• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Takmir Masjid - HARTOKO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Takmir Masjid - HARTOKO BAB II"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Takmir Masjid

1. Definisi Peran

Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus, peran juga bisa disebut sebagai seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:667). Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

(2)

seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran, (Miftah Thoha, 1997).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Adapun makna dari kata peran secara menyeluruh adalah suatu penjelasan yang menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat.

2. Pengertian Takmir Masjid

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya (Siswanto, 2005: 56-57).

Istilah Takmir masjid sebenarnya tidak di kenal dalam ilmu fiqih. Secara bahasa takmir berarti meramaikan. Takmir masjid berarti meramaikan masjid. Bisa jadi istilah yang popular di Indonesia ini adalah merujuk pada ayat Al-Qur’an yang berbunyi :

ﻰَﺗآَو

َة َﻼﱠﺼﻟا

َمﺎَﻗَأَو

ِﺮِﺧ ْﻵا

ِمْﻮَـﻴْﻟاَو

ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ

َﻦَﻣآ

ْﻦَﻣ

ِﻪﱠﻠﻟا

َﺪ ِﺟﺎَﺴَﻣ

ُﺮُﻤْﻌَـﻳ

ﺎَﱠﳕِإ

َﻪﱠﻠﻟا

ﱠﻻِإ

َﺶَْﳜ

َْﱂَو

َةﺎَﻛﱠﺰﻟا

ۖ◌

(3)

Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) kecuali kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Surah At-Taubah ayat 18).

3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Takmir Masjid a. Majelis Taklim

Ada beberapa kegiatan pengajian yang dilakukan di masjid Agung Baitussalam Purwokerto, diantaranya adalah pengajian ahad pagi yang diadakan pada setiap hari ahad yang mulai setiap pukul 06.00 – 07.00 WIB dengan pemateri dan tema yang bervariatif, pengajian tafsir Al-Qur’an yang diadakan setiap hari sehabis shalat maghrib dipandu langsung oleh imam besar masjid Agung Baitussalam yaitu Bapak H. Safin Santarwin, kuliah subuh yang diadakan setiap hari selepas menunaikan shalat subuh sampai sekitar pukul 05.30 WIB, pengajian ibu-ibu majlis ta’lim yang dilaksanakan pada setiap hari ahad pukul 09.00-10.00 WIB , dengan materi aqidah, fiqih, akhlak, muamalah dan siroh nabawiyah.

(4)

b. Pembinaan remaja Islam

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan masjid. Hal ini sangat perlu dan mutlak keberadaannya dalam menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika masjid itu sendiri dapat di pertahankan keeksistensiannya. Pembagian tugas dan wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah dan mufakat disetiap aktivitasnya.

Dalam hal ini Takmir Masjid Agung Baitussalam memperdayakan remaja masjid dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan kajian-kajian keislamaman yang menyangkut tentang problematika remaja. Diantara kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan khatib muda yang bertujuan untuk membentuk para para para remaja untuk bisa tampil di depan umum.

c. Taman Pendidikan Al-Qur’an

(5)

TPQ di masjid Agung Baitussalam ini dilaksanakan 4 hari dalam seminggu, yaitu setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Jum’at setelah shalat ashar pukul 16.00-17.30 WIB. Pelajaran yang diajarkan adalah BTAQ (Baca Tulis Al-Qur’an), tajwid, fiqh, praktek ibadah, akidah dan bahasa Arab, dan do’a sehari-hari.

Tenaga pengajar di TPQ ini adalah beberapa dari takmir masjid dan beberapa dari para mahasiswa. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode ḥalaqah, privat dan klasikal. Kegiatan yang diadakan di TPQ Masjid Agung Baitussalam tidak hanya belajar mengajar saja, akan tetapi santri dan santriwati diajak untuk menghafal do’a sehari-hari, menghafal surat-surat pendek, praktek shalat berjama’ah mulai dari azan dan iqomah, serta diajak bernyanyi menghafalkan lagu-lagu Islam.

d. Kegiatan insidental

(6)

pelaksanaannya banyak melibatkan dari berbagai ormas Islam yang ada di Purwokerto seperti halnya ormas Islam Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islam Indonesia dan Al-Irsyad Al-Islamiyah. B. Masjid

1. Definisi Masjid

Masjid, yang berasal dari bahasa Arab, masjidun dari kata kerja sajada memiliki arti harfiah sebagai ‘tempat bersujud, bangunan tempat bersembahyang orang Islam.  (Abdul Karim, 2007: 40). Secara luas masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Allah menegsakan dalam Al-Qur’an:

 

اًﺪَﺣَأ

ِﻪﱠﻠﻟا

َﻊَﻣ

اﻮُﻋْﺪَﺗ

َﻼَﻓ

ِﻪﱠﻠِﻟ

َﺪ ِﺟﺎَﺴَﻤْﻟا

ﱠنَأَو

 

Artinya: “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS.Al-Jin 18)

Bagi kaum muslilmin, setiap jengkal bumi adalah masjid. Rasulullah bersabda:

ا ًرو ُه

ا ًد ِج ْس َم

ط َو

َ

ُضْرَلأ

َيِ

ْتَلِعُجَو

Artinya: “Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri” (HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah).

