SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh
Moch. Dony Dermawan NIM: A8.22.12.137
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
2005-2014”penulis berusaha untuk mengungkap dan mengupas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan judul tersebut dimulai dari a) Bagaimanasejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya? b) Apa ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy? c) Bagaimanastrategi Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sehingga bisa diterima oleh masyarakatKecamatanKenjeran Kota Surabaya?.
Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam penelitiannya skripsi ini menggunakan metode historisuntuk mengungkap tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang berada di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan sosial-keagamaan. Lebih dalam lagi, agar menjadi sebuah penelitian sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan penulis menggunakan sumber-sumber yang benar-benar otientik seperti sumber tertulis dan juga sumber lisan.
Dari hasil penelitian ini bisa diambil kesimpulan sebagai berikut a) Sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dimulai dari dideklarasikannya Jama'ah Al Khidmah di Kota Semarang kemudian dibentuk pula kepengurusan di Kota Surabaya hingga pada tahun 2012 saat Ust. Ali Mastur, M. Pd menjabat sebagai ketua barulah bisa terorganisir dengan baik disetiap koordinator Kecamatan Kota Surabaya. b) Ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy ada yang berupa teori dan juga ada yang diimplementasikan dengan amaliah-amaliah seperti mengabdi kepada Allah Swt, menyontoh Rasul SAW,
meneruskan amaliah ulama salafus salihSedangkan ajaran yang
KecamatanKenjeran Kota Surabaya PadaTahun 2005-2014”the researcher attempted to reveal and explore various issues related to the title starting from a) How the history of genesis and development of Jama’ah Al Khidmah in Kenjeran Surabaya? b) What are the teachings of KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy? c) What kinds of strategies that usey by Jama’ah Al Khidmah which can be accepted by society of KenjeranSurabaya city?.
Accordingly in this research using historical methods to reveal about the society of Jama’ah Al Khidmah which are located in Kenjeran Surabaya. Beside that, the researcher also uses socio-religious approachment. In order to be a historical research which can be justified, the researcher uses the authentic sources as like written and oral sources.
The results of this research can be concluded as follows a) The history of genesis and development of Jama’ah Al Khidmah starting from declaration of
Jama’ah Al Khidmah in Semarang and formed the management in Surabaya until
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING . ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI . ... iv
MOTTO. ... v
PERSEMBAHAN. ... vi
ABSTRAK. ... vii
KATA PENGANTAR. ... ix
DAFTAR ISI . ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 8
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 9
F. Penelitian Terdahulu ... 12
G. Metode Penelitian ... 15
H. Sistematika Pembahasan . ... 21
BAB II : GAMBARAN UMUN MASYARAKAT KECAMATAN KENJERAN A. Keadaan Geografis. ... 23
BAB III :SEJARAH LAHIR DAN BERKEMBANGNYA PERKUMPULAN JAMA'AH AL KHIDMAH DI KECAMATAN KENJERAN KOTA SURABAYA
A. Sejarah Lahirnya Perkunpulan Jama’ah Al Khidmah
Indonesia ... 39
B. Sejarah Lahir dan Berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya . ... 45
C. Lambang Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah . ... 57
D. Visi dan Misi Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah . ... 60
E. Aktivitas Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah . ... 62
BAB IV : AJARAN-AJARAN KH. AHMAD ASRORI AL-ISHAQY A. Ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy . ... 66
B. Amaliah-amaliah Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah. .... 70
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan . ... 78
B. Saran . ... 81
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama dengan jumlah penganut terbanyak di Indonesia
memiliki berbagai macam kelompok. Kelompok-kelompok itu berkembang
pesat pasca jatuhnya rezim orde baru. Kelompok-kelompok itu bagaikan
bunga yang dibiarkan untuk mendapatkan cahaya dan juga air yang turun dari
langit sehingga bisa berkembang dengan bagus dan cepat.
Kelompok-kelompok itu ada yang bergerak di bidang politik, sosial, keagamaan dan
masih banyak lagi. Dari berbagai macam corak kelompok yang telah penulis
sebutkan tadi, penulis tertarik untuk meneliti kelompok yang bergerak di
bidang sosial-keagamaan. Maka, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sebagai
salah satu dari kelompok-kelompok Islam di Indonesia yang bergerak di
bidang sosial-keagamaan menurut penulis sangat menarik untuk diteliti.
Selain itu, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah ini penulis angkat sebagai
judul skripsi agar masyarakat bisa membedakan antara tareqat Qadiriyah wa
Naqsabadiyah dengan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang didirikan oleh KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy merupakan wadah bagi masyarakat Indonesia untuk memenuhi dari
salah satu kebutuhannya, yaitu kebutuhan spiritual yang bisa dipenuhi dengan
yang memakai jalan dengan metode sufi.1 Selain itu, Perkumpulan Jama'ah
Al Khidmah dibentuk untuk mewadahi masyarakat dalam mengabdi kepada
Allah Swt, mensuri tauladani baginda Rasul SAW dan juga menegakkan
ajaran-ajaran ulama salafus solih.2 Selain daripada itu, Perkumpulan Jama'ah
Al Khidmah didirikan agar bisa mengkoordinir ratusan, ribuan bahkan
ratusan ribu jama'ah yang hadir di dalam setiap majlis-majlis yang diadakan
oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dalam menyatukan detak hati dan desah
nafas.
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang secara resmi dideklarasikan pada 25
Desember 2005 terus berkembang pesat pengikutnya, baik dari dalam dan
juga luar negeri. Hal ini disebabkan oleh konsistennya Perkumpulan Jama'ah
Al Khidmah untuk tidak terjun di dunia politik dan juga pergerakan yang
dilakukan oleh Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan
ajaran-ajaran dari guru tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yaitu KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy untuk menarik hati masyarakat sehingga masyarakat tertarik
dan menerima ajaran-ajaran beliau dan akhirnya masuk di dalam tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang berarti Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
merupakan kaki tangan dari tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang
dibawa oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Selain itu, amaliah-amaliah yang
dicontohkan oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan akhirnya disyiarkan oleh
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah pada awalnya hanya diminati dan diikuti
oleh kalangan orang tua akhirnya bisa disenangi dan diikuti oleh kalangan
1
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 74. 2
pemuda dan pemudi baik dari kalangan pelajar maupun akademisi.
Tidak hanya itu, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah juga diterima di berbagai
lapisan masyarakat dari tingkat bawah, menengah dan juga kalangan elite.
Bukti keantusiasan para pemuda dan pemudi juga berbagai lapisan
masyarakat bisa dilihat dengan berkembangnya Jamaah Al Khidmah di
Kampus-kampus, di Sekolah-sekolah, di berbagai Masjid, Mushalla dan juga
di perkampungan-perkampungan hampir seluruh Indonesia dan juga
diadakannya majlis dzikir yang merupakan salah satu ajaran dari KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy di tempat-tempat tersebut, bahkan di tahun 2013 tercatat
sudah 14 provinsi 105 kabupaten dan 99 perguruan tinggi yang sudah
mengikuti Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah ini.3
Selain para mahasiswanya, ternyata para pimpinan kampus juga tertarik
untuk mengikuti Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sebut saja mantan rektor
ITS dan juga mantan menteri pendidikan RI Prof. Dr. Muh. Nuh dan juga
rektor maupun dekan dari kampus Unisda maupun Unisla. Tetapi penelitian
penulis ini hanya terbatas di wilayah Kecamatan Kenjeran kota Surabaya
sehingga tidak perlu diperpanjang dengan pembahasan tentang keberadaan
Jama'ah Al Khidmah di wilayah lain yang cakupannya lebih luas. Kini
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sudah membentuk kepengurusan yang
sudah terorganisir dengan baik dan sistematis baik dari tingkat pusat, tingkat
wilayah, tingkat daerah, tingkat daerah istimewa, tingkat cabang dan juga
tingkat ranting. Dari kepengurusan inilah semakin banyak orang yang
3
mengetahui tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sehingga
ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy semakin banyak diminati dan diikuti.
