah bisa di optimalkan sehingga tercipta usaha – usaha ekonomi masyarakat yang tangguh dan handal. Sehingga perlu ketelibatan berbagai steackholder (triple helix) yang terdiri dari Academic, Business, and Government (ABG) agar ukm dapat bekelanjulan dalam menjalankan usahanya. Triple helix merupakan suatu pendekatan yang menguraikan tentang bagaimana sebuah inovasi muncul dari adanya hubungan yang seimbang, timbal balik, dan terus menerus yang dilakukan antar akademisi (perguruan tinggi dan lembaga penelitian & pengembangan), pemerintah (government), dan para pelaku/sektor bisnis (entreprises) [1]. Sinerginitas ketiga komponen tersebut dikenal dengan istilah ABG (Academic, Business, and Government).

Gambar 1. Model Sinergi Triple Helix

Pendekatan triple helix ini diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydesdorff, pendekatan ini menekankan bahwa interaksi ketiga kompenen tersebut merupakan kunci utama bagi peningkatan kondisi yang kondusif bagi inovasi. Kontribusi keterlibatan akademik sebagai centre of excellence melalui aktivitas akademik berbasis penelitian seperti yang tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi. Sedangkan kontribusi pelaku usaha sebagai penyedia permintaan kebutuhan konsumen. Untuk pihak pemerintah berkonstribusi sebagai pembuat kebijakan.

Sinergi ketiga kalangan yang memiliki konstribusi berbeda tersebut secara ideal akan meningkatkan informasi pengetahuan dalam suatu wilayah sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pengembangan daya saing ekonomi masyarakat sekitar pada khususnya dan nasional pada umumnya.

Salah satunya yaitu ukm D’Organik yang merupakan salah satu UKM yang ada di Cowek Purwodadi Pasuruan yang memproduksi aneka makanan yang bahan bakunya dari jamur seperti keripik jamur, abon jamur, dendeng jamur, bakso jamur, nugget jamur, dan ice cream jamur.

Produk yang diproduksi oleh UKM ini adalah aneka produk berbahan baku jamur tiram, agar lebih maju dan berkembang dengan baik dan cepat diperlukan perencanaan yang tepat dalam menentukan keputusan-keputusan atas segala usaha yang dijalankan sehingga diketahui prioritas utam yang harus di putuskan dan dikerjakan sehingga usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan optimal..

Salah satu metode untuk penentuan prioritas dalam analisis multikriteria adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Menurut Saaty [2], AHP merupakan metode yang mensintesis perbandingan judgment pengambil keputusan berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Metode AHP ini dipergunakan untuk membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna

(3)

SENATEK 2015| Malang, 17 Januari 2015 567 mengembangkan bobot atau prioritas. menurut Saaty [2], hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Adapun ide dasar prinsip kerja AHP menurut Marimin [3] adalah Penyusunan Hirarki, Penilaian Kriteria dan alternatif, Penentuan Prioritas, dan Konsistensi Logis.

Gambar 2. Struktur Hierarki

Penyusunan hirarki mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. Menurut Saaty [2] terdapat dua macam hirarki yaitu struktural dan fungsional. Pada hirarki struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural mereka; misalnya : ukuran, bangun, warna atau umur. Hirarki struktural sangat erat kaitannya dengan cara otak kita menganalisis hal yang kompleks, yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indra menjadi sejumlah gugusan, subgugusan, dan gugusan yang lebih kecil lagi. Sedangkan hirarki fungsional menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka.

Suryadi dan Ali R. [4] menyatakan bahwa suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan dalam beberapa sub tujuan yang lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan pertama. Penjabaran ini dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh tujuan yang bersifat operasional. Selanjutnya, Saaty [2] menyatakan bahwa setiap set elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat (level) hirarki. Tingkat puncak, di sebut fokus atau goal yang terdiri atas satu elemen, yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat-tingkat (level hirarki) berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa elemen, meskipun jumlahnya biasanya kecil – antara lima sampai dengan sembilan, dan elemen-elemen dalam setiap tingkat harus dari orde (derajat) besaran yang sama.