(7)

kaum muslimin kurang wajar dijadikan tempat untuk shalat dan ibadah. (Moh. E. Ayub, 1994: 1)

2. Sejarah Tentang Masjid

Pada masa permulaan Islam di sebarkan di Makkah, Rasulullah mendapat tantangan yang besar dari kafir Quraisy. Kemudian pada tahun kesebelas enam orang suku Khazraj dari Yatsrib bertemu Nabi di Aqabah Mina dan menyatakan masuk diri untuk memeluk agama Islam, hal ini menjadi titik awal era baru Islam dan dunia. Penduduk Yatsrib akhirnya banyak yang masuk Islam dan melaksanakan bai’at Aqabah, Nabi menyarankan umat Islam untuk hijrah ke Yatsrib dan inilah sebagai batu pertama dari bangunan negara Islam yang nantinya menjadi Madinah. Dua tahun dari hijrah, Nabi membuat Piagam Madinah sebagai konstitusi atau undang-undang dasar negara Islam pertama yang didirikan oleh Rasulullah. (Kunto Wijoyo, 2002: 26)

Dalam perjalanan hijrahnya, ketika sampai di Yatsrib, Rasulullah Saw membangun sebuah masjid yang nantinya dinamakan Masjid Nabawi. Namun sebelum Rasulullah membangun masjid di Madinah pada awalnya beliau ketika dalam perjalanan dari Makkah menuju ke Madinah beliau berhenti sejenak di desa Quba dan dan membangun sebuah masjid yang dinamakan sebagai masjid Quba.

(8)

pribadi, maka sejak dimulainya pembangunan masjid itu, sasaran pembinaannya lebih besifat keutamaan. Quba dan Madinah merupakan pertanda zaman baru sebagai masa pembinaan umat dalam arti seluas-luasnya. Mulai saat itu, pembinaan umat dipusatkan di masjid. Masjid sejak awal pendiriannya, tidak sekedar tempat orang melaksanakan shalat, tapi sekaligus pusat peradaban dan pusat pembinaan ummat.

Masjid Quba sebagai tempat pertama dan sebagai simbol dan pusat gerakan dakwah Islam. Selanjutnya masjid kedua didirikan di dekat kediaman Rasulullah yang terkenal dengan nama masjid Nabawi. Di masjid inilah Rasulullah mengembangkan dakwah Islam, membangun masyarakat Islam, membangun pendidikan Islam, menyatukan suku-suku yang berselisih, menuju masyarakat Islam yang lebih maju berstau dan sejahtera. Sebagai kepala pemerintahan Rasulullah memusatkan kegiatanya di masjid Nabawi. Manajemen masjid seperti ini dilanjutkan pada masa sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in hingga abad XVI H.(Kunto Wijoyo, 1996: 195)

(9)

Di masjid Quba Nabi bersama dengan para sahabatnya melakukan shalat berjama’ah. Di masjid Quba ini pula Nabi menyelenggarakan shalat jum’at untuk yang pertama kalinya. Selanjutnya, Nabi membangun masjid yang lain ditengah kota Madinah, yakni masjid Nabawi, yang kemudian menjadi aktifitas Nabi dan pusat kendali seluruh permasalahan kaum muslimin. Yang sangat menarik Nabi hampir secara teratur mengunjungi masjid Quba dan shalat berjama’ah bersama warga desa. Kebiasaan ini lalu diikuti oleh banyak sahabat seperti, Abu Bakar, Umar, Ali dan Muaaz bin Jabal.

Posisi masjid Quba bertambah istimewa karena dia adalah salah satu dari tiga masjid yang dicantumkan dalam Al-Qur’an. Dua yang lain adalah Masjidil haram di Makkah dan Masjidil Al-Aqsha di Yerusalem. Masjid Nabawi tidak termasuk dalam kelompok elit tersebut. Ketika orang-orang munafik dari suku-suku Aus dan Khazraj membangun masjid tandingan dimasjid Quba, yang dikenal dengan masjid Dhirar atau masjid yang menyesatkan dengan niat untuk memecah belah umat Islam.