Studi ini memfokuskan pembahasannya mengenai sejarah lahir dan
berkembangnya Perkumpulann Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan
ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy di Kecamatan Kenjeran kota
Surabaya pada tahun 2005-2014. Kecamatan Kenjeran penulis pilih sebagai
objek penelitian berkembangnya Jama'ah Al Khidmah karena di Kecamatan
inilah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy sebagai pendiri Perkumpulan Jama'ah Al
Khidmah bertempat tinggal sehingga dengan meneliti Kecamatan Kenjeran
juga akan mengetahui seberapa besar perjuangan Perkumpulan Jama'ah Al
Khidmah ini merintis berbagai gerakannya sehingga bisa diterima oleh
masyarakat.
Lebih daripada itu, Kecamatan Kenjeran dipilih oleh penulis karena
Kecamatan Kenjeran termasuk di dalam wilayah kota Surabaya yang
merupakan kota metropolit kedua setelah Jakarta dan tentu masyarakatnya
mengalami berbagai macam perubahan baik secara cepat maupun lambat.
Perubahan-perubahan itu bisa berupa nilai-nilai sosial, pola perilaku,
interaksi sosial dan juga norma-norma sosial.4 Dengan banyaknya perubahan
yang dialami oleh masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya akan
membuat kehidupan individu maupun kelompok yang akan segera menuju
kepada suatu tatanan masyarakat yang sangat maju dan berperadaban tinggi.
Namun perubahan-perubahan itu bukan berarti suatu kemajuan,
4
melainkanjuga bisa berupa suatu kemunduran.5 Hal ini bisa terjadi apabila
masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya memaknai kemajuan atau
kesuksesan itu hanya dengan jumlah materi dan penampilan luarnya saja.6
Akan tetapi, meninggalkan sesuatu yang sangat fundamen, yaitu agama
dalam artian tidak melaksanakan apa yang telah diajarkan secara normatif
dan hanya menjadikan agama sebagai identitas belaka. Akhir dari ini semua
adalah terjadinya degradasi moral dan juga bobroknya norma-norma maupun
perilaku sosial pada masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah agaknya akan memberikan suntikan yang
sangat berarti bagi golongan-golongan yang sedang mengalami hal-hal
tersebut. Sebenarnya berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah ini
merupakan sesuatu yang memang dibutuhkan dikalangan masyarakat di
Kecamatan Kenjeran kota Surabaya. Sama halnya dengan pembentukan
sebuah partai politik yang fungsinya untuk menampung harapan-harapan
masyarakat, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah juga menampung
harapan-harapan masyarakat. Namun yang membedakan adalah yang satu bergerak di
bidang politik, sedangkan yang satu bergerak dibidang keagamaan dan
memenuhi harapan itu dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah
Swt. Selain daripada itu, masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya
sebenarnya sudah memiliki berbagai macam kultur maupun ajaran-ajaran
agama yang telah mereka dapatkan ketika mereka berada di tanah
kelahirannya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan
5
Ibid., 283. 6
urbanisasi ke Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Lantas ketika mereka
sudah pindah ke Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya, mereka dengan penuh
keyakinan menerima berbagai ajaran yang disyiarkan oleh Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah hingga perkumpulan ini tumbuh subur.
Lebih dalam lagi, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah akan menjadi mungkin
untuk berkembang lebih luas lagi di Kecamatan-kecamatan lain di Kota
Surabaya mengingat di setiap ulang tahun atau hari jadi kota Surabaya
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah selalu mengisi acara tasyakuran di kota
pahlawan. Tidak hanya itu, untuk hari jadi Provinsi Jawa Timur pun
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah mulai mengisi acara tasyakuran yang
diadakan oleh Pemprov Jatim yang bertempat di Tugu Pahlawan. Selain itu,
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah juga mengisi acara pada instansi-instansi
pemerintahan lainnya seperti dalam rangkat HUT PDAM Kota Surabaya.
Inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam
tentang lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jamaah Al Khidmah
sehingga dapat berkembang dengan cepat dan luas yang menurut Sang guru
akan menjadi oase dunia. Hal ini dibuktikan dengan menyebarnya
kepegurusan di tingkat cabang maupun ranting di kota Surabaya.
Di Surabaya sendiri sebenarnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sudah
dirintis sejak tahun 1987 oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang berpusat di
Jl. Kedinding Lor 99 Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kecamatan Kenjeran
Surabaya.7 Namun, baru dibentuk kepengurusan pada tahun 2005 setelah
7
diadakannya halal bi halal dan juga sarasehan di Semarang yang di dalam
acara tersebut di deklarasikan untuk pertama kali dibentuknya Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah.
Sekarang di Surabaya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sudah memiliki
kepengurusan di tingkat cabang dan juga ranting. Menurut data yang sudah
diterima oleh pengurus daerah Surabaya, sekitar ada 30 kepengurusan yang
sudah dibentuk baik di tingkat cabang maupun ranting.8 Inilah yang membuat
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah semakin berkembang dan banyak dikenal
oleh masyarakat kota Surabaya. Selain daripada itu, Perkumpulan Jama'ah Al
Khidmah ini juga memberikan suntikan yang sangat bagus bagi masyarakat
kota Surabaya. Masyarakat kota yang identik dengan kehidupan yang
heterogen lambat laun mulai meninggalkan stigma semacam itu dan mau
untuk berinteraksi dengan baik sesama tetangga sebelah kanan maupun kiri
rumahnya, bahkan membuka rumahnya untuk mengadakan manaqiban yang
menjadi salah satu dari ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.
B. Rumusan Masalah
Dari apa yang sudah penulis paparkan dalam latar belakang masalah tadi,
maka permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini terkait dengan sejarah
lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan
Kenjeran kota Surabaya hingga dapat diterima secara luas oleh masyarakat
Kecamatan Kenjeran kota Surabaya. Kajian dalam skripsi ini terfokus pada
8
bidang sejarah, keagamaan dan juga sosial. Untuk mensistematisasikan
rentetan permasalan ini akan dipandu dengan berbagai pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al
Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya pada tahun 2005-2014?
2. Apa ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy?
3. Bagaimana strategi Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sehingga bisa
diterima oleh masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai pada
penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk merekam jejak sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.
3. Untuk mengetahui stategi Perkumpulan Jama'ah Al Khdimah sehingga
bisaditerima oleh masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian tentang sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya di harapkan nantinya akan
1. Aspek akademis: Bisa menjadi referensi bagi mahasiswa maupun
mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam sehingga tidak kesulitan jika mendapatkan tugas untuk
menulis tentang kelompok-kelompok Islam. Selain itu, dengan adanya
tulisan ini akan berguna sebagai tambahan koleksi di perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Aspek praktis: Tulisan ini akan memberikan informasi bagi masyarakat
tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dan juga akan menjadi
khazanah historiografi di Indonesia.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Penelitian yang akan penulis tulis adalah sejarah lahir dan juga
berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran
kota Surabaya. Jika dilihat sekilas oleh seseorang yang bukan ahli sejarah
penelitian ini akan sedikit usang mengingat sejak berakhirnya perang dunia
ke-II banyak penulisan sejarah yang sudah tidak hanya membahas tentang
sebuah proses terjadinya sesuatu secara naratif atau biasa dikenal dengan
sejarah yang disajikan secara deskriptif naratif. Tetapi, sudah mulai
membahas tentang sejarah yang didekati atau memakai ilmu-ilmu sosial
sebagai alat analisa di dalam sebuah peristiwa masa lampau atau yang biasa
dikenal dengan penyajian sejarah secara deskriptif analisis.
Namun ketika dilihat oleh seseorang yang mahir di dalam bidang sejarah, maka
deskriptif analisis.
Hal ini bisa dilihat dari sejarah lahir hingga berkembangnya Perkumpulan Jama'ah
Al Khidmah yang minoritas dan akhirnya bisa diterima oleh masyarakat
Kecamatan Kenjeran kota Surabaya yang begitu kompleks dan mayoritas.
Maka, untuk memenuhi sebuah penulisan sejarah yang disajikan secara
dekriptif analisis memerlukan sebuah pendekatan dan juga kerangka teori.
Pendekatan di dalam kajian ilmu sejarah dapat dilihat dari segi mana kita
memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan dan juga unsur-unsur apa
yang diungkapkan.9 Tentu di dalam penelitian saya yang berjudul sejarah
lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah akan didekati
oleh ilmu sejarah agar kita bisa melihat bagaimana proses terbentuknya
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah hingga bisa berkembangnya
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.