Dalam penyusunan hirarki, Suryadi dan Ali R. [4] menyatakan bahwa tidak ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambil keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Sedangkan Saaty [2] menyatakan bahwa bila elemen-elemen suatu tingkat tak dapat dengan mudah dibandingkan maka suatu tingkat baru dengan perbedaan yang lebih nyata harus diciptakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah tingkat dalam suatu hirarki tidak ada batasnya. Namun, mengingat suatu hirarki menggambarkan model bagaimana otak menganalisis kompleksitas maka Saaty [2] menyatakan bahwa hirarki harus cukup luwes untuk menangani kompleksitas. Selanjutnya, Saaty [2] juga menyatakan bahwa satu-satunya pembatasan dalam menyusun elemen secara hirarki adalah bahwa setiap elemen yang berada setingkat diatasnya berfungsi sebagai kriteria untuk menaksir pengaruh relatif elemen-elemen di tingkat bawahnya.

Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk mengelaborasi desain hirarki menurut Saaty dan Luis [5] yaitu dengan 1) mengidentifikasi keseluruhan sasaran, 2) mengidentifikasi sub sasaran, 3) mengidentifikasi kriteria yang dapat digunakan, 4) mengidentifikasi sub kriteria dari setiap kriteria yang digunakan, 5) mengidentifikasi aktor-aktor yang terkait, 6) mengidentifikasi tujuan, 7) mengidentifikasi aktor kebijakan, 8) mengidentifikasi pilihan-pilihan, hasil, atau alternatif, 9) mengambil hasil yang paling

(4)

SENATEK 2015| Malang, 17 Januari 2015 568 diinginkan dan membandingkan rasio dari manfaat terhadap biaya-biaya pembuatan keputusan, dan 10) melakukan analisa manfaat/biaya dengan menggunakan nilai-nilai marginal.

Tujuan penelitian ini untuk menyusun hirarki yang merupakan langkah awal dalam langkah metodologi AHP dalam menentukan prioritas aspek triple helix untuk berkelanjutan ukm D’Organic. Penelitian ini menitikberatkan pada penyusunan hirarki triple helix untuk menentukan prioritas ukm D’Organic.

Metode Penelitian

Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing steackholdel, baik pihak academisi, business, maupun government menyebabkan pentingnya penentuan prioritas untuk keberlangsungan ukm. Aspek triple helix perlu dipertimbangkan prioritas karena hal tersebut berdampak pada keberlangsungan ukm, sehingga perlu disusun hirarki triple helix tersebut.

Hasil telaah terkait peraturan kementrian koperasi dan UKM, tri dharma perguruan tinggi serta keinginan para pelaku usaha lainnya, didapat beberapa aspek triple helix yang berkaitan dengan keberlanjutan suatu UKM, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Aspek triple helix pada ukm

No Item

1 Pemerintah memberikan layanan bimbingan/konsultasi

2 Pemerintah memberikan Pendampingan

3 Pemerintah memberikan Pembinaan/Pelatihan

4 Pemerintah memfasilitasi Akses Pemasaran

5 Pemerintah memberikan Bantuan modal

6 Pemerintah memberikan Bantuan teknologi

7 Pemerintah memberikan Bantuan informasi

8 Pemerintah memberikan Pinjaman modal

9 Pemerintah memberikan Pinjaman teknologi

10 Pemerintah memberikan Pinjaman informasi

11 Pemerintah membuat dan mendirikan kelompok kerja (Kopja)

12 Perguruan Tinggi/universitas memberi layanan bimbingan/konsultasi

13 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pendampingan

14 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pembinaan/Pelatihan

15 Perguruan Tinggi/universitas memfasilitasi Akses Pemasaran

16 Perguruan Tinggi/universitas memberi Bantuan modal

17 Perguruan Tinggi/universitas memberi Bantuan teknologi

18 Perguruan Tinggi/universitas memberi Bantuan informasi

19 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pinjaman modal

20 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pinjaman teknologi

21 Perguruan Tinggi/universitas memberi Pinjaman informasi

22 Perguruan Tinggi/universitas membuat dan mendirikan kelompok kerja (Kopja)

23 Pelaku usaha lain memberi bantuan layanan bimbingan/konsultasi

24 Pelaku usaha lain memberi Pendampingan pada usaha kita

25 Pelaku usaha lain memberi Pembinaan/Pelatihan

26 Pelaku usaha lain memfasilitasi Akses Pemasaran

27 Pelaku usaha lain memberi Bantuan modal

28 Pelaku usaha lain memberi Bantuan teknologi

29 Pelaku usaha lain memberi Bantuan informasi

30 Pelaku usaha lain memberi Pinjaman modal

31 Pelaku usaha lain memberi Pinjaman teknologi

32 Pelaku usaha lain memberi Pinjaman informasi

33 Pelaku usaha lain membuat dan mendirikan kelompok kerja (Kopja)

Sumber: Diolah

Tahapan penelitian ini (gambar 3) diawali dengan menentukan fokus (goal), menentukan prioritas alternatif-alternatif yang akan dipilih, melakukan identifikasi terhadap elemen-elemen penting yang