Allah berfirman:

ُﻪَﻧﺎَﻴْـﻨُـﺑ

َﺲﱠﺳَأ

ْﻦﱠﻣ

مَأ

ٌﺮْـﻴَﺧ

ٍناَﻮْﺿِرَو

ِﻪﱠﻠﻟا

َﻦِﻣ

ٰىَﻮْﻘَـﺗ

ٰﻰَﻠَﻋ

ُﻪَﻧﺎَﻴْـﻨُـﺑ

َﺲﱠﺳَأ

ْﻦَﻤَﻓَأ

َﻢﱠﻨَﻬَﺟ

ِرﺎَﻧ

ِﰲ

ِﻪِﺑ

َرﺎَﻬْـﻧﺎَﻓ

ٍرﺎَﻫ

ٍفُﺮُﺟ

ﺎَﻔَﺷ

ٰﻰَﻠَﻋ

ۗ◌

َمْﻮَﻘْﻟا

يِﺪْﻬَـﻳ

َﻻ

ُﻪﱠﻠﻟاَو

َﲔِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا

 

(10)

dalamnya ada orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. ( Surat At-Taubah: 108) Di Indonesia setelah berdirinya kerjaan Islam Demak, masjid menyatu dengn pemerintahan seperti pada masa Nabi. Masjid Sunan Giri 1407 didrikan sebagai pusat peyebaran Islam dan pendidikan Santri. Di Yogyakarta masjid Agung keraton Yogja dijadikan juga sebgai pusat perayaan masyarakat yang sarat dengan muatan budaya dan seni. (Kunto Wijoyo, 1996: 200)

Masjid adalah simbol dari agama (Islam) yang dalam sejarah mampu menjadi kekuatan sejarah untuk mengubah dunia.

Transfor-mative capacity dari agama Islam sudah menjadi jelas baik

sebagai kekuatan sosial, politik, maupun budaya. Kreativitas sejarah yang mula-mula muncul sebagai kekuatan spiritual (iman) telah mampu memobilisasikan umat Islam dalam perjalanan sejarah yang panjang dari jaman kekhalifahan, kerajaan-kerajaan. dan perlawanan terhadap penetrasi imperial-isme. sehingga sebuah peradaban baru muncul dalam arena sejarah.

(11)

Masyarakat jahiliyah yang dulunya bergelimang kemaksiatan, mampu “disulap” menjadi bangsa yang berbudaya, mencintai ilmu, dan memegang teguh prinsip hidup. Hal ini terjadi karena dua penyebab yaitu, pertama, sumber ajaran yang dibawakan oleh sang pembawa perubahan yaitu Nabi Muhammad SAW yang berasal dari wahyu Allah SWT, dan bukan berasal dari pikiran manusia. Jadi, ajaran yang dibawakan oleh Nabi Muhammad tidak mungkin salah dan keliru. Kedua, Nabi Muhammad SAW menjadikan masjid sebagai markas untuk membina para sahabat dan umatnya, disitulah Nabi Muhammad menggebleng para sahabat untuk dididik dan bentuk sehingga menjadi manusia yang bermartabat dan beradab.

Dari hasil didikan Nabi Muhammad SAW di masjid tersebut maka lahirlah manusia-manusia yang mempunyai akhlak yang sangat mulia seperti halnya Abu Bakar Sidiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Ketika Nabi Muhammad mengawali dakwahnya di kota Madinah maka Nabi Muhammad SAW menjadikan masjid menjadi pusat berbagai kegiatan, dari masjid juga berdirilah sebuah peradaban yang sempurna yaitu yang bernama peradaban Madinah.

(12)

penting, tetapi prioritas utama dari keberadaan masjid adalah tegaknya syariat di lingkungannya, kuatnya persaudaraan Islam, dan kepekaan terhadap kesenjangan sosial. Setelah fungsi ini terwujud, barangkali tidak ada salahnya sisa sumber daya yang ada dipakai untuk memperindah masjid.

Sayangnya, semangat umat Islam pada umumnya belum betul-betul seperti yang diharapkan Allah SWT dalam ayat di atas, gairah mereka justru lebih besar untuk mempermegah bangunan dan memperhebat fasilitasnya saja tanpa diimbangi upaya yang sungguh-sungguh untuk memaksimalkan fungsi dan perannya sebagai masjid dan hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk selalu memakmurkan masjid agar masjid yang sudah ada untuk kita semarakkan dengan syiar dan dakwah Islam.

3. Pengelolaan Masjid

Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Di samping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah, kepentingan sosial dan lain sebagainya.