Selain didekati oleh ilmu sejarah, sosiologi juga memegang peranan penting
di dalam melihat sebuah fenomena sosial, maka pendekatan sosiologis juga
sangat relevan digunakan pada penelitian yang penulis tulis agar bisa
menjadi sebuah karya ilmiah sejarah yang deskriptif analisis.
Sosiologi sangat penting di dalam mendekati berbagai permasalahan yang
nantinya akan ditemukan pada penelitian ini mengingat akan terjadinya
sebuah interaksi antara Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang minoritas
dengan masyarakat Kecamatan Kenjeran kota Surabaya yang mayoritas.
Dari sini sudah sangat jelas bahwa penelitian yang akan penulis tulis
9
menggunakan sebuah pendekatan sosio-historis.
Selain pendekatan, teori juga sangat penting di dalam sebuah penelitian
sosio-historis yang akan penulis lakukan untuk mendapatkan jawaban dari
sebuah pertanyaan bagaimana sebuah peristiwa itu bisa terjadi. Sebuah teori
berfungsi sebagai eksplanasi suatu fenomena sosial yang berarti teori itu
akan menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi, memprediksikan sesuatu
yang akan terjadi dan juga akan mengontrol ataupun mempengaruhi
peristiwa yang akan terjadi.10
Di dalam penelitian ini teori yang relevan digunakan untuk menjelaskan
tentang sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya adalah teori challange and response
milik Arnold J.Toynbee. Teori challange (tantangan) dan response
(jawaban) akan menjelaskan terhadap sebuah perkembangan dan
pertumbuhan sebuah kebudayaan yang digerakkan oleh kalangan minoritas
hingga kalangan mayoritas mengikuti kebudayaan tersebut.11 Teori Arnold
J. Toynbee ini akan bisa meneksplanasikan peristiwa yang sudah lalu terkait
sejarah dan perkembangan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah hingga
memprediksikan sesuatu yang akan terjadi dan juga akan bisa
mempengaruhi terhadap peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang
terkait Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.
F. Penelitian Terdahulu
10
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1992), 5. 11
Penelitian tentang KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga Jama'ah Al
Khidmah sudah pernah dilakukan oleh generasi sebelum penulis, namun
fokus pembahasannya berbeda. Diantara penelitian-penelitian yang
sudah membahas tentang KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga Jama'ah
Al Khidmah, sebagai berikut:
1. Elok Afrohah, “Istigotsah jama'ah al khidmah(orong-orong) di kota
Gresik”, Surabaya: Skripsi mahasiswi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2002. Isi: Di dalam karya Elok tentang Jama'ah Al
Khidmah fokus pembahasannya adalah terhadap sebuah perkumpulan
anak muda gresik yang dinamakan orong-orong oleh KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy dalam melakukan sebuah ritual istigotsah yang telah beliau
dapat dari ayahnya yaitu KH. Muhammad Usman al-Ishaqy dan KH.
Muhammad Usman al-Ishaqy memperoleh dari gurunya yaitu KH.
Muhammad Romli at-Tamimi. Jadi, sangat jauh sekali dengan apa yang
penulis bahas dikarenakan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah baru
secara legal dibentuk dan dideklarasikan oleh KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy pada tahun 2005, sedangkan Elok membahas pada saat nama
Jama'ah Al Khidmah masih berupa wacana. Elok juga hanya membahas
secara spesifik tentang ritual istigotsah saja yang dilakukan oleh KH.
Ahmad Asrori al-Ishaqy dalam mengajak pemuda Gresik sebelum
menjadi mursyid dari tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.
al-Ishaqy”, Surabaya: Skripsi mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2011. Isi: Di dalam skripsi Aan fokus
pembahasannya adalah dakwah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy. Hal ini terkait dengan dakwah yang disampaikan secara lisan
berupa ceramah-ceramah agama yang dilakukan oleh KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy dan juga dakwah secara tulisan yang disampaikan
melalui karya-karya dari beliau yang berupa kitab-kitab tasawuf yang
salah satu kitabnya paling terkenal adalah al-muntakhabat fi rabitatil
qalbiyah wasilatur ruhiyyah. Selain daripada itu, pada skripsi Aan juga
dijelaskan dakwah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy melalui tingkah laku
beliau yang sangat sopan dan santun terhadap siapa saja. Tentu fokus
dari skripsi Aan ini berbeda dengan penulis, karena penulis tidak
membahas tentang metode dakwah dari KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy
melainkan membahas tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.
3. Kusairi, “KH. Ahmad Asrori(studi historis tentang kemursyidan tarekat
qadiriyah wa naqsabandiyah al usmaniyah di pondok pesantren al
fitrah kedinding surabaya pada tahun 1985-2005)”, Surabaya: Skripsi
mahasiswa jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2012. Isi:
Pada skripsi Kusairi ini fokusnya kepada biografi KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy sampai beliau diangkat sebagai mursyid
itu pada skripsi ini juga membahas tentang pendidikan di Pondok
Pesantren Assalafi Al Fitrah, sedangkan pada tulisan skripsi ini terfokus
pada Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.
4.Muhamad Amir Yusuf, “Pengaruh Majlis Dzikir Terhadap Keharmonisan
Keluarga(Studi Kasus Majlis Dzikir al-Khidmah di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah Bantul Yogyakarta)”, Yogyakarta: Skripsi mahasiswa
jurusan al-ahwal asy-syakhsiyyah Fakultas Syari'ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Isi: Di
dalam skripsi ini Amir Yusuf terfokus terhadap keharmonisan keluarga
yang bisa tercipta dengan berdzikir dan dengan mengikuti majlis dzikir
Al Khidmah diharapkan keluarga bisa harmonis. Tentu tulisan ini
berbeda dengan tulisan penulis yang terfokus terhadap sejarah lahir dan
berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.
Dari keempat penelitian tersebut diatas, maka sudah sangat jelas jikalau
penelitian yang akan penulis teliti jauh berbeda dengan apa yang sudah
pernah diteliti oleh pendahulu-pendahulu penulis di masa silam.
Keempatnya terfokus kepada sebuah ritual istigotsah, yang satunya
terfokus terhadap metode dakwah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy, ada
yang terfokus kepada biografi KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga
pengaruh majlis dzikir terhadap keharmonisan keluarga, sedangkan
fokus penulis adalah terhadap lahir dan berkembangnya Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya yang dihuni
G. Metode Penelitian
Metode merupakan sebuah cara atau jalan yang ditempuh untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu. Dengan begitu, di dalam penelitian ini
penulis juga membutuhkan jalan ataupun cara agar sesuatu yang
penulis inginkan dari penelitian ini dapat tercapai. Sehubungan denngan
kajian keilmuwan yang penulis tekuni dan juga dari penelitian yang
akan penulis lakukan, maka metode sejarah sangat relevan untuk
mencapai tujuan penulis itu. Metode sejarah adalah sebuah proses yang
meliputi analisis dan juga gagasan pada masa lampau untuk menemukan
sebuah generalisasi yang berguna untuk memahami sebuah
kenyatan-kenyatan sejarah. Lebih dalam lagi, metode sejarah bisa digunakan
untuk memahami situasi sekarang dan meramalkan sebuah
perkembangan di masa mendatang.12Namun, tidak serta merta ilmu
sejarah berdiri sendiri dikarenakan sejarah juga meminjam teori dari
ilmu-ilmu sosial yang lain. Dengan begitu sudah jelas jika penulis akan
menggunakan metode sejarah di dalam penelitian ini.
Adapun langkah-langkah yang akan penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Heuristik merupakan tahapan untuk mencari dan menemukan berbagai
sumber sehingga dapat disusun sebuah karya sejarah. Heuristik berasal
dari kata Yunani Heurishein yang berarti memperoleh. Pada langkah
12
heuristik ini juga tidak terdapat hukum-hukum yang mengikat, karena
pada tahapan heuristik ini dijadikan sebagai sebuah seni dan juga teknik
untuk mendapatkan sebuah sumber sejarah.13
Di dalam penelitian penulis yang berjudul “Sejarah lahir dan
berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan
ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy di Kecamatan Kenjeran
kota Surabaya pada tahun 2005-2014.” Penulis mendapatkan sumber
dengan langsung datang ke Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah
menemui Ketua Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, namun penulis
disuruh untuk datang ke kantor kesekretariatan Perkumpulan Jama'ah
Al Khidmah Surabaya dikarenakan studi yang akan saya kaji adalah
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran yang
merupakan bagian dari kota Surabaya dan untuk kesekretariatan Al
Khidmah pusat juga berada di kota Jakarta bukan di Pondok Pesantren
Assalafi Al Fitrah.
