• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai rasa trauma, kebingungan dan mengagetkan. Berdasarkan hasil dari beberapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai rasa trauma, kebingungan dan mengagetkan. Berdasarkan hasil dari beberapa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena transisi dari seorang mahasiswa menjadi perawat dideskripsian sebagai rasa trauma, kebingungan dan mengagetkan. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang dirangkum dalam Chandler (2012) dilaporkan bahwa perasaan stres dan kesusahan yang sering ditemui pada perawat fresh graduate dalam praktek tahun pertama mereka. Perawat baru dideskripsikan sebagai proses transisi dimana perawat merasa dirinya kurang mampu, memiliki tanggung jawab yang tidak dapat terselesaikan, merasa takut kepada dokter serta mengalami kesulitan dalam mengorganisir, memprioritaskan dan mendelegasikan. Pengalaman transisi praktek seringkali menimbulkan perasaan traumatik selama tahun pertama, ketika lulusan baru merasakan dunia nyata dari perawatan kesehatan. (Ducshler & Cowin, 2004, dalam Sherman, 2009)

Survey yang dilakukan di Kanada menunjukkan bahwa 30 % perawat fresh graduate yang lulus dalam 5 tahun terakhir meninggalkan posisi mereka sebagai perawat. (Bowles & Candela, 2005, dalam Chandler, 2012). Casey (2004, dalam Chandler 2012) melaporkan bahwa terdapat perasaan tidak puas terhadap lingkungan kerja, masalah beban kerja dan perasaan tidak berharga yang dialami oleh perawat fresh graduate. Menurut studi kualitatif yang dilakukan oleh Purwandi dan Mulyono (2011) pada 5 orang mahasiswa Program Ners FKIK Unsoed melaporkan bahwa hubungan profesional dengan disiplin ilmu lainnya dirasakan sebagai tekanan tersendiri oleh mahasiswa, adanya perasaaan tidak nyaman terhadap penyedia asuhan

(2)

kesehatan lainnya, serta persepsi bahwa penyedia asuhan kesehatan lainnya berlaku tidak ramah pada mereka.

Penempatan perawat fresh graduate atau mahasiswa program profesi ners dalam lingkungan praktik klinis menghadapkan mereka pada tanggung jawab profesional. (Sherman, 2009). Hidayat (2002) menjelaskan bahwa pemberian asuhan keperawatan secara profesional dapat bersifat saling berhubungan dan saling bergantung dengan sistem pemberian pelayanan profesional lainnya. Sifat saling tergantung mempunyai arti bahhwa sistem pemberian pelayanan saling memerlukan dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Perawat sebagai bagian dari organisasi dalam ruang lingkup rumah sakit, dalam setiap harinya menjalin hubungan profesional dengan penyedia asuhan kesehatan lainnya, termasuk dokter. Setiap perawat baik perawat senior maupun perawat junior serta mahasiswa praktik/mahasiswa program pendidikan profesi ners dituntut untuk dapat menjalin hubungan professional dengan dokter. Chandler (2012) menjelaskan bahwa, bekerja dalam sebuah tim dengan beberapa disiplin ilmu di dalamnya berarti akan memunculkan berbagai perspektif dari pandangan ilmu masing-masing. Perawat yang berpartisipasi dalam sebuah tim perlu mengungkapkan mengenai kejelasan peran untuk semua praktisi, tidak hanya dokter baik dalam perumusan diagnosa, penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan berdasarkan perspektif setiap disiplin ilmu. Pernyataan ini dianggap mampu menjadi sarana untuk mahasiswa profesi ners untuk menunjukkan kemampuannya dalam menangani masalah kesehatan pasien.

Kallas selaku Vice President of Nursing Services juga mengemukakan bahwa kerjasama dalam tim merupakan salah satu elemen yang termasuk dalam nursing profile dimana perawat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam perawatan

(3)

kolaboratif dan juga dalam pengambilan keputusan. Perawat memiliki andil dalam pemberian perawatan untuk pasien dan bekerja sesuai dengan protokol dan profil profesinya yang berlandaskan perpesktif keperawatan

Menjalin hubungan profesional dengan penyedia asuhan kesehatan lainnya dapat menjadi hal yang menantang, tetapi akan menjadi hal yang menghambat apabila mahasiswa tidak yakin dengan kemampuannya dalam menjalin hubungan profesional tersebut. Etheridge (2007, dalam Chandler, 2012) melaporkan bahwa kurangnya rasa percaya diri dengan pengetahuan dan pengalaman yang dialami oleh mahasiswa praktik ataupun perawat baru menimbulkan perasaan khawatir bahwa mereka tidak akan memahami masalah kesehatan pasien, bagaimana bertindak secara independen dan kapan waktu yang tepat untuk menghubungi dokter.