(13)

beberapa masjid yang pengelolaannya masih memprihatinkan dan bahkan sepi ditinggalkan jamaahnya.

Untuk itu pengelolaan masjid yang baik sangat diperlukan sekali dalam pengelolaan masjid. Pengelolaan atau idarah masjid, disebut juga manajemen masjid, pada garis besarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) Manajemen Pembinaan Fisik Masjid (Physical Management) dan (2) Pembinaan Fungsi Masjid (Functional Management). (Moh. E. Ayub, 1994: 33)

Manajemen Pembinaan Fisik Masjid meliputi kepengurusansan, pembangunan dan pemeliharaan fisik masjid, pemeliharaan kebersihan dan keanggunan masjid pengelolaan taman dan fasilitas-fasilitas yang tersedia. Pembinaan fungsi masjid adalah pendayagunaan peran masjid sebagai pusat ibadah, dakwah dan peradaban Islam sebagaimana masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

(14)

perluasan kegiatan masjid bisa dilakukan dengan membentuk lembaga-lembaga yang bernaung di bawahnya.

Lembaga-lembaga itu berfungsi sebagai kepanjangan tangan dari program yang telah ditetapkan. Mengenai jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang di lingkungan masjid seperti lembaga haji dan umrah, lembaga pembinaan muallaf, BMT dan sebagainya. Kegiatan dan pengelolaan masjid memerlukan dana yang besar, karena itu tidak cukup bila hanya mengandalkan hasil dari kotak infak yang diadakan setiap Jum'at dan setiap pengajian.

(15)

4. Fungsi Masjid

Masjid mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam, dikatakan penting dikarenakan untuk membentuk pribadi dan masyarakat yang islami. Untuk bisa merasakan urgensi yang penting itulah, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya dan lebih untuk dioptimalkan.

Untuk dapat mengoptimalkan peran dan fungsi masjid pada masa sekarang ini, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana masjid difungsikan pada masa Rasulullah. Masjid merupakan tempat ibadah multi fungsi. Masjid bukanlah tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan i`tikaf semata. Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum muslimin dan bermanfaat bagi umat. Dari situlah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi, politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya memfungsikan masjid secara maksimal.

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allahh SWT, tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjama’ah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqamah, tasbih, tahmid,

(16)

sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah.

Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan manajemen yang baik. Tegasnya, perlu tindakan mengaktualkan fungsi dan peran Masjid. Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja.

Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya. Berikut beberapa di antaranya adalah:

a. Tempat pelaksanaan peribadatan

Masjid sebagaimana kita ketahui berasal dari kata

sajada-yasjudan yang berarti merendahkan diri, menyembah atau sujud.

(Ahmad Yani, 2009: 37) dengan demikian, masjid menjadi tempat shalat dan dzikir merupakan fungsi utama masjid.

(17)

untuk menyembah Allah, maka pemanfaatan untuk menyembah selain Allah menjadi sesuatu yang sangat terlarang.

Allah berfirman:

اًﺪَﺣَأ

ِﻪﱠﻠﻟا

َﻊَﻣ

اﻮُﻋْﺪَﺗ

َﻼَﻓ

ِﻪﱠﻠِﻟ

َﺪ ِﺟﺎَﺴَﻤْﻟا

ﱠنَأَو

 

Artinya: “ dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apapun di dalamnya selain Allah.” (Al-Jinn: 18)

b. Sebagai tempat untuk menuntut ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.  

Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari.

(18)

Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca Qur’an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab, termasuk di Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid.

Rasulullah juga menjadikan masjid berfungsi sebagai tempat mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya dari Allah yang berupa wahyu. Hal ini menandakan masjid berfungsi sebagai madrasah yang didalamnya kaum muslimin memperoleh ilmu pengetahuan.

c. Sebagai tempat pembinaan jama’ah

Diantara fungsi masjid yang lain adalah sebagai sarana untuk membina para jama’ah. Maka dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Tamir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan dawah islamiyah. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.

d. Sebagai pusat dakwah dan kebudayaan

(19)

dilaksanakan dan dikembangkan dawah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas dawah dan kebudayaan.

Di masjid para sahabat juga saling berta’aruf. Melalui ta’aruf maka kadang ditemukan kekurangan dan kelebihan, maka merekapun saling nasehat dan menasehati agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Ini berarti masjid mempunyai fungsi yang sangat besar dalam dakwah. (Muhammad Yani, 2009: 47)

e. Sebagai pusat kaderisasi umat

Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPQ), Remaja Masjid maupun Tamir Masjid beserta kegiatannya.

f. Sebagai basis kebangkitan Islam

(20)

dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.