Saat penulis mendatangi kantor kesekretariatan Perkumpulan Jama'ah
Al Khidmah Surabaya penulis diterima dengan hangat oleh ketua dan
juga sekretaris Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Surabaya. Dari
perbincangan penulis itu, maka penulis mendapatkan berbagai sumber
primer yang akan penulis jadikan landasan dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis juga disuruh untuk mewawancarai beberapa orang yang
menjadi koordinator di setiap Kelurahan di Kecamatan Knejeran.
13
Sumber primer itu berupa dokumen-dokumen arsip dan juga
wawancara terhadap ketua, sekretaris dan beberapa orang yang menjadi
koordinator Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di setiap Kelurahan di
Kecamatan Kenjeran Surabaya. Sumber yang berupa arsip termasuk ke
dalam sumber tertulis, sedangkan wawancara termasuk ke dalam
sumber lisan. Agar lebih jelasnya, maka akan penulis paparkan sebagai
berikut:
a. Sumber Tertulis
Sumber tertulis merupakan sumber-sumber yang berupa dokumen ataupun
arsip-arsip yang terkait dengan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
Surabaya. Arsip-arsip itu meliputi AD/ART Perkumpulan Jama'ah Al
Khidmah, hasil munas ke-1 Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, hasil
munas ke-3 Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, naskah lima pilar
sebagai wasiat KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy, buku yang disusun oleh
KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang berjudul pedoman kepemimpinan
dan kepengurusan dalam kegiatan dan amaliyah tarekat dan al khidmah,
akta notaris dibentuknya Perkumpulan Jama'ah Al khidmah, kitab-kitab
yang disusun oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga foto-foto yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
Surabaya.
Namun, untuk mendapatkan AD/ART Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
penulis harus bertemu dengan sekretaris pusat Perkumpulan Jama'ah Al
beliau tidak berdomisili di kota Surabaya dan untuk mewawancarai
beberapa koordinator di setiap Kelurahan Kecamatan Kenjeran penulis
juga harus membuat janji dulu agar para koordinator bisa maksimal
untuk dimintai keterangan terkait Jama'ah Al Khidmah di
tempat-tempat yang beliau koordinatori.
b. Sumber Lisan
Sumber lisan adalah sumber yang disampaikan dari mulut ke mulut.
Sumber lisan ada yang disampaikan dari generasi ke generasi sehingga
membentuk sebuah tradisi dan dinamakan sebagai tradisi lisan,
sedangkan ada juga sumber lisan yang disampaikan oleh orang
sezaman, pelaku peristiwa dan juga saksi mata yang sering dikenal
dengan sejarah lisan.14
Dari pengertian diatas, sudah sangat jelas jika yang harus digunakan
dalam merekonstruksi sebuah peristiwa masa lampau adalah sejarah
lisan atau oral history, bukan tradisi lisan atau oral tradision. Maka,
penulis langsung mewawancarai Ust. Ali Mastur, M. Pd. ketua umum
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Surabaya. Penulis juga
mewawancarai sekretaris umum dan juga berbagai koordinator
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah. Wawancara adalah sebuah teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan lisan
denganberhadapan langsung dengan informan.15 Jadi, sangat tepat jika
penulis langsung mewawancarai ketua umum Perkumpulan Jama'ah Al
14
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: Fakultas Adab UIN Sunan Ampel, 2005), 20. 15
Khidmah, sekretaris dan juga para koordinator dikarenakan
beliau-beliau merupakan informan inti mengingat penelitian yang penulis kaji
adalah Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota
Surabaya.
3. Kritik
Setelah berbagai macam sumber telah didapatkan, maka langkah
selanjutnya yang penulis lakukan adalah verrifikasi atau biasa dikenal
dengan istilah kritik sumber. Hal semacam ini perlu dilakukan oleh
para sejarawan agar karya-karya sejarah tidak menuai kritikan dari para
pembacanya. Bahkan yang sangat dikhawatirkan adalah terjadinya
pemalsuan terhadap sejarah mengingat banyaknya unsur-unsur mitos
yang biasanya disampaikan dalam bentuk tradisi lisan. Selain itu, kritik
sumber juga diperlukan untuk membantah anggapan Napoleon
Bonaparte yang mengatakan jika sejarah merupakan tumpukan dari
sampah-sampah.
Anggapan semacam ini hingga sekarang masih terdengar ramai oleh beberapa orang,
maka untuk membuktikan jika sejarah adalah sebuah peristiwa masa
lampau yang benar-benar terjadi dibutuhkan kritik sumber. Kritik
sumber dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Kritik Ekstern
Pada tahapan ini bisa dipandu dengan berbagai pertanyaan terhadap keotentikan
sumber. Pertanyaan yang penulis ajukan terhadap sumber-sumber yang
sumber itu dibuat, siapakah yang membuat dan apakah sumber itu dalam
bentuk asli ataukah tidak. Dari berbagai macam pertanyaan itu bisa
disimpulkan bahwa mana saja sumber-sumber yang layak untuk penulis
jadikan rujukan dan juga sumber yang mana yang tidak pantas penulis
jadikan rujukan untuk sebuah penulisan sejarah.
b. Kritik Intern
Kritik intern dilakukan dengan cara meneliti isi dari dokumen-dokumen
yang telah penulis dapatkan dari kantor kesekretariatan Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah Surabaya. Lantas setelah itu penulis bandingkan
dengan wawancara yang penulis dapatkan. Untuk sumber yang berupa
wawancara penulis lebih teliti dengan memilih orang-orang yang akan
penulis wawancarai mengingat banyaknya informasi yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan keasliannya. Setelah semuanya dilakukan dan
penulis memperoleh sumber yang benar-benar layak untuk
merekonstruksi sebuah peristiwa masa lampau, maka barulah penulis
menyusun sebuah karya sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran Surabaya.
4. Interpretasi
Saat tiba pada tahap ini yang penulis lakukan adalah mulai
mengimajinasikan sebuah peristiwa masa lampau dari sumber yang telah
melalui beberapa tahapan seperti yang telah penulis sebutkan diatas
sehingga sumber yang berada dihadapan penulis memang sumber yang
gambaran-gambaran yang sudah matang dan nantinya akan penulis tulis
sebagai sebuah karya sejarah.
5. Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan terakhir pada
suatu proses rekonstruksi peristiwa masa lampau. Pada fase terakhir ini
penulis berusaha menulis sebuah peristiwa masa lampau dengan
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan penulis juga menulis
dengan memperhatikan aspek kronologis, karena penelitian ini
berkaitan dengan keilmuan sejarah sehingga skripsi ini menjadi sebuah
karya ilmiah yang sistematis dan juga obyektif.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah untuk
meruntutkan berbagai bab agar tersusun secara sistematis. Penelitian ini
terdiri dari lima bab yang akan dijabarkan garis besarnya sebagai
berikut:
Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II : Membahas tentang gambaran umum masyarakat Kecamatan
penduduk, kondisi ekonomi, pendidikan penduduk dan
kondisi keagamaan.
Bab III : Pada bab ini akan membahas tentang Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah yang meliputi sejarah lahir Perkumpulan
Jama’ah Al Khidmah Indonesia, dilanjutkan dengan sejarah lahir dan berkembangnya perkumpulan Jama’ah Al
Khidmah di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya, lambang
Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah, Visi dan misi Jama’ah Al Khidmah dan aktivitas Perkumpulan Jama’ah Al
Khidmah.
Bab IV : Di dalam bab ini akan dibahas tentang ajaran-ajaran KH.Ahmad
Asrori al-Ishaqy dan juga amaliah-amaliah Perkumpulan
Jama’ah Al Khidmah.
Bab V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KECAMATAN KENJERAN
A. Keadaan Geografis
Secara geografis kecamatan Kenjeran terletak di wilayah Surabaya Utara.
Kecamatan Kenjeran berbatasan dengan selat Madura di sebelah Utara,
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bulak, di sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Semampir dan di Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tambaksari.1 Kecamatan Kenjeran terdiri dari empat Kelurahan,
yaitu: Kelurahan Tambak Wedi, Kelurahan Bulak Banteng, Kelurahan Tanah
Kali Kedinding dan Kelurahan Sidotopo Wetan.