Program profesi Ners sejatinya merupakan proses metamorfosis mahasiswa keperawatan untuk menjadi seorang perawat profesional. Nursalam dan Effendy (2008) mengemukakan bahwa program profesi ners ditujukan untuk mengolah kemampuan akademik, profesionalitas, mengembangkan kemampuan dalam melakakun pelayanan asuhan keperawatan serta sosialisasi dengan peran profesionalnya. Mahasiswa profesi ners dituntut untuk dapat menumbuhkan dan membina sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan ilmiah. Masa pertumbuhan dan pembinaan landasan profesi keperawatan ini disebut sebagai sosialisasi profesional (professional socialization) atau adaptasi profesional (proffesional adaption), yaitu masa seorang peserta didik menjadi perawat profesional. Dalam adaptasi ini, terdapat komuitas profesional kesehatan yang memiliki peran penting sebagai role model bagi mahasiswa profesi.

(4)

Proses adaptasi yang baru saja dimulai memungkinkan mahasiswa profesi mengeluarkan berbagai macam respon dalam menanggapi hal-hal yang baru saja dihadapi. Connerly (1977, dalam Ester, 2000) menggunakan istilah “kejutan praktik” sebagai penggambaran frustasi dan ketidaksenangan para mahasiswa profesi pada saat mulai bekerja ataupun berhubungan bersama disiplin/profesi lain. Perasaan inilah yang dapat menghambat terjalinnya hubungan profesional yang pada akhirnya dapat pula memberikan dampak pada kualitas pelayanan kesehatan.

Pelatihan pendekatan dengan setiap disiplin ilmu lain seharusnya sudah mulai diberikan selama mahasiswa masih berkosentrasi pada bidang akademik karena pada masa itulah dimulai peran sosialisasi. Hubungan yang positif dan sikap saling menghargai masing-masing peran antara satu dengan yang lain dapat berkembang sejak masih berkonsentrasi di bidang akademik. Pew Health Professions Commission (Shugars, O’Neil & Bader, 1991a) dalam laporannya : Healthy America : Practitioners for 2005: An Agenda for Action for U.S Health Proffessional Schools menyatakan perlunya latihan kerja kelompok yang lebih terintegrasi. Laporan lanjutan mereka: Health Professions Education for the Future : Schools in Service to the Nation (O’Neil, 1993) mengulang kembali anjuran untuk meningkatkan jumlah latihan antar-disiplin profesi. Laporan tesebut menjelaskan bahwa adanya partisipasi yang besar dari setiap profesi merupakan satu-satunya jalur yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang kompleks. Dengan strategi tersebut, sarana yang ada dapat dimanfaatkan secara lebih efektif dan tanggapan mengenai masalah akan lebih kreatif.

Synder (1981, dalam Ester, 2000) menemukan bahwa hubungan mahasiswa profesi dengan tenaga kesehatan lainnya di area klinis sangatlah minim. Pada contoh yang daimbilnya jumlah peserta didik yang menyatakan pernah mengamati suatu

(5)

kelompok kerja sama perawatan kesehatan ternyata cukup rendah, 50% pada tingkat asosiasi dan 16% pada tingkat sarjana muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun kurikulum menenkankan bahwa setiap mahasiswa profesi harus memiliki kemampuan efektif bekerja secara berkelompok, tetapi para mahasiswa mungkin belum mampu untuk menjalin hubungan profesional secara efektif karena mereka kurang medapatkan pengalaman praktek partisipasi secara kelompok. Adanya pelajaran khusus mengenai kelompok perawatan kesehatan serta konsep kelompok perawatan kesehatan yang diajarkan melalui mata kuliah atau kombinasi antara kuliah dan presentasi klinis dapat memberi sedikit gambaran serta persiapan yang bermanfaat untuk bekerja sebagai kelompok perawatan kesehatan. Beberapa hal yang dapat menghambat mahasiswa dalam menjalin hubungan profesional antar profesi antara lain kurangnya kehalian berinteraksi dalam kelompok yang dikaitkan dengan rasa kurang harga diri, keraguan atas kemampuan sendiri serta perasaan malu dan kurang tegas.