C. Pendidikan Islam

1. Definisi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim yang baik. (Fatah Syukur, 2015: 2).

Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariyah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak kearah kedewasaan/ kematangan yang menguntungkan dirinya (Arifin, 2008: 8).

(21)

pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.

Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.

Selama ini buku-buku ilmu pendidikan islam telah memperkenalkan paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan islam yaitu, Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib. Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan As-Sunah secara mendalam dan komperhensif sesungguhnya selain tiga kata tersebut masih terdapat kata-kata lain tersebut, yaitu Tazkiyah, muwa’idzah, tafaqqu, tilawah, tahzib, al-irsyad, tafakkur, ta’aqqul dan tadabbur.

Deskripsi selengkapnya terhadap kata-kata tersebut dapat dikemukakan sebagi berikut.

(22)

Kata tarbiyah berasal dari kata

ﱠبَر

atau

اَبَر

didalam al-Quran disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan dengan alam jagat raya (bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbu-tumbuhan, binatang, gunung, laut dan sebagainya), dengan manusia seperti pada kata rabbuna (Tuhan kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka semua), rabbiy (Tuhan-ku). Karena demikian lausnya pengertian al-tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquid al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata al-tarbiyah dengan arti pendidikan. Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya.

Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan fitrah yang memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial diatas itu hanya manusia. Untuk itu Naquid al-Attas lebih memilih kata at-ta’dib.

b. At-Ta’lim

(23)

ُهَمﱠلَعَو

َنآْرُقْلا

َمﱠلَعَت

ْنَم

ْمُكُرْيَخ

Artinya: “sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

Didalam hadis tersebut kata ta’lim dihubungkan dengan mengajarkan ilmu kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut akan mendapatkan pahala dari Tuhan. Kata at-ta’lim dalam arti pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat nonformal, sepeti majelis taklim. Kata at-ta’lim dalam pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang paling dahulu digunakan daripada kata at-tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengajaran pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dirumah Al-Aqram di Makkah, dapat juga disebut majelis at-ta’lim.

c. At-Ta’dib

Kata At-ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat berarti education (pendidikan), discipline (disiplin),

punishment (peringatan atau hukuman) dan chastisement

(hukuman-penyucian). kata at-ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. (Abdul Mujid, 2000: 20)

(24)

dan pengakuan yang secara berangssur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tenpat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.

d. At-Tahdzib

Kata at-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula beradab sopan. (Mahmud Yunus, 2002: 481)

Dari berbagai pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan kata a-tahzib terkait dengan perbaikan mental sepiritual, moral dan akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar manjadi akhlak mulia. Berbagai kegiatan tersebut termasuk dalam bidang kegiatan pendidikan. Itulah sebabnya, kata at-tahzib juga berati pendidikan.

e. Al-Wa’dz atau Al-Mau’idzah

Al-wa’dz berasal dari kata wa’aza yang berarti to preach (mengajar), conscience (kata hati, suara hati, hati nurani), to admonish (memperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak),

(25)

adalah pendidikan dengan car memberikan penyandaran dan pencerahan batin, agar timbul kesadaran untuk berubah menjadi orang yang baik.

f. Al-Riyadhah

Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung

arti to tame (menjinakan), domesticate (menjinakan), to break in (mendobrak atau membongkar), train (latihan), to train (melatih),

coach (melatih), to pacify (menenangkan atau menenteamkan),

placate (mendamaikan, menentramkan), to practice

(memperagakan), exercise (melatih), regulate (mengatur), to seek to

make tractable ( menemukan untuk membuat mudah dikerjakan),

dan try to bring round (mencoba membawa keliling). (Mahmud

Yunus, 2002: 182).

Dalam pendidikan, kata al-riyadhah diartikan mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia. Didalam Al-Quran maupun As-Sunah kata al-riyadhah secara eksplisit tidak dijumpai, namun inti dan hakikat al-riyadhah dalam arti mendidik atau melatih mental spiritual agar senantiasa mematuhi ajaran Allah SWT amat banyak dijumpai.

g. At-Tazkiyah

(26)

pernyataan), integrity of a witness (pengesahan atau kesaksian), honorable record (catatan yang dapat dipercaya dan dihormati). Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-tazkiyah ternyata juga digunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual dan akhlak mulia.