Berdasarkan pendataan BPS Surabaya diketahui bahwa kelurahan paling luas
di Kecamatan Kenjeran adalah Kelurahan Bulak Banteng dengan luas 2,67
Km dengan presentase luas sebesar 35% dari seluruh luas wilayah Kecamatan
Kenjeran, sedangkan Kelurahan yang paling sempit wilayahnya adalah
Kelurahan Tambak Wedi dengan luas 0,98 Km dengan presentase 13% dari
seluruh luas wilayah Kecamatan Kenjeran. Seluruh Kelurahan di Kecamatan
Kenjeran memiliki ketinggian yang sama yaitu 2 meter, kecuali dengan
Kelurahan Tambak Wedi yang memiliki ketinggian 1 meter. Berikut tabel luas
wilayah per Kelurahan di Kecamatan Kenjeran2:
1
BPS Surabaya, Statistik Daerah Kecamatan Kenjeran 2013 (Surabaya: BPS Surabaya, 2013), 1. 2
Kelurahan Tambak Wedi 0.98 (13%)
Kelurahan Bulak Banteng 2.67 (35%)
Kelurahan Tanah Kali Kedinding 2.41 (31%)
Kelurahan Sidotopo Wetan 1.66 (21%)
B. Keadaan Penduduk
Di Kecamatan Kenjeran dihuni oleh orang-orang Jawa dan juga Madura.3 juga
terdapat warga negara asing maupun warga negara Indonesia yang kesemuanya
itu telah didata oleh Badan Pusat Statistik Surabaya. Dapat diketahui jika
jumlah warga negara Indonesia (WNI) tertinggi yaitu berada di Kelurahan
Sidotopo Wetan yang berjumlah 57.919 jiwa, sedangkan jumlah warga negara
Indonesia (WNI) yang paling sedikit berada di Kelurahan Tambak Wedi yang
berjumlah 2.893 jiwa. Maka, total warga negara Indonesia (WNI) yang berada
di Kecamatan Kenjeran berjumlah 151.932 jiwa. Berikut tabel penduduk yang
[image:32.595.124.515.126.545.2] [image:32.595.121.514.601.737.2]merupakan warga negara Indonesia (WNI):
Tabel 2.1 Keadaan Penduduk
Kelurahan Laki-laki Perempuan
Kelurahan Tambak Wedi 6,490 6,403
Kelurahan Bulak Banteng 15,166 14,587
3
Kelurahan Sidotopo Wetan 29,169 28,750
Untuk warga negara asing (WNA) di Kecamatan Kenjeran hanya terdapat
satu warga negara asing (WNA) yang terdapat di Kelurahan Tanah Kali
Kedinding. Beikut tabel warga negara asing per Kelurahan di Kecamatan
[image:33.595.143.513.300.557.2]Kenjeran:4
Tabel 2.2 Keadaan Penduduk
Kelurahan Laki-laki Perempuan
Kelurahan Tambak Wedi 0 0
Kelurahan Bulak Banteng 0 0
Kelurahan Tanah Kali Kedinding 1 0
Kelurahan Sidotopo Wetan 0 0
Selain warga Negara asing, juga ada penduduk pribumi yang datang di
Kecamatan Kenjeran. Bisa diketahui bahwa jumlah penduduk yang datang
ke Kecamatan kenjeran adalah 4.468 jiwa. Penduduk datang tertinggi yaitu
di Kelurahan Tanah Kali Kedinding sejumlah 1.601 jiwa dengan rincian
774 laki-laki dan 827 perempuan, sedangkan penduduk datang terendah
4
laki dan 356 perempuan. Jadi, penduduk yang bertempat tinggal di
Kelurahan Tanah Kali Kedinding rata-rata adalah penduduk dari luar kota
Surabaya. Berikut tabel penduduk datang per Kelurahan di Kecamatan
[image:34.595.146.512.276.500.2]Kenjeran:5
Tabel 2.3 Keadaan Penduduk
Kelurahan Laki-laki Perempuan
Kelurahan Tambak Wedi 351 jiwa 356 jiwa
Kelurahan Bulak Banteng 452 jiwa 479 jiwa
Kelurahan Tanah Kali Kedinding 774 jiwa 827 jiwa
Kelurahan Sidotopo Wetan 631 jiwa 598 jiwa
Selanjutnya untuk mengetahui penambahan jumlah penduduk di Kecamatan
Kenjeran juga diadakan pendataan tersendiri terhadap jumlah kelahiran di
Kecamatan Kenjeran. Berikut tabel kelahiran untuk Kelurahan-kelurahan di
Kecamatan Kenjeran:6
Tabel 2.4 Keadaan Penduduk
Kelurahan Laki-laki Perempuan
5
BPS, Statistik Daerah Kecamatan Kenjeran 2013, 14. 6
[image:34.595.149.509.641.683.2]Kelurahan Bulak Banteng 231 jiwa 196 jiwa
Kelurahan Tanah Kali Kedinding 497 jiwa 515 jiwa
Kelurahan Sidotopo Wetan 500 jiwa 445 jiwa
Dari tabel diatas, dapat diketahui jika kelahiran tertinggi berada di
Kelurahan Tanah Kali Kedinding yang berjumlah 1.012 jiwa dengan
rincian 497 laki-laki dan 515 perempuan. Untuk jumlah kelahiran paling
sedikit berada di Kelurahan Bulak Banteng yang jumlahnya 427 jiwa
dengan rincian 231 laki-laki dan 196 perempuan, sedangkan jika dilihat dari
gender, maka penduduk di Kecamatan Kenjeran yang angka kelahirannya
paling banyak adalah laki-laki dengan jumlah 1.368 jiwa.
Selain jumlah kelahiran yang dihitung tersendiri untuk mengetahui
penambahan jumlah penduduk di Kecamatan Kenjeran, juga dilakukan
pendataan tersendiri di Kecamatan Kenjeran terhadap pengurangan
penduduk yang dilihat dari kematiannya. Untuk jumlah kematian tertinggi
yaitu di Kelurahan Sidotopo Wetan yang jumlahnya 362 jiwa dengan
rincian 200 laki-laki dan 162 perempuan. Untuk kematian paling rendah
yaitu di Kelurahan Tambak Wedi yang jumlahnya 85 jiwa dengan rincian
Tabel 2.5 Keadaan Penduduk
Kelurahan Laki-laki Perempuan
Kelurahan Tambak Wedi 47 jiwa 38 jiwa
Kelurahan Bulak Banteng 96 jiwa 72 jiwa
Kelurahan Tanah Kali Kedinding 177 jiwa 153 jiwa
Kelurahan Sidotopo Wetan 200 jiwa 162 jiwa
C. Kondisi Ekonomi
Di Kecamatan Kenjeran terdapat lima jumlah pasar Pemerintah Daerah dan
1 pasar lainnya. Untuk pedagang di pasar Pemerintah Daerah sebanyak
1.370 dan pasar lainnya 80 orang. Sedangkan, untuk luas lahan pasar
Pemerintah Daerah 21.500 m dan untuk pasar lainnya seluas 1.150 m.