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang aktif berhubungan dengan disiplin ilmu lain, perawat akan terus berkomunikasi sehingga dapat mencapai atau memenuhi sasaran serta tugas secara efektif dan efisien. Seperti semua hubungan baik lainnya, hubungan profesional dengan disiplin ilmu lain yang ada di tempat kerja bergantung pada perilaku dan keterampilan komunikasi. (Sheldon, 2009). Hubungan profesional menuntut mahasiswa untuk mengolah kemampuan dalam berkomunikasi, karena komunikasi merupakan dasar suatu aktivitas dalam organisasi. Perbedaan kemampuan dalam mengkomunikasikan hal-hal tertentu dianggap juga menjadi masalah yang berujung pada kesulitan terjalinnya hubungan perawat-dokter sebagai mitra atau rekan kerja. Pengalaman praktik mahasiswa profesi yang baru saja memasuki lahan praktik juga merupakan sesuatu yang dirasakan sebagai penyebab

(6)

kesenjangan, adanya perbedaan respon dari setiap praktisi ketika melihat kemampuan mahasiswa berinteraksi dengan pasien.

Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu institusi pendidikan yang turut mengembangkan program pendidikan profesi Ners dengan tujuan mencetak tenaga keperawatan yang berkompeten tentunya terus memerlukan perkembangan dan pembenahan dari berbagai sektor. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada responden mahasiswa program profesi ners gelombang 8 dan gelombang 9, menunjukkan bahwa proses transisi dari mahasiswa ke perawat yang terjun langsung ke dunia praktik klinis dianggap sebagai perubahan yang besar dimana terdapat perbedaan antara lingkungan akademik degan lingkungan praktik klinis. Sebanyak 8 dari 11 orang mahasiswa mengaku masih merasa kurang akan kemampuan dalam bidang skill (tindakan yang harus dilakukan pada pasien), hal inilah yang membuat mahasiswa cenderung merasa kurang percaya diri. Hubungan profesional dengan disiplin ilmu lainnya termasuk dokter juga dirasakan kurang ideal, hal ini nampak dari pengakuan 4 orang mahasiswa yang mengaatakan bahwa dokter bersikap sombong dan membuat mahasiswa merasa selalu salah, sehingga mahasiswa profesi ners cenderung memilih-milih lawan interaksi mereka.

Pemikiran dan pemaparan di atas, mengantarkan peneliti untuk meneliti mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa profesi ners dalam menjalin hubungan profesional dengan dokter, sehingga judul penelitian ini adalah “Analisis hubungan faktor internal mahaiswa profesi ners dengan kemampuan menjalin hubungan profesional dengan dokter”

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka dpat disusun rumusan permasalahan sebagai berikut:

Faktor internal mahasiswa profesi ners apakah yang paling dominan (yang paling berhubungan) dengan kemampuan menjalin hubungan profesional dengan dokter?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor-faktor internal mahasiswa profesi ners dengan terjalinnya hubungan profesional perawat-dokter

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan sosialisasi/ keahlian berinteraksi dengan hubungan profesional perawat-dokter

2. Menganalisis hubungan pengalaman praktis dengan hubungan profesional perawat-dokter

3. Menganalisis hubungan kepercayaan diri dengan hubungan profesional perawat-dokter

4. Menganalisis hubungan komunikasi interpersonal dengan hubungan profesional perawat-dokter

5. Menganalisis hubungan konsep diri dengan hubungan profesional perawat-dokter

(8)

6. Menganalisis faktor internal yang paling dominan atau yang paling kuat hubungannya dengan kemampuan menjalin hubungan profesional dengan dokter

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya gambaran kemampuan mahasiswa profesi ners dalam menjalin hubungan profesional dengan dokter

2. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

Hasil studi penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang metode penelitian khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa profesi ners dalam menjalin hubungan profesional dengan dokter, serta meingkatkan wawasan peneliti dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah.