(5)

SENATEK 2015| Malang, 17 Januari 2015 569 mempengaruhi keputusan, mengelompokkan elemen yang saling berpengaruh (homogen), menyusun kumpulan elemen ke dalam suatu hirarki yang berada setingkat diatasnya yang berfungsi sebagai kriteria untuk menaksir pengaruh relatif setiap elemen di tingkat bawahnya. Penyusunan hirarki berasal dari undang-undang dari kementrian, buku referensi dan laporan penelitian terdahulu yang relevan (tabel 1).

Gambar 3. Flowchart Penelitian Hasil dan Pembahasan

Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keputusan penentuan prioritas pada ukm D’Organic dengan adanya aspek triple helix bahwa pengambil suatu keputusan akan mempertimbangkan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan bila aspek triple helix masuk dan ikut serta pada ukm sehingga dapat berjalan secara berkelanjutan. Pada dasarnya, keberlanjutan suatu ukm diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pelaku usaha (D’Organic) untuk meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat. Selain itu, terdapat faktor yang juga dipertimbangkan yaitu terciptanya peluang sosial dan perkembangan ekonomi masyarakat.

Berdasarkan aspek triple helix, maka fokus (goal) yang merupakan sasaran keseluruhan adalah triple helix dalam kerberlanjutan ukm, sedangkan alternative steackholder adalah academic, business, dan government (ABG). Ukm D’Organic yang akan ditentukan prioritas triple helixnya untuk diperbaiki. Identifikasi terhadap elemen-elemen penting yang mempengaruhi hasil keputusan perbaikan yaitu layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi, pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja. Elemen-elemen tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1) kelompok pelaku (aktor atau pengambil keputusan) yaitu academic, business, dan government (ABG); 2) kelompok faktor yaitu layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi, pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja; dan 3) kelompok alternative yaitu jangka pendek, menengah, dan panjang. Adapun penyusunan hirarkinya adalah sebagai berikut:

Perumusan Masalah

Tahap Identifikasi dan Pengumpulan Data

Tahap Penyusunan Hierarki Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Kajian Lapangan Hierarki Triple Helix AHP

Penentuan Fokus (goal)

Menentukan prioritas alternatif Identifikasi elemen penting Mengelompokkan elemen yang saling

berpengaruh (homogen)

Kesimpulan dan Saran Tahap Kesimpulan dan Saran Menyusun kumpulan elemen ke dalam

(6)

SENATEK 2015| Malang, 17 Januari 2015 570 Gambar 4. Hierarki Triple Helix

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hirarki untuk prioritas keberlanjutan ukm merupakan hirarki triple helix yang tersusun atas empat level hirarki yaitu tujuan (goal), steackholder (academic, business, government), criteria (layanan bimbingan/konsultasi, pendampingan, pembinaan/pelatihan, fasilitas akses pemasaran, bantuan modal, bantuan teknologi, bantuan informasi, pinjaman modal, pinjaman teknologi, pinjaman informasi, dan mendirikan kelompok kerja), dan alternative (jangka pendek, menengah, dan panjang).

Daftar Pustaka

1. Amaral dkk. 2010. Micro-Evidence of a Triple Helix in The Brazilian Regional Development,. Prosiding dari The Xxi ISPIM Conference 2010. Tanggal 6-9 Juni 2010, Bilbao, Spanyol. 2. Saaty T.L. Decision making for leaders : The Analytical Hierarchy Process for Decisions in a

complex world. RWS Publications. United States of America. 1986.

3. Marimin. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Grasindo. Jakarta. 2004.

4. Suryadi K., M. Ali R. Sistem Pendukung Keputusan : Suatu wacana struktur idealisasi dan implementasi konsep pengambilan keputusan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2002. 5. Saaty T.L., Luis G.V. Decision Making in Economic, Political, Social and Technological

Environments with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications. United States of America.1994.

Referensi

Dokumen terkait