Berikut tabel banyaknya pasar, pedagang dan luas pasar yang dicatat oleh
BPS Surabaya:8
Tabel 2.1 Kondisi Ekonomi
Indikator Jumlah
Pasar
Pasar Pemda 5
7
Ibid., 11. 8
[image:36.595.116.512.611.718.2]Pedagang
Pasar Pemda 1.370
Pasar lainnya 80
Luas Pasar
Pasar Pemda 21.500
Pasar lainnya 1.150
Di Kecamatan Kenjeran juga terdapat mini market. Mini market adalah
suatu tempat yang sangat membantu sebagian orang untuk memenuhi
kebutuhan pokok yang segera ingin dipenuhi. Keberadaan mini market
sekarang juga sudah lumayan banyak pada tiap daerah. Bisa diketahui jika
Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan Sidotopo Wetan sama-sama mimiliki
mini market yang sama dan paling banyak yaitu sebanyak enam mini market
pada setiap Kelurahan. Untuk Kelurahan Tambak Wedi dan Bulak Banteng
sama-sama memiliki dua mini market. Berikut tabel untuk banyaknya mini
[image:37.595.141.514.110.518.2]market per Kelurahan di Kecamatan Kenjeran:9
Tabel 2.2 Kondisi Ekonomi
Kelurahan Tmbak 2
Kelurahan Bulak Banteng 2
9
Kelurahan Sidotopo Wetan 6
Selain mini market, yang menjadi pilihan bagi penduduk Kecamatan
Kenjeran di dalam sektor ekonomi adalah membuka warnet. Warnet
merupakan tempat orang untuk melakukan browsing baik itu berupa
ttugas-tugas ataupun hanya untuk sebuah hiburan semata.10 Jumlah warnet yang
paling banyak terdapat pada Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan Sidotopo
Wetan sebanyak 6 warnet pada masin-masing Kelurahannya. Sedangkan,
yang paling sedikit terdapat pada Kelurahan Tambak Wedi yang hanya
memiliki 1 warnet. Berikut tabel banyaknya warnet per Kelurahan di
[image:38.595.139.510.323.621.2]Kecamatan Kenjeran:
Tabel 2.3 Kondisi Ekonomi
Kelurahan Tambak Wedi 1
Kelurahan Bulak Banteng 2
Kelurahan Tanah Kali Kedinding 6
Kelurahan Sidotopo Wetan 6
Di Kecamatan Kenjeran juga ada penduduk yang memajukan ekonomi
dengan cara bercocok tanam ataupun dengan memelihara ikan di tambak. Di
Kecamatan Kenjeran yang paling banyak adalah jenis ladang atau kebun
10
dan sawah sebesar 10,5 Ha. Berikut tabel luas tanah pertanian yang ada di
[image:39.595.141.511.220.514.2]Kecamatan Kenjeran:
Tabel 2.4 Kondisi Ekonomi
Jenis Lahan Luas
Sawah pengairan teknis 0
Sawah pengairan setengah teknis 0
Sawah pengairan sederhana 0
Sawah tadah hujan 10.5
Tambak 96
Kebun/ladang/pekarangan 597
Lahan yang tidak diusahakan 0
Untuk hasil dari ikan laut adalah jenis kepiting/rajungan sebanyak 34 ton
dan sedikit untuk jenis udang dan lainnya. Sedangkan, pada jenis ikan darat
yang paling banyak terdapat pada jenis bandeng sebanyak 78,6 ton dan
yang terbanyak kedua ada pada jenis mujair sebanyak 20,3 ton. Untuk
lainnya hanya sedikit seperti udang ataupun tombro. Berikut tabel produksi
ikan laut dan darat di Kecamatan Kenjeran:11
11
Jenis ikan laut dan darat Produksi(ton)
Ikan laut
Kerang 0
Gulamah 0
Teri 0
Udang 3,6
Kepiting/rajungan 34
Lainnya 2,5
Ikan darat
Bandeng 78,6
Udang 4,2
Tawes 0
Tombro 2
Mujair 20,3
Lainnya 1,6
Selain bertani, penduduk di Kecamatan Kenjeran juga ada yang bekerja
sebagai pegawai. Dari data yang diambil oleh BPS Surabaya dapat
[image:40.595.145.511.139.643.2]pegawai daerah yakni 58 pegawai denga rincian 44 pegawai laki-laki dan
14 pegawai perempuan, sedangkan total pegawai honorer yakni 15 pegawai
dengan rincian 10 laki-laki dan 5 perempuan. Jadi, rata-rata pegawai di
Kecamatan Kenjeran berjenis kelamin laki-laki.
D. Pendidikan Penduduk
Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak yaitu
pada tingkat pendidikan tamat SD sejumlah 48.156 jiwa, sedangkan
penduduk paling sedikit mengenyam pendidikan Strata III yaitu 5 jiwa.
Berikut tabel penduduk dilihat menurut tingkat pendidikan dan jenis
[image:41.595.117.511.328.700.2]kelamin:12
Tabel 2.1 Keadaan Penduduk
Pendidikan Laki-laki Perempuan
Belum tamat SD 16,401 16,505
Tamat SD 23,331 24,825
Tamat SLTP 12,840 11,273
Tamat SLTA 20,047 18,812
Akademi 813 718
12
Strata II 112 73
Strata III 4 1
Pada aspek pendidikan yang ada di Kecamatan Kenjeran bisa dilihat dari
banyaknya sekolah, banyaknya guru beserta murid dan lainnya. Jumlah
sekolah yang paling banyak di Kecamatan Kenjeran adalah TK yaitu 50
sekolah, sedangkan paling sedikit jumlah sekolahnya adalah tsanawiyah
hanya 1 sekolah. Untuk jumlah rombongan belajar yang paling banyak di
Kecamatan Kenjeran adalah siswa SD yaitu 271 rombongan belajar dan
jumlah rombongan paling sedikit yaitu tsanawiyah yaitu 3 rombingan
belajar. Jumlah ruang kelas yang paling banyak adalah SLTP sebanyak 144
ruang kelas dan jumlah ruangan kelas yang paling sedikit adalah
tsanawiyah sebanyak 3 kelas. 13 Berikut tabel banyaknya sekolah,
[image:42.595.147.507.112.232.2]rombongan belajar dan ruang kelas di Kecamatan Kenjeran:
Tabel 2.2 Pendidikan Penduduk
Jenis sekolah Jumlah sekolah Jumlah rombongan belajar Jumlah ruang kelas
Sekolah TK 50 145 96
SD 23 272 138
Ibtidaiyah 16 111 93
13
Tsanawiyah 1 3 3
SMA 3 42 42
SMK 2 9 9
Selain jumlah sekolah, jumlah guru juga di data oleh BPS Surabaya. Guru
laki-laki yang paling banyak di Kecamatan Kenjeran adalah guru SLTP
sebanyak 162 orang, sedangkan jumlah guru laki-laki paling sedikit adalah
guru TK sebanyak 4 orang. Untuk guru perempuan yang paling banyak di
Kecamatan Kenjeran adalah guru SD sebanyak 273 orang, sedangkan
jumlah guru perempuan paling sedikit adalah pada tingkat Tsanawiyah
sebanyak 7 orang. Berikut tabel jumlah guru menurut jenis kelamin di
[image:43.595.143.533.111.249.2]Kecamatan Kenjeran:14
Tabel 2.3Pendidikan Penduduk
Jenis dan status Sekolah Laki-laki Perempuan
Sekolah TK 4 178
SD 127 273
Ibtidaiyah 67 106
SLTP 162 244
Tsanawiyah 13 7
14
SMK 21 27
Lebih lanjut di Kecamatan Kenjeran juga di data siswa yang menjadi
lulusan SMA. Menurut BPS Surabaya bahwa di Kecamatan Kenjeran hanya
Kelurahan Bulak Banteng dan Tambak Wedi yang tidak memiliki lulusan
SMA. Lulusan Siswa SMA laki-laki paling banyak di Kelurahan Tanah
Kali Kedinding yaitu 161 orang dan yang paling sedikit di Kelurahan
Sidotopo Wetan yaitu 119 orang, sedangkan lulusan siswa SMA perempuan
di Kecamatan Kenjeran paling banyak di Kelurahan Tanah Kali Kedinding
yaitu 182 orang dan jumlah lulusan SMA perempuan yang paling sedikit di
Kelurahan Sidotopo Wetan yaitu 134 orang.
E. Kondisi Keagamaan
Di Kecamatan Kenjeran terdapat beberapa tempat ibadah dari lima agama
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Penduduk di Kecamatan
Kenjeran paling banyak memeluk agama Islam yang berjumlah 48.479
orang di Kelurahan Tanah Kali Kedinding, 54.534 orang di Kelurahan
Sidotopo Wetan, 28.891 orang di Kelurahan Bulak Banteng dan 12.579
orang di Kelurahan Tambak Wedi.15
Di semua Kelurahan Kecamatan Kenjeran terdapat tempat-tempat ibadah,
namun yang tidak ada di seluruh Kelurahan Kecamatan Kenjeran yaitu
15
yang jumlahnya 48 langgar, sedangkan untuk tempat ibadah yang paling
sedikit yaitu hanya ada satu Gereja Protestan di Kecamatan Kenjeran. Bisa
diketahui jika mayoritas penduduk di Kecamatan Kenjeran adalah
beragama Islam.