2. Bagi Mahasiswa Profesi Ners

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi serta memberi gambaran mengenai bagaimana proses interaksi khusunya interaksi dalam hubungan profesional yang seharusnya dilakukan ketika mahasiswa profesi berada dalam ruang lingkup praktik.

(9)

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi institusi pendidikan sebagai referensi mengenai pembekalan mahasiswa profesi ners dalam penyelesaian tindakan berkelompok ketika berada di lingkungan praktik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang relevan dengan penelitian ini

1.5 Keaslian Penelitian

1. Menurut hasil penelitian Agus Tri Paryanto yang berjudul “Analisis pengaruh faktor kolaborasi perawat terhadap kepuasan kerja dokter spesialis di rawat inap paviliun garuda RS. DR. Kariadi Semarang”. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional denga populasi 100 orang dokter dan 60 orang perawat. Hasil dari penelitian ini menemukan faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja dokter spesialis adalah persepsi tentang kecakapan dan keterampilan perawat, persepsi tentang perawat mampu melaksanakan tugas delegasi dokter, persepsi tentang kemampuan perawat dalam menjalankan tugas rutin klinis, persepsi tentang keramahan perawat dan keberadaannya dalam visite bersama serta persepsi tentang komunikasi perawat dokter.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel penelitiannya, pada penelitian ini meneliti faktor kolaborasi perawat dan yang menjadi populasi adalah perawat yang pernah merawat pasien rawat inap di paviliun garuda minimal tiga kali, sedangkan penelitian diatas

(10)

meneliti tentang kemampuan menjalin hubungan profesional dan yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa program pendidikan profesi ners.

2. Menurut hasil penelitian Wahidah, La Ode Jumadi Gafar dan Adijani al-Alabij yanng berjudul “Sikap profesional perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan (care giver) di rumah sakit umum daerah H. Damanhuri Barabai” penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan kriteria pengukuran profesionalisme terdiri dari beberapa indikator antara lain tingkat keterlibatan yang baik terhadap asuhan keperawatan, tingkat respek yang baik terhadap asuhan keperawatan, dan tingkat kesungguhan perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Perbedaaan dengan penelitian ini adalah variabelnya, penelitian ini mengukur sikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan sedangkan penelitian diatas meneliti tentang sikap mahasiswa profesi ners dalam membangun profesional dengan disiplin ilmu lain, khusunya dokter.

3. Menurut penelitian Yanik Rahmawati dan Okti Sri Purwanti yang berjudul “Hubungan komunikasi perawat dokter dengan stress kerja perawat diinstalasi rawat inap (irna) penyakit dalam rumah sakit umum daerah Sragen”. Penelitian bersifat kuantitatif non eksperimental dengan rancangan cross sectional . Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan perawat dokter, dukungan, empati, sikap terbuka terhadap lingkungan, beban kerja

(11)

perawat, dan hubungan interpersonal yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini hanya meneliti komunikasi antara perawat dokter sebagai stresor perawat. Sedangkan penelitian diatas mengkategorikan komunikasi sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan kemampuan mahasiswa profesi ners dalam menjalin hubungan profesionalisme dengan dokter, masih terdapat faktor-faktor lainnya seperti sosialisasi/ keahlian berinteraksi, pengalaman praktis, analisis kemampuan diri, institusi/Universitas, role model/clinical instructor, dan persepsi diri.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa kedua Tim Media bergerak pada koridor masing-masing yang awalnya secara sengaja diatur untuk mengelola

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah dapat menghasilkan produk wadi ikan dengan varian baru yang lebih menarik dari segi aroma dan rasa, mentransfer ilmu

1. Guru mengajak peserta didik berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Namun, yang melaksanakan tugas monitoring dan evaluasi tersebut adalah Asisten Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan 1 (Asdep 1).

Misi penting dari inisiatif Nabi membuat Piagam Madinah adalah satu sisi Nabi berhasil menyatukan penduduk Madinah dalam perjanjian damai, sedang sisi lain menguntungkan Nabi

Penggunaan jenis batang bawah jarak ulung dengan entris genotipe IP-2NTB menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi yaitu 3,15 helai/minggu, sedangkan pada perlakuan teknik

Tujuan dari pembuatan website ini menghasilkan penjualan yang mampu memperkenalkan dan memasarkan produk secara online yang dapat masuk ke pasar Internasional,

Selanjutnya untk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah diselaraskan dengan arah