h. At-Talqin

Kata at-talqin berasal dari laqqana, yulaqqinu, talqina yang dapat berarti pengajaran atau mengajarkan, dan dapat berarti pula insruction (perintah atau anjuran), direction (pengarahan), dictation (pengimlaan atau perintah), dictate (mendikte atau memerintah), inspiration (ilham, inspirasi), insinuation (sindiran atua tuduhan tidak langsung), suggestion (dorongan), suborning of witness (pengimlaan atau perintah). Dari sekian kata tersebut terlihat bahwa kata talqin juga digunakan untuk arti pengajaran. Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata at-talqin ternyata digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran yang diberlakukan tidak hanya kepada orang yang masih hidup melainkan kepada orang sudah meninggal.

i. At-Tadris

(27)

instruction (perintah), tution (kuliah, uang kuliah). Intinya kata

at-tadris berarti pengajaran, yakni, menyampaikan ilmu pengetahuan

kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.

j. At-Tafaqquh

Kata at-tafaqquh berasal dari kata tafaqqaha, yatafaqqohu,

tafaqquhan yang berarti mengerti dan memahami. Selanjutnya

Ar-Raghib al-Asfaniy mengartikan kata tafaqquh sebagain berikut : menghubungkan pengetahuan yang abstrak dengan ilmu yang konkret, sehingga menjadi ilmu yang khusus. Dari kata al-tafaqquh muncul kata al-fiqh yang selanjutnya menjadi sebuah nama bagi ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariah yang disandarkan pada dalil-dalil terperinci. Kata al-tafaqquh selanjutnya lebih digunakan untuk menunjukan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu agama islam.

k. Al-Irsyad

Kata al-irsyad dapat mengandung arti yang berhubungan dengan pengajaran dan pendidikan yaitu bimbingan, pengarahan, pemberitahuan, nasihat, dan bimbingan sepiritual. Dengan demikian kata al-irsyad layak dipertimbangkan untuk dimasukan dalam arti kata pendidikan dan pengajaran.

(28)

Dasar adalah landasan tempat berpijak. Dasar suatu bangunan yakni fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan Islam yaitu fondamen yang berupa ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan dating menjadi landasan pendidikan Islam agar tetap tegak berdiri. Dengan adanya ini, maka pendidikan Islam tidak mudah diombang ambingkan oleh pengaruh luar (Uhbiyati, 2005:19).

Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu al-Qur’an, as-Sunnah dan perundang-undangan yang berlaku di Negara kita.

a. Al-Qur’an

Islam mewajibkan umatnya untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Menurut ajaran Islam, pendidikan merupakan kebutuhan hidup mutlak manusia yang harus dipenuhi. Karena itu Islam selalu mendorong umatnya. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan dengan pendidikan. Allah SWT berfirman:

 

َﻖَﻠَﺧ

يِﺬﱠﻟا

َﻚﱢﺑَر

ِﻢْﺳﺎِﺑ

ْأَﺮْـﻗا

-ٍﻖَﻠَﻋ

ْﻦِﻣ

َنﺎَﺴﻧِْﻹا

َﻖَﻠَﺧ

-ْأَﺮْـﻗا

ُمَﺮْﻛَْﻷا

َﻚﱡﺑَرَو

-ِﻢَﻠَﻘْﻟﺎِﺑ

َﻢﱠﻠَﻋ

يِﺬﱠﻟا

-ْﻢَﻠْﻌَـﻳ

َْﱂ

ﺎَﻣ

َنﺎَﺴﻧِْﻹا

َﻢﱠﻠَﻋ

 

(29)

Ayat ini menjelaskan bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaknya manusia meyakini akan adanya Tuhan pencipta manusia (dari segumpal darah), dan untuk memperkokoh keyakinan dan memelihara agar tidak luntur hendaknya melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

b. Assunnah

Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah saw kepada manusia dengan penuh amanat, tidak sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya, manusialah hendaknya yang berusaha memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya.

Sering kali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya, dan ini dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur`an. Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulallah saw, yang memang diberi otoritas untuk itu. Allah SWT menyatakan otoritas dimaksud dalam firman Allah SWT di bawah ini:

ِﺮُﺑﱡﺰﻟاَو

ِتﺎَﻨﱢـﻴَـﺒْﻟﺎِﺑ

ۗ◌

َنوُﺮﱠﻜَﻔَـﺘَـﻳ

ْﻢُﻬﱠﻠَﻌَﻟَو

ْﻢِﻬْﻴَﻟِإ

َلﱢﺰُـﻧ

ﺎَﻣ

ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ

َﱢﲔَـﺒُﺘِﻟ

َﺮْﻛﱢﺬﻟا

َﻚْﻴَﻟِإ

ﺎَﻨْﻟَﺰﻧَأَو

 

   

Artinya: “dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikri (Al Quran), agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir” (Q. S. al-Nahl, 44).

Penjelasan itu disebut As-Sunnah yang secara bahasa

At-Thariqoh yang artinya jalan, adapun hubungannya dengan

(30)

Sunnah terhadap al-Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin Khathab mengingatkan bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah SWT”.

Dengan adanya sunnah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran, maka dalam pendidikan apa yang dijelaskan Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir akan menjadi sumber dasar dalam pendidikan baik sebagai simtem pendidikan maupun metodologi pendidikan Islam yang harus dijalani.

c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

(31)

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap proses pembelajaran karena menjadi acuan seluruh langkah-langkah dalam proses tersebut (thoha, 2004:12).

Menurut Ali Asraf, tujuan pendidikan Islam adalah:

a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam dan mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konsteks kehidupan modern.

b. Membekali anak didik dengan berbagai kemampuan pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kesejahteraan lingkungan sosial, dan pembangunan nasional.

c. Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik, untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islami diatas semua peradaban dan kebudayaan lain. d. dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga

kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.

(32)

f. Mengembangkan, mengharuskan, dan mendalami kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa latin (Ali Asraf, 1989: 130-131)

Menurut Depag, tujuan pendidikan yaitu menciptakan manusia berakhlak Islam, beriman, bertaqwa, dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, dan feeling di dalam seluruh perbuatan dan tingkah laku sehari-hari (Depag, 1997:143).

Menurut Arifin, tujuan pendidikan agama Islam adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, di dunia dan di akhirat. Merealisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya (Arifin, 2004:41)

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak mulia serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi luhur menurut ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(33)

pemahaman generasi sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin. Dengan demikian, pendidikan menuntut adaanya proses interaksi antara pendakwah dengan objek pendakwah. Proses tersebut dilakukan secara terus-menerus, baik dalam bentuk klasikal, seperti halaqah (majelis kecil dalam bentuk lingkaran), dan pengajian rutin, atau dalam bentuk incidental, seperti tabligh akbar dan lain-lain.

D. Peranan Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam

Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk mengelola masjid sesuai dengan fungsinya memegang peran penting dalam memakmurkan masjid. merekalah lokomatif atau motor yang menggerakkan umat Islam untuk mengelola masjid, memakmurkan masjid, membina jamaah, membentuk remaja masjid dan menganekaragamkan kegiatan yang dapat dikuti oleh masyarakat sekitar. Masjid yang dikelola secara baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Keadaan fisik masjid akan terawat dengan baik. Kegiatan-kegiatan masjid akan berjalan dengan baik, jamaah pun akan terbina dengan baik dan masjid menjadi makmur (Mohammad, 2007: 75).

Peran takmir masjid dapat dilihat dari beberapa kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh takmir masjid. Kegiatannya sebagai berikut:

(34)

Majelis taklim adalah salah satu sarana pendidikan dalam Islam. Majelis Taklim lebih dikenal dengan istilah pengajian-pengajian dan sering pula berbentuk halaqah. Umumnya berisi ceramah atau khutbahkhutbah keagamaan Islam. Tetapi dalam perkembangannya, majelis taklim sering digunakan sebagai wadah wahana ilmiah, sosiologis, politik, hukum, dan seterusnya. Ini terlihat pada masing-masing di lingkungan perguruan tinggi. Diselenggarakan secara berkala dan teratur yang diikuti oleh jamaah yang relative banyak yang bertujuan untuk membina dan mengembangkan serta mencerahkan kehidupan (Muliawan, 2005:161)

Ada beberapa fungsi dari majelis ta’lim diantaranya adalah:

a. Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. b. Sebagai taman rekreasi rohani karena diselenggarakan dengan serius

tapi santai

c. Sebagai ajang silaturrahmi yang dapat menghidupsuburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah

d. Sebagai motivasi terhadap pembinaan jama’ah dalam mendalami ilmu agama

e. Islam (Umar, 2010:142-144). 2. Pembinaan Remaja Masjid

(35)

bagian tidak terpisahkan dari organisasi masjid itu sendiri. Keberadaan remaja masjid ternyata memberikan warna tersendiri bagi pengembangan masjid dan tentunya, diharapkan remaja masjid bisa menjadi motor pengembangan pendidikan Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai wadah pusat aktivitas umat Islam umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda / remaja.

Secara faktual para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan ummat Islam secara khusus, karena jika mereka pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda umat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan masjid. Hal ini sangat perlu dan mutlak keberadaannya dalam menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika masjid itu sendiri dapat di pertahankan keeksistensiannya. Pembagian tugas dan wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah dan mufakat disetiap aktivitasnya.

(36)

perkembangan Islam. Remaja masjid memegang peranan dalam penyebaran budaya Islam. Melalui remaja masjid secara bertahap kita dapat menanamkan nilai-nilai Islam pada anak, sehingga dapat membentengi generasi Islam dalam setiap aktivitasnya. Eksistensi remaja masjid dalam pelaksanaan pembinaan kepada anakdapat mengarahkan generasi muda Islam untuk mengenal diri mereka sebagai muslim dan lingkungan dimana mereka berada. Melalui remaja masjid kita bisa memotivasi dan membantu anak sebagai generasi muda Islam untuk menggali potensi serta memotivasi mereka dengan mengadakan kegiatan untuk menampilkan kreatifitas mereka.

Pembinaan remaja yang dilakukan oleh takmir masjid Agung Baitussalam bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang bertaqwa dan senantiasa berbakti dan bermanfaat bagi bangsa, negara dan umat. Adapun materi pembinaan yang disampaikan meliputi, antara lain:

a. Aqidah Islam, yaitu rukun iman yang enam

b. Ibadah, yaitu thoharah, shalat, zakat, puasa dan haji

c. Moral atau akhlak, yaitu akhlak terhadap Allah, terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, masyarakat dan alam sekitar.

Disamping materi-materi diatas juga disampaikan materi materi yang bersifat material seperti sosial, politik, ekonomi, hukum dan sejarah Islam.

(37)

Taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah salah satu organisasi yang banyak menjamur dimasyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan agama pada anak-anak. TPA sebagai penunjang dari pendidikan agama di MI/SD yang dilaksanakan diluar jam sekolah. TPA juga berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat alamiah. Sangat perlu untuk menghindari bentuk-bentuk pemaksaan dalam pembelajarannya.

Tujuan didirikannya TPA adalah menyiapkan anak didik menjadi generasi muslim yang bisa membaca al-Qur’an, mencintainya, komitmen terhadapnya dan menjadikannya sebagai pandangan hidupnya. Materi yang diajarkan dalam TPQ adalah materi-materi pokok yaitu santri dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid. Sedangkan materi penunjangnya adalah hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan shalat, doa sehari-hari, bahasa Arab, menulis Arab, Akhlak, dan Aqidah.

E. Penelitian Terdahulu

(38)

1. Skripsi Hanik Asih Izzati ( mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga tahun 2010 dengan judul “Peranan Masjid Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam). Penelitian ini menggunakan penelitian field research. Masjid sebagai jantung dari ummat Islam maka sudah selayaknya masjid mempunyai andil yang besar terhadap ummat Islam terutama dalam masalah pendidikan. Pendidikan dalam Islam sangat dianjurkan sekali, hal ini sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika baru pertama kalinya hijrah dari kota Makkah ke kota Madinah maka beliau membangun pondasi awalnya adalah masjid, hal ini dirasa penting karena untuk memulai proses tahab pendidikan terhadap ummat.

(39)

masjid maka dengan sendidrinya akan terbentuk akhlak yang mulia yang ada pada diri remaja, hal ini menandakan masjid merupakan sarana sebagai madrasah untuk berthalabul ‘ilmi.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus pada MTs Negeri Tanggerang II Pamulang). Skripsi, Jakarta: Universitas Islam Negeri

Legalitas Hak Tanggungan dalam pembiayaan di perbankan syariah dapat dilihat dari adanya lembaga Hak Tanggungan yang berdasarkan Undang- undang Nomor 4 Tahun 1996

Instrumen keuangan utama yang digunakan Perusahaan, dari instrumen keuangan yang mana risiko timbul, meliputi kas dan bank, kas dibatasi penggunaannya, piutang usaha,

Penilaian Kinerja Diskusi dan Presentasi Dilaksanakan pada proses pembelajaran, saat peserta didik menyampaikan hasil diskusi tentang Perubahan Sosial dan Budaya Akibat

sekitar 2 L/hari, akan tetapi pada hari ke 41 sampai hari ke 45, COD mulai naik lagi. Hari ke 45 tersebut produksi gas metan turun menjadi 1,248 L/hari. Akan tetapi baru 5

diselingi dengan kutipan dari sumber lain, maka yang disebutkan adalah nama belakang pengarang (jika nama pengarang terdiri dari dua kata atau lebih), koma, spasi, beberapa

Dari hasil sudi yang ada bahwa suatu kawasan industri harus memiliki sarana dan prasarana salah satunya adalah Sistem Instalasi Pengolahan Air untuk memenuhi akan kebutuhan air

Adapun tujuan penelitian ini mempelajari pengaruh kadar pengembanan logam NiMo/NZA (0;0,5;1;1,5% b/b) terhadap yield bio-oil yang dihasilkan dari pirolisis,