Segi keagamaan di Kecamatan Kenjeran selain bisa dilihat dari jumlah
jamaah hajinya juga bisa dilihat dari jumlah penduduk yang menikah, cerai,
rujuk dan talak. Di Kecamatan Kenjeran tidak ada penduduk yang
melakukan rujuk. Untuk penduduk dengan jumlah pernikahan terbanyak
berada di Kelurahan Sidotopo Wetan dengan jumlah 419 orang dan yang
paling sedikit di Kelurahan Tambak Wedi dengan jumlah 110 orang. Lalu
jumlah talak yang paling banyak di Kelurahan Tanah Kali Kedinding
dengan juumlah 9 orang dan yang paling sedikit di Kelurahan Tambak
Wedi dengan jumlah 5 orang. Selain itu, untuk jumlah cerai paling banyak
berada di Kelurahan Tanah Kali Kedinding dengan jumlah 11 orang dan
[image:45.595.146.513.301.518.2]paling sedikit di Kelurahan Tambak Wedi dengan jumlah 4 orang.16Berikut
tabel banyaknya nikah, talak, cerai dan juga rujuk di Kecamatan Kenjeran:
Tabel 2.1 Kondisi Keagamaan
Kelurahan Nikah Talak Cerai Rujuk
Tambak Wedi 110 5 4 0
16
[image:45.595.145.516.635.706.2]Tanah Kali Kedinding 340 9 11 0
BAB III
SEJARAH LAHIR DAN BERKEMBANGNYA PERKUMPULAN
JAMA'AH AL KHIDMAH DI KECAMATAN KENJERAN KOTA
SURABAYA
A. Sejarah lahirnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Indonesia
Sebenarnya sebelum mendirikan Jama'ah Al Khidmah KH. Ahmad Asrori
al-Ishaqy telah memiliki sebuah geng dengan sebutan kaca yang dianggotai
oleh para pemuda pemabuk dan juga penjudi di Kabupaten Gresik. KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy sedih dan kasihan melihat para pemuda yang jauh
meninggalkan agama dan juga karir mereka. Kebanyakan pemuda itu
disibukkan dengan kesenangan yang tidak bermanfaat. Maka, KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy mulai mendekati mereka itu dengan perlahan-lahan agar
mereka mau untuk sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan buruknya.
Setelah itu beliau menamai kelompoknya itu dengan sebutan orong-orong.
Dinamai orong-orong karena pada waktu itu para murid tarekat dari ayah beliau
KH. Muhammad Usman al-Ishaqy yang berasal dari Jawa biasa menyebut
murid yang berasal dari Madura dengan sebutan orang-orang, sedangkan para
murid yang berasal dari Madura menyebut para murid yang dari jawa dengan
sebutan oreng-oreng. Jadi, beliau KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy menamai
kelompoknya dengan sebutan orong-orong sebagai pelesetan dari para murid
KH. Muhammad Usman al-Ishaqy yang berasal dari Jawa dan juga Madura.
hari untuk mengorek-orek tanah dan ini menjadi sebuah filosofi terhadap
pengambilan nama geng beliau yang diartikan geng tersebut agar giat beribadah
di malam hari yang memang para anggotanya itu suka untuk begadang tengah
malam.1 KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy melakukan pendekatan dengan para
pemuda itu dengan mengajak mereka melakukan sebuah ritual istigotsah.
Selain itu, sebelum mendirikan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah KH. Ahmad
Asrori al-Ishaqy juga terlebih dahulu diangkat menjadi Mursid (guru tarekat)
Qadariyah wa Naqsabandiyah menggantikan Ayahnya KH. Muhammad Usman
al-Ishaqy. Beliau KH. Muhammad Usman al-Ishaqy menjadi guru tarekat yang
berpusat di Pondok Pesantren Darul Ubudiah wa Raudatul Muta'alimin
Jatipurwo Surabaya sebagai Khalifah dari KH. Muhammad Romli Rejoso. Pada
masa KH. Muhammad Usman al-Ishaqy murid tarekat rata-rata terdiri dari
orang-orang yang sudah tua dan pengikutnya masih belum seberapa banyak
dibandingkan setelah dipegang oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.
Sebelum Kyai sepuh (sebutan Kyai Usman) wafat beliau sudah berwasiat agar
kelak tarekatnya diteruskan oleh putranya yaitu KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy,
hal ini beliau sampaikan melalui musyawarah keluarga beliau. Menurut Abdul
Halim ketika diadakan musyawarah KH. Ahmad Asrori tidak ada di tempat.
Abdul Halim mengatakan:
Waktu Kyai Asrori tidak ada di Ndalem Pondok Pesantren Darul Ubudiah wa Raudlatul Muta'alimin Kyai Sepuh mengumpulkan para putra-putranya dan membagi bagian masing-masing agar kelak ketika beliau sudah wafat
1Elok Afrohah, “Istigotsah
bertarekat. Kyai sepuh memilih Kyai Asrori sebagai Mursid yang akan menggantikannya, karena menurut beliau yang bisa hanya Kyai Asrori dan itu sudah disetujui oleh para guru-guru tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Salah satu dari putra Kyai sepuh bertanya kenapa kok Kyai Asrori yang dipilih sedangkan para kakak-kakak beliau masih ada dan umur Kyai Asrori pada saat itu masih muda dibandingkan dengan putra-putra yang lain. Salah satu putranya itu juga menambahkan di dalam bidang pendidikan pun Kyai Asrori tidak seberapa menekuni ilmu-ilmu agama mengingat Kyai Asrori hanya mondok sebentar dan tidak sampai lulus. Lalu Kyai sepuh menjawab jika beliau tidak berani mengubah apa yang sudah menjadi ketetapan para guru-guru karena para guru-guru memilih Kyai Asrori sebagai Mursid penerus tarekat yang dibawa oleh Kyai sepuh. Lalu salah satu putranya juga bertanya kalau memang Kyai Asrori sebagai penerus kenapa tidak pernah memimpin khususi(wirid rutin tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah) malah yang memimpin adalah
kakaknya?Kyai sepuh menjawab hal itu dilakukan karena untuk saat ini Kyai Asrori masih tidak mau dan jika saatnya tiba Kyai Asrori mau memimpin maka yang berhak adalah Kyai Asrori karena Kyai Asrori
nuwoi(dewasa pemikirannya).2
Di masa mudanya Kyai Asrori memang lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bermain di luar kota Surabaya. Kyai Asrori bergaul dengan
pemuda-pemudi yang sering mabuk-mabukkan dan tidak pernah mengerjakan
salat. Teman-teman beliau berasal dari Gresik, Lamongan dan juga Bangkalan
Madura yang menurut Adbur Rasyid kelak akan menjadi kota pusat dimana Al
Khidmah banyak pengikutnya.
Suatu saat Kyai Usman sedang melakukan perjalanan untuk menghadiri
undangan, di tengah-tengah perjalanan Kyai sepuh memerintahkan supirnya
untuk berhenti di tempat yang masih berupa sawah-sawah dan gelap
dikarenakan tempat itu banyak tukang santet(dukun). Tiba-tiba Kyai sepuh
mengambil sebuah batu dan melemparnya di tengah-tengah sawah sambil
2
perjuangan sebagai guru Mursid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.3 Tempat
inilah kelak yang akan menjadi Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah.
Selang waktu beberapa tahun ternyata hal itu menjadi sebuah kenyataan. Ada
sebuah tanah yang dijual di daerah Kedinding hingga Kyai Asrori mendengar
lalu membeli tanah itu. Kyai Asrori memang sengaja membeli tanah di
Kedinding yang memang pada saat itu masyarakat disana telah jauh
meninggalkan ajaran-ajaran agama. Disana Kyai Asrori mendirikan sebuah
rumah yang sederhana dengan dua kamar dan membangun mushalla yang
dijadikan sebagai tempat salat. Kyai Asrori sebagai penerus ayahnya sebagai
mursi tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah mulai mau untuk memimpin
acara-acara yang disselenggarakan oleh para murid tarekat sehingga beliau
semakin dikenal, ditambah dengan sosok beliau yang karismatik dan berakhlaq
mulia membuat beliau dicintai oleh para murid tarekat.
Ketika Kyai sepuh wafat mulailah Kyai Asrori memimpin Jama'ah tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah secara penuh. Para teman-teman beliau yang
berasal dari para pemuda-pemudi di kota Gresik, Lamongan dan juga Bangkalan
Madura itu mendengar jika Kyai Asrori menjadi Mursid dan mereka akhirnya
mengikuti beliau.4 Semakin hari pengikut beliau semakin banyak, sedangkan
Pondok Pesantren Darul Ubudiyah wa Raudlatul Muta'alimin sedang direnovasi.
Jadi amaliah khususi yang diadakan rutin setiap hari minggu dipindahkan oleh
KH. Fathul Arifin al-Ishaqy (kakak Kyai Asrori) di Kedinding Ndalem Kyai
3
Husnan, Wawancara, Surabaya, 7 November 2015. 4
Di Kedinding KH. Asrori al-Ishaqy mulai merintis dibukanya Pondok Pesantren
Assalafi al-Fitrah karena semakin banyaknya orang-orang yang menitipkan
putra-putranya untuk mengaji di KH. Ahmad Asrori.al-Ishaqy. Di Pondok ini
pula Kyai Asrori mengadakan pengajian rutin setiap hari minggu pertama dan
kedua bulan Hijriah. Di sekeliling pondok banyak masyarakat yang tidak suka
dengan kedatangan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang mengadakan acara
pengajian rutin. Hal ini disebabkan para warga Kedinding pada saat itu masih
banyak yang meninggalkan salat, mabuk-mabukan, penikmat barang haram
seperti ganja dan sabu-sabu, para pemain wanita, penjudi dan juga tukang tenun
(santet). Dengan adanya tantangan demikian KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy
semakin guguh untuk melanjutkan warisan ayahnya dalam mengemban amanah
sebagai guru Mursid dan menyebarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di
daerah Kedinding sampai pada suatu ketika rumah beliau di datangi oleh
masyarakat sekitar yang tidak suka dengan kehadiran beliau.
Orang-orang itu membawa berbagai senjata tajam dan mengolok-olok beliau agar
beliau segera pindah dari tanah Kedinding tersebut. Oleh para murid-murid
beliau yang pada saat itu masih berjumlah tiga orang mengatakan jika Kyai
Asrori berkenan para murid siap untuk menghadapi masyarakat yang tidak suka
kepada beliau itu, tetapi beliau tidak memperbolehkan hal itu sampai terjadi
malah beliau menyuruh agar mendoakan orang-orang tersebut. Ketika Kyai
Asrori keluar dan menyambut masyarakat Kedinding yang tidak suka kepada
saja santet pun juga sering dilancarkan oleh warga sekitar kepada Kyai Asrori
tetapi beliau tidak pernah menanggapinya.5
Seiring berjalannya waktu semakin tahun para pengikut Kyai Asrori semakin
banyak, di setiap majlis-majlis beliau banyak orang yang berbondong-bondong
untuk menghadiri majlis tersebut hingga pada tahun 2003 Kyai Asrori
mempunyai inisiatif untuk membuat suatu pedoman bagi penyatuan hati dan
desah nafas diantara para jama'ah yang menghadiri majlis-majlis yang diadakan
oleh beliau dan juga murid tarekat.
Akhirnya beliau dengan didampingi oleh H. Muhammad Mas'ud Abu bakar, H.
Ridoun Nasir, H. Ainul Huri, H. Hasanuddin dan H. Wiyarso membuat suatu
buku pedoman kepemimpinan dan kepengurusan dalam kegiatan dan amaliah at
tarekat dan al khidmah, buku itu dibuat untuk mensistematisasikan seluruh
kegiatan pengikut Kyai Asrori. Tidak berhenti disitu para pengikut semakin
banyak sehingga Kyai Asrori memandang perlu untuk mengukuhkan nama
perkumpulan dari pengikutnya tersebut sehingga pada tanggal 25 Desember
2005 Kyai Asrori mengadakan halal bi halal dan juga sarasehan untuk
mendeklarasikan dibentuknya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.
B. Sejarah Lahir dan Berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Di
5
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang dideklarasikan pada 25 Desember 2005
segera membentuk sebuah kepengurusan. Sesuai dengan apa yang ada pada
buku pedoman kepemimpinan dan kepengurusan dalam kegiatan dan amaliah at
tarekat dan Al Khidmah dibentuklah kepengurusan baik dari tingkat pusat,
tingkat Provinsi, tingkat Kota atau Kabupaten, tingkat Kecamatan dan juga
tingkat Desa atau koordinator.6
Sudah sedikit disinggung oleh penulis jika sebenarnya Jama'ah Al Khidmah
yang berada di Kecamatan Kenjeran sudah lama dirintis langsung oleh KH.
Ahmad Asrori al-Ishaqy yang memang di Kecamatan Kenjeran inilah berdiri
Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah yang diasuh oleh beliau, namun pada saat
itu masih belum bernama Jama'ah Al Khidmah dan pengikutnya masih
murid-murid tarekat. Dalam daripada itu sebelum tahun 2005 nama Al Khidmah
juga sudah dikenalkan oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy melalui buku-buku
atau kitab-kitab yang diterbitkan oleh beliau dengan penerbit Jama'ah Al
Khidmah Surabaya yang pada saat itu di Surabaya sendiri jumlah Jama'ahnya
masih sedikit dan belum ada kepengurusan secara resmi.
Nama Al Khidmah dipakai oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy karena beliau
tidak menginginkan nama Jama'ahnya terlalu tinggi. Al Khidmah sebenarnya
juga merupakan cerminan dari kerendahan hati beliau yang memiliki arti
melayani. Dari kata-kata melayani itu, maka Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
6
yang dilakukan dengan cara berdhikir.7 Lebih dalam lagi Abdur Rasyid
bercerita:
Suatu hari ketika Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sedang mengisi acara di Grahadi ada salah satu pejabat negara yang salah paham terhadap nama Al Khidmah. Pejabat negara itu mengira nama Al Khidmah yang berarti melayani itu berarti KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy sebagai pendiri jama'ahnya minta dilayani padahal bukan demikian yang dimaksud malah KH. Ahmad Asrori beserta jama'ahnya siap melayani masyarakat.
Tidak hanya itu, menurut KH. Ali Tamim salah satu sesepuh Perkumpulan
Jama'ah Al Khidmah sebenarnya nama ataupun istilah Al Khidmah bukan
sesuatu yang baru. Hal ini bisa ditemukan dari perkataan-perkataan para santri di
berbagai Pondok Pesantren yanag terkenal yaitu “dengan khidmah akan
bermanfaat”. 8 Di dalam bukunya KH. Ahmad Asrori mendefinisikan
Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sebagai kumpulan dari orang-orang yang
mengikuti kegiatan yang telah ditetapkan dan juga diamalkan oleh para guru
tarekat, ulama salafus saleh dan juga para pinisepuh pendahulu-pendahulu kita.9
Dari definisi itu, maka Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah berbeda dengan murid
tareqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah
mempunyai tugas untuk mengatur dan menyiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Menurut Abdur Rasyid
KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy pernah meminta daftar jumlah orang yang akan
berbaiat(menjadi murid tarekat) agar KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy bisa
mengetahui seberapa berhasilnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dalam
7
Abdur Rasyid, Wawancara, Surabaya, 4 November 2015. 8
Ali Tamim, Wawancara, Surabaya, 10 November 2015. 9
Jama'ah Al Khidmah merupakan kaki tangan dari tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah yang dibawa oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Bisa dibilang
jika pesatnya perkembangan dari tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
al-Usmaniyah disebabkan oleh lincahnya pergerakan Perkumpulan Jama'ah Al
Khidmah dalam mengajak orang untuk menyukai dan mengikuti tarekat.
Berbeda dengan tahun 90-an dimana masyarakat Kecamatan Kenjeran masih
percaya terhadap sesuatu yang supranatural seperti tenun dan pesugihan, di abad
ke-21 kususnya tahun 2005 masyarakat Kecamatan Kenjeran sudah banyak
yang meninggalkan hal-hal tesebut dan menuju kepada suatu tatanan masyarakat
yang maju di segala bidang sama dengan masyarakat di kota pada umumnya.
Sesuai dengan definisi kota yang merupakan suatu wilayah yang dihuni oleh
lebih dari 10.000 orang dan untuk wacana masa depan yang disebut kota adalah
suatu desa yang terkena arus globalisasi akibat kondisi mondial.10 Maka,
Kecamatan Kenjeran sebagai salah satu wilayah di Kota Surabaya bisa juga
digolongkan dengan hal